Anda di halaman 1dari 7

Rumah Sakit MONITORING NYERI PADA PASIEN

UmumKambang

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


/YAN/16 0 1/1
Jl. Kol Amir Hamzah No.53
Sei. Kambang Jambi

TANGGAL TERBIT Ditetapkan Oleh :


Direktur RSU Kambang
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
( dr. Nita Arsanti )

Pemantauan nyeri yang dilakukan secara berkala oleh petugas kesehatan


PENGERTIAN dengan melakukan pengamatan atas perubahan yang terjadi sampai nyeri bisa
teratasi.
1. Memantau perkembangan nyeri pada pasien untuk diberikan pengobatan
sesuai tingkat nyeri yang dirasakan pasien
TUJUAN
2. Pasien mendapat penatalaksanaan nyeri dengan tepat
3. Kualitas mutu penatalaksanaan nyeri terjamin konsistensinya
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Kambang No. 882
KEBIJAKAN
/RSUK.07/SK/VI/2017 Tentang Manajemen Nyeri.
1. Monitoring nyeri dilakukan oleh perawat dan bidan
2. Monitoring nyeri ringan (skala 1-3) dilakukan edukasi untuk relaksasi
dan distraksi. Hal ini dilakukan setiap pergantian shift (1x/shift)
3. Monitoring nyeri sedang (Skala 4-6) dilakukan kolaborasi medis dan
dilakukan setiap 4 jam sekali dalam satu hari.
4. Monitoring nyeri berat (skala 7-10) dilakukan setiap jam (1 jam
PROSEDUR sekali)
5. Lakukan 15 menit asesmen ulang setelah pemberian intervensi obat
injeksi dan satu jam setelah pemberian obat oral.
6. Dokumentasi untuk monitoring nyeri dilakukan pada lembar asesmen
ulang nyeri dan monitoring risiko jatuh pasien tersebut dan katim
menulis di lembar CPPT setiap pergantian shift
7. Selanjutnya diverifikasi oleh DPJP pada Lembar CPPT NO RM. 04

1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT 3. Instalasi Gawat Darurat
4. Intensive Care Unit (ICU)/PICU
5. Unit Kamar Bersalin
Rumah Sakit ASSESMEN NYERI PADA PASIEN
UmumKambang

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


/YAN/16 1 1/2
Jl. Kol Amir Hamzah No.53
Sei. Kambang Jambi

Ditetapkan Oleh :
TANGGAL TERBIT Direktur RSU Kambang
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
( dr. Yulhasmida, M.Kes )

Adalah suatu tindakan melakukan penilaian rasa sakit/ nyeri pada pasien
di RS, yang terdiri atas asesmen nyeri awal dan asesmen nyeri ulang.
1. Asesmen nyeri awal adalah suatu tindakan melakukan penilaian rasa
sakit/ nyeri pada pasien saat pasien dilayani pertama kali di rawat
PENGERTIAN jalan maupun di Unit Gawat Darurat.
2. Asesmen nyeri ulang adalah suatu tindakan melakukan penilaian
ulang rasa sakit/ nyeri pada pasien dengan keluhan nyeri baik di rawat
jalan, IGD, rawat inap maupun rawat khusus sampai pasien terbebas
dari rasa nyeri
1. Dapat mengidentifikasi yang sedang mengalami nyeri berdasarkan
TUJUAN skala nyeri sesuai usia pasien
2. Dapat memberikan penanganan nyeri yang sesuai
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Kambang No. 882
KEBIJAKAN
/RSUK.07/SK/VI/2017 Tentang Manajemen Nyeri.
1. Dokter/Perawat melakukan skrining terhadap nyeri pada semua
pasien yang diperiksa di RS Kambang.
2. Melakukan penilaian rasa sakit/nyeri dengan menggunakan
pengkajian yang sesuai untuk masing – masing pasien:
a. NIPS (Neonatal Infant Pain Scale)untuk Neonatus
b. FLACC (Face, Leg, Activity, Cray, Consolability) untuk anak
usia<3 tahun atau anak dengan gangguan kognitif atau untuk
pasien – pasien anak yang tidak dapat dinilai dengan skala lain.
c. Wong Baker FACES Pain Scale untuk pasien dewasa dan anak >3
tahun yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya
PROSEDUR
dengan angka.
d. VRS/NRS(Verbal Reting Scale/ Numeric Rating Scale)
 VRS(Verbal Rating Scale) bermanfaat pada pasien periodic
pasca bedah karena secara alami verbal atau kata – kata yang
digunakan dalam skala ini tidak terlalu mengandalkan
koordinasi visual dan motoric. Skala ini digunakan pada
pasien dewasa dan anak – anak yang usianya > 8 tahun.
 NRS (Numeric Rating Scale) lebih baik untuk menilai nyeri
akut, sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis,
jenis kelamin, dan perbedaan etnis.
Rumah Sakit ASSESMEN NYERI PADA PASIEN
UmumKambang

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


/YAN/16 1 2/2
Jl. Kol Amir Hamzah No.53
Sei. Kambang Jambi

3. Bila ditemukan ada rasa nyeri pada asesmen awal, lakukan asesmen
lebih mendalam.
4. Asesmen ulang dilakukan sesuai dengan protokol eskalasi
(dijabarkan)
5. Monitoring skala nyeri di lembar asesmen ulang nyeri dan monitoring
risiko jatuh.
PROSEDUR
6. Dokter/Perawat melakukan tindakan intervensi sesuai dengan derajat
nyeri yang diderita pasien
7. Pasien dan keluarga dilibatkan untuk mengatasi rasa nyeri,
kemungkinan timbulnya nyeri akibat tindakan terencana dan di
dokumentasikan pada lembar edukasi No. RM 06
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Inap
UNIT TERKAIT 3. Instalasi Rawat Jalan
4. Unit Neonatal
5. Intensive Care Unit/PICU

Rumah Sakit MANAJEMEN NYERI


UmumKambang

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


286/YAN/VI/2017 1 1/3
Jl. Kol Amir Hamzah No.53
Sei. Kambang Jambi
DitetapkanOleh :
TANGGAL TERBIT Direktur RSU Kambang
STANDAR
PROSEDUR 20 Juni 2017
OPERASIONAL
( dr. Nita Arsanti)

Pemantauan nyeri yang dilakukan secara berkala oleh petugas


PENGERTIAN kesehatan dengan melakukan pengamatan atas perubahan yang terjadi
sampai nyeri bisa teratasi.
1. Memantau perkembangan nyeri pada pasien untuk diberikan
pengobatan sesuai tingkat nyeri yang dirasakan pasien
TUJUAN
4. Pasien mendapat penatalaksanaan nyeri dengan tepat
5. Kualitas mutu penatalaksanaan nyeri terjamin konsistensinya
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Kambang No. 882
KEBIJAKAN
/RSUK.07/SK/VI/2017 Tentang Manajemen Nyeri.
1. Lakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri, termasuk
lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan faktor presipitasi.
a. Skala nyeri Numerik Rating Scale / Wong Baker Faces Pain
Rating Scale untuk usia dewasa :
0 : TidakNyeri
1 – 3 : Nyeri Ringan
4 – 6 : Nyeri Sedang
7 – 10 : Nyeri Berat
PROSEDUR
b. Untuk Neonatus (0-6 bulan) menggunakan NIPS Pain Scale:
0 -1 = tidak nyeri
2-4 = nyeri ringan-sedang
>4 = nyeri berat
c. Untuk Anak menggunakan FLACC Pain Scale
Rendah : < 4/10
Sedang : 4-6
Berat : 7/10

Rumah Sakit MANAJEMEN NYERI


UmumKambang

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


286/YAN/VI/2017 1 2/3
Jl. Kol Amir Hamzah No.53
Sei. Kambang Jambi

PROSEDUR 2. Lakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri, termasuk


lokasi karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan faktor presipitasi.
3. Amati perlakuan non verbal yang menunjukkan ketidaknyamanan,
khususnya ketidakmampuan komunikasi efektif.
4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik yang dapat di terima tentang
pengalaman nyeri dan merasa menerima respon pasien terhadap
nyeri.
5. Identifikasi dampak pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
6. Penatalaksanaan nyeri
a. Tidak nyeri – ringan : dilakukan tindakan non farmakologis
b. Nyeri ringan – sedang : konsul DPJP (kombinasi tindakan
farmakologis dan non farmakologis serta monitoring nyeri
berkala)
c. Nyeri sedang – berat : konsul DPJP (tindakan farmakologis dan
monitoring nyeri berkala) dan jika perlu atas instruksi DPJP
konsul dokter spesialis anastesi)
7. Evaluasi pasca mengalami nyeri termasuk riwayat individu dan
keluarga mengalami nyeri kronik atau yang menimbulkan
ketidakmampuan.
8. Evaluasi bersama klien tentang efektifitas pengukuran kontrol pasca
nyeri yang dapat di gunakan.
9. Beri informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,berapa lama
berakhir, antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
10. Ajarkan pasien untuk mengontrol faktorlingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien mengalami ketidaknyamanan
(misal:temperatur ruangan, cahaya, kebisingan).
11. Pilih dan implementasikan berbagai pengukuran (misal:farmakologi,
nonfarmakologi) untuk memfasilitasi penurun nyeri.
12. Ajarkan teknik penggunaan nonfarmakologi.
13. Gunakan pengukuran control nyeri sebelum nyeri meningkat.
14. Lakukan verifikasi tingkat ketidaknyamanan dengan pasien,catat
perubahan pada rekam medik.

Rumah Sakit MANAJEMEN NYERI


UmumKambang

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


286/YAN/VI/2017 1 3/3
Jl. Kol Amir Hamzah No.53
Sei. Kambang Jambi

PROSEDUR 15. Lakukan dokumentasi monitoring berkala tingkat nyeri pasien pada
catatan keperawatan dan setiap pergantian shif tulis di Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) RM.04A
16. Lakukan monitoring berkala manajemen nyeri :
a. 15 menit setelah intervensi obat injeksi
b. 1 jam setelah intervensi obat oral atau lainnya
c. Setiap operan shift bila nyeri ringan (skala nyeri 0 – 3)
d. Setiap2 jam bila nyeri sedang(skala nyeri 4 – 6)
e. Setiap 1 jam bila nyeri berat(skala nyeri 7 – 10) evaluasi 15 menit
bila nyeri tidak berkurang lapor Dpjp
f. Dihentikan bila tidak nyeri
17. Jika dalam monitoring 15 menit tidak didapatkan penurunan rasa
nyeri segera dilaporkan ke DPJP
18. Jika sudah dilakukan manajemen nyeri sesuai skala nyeri dua kali
masa monitoring didapatkan nyeri menetap atau mengalami
perburukan dilaporkan ke DPJP dan disarankan untuk konsul ke
dokter anastesi.
19. Evaluasi keefektifan pengukuran kontrol nyeri yang dilakukan
dengan pengkajian terus menerus terhadap pengalaman nyeri.
20. Dorong istirahat yang adekuat/tidur untuk memfasilitasi penurunan
nyeri.
21. Beri informasi yang akurat untuk mendukung pengetahuan keluarga
dan respon untuk pengalaman nyeri.
1. ICU
UNIT TERKAIT 2. NICU
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Rawat Jalan

Rumah Sakit EDUKASI MANAJEMEN NYERI


UmumKambang

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


/YAN/VI/2018 0 1/1
Jl. Kol Amir Hamzah No.53
Sei. Kambang Jambi

DitetapkanOleh :
TANGGAL TERBIT Direktur RSU Kambang
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
( dr. Nita Arsanti )

Memberikan pendidikan dan penyuluhan kepada pasien dan atau


PENGERTIAN
keluarga berhubungan dengan pengelolaan nyeri
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menyiapkan pasien dan
TUJUAN atau keluarga berhubungan dengan strategi mengurangi nyeri atau
menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Kambang No. 882
KEBIJAKAN
/RSUK.07/SK/VI/2017 Tentang Manajemen Nyeri.
1. Lakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri, meliputi :
a. Lokasi nyeri
b. Intensitas nyeri, gunakan skala nyeri dengan umur pasien , Lama
nyeri
c. Faktor pencetus
d. Kualitas nyeri (terbakar, tumpul, tertekan, berat, dalam, kram ,
e. Pola serangan
f. Hal-hal yang menyebabkan nyeri hilang
2. Pastikan pasien menerima analgesik untuk obat anti nyeri yang tepat.
3. Beri edukasi tentang nyeri, seperti : penyebab nyeri, berapa lama
berakhir, antisipasi ketidak nyamanan dari prosedur.
PROSEDUR
4. Ajarkan pada pasien bagaimana mengurangi atau Menghilangkan
Faktor yang menjadi pencetus atau meningkatkan pengalaman nyeri,
misalnya : ketakutan, kelemahan dan rendahnya pengetahuan ,
5. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi, misalnya : relaksasi,
terapi musik, terapi bermain, terapi aktifitas, akupresus, terapi dingin
atau panas, dan pijatan ,
6. Lakukan evaluasi dan verifikasi hasil pemberian edukasi
7. Catat hasil pemberian edukasi pada pasien rawat inap dalam lembar
informasi dan edukasi RM pada pasien rawat jalan
8. Dokumentasikan pemberian edukasi tentang manajemen nyeri dalam
lembar informasi dan edukasi rawat jalan.
1. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. Intensive Care Unit/PICU

Anda mungkin juga menyukai