SPO/ /PAP/VI/2022 1 1/3 RS TK. II 17.05.01 MARTHEN INDEY Ditetapkan, Kepala Rumah Sakit TK. II 17.05.01 Marthen Indey SPO (STANDAR Tanggal terbit PROSEDUR 28 Juni 2022 OPERASIONAL)
dr. M. Muad Marzuki, Sp.PD.,M.M.R.S
Kolonel Ckm NRP 11950007140270 Suatu proses penilaian/assesmen nyeri yang dilakukan oleh dokter dan perawat. Nyari adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata dan berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan. Kategori nyeri menjadi 3 tipe yaitu : PENGERTIAN 1. Nyeri akut merupakan hasil dari injuri akut, penyakit atau pembedahan 2. Nyeri kronik non keganasan dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang dalam masa penyembuhan atau tidak progresif 3. Nyeri kronik keganasan adalah nyeri yang dihubungkan dengan kanker atau proses penyakit lain yang progresif 1. Memantau perkembangan nyeri pada pasien untuk diberikan pengobatan sesuai tingkat nyeri yang dirasakan pasien TUJUAN 2. Pasien mendapat penatalaksanaan nyeri dengan tepat 3. Kualitas mutu penatalaksanaan nyeri terjamin konsistensinya KEBIJAKAN Keputusan Kepala Rumah Sakit TK. II 17.05.01 Marthen Indey No. KEP / 124 / PAP / I / 2022 tanggal 20 Januari 2022 tentang Manajemen Nyeri di Rumah Sakit TK. II 17.05.01 Marthen Indey 1. Untuk menilai kondisi nyeri pasien pada pengkajian awal dicantumkan beberapa tools sesuai usia PROSEDUR a. Numeric Rating Scale : digunakan pada dewasa dan anak-anak usia > 9 tahun dan pada semua pasienyang dapat memberikan peringkat intensitas dari rasa nyeri.
b. Wong Baker Faces Pain Rating Scale untuk usia dewasa :
0 : Tidak Nyeri 1–3 : Nyeri Ringan 4–6 : Nyeri Sedang 7 – 10 : Nyeri Berat c. Untuk Neonatus (0-6 bulan) menggunakan NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) Skala 0 -1 : tidak nyeri Skala 2-4 : nyeri ringan-sedang Skala >4 : nyeri berat d. Untuk Anak menggunakan FLACC Pain Scale Skala 0 : tidak nyeri Skala 1 – 3 : nyeri ringan Skala 4 – 6 : nyeri sedang Skala 7 – 10 : nyeri berat MANAJEMEN NYERI
RS TK. II 17.05.01 No. Dokumen No. Revisi Halaman
MARTHEN INDEY SPO/ /PAP/VI/2022 1 2/3
1. Lakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri, termasuk lokasi
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor presipitasi. 2. Amati perlakuan non verbal yang menunjukkan ketidaknyamanan, khususnya ketidak mampuan komunikasi efektif. 3. Lakukan assesmen nyeri untuk dewasa + anak > 3 tahun dengan Wong Baker, anak < 3 tahun dengan FLACC dan neonatus dengan NIPS 4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik yang dapat di terima tentang pengalaman nyeri dan merasa menerima respon pasien terhadap nyeri. 5. Identifikasi dampak pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup 6. Penatalaksanaan nyeri a. Tidak nyeri – ringan : dilakukan tindakan non farmakologis b. Nyeri ringan – sedang : konsul DPJP (kombinasi tindakan farmakologis dan non farmakologis serta monitoring nyeri berkala) c. Nyeri sedang – berat : konsul DPJP (tindakan farmakologis dan monitoring nyeri berkala) dan jika perlu atas instruksi DPJP konsul tim manajemen nyeri) 7. Evaluasi pasca mengalami nyeri termasuk riwayat individu dan keluarga mengalami nyeri kronik atau yang menimbulkan ketidakmampuan. 8. Evaluasi bersama klien tentang efektifitas pengukuran kontrol pasca nyeri yang dapat di gunakan. 9. Bantu pasien dan keluarga untuk memperoleh dukungan. 10. Bersama keluarga mengidentifikasi kebutuhan untuk mengkaji kenyamanan pasien dan merencanakan monitoring tindakan. 11. Beri informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama berakhir, antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur 12. Ajarkan pasien untuk mengontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien mengalami ketidaknyamanan (misal : temperatur ruangan, cahaya, kebisingan). 13. Mengajarkan pada pasien bagaimana mengurangi atau menghilangkan faktor yang menjadi presipitasi atau meningkatkan pengalaman nyeri (misal : ketakutan, kelemahan dan rendahnya pengetahuan). 14. Pilih dan implementasikan berbagai pengukuran (misal : farmakologi, nonfarmakologi) untuk memfasilitasi penurun nyeri. 15. Ajarkan teknik penggunaan nonfarmakologi. 16. Jelaskan tentang penggunaan analgesik untuk penurun nyeri yang optimal. 17. Gunakan pengukuran control nyeri sebelum nyeri meningkat. 18. Lakukan verifikasi tingkat ketidaknyamanan dengan pasien,catat perubahan pada rekam medik. MANAJEMEN NYERI
RS TK. II 17.05.01 No. Dokumen No. Revisi Halaman
MARTHEN INDEY SPO/ /PAP/VI/2022 0 3/3
19. Lakukan monitoring berkala manajemen nyeri :
a. 15 menit setelah intervensi obat injeksi b. 1 jam setelah intervensi obat oral atau lainnya c. 1x / shift bila nyeri ringan d. Setiap 3 jam bila nyeri sedang e. setiap 1 jam bila nyeri berat f. Dihentikan bila tidak nyeri 20. Jika dalam monitoring 15 menit tidak didapatkan penurunan rasa nyeri segera dilaporkan ke DPJP 21. Jika sudah dilakukan manajemen nyeri sesuai skala nyeri dua kali masa monitoring didapatkan nyeri menetap atau mengalami perburukan dilaporkan ke DPJP dan disarankan untuk konsul tim manajemen nyeri 22. Konsul tim manajemen nyeri dengan menghubungi koordinator tim manajemen nyeri dr. Agus Sunandar Sp.An 23. Evaluasi keefektifan pengukuran kontrol nyeri yang dilakukan dengan pengkajian terus menerus terhadap pengalaman nyeri. 24. Dorong istirahat yang adekuat/tidur untuk memfasilitasi penurunan nyeri. 25. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyeri,sesuai keperluan. 26. Beri informasi yang akurat untuk mendukung pengetahuan keluarga dan respon untuk pengalaman nyeri. 27. Pantau kepuasan pasien dengan manajemen nyeri pada rentang spesifik
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan 3. Instalasi Gawat Darurat 4. TIM Manajemen Nyeri