Anda di halaman 1dari 3

ASUHAN PELAYANAN MANAJEMEN NYERI

RSIA Permata Hati


No. Dokumen No. Revisi Halaman
JL. Tamalanrea Raya Blok 050/SPO/RSIA-PH/I/2022 1 1/3
10M No. 9-10 MAKASSAR

Ditetapkan,
Direktur RSIA Permata Hati
STANDARPROSEDUR
Tanggal Terbit :
OPERASIONAL
09/01/2022
(SPO)
dr. H. Andi Alamsyah
NIK : 20201102230001
Asesmen nyeri adalah suatu tindakan melakukan penilaian rasa sakit /
nyeri pada pasien di RS, yang terdiri atas asesmen nyeri awal dan
asesmen nyeri ulang.
Asesmen nyeri awal adalah suatu tindakan melakukan penilaian rasa
sakit / nyeri pada pasien saat pasien dilayani pertama kali di rawat jalan
PENGERTIAN maupun Unit Gawat Darurat.
Asemen nyeri ulang adalah suatu tindakan melakukan penilaian ulang
rasa sakit / nyeri pada pasien dengan keluhan nyeri baik di rawat jalan,
UGD, rawat inap maupun rawat khusus sampai pasien terbebas dari rasa
nyeri.
1. Semua pasien di RS dilakukan asesmen nyeri
2. Semua pasien nyeri dilakukan pengelolaan nyeri sesuai panduan
TUJUAN
manajemen nyeri

1. SK Direktur RSIA Permata Hati tentang manajemen nyeri di


KEBIJAKAN RSIA permata Hati Makassar
1. Dokter/ perawat melakukan asesmen awal terhadap nyeri pada
semua pasien yang periksa di RS.
2. Penilaian rasa sakit/nyeri dilakukan dengan menggunakan
pengkajian yang sesuai untuk masing - masing pasien:
a. Wong Baker FACES Pain Scale untuk pasien dewasa dan anak
> 3 tahun yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya
dengan angka.

b. Numeric Rating Scale (NRS ) untuk pasien dewasa dan anak


>3 tahun, dengan skala 0 – 10 , pasien diminta
mengekspresikan rasa nyerinya.
 0 = tidak nyeri
 1 – 3 = nyeri ringan (secara obyektif pasien dapat
berkomunikasi dengan baik)
 4 – 6 = nyeri sedang (secara obyektif pasien menyeringai,
dapat menunjukan lokasi nyeri, atau mendeskripsikan, dapat
PROSEDUR mengikuti perintah dengan baik)
 7 – 9 = nyeri berat (secara objektif pesien terkadang tidak
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan dan
menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikan dan
tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas. distraksi )
 10 = nyeri yang sangat (pasien sudah tidak dapat
mendiskripsikan lokasi nyeri, tidak dapat berkomunikasi,
memukul)
c. Comfort Scale untuk menilai derajat sedasi pada anak dan
dewasa dengan terapi sedasi yang dirawat di ruang intensif /
kamar oprasi / ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai
menggunakan Numeric Rating Scale ( NRS ) atau Wong –
Baker FACES Pain Scale
3. Dokter / perawat melakukan tindakan / intervensi sesuai dengan
derajat nyeri yang diderita pasien
4. Assessment ulang nyeri dapat dilakukan setiap shift, mengikuti
pengukuran tanda vital pasien, satu jam setelah tatalaksana nyeri,
atau sesuai jenis dan onset obat, setelah pasien menjalani prosedur
menyakitkan, sebelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang
dari rumah sakit
5. Untuk pasien yang mengalami nyeri kardiak ( jantung ), lakukan
assessment ulang setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat
– obatan intravena
6. Pada nyeri akut / kronik, lakukan assessment ulang tiap 30 menit –
1 jam setelah pemberian obat nyeri
7. Hasil asesmen nyeri didokumentasikan dalam rekam medis pada
form catatan terintegrasi monitoring terpadu dan indicator mutu
klinik
8. Hasil asesmen nyeri diinformasikan kepada pasien / keluarga dan
didokumentasikan dalam rekam medis.

 Instalasi Gawat Darurat,


 Rawat Inap,
 Instalasi Kamar Bedah,
UNIT TERKAIT
 Kamar Bersalin,
 Rawat Jalan.

Anda mungkin juga menyukai