Anda di halaman 1dari 3

ASUHAN PELAYANAN MANAJEMEN NYERI

RSIA Permata Hati


No. Dokumen No. Revisi Halaman
JL. Tamalanrea Raya Blok
10M No. 9-10 1/1
MAKASSAR

Ditetapkan,
Direktur RSIA Permata Hati
STANDAR PROSEDUR
Tanggal Terbit :
OPERASIONAL
(SPO)
dr. H. Andi Alamsyah
Asesmen nyeri adalah suatu tindakan melakukan penilaian rasa
sakit / nyeri pada pasien di RS, yang terdiri atas asesmen nyeri
awal dan asesmen nyeri ulang.
Asesmen nyeri awal adalah suatu tindakan melakukan penilaian
rasa sakit / nyeri pada pasien saat pasien dilayani pertama kali di
PENGERTIAN rawat jalan maupun Unit Gawat Darurat.
Asemen nyeri ulang adalah suatu tindakan melakukan penilaian
ulang rasa sakit / nyeri pada pasien dengan keluhan nyeri baik di
rawat jalan, UGD, rawat inap maupun rawat khusus sampai pasien
terbebas dari rasa nyeri.
1. Semua pasien di RS dilakukan asesmen nyeri
2. Semua pasien nyeri dilakukan pengelolaan nyeri sesuai
TUJUAN
panduan manajemen nyeri

1. SK Direktur RSIA Permata Hati No...................... tentang


KEBIJAKAN manajemen nyeri di RSIA permata Hati Makassar

1. Dokter/ perawat melakukan asesmen awal terhadap nyeri


pada semua pasien yang periksa di RS.
PROSEDUR 2. Penilaian rasa sakit/nyeri dilakukan dengan menggunakan
pengkajian yang sesuai untuk masing - masing pasien:
a. Wong Baker FACES Pain Scale untuk pasien dewasa dan
anak > 3 tahun yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka.
b. N
u
meric Rating Scale (NRS ) untuk pasien dewasa dan anak >
3 tahun, dengan skala 0 – 10 , pasien diminta
mengekspresikan rasa nyerinya.
 0 = tidak nyeri
 1 – 3 = nyeri ringan (secara obyektif pasien dapat
berkomunikasi dengan baik)
 4 – 6 = nyeri sedang (secara obyektif pasien
menyeringai, dapat menunjukan lokasi nyeri, atau
mendeskripsikan, dapat mengikuti perintah dengan
baik)
 7 – 9 = nyeri berat (secara objektif pesien terkadang
tidak mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan dan menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat
mendiskripsikan dan tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas. distraksi )
 10 = nyeri yang sangat (pasien sudah tidak dapat
mendiskripsikan lokasi nyeri, tidak dapat
berkomunikasi, memukul)
c. Comfort Scale untuk menilai derajat sedasi pada anak
dan dewasa dengan terapi sedasi yang dirawat di ruang
intensif / kamar oprasi / ruang rawat inap yang tidak
dapat dinilai menggunakan Numeric Rating Scale ( NRS )
atau Wong – Baker FACES Pain Scale
3. Dokter / perawat melakukan tindakan / intervensi sesuai
dengan derajat nyeri yang diderita pasien
4. Assessment ulang nyeri dapat dilakukan setiap shift,
mengikuti pengukuran tanda vital pasien, satu jam setelah
tatalaksana nyeri, atau sesuai jenis dan onset obat, setelah
pasien menjalani prosedur menyakitkan, sebelum transfer
pasien, dan sebelum pasien pulang dari rumah sakit
5. Untuk pasien yang mengalami nyeri kardiak ( jantung ),
lakukan assessment ulang setiap 5 menit setelah pemberian
nitrat atau obat – obatan intravena
6. Pada nyeri akut / kronik, lakukan assessment ulang tiap 30
menit – 1 jam setelah pemberian obat nyeri
7. Hasil asesmen nyeri didokumentasikan dalam rekam medis
pada form catatan terintegrasi monitoring terpadu dan
indicator mutu klinik
8. Hasil asesmen nyeri diinformasikan kepada pasien / keluarga
dan didokumentasikan dalam rekam medis.

 Instalasi Gawat Darurat,


 Rawat Inap,

UNIT TERKAIT  Instalasi Kamar Bedah,


 Kamar Bersalin,
 Rawat Jalan.

Anda mungkin juga menyukai