Anda di halaman 1dari 24

Kepercayaan Kepuasan staf

Menghargai Menciptakan Membangun


masyarakat meningkat
hak pasien budaya mau Kepemimpinan
meningkat dengan
dan keluarga belajar dari IKP Dan
lingkungan
kerjasama
kerja yang
aman dan
efisien

4
PAIN
The International Association for the Study of Pain
defines pain as “an unpleasant sensory and emotional
experience associated with actual or potential tissue
damage, or described in terms of such damage.”

Sinatra,Acute Pain Management,2009


 UU No. 44/2009 pasal 32 tentang hak pasien ( ayat d, e ), setiap
pasien mempunyai hak:
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional

e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien


terhindar dari kerugian fisik dan materi

9
• HPK 2.4 RS mendukung hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan
HPK manajemen nyeri dengan tepat

• AP 1. 7 Semua pasien rawat inap dan rawat jalan dinilai apakah


mengalami rasa nyeri dan dilakukan pemeriksaan mengenai rasa nyeri
AP tersebut jika ada.

• PP 6 Manajemen Nyeri
PP • Mendukung pasien dalam mengatasi rasa nyeri secara efektif

• PPK 4 Penyuluhan pasien dan keluarganya mencakup topik-topik yang berkaitan


dengan perawatan pasien sebagai berikut: penggunaan obat-obatan yang aman,
PPK penggunaan peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obat-obatan dan
makanan, panduan gizi, manajemen nyeri, serta teknik-teknik rehabilitasi.

10
KEBIJAKAN PENGELOLAAN/PENANGANAN NYERI

Pengertian
Penanganan nyeri adalah upaya mengatasi nyeri yang dilakukan pada
pasien bayi, anak, dewasa dan pasien tersedasi dengan pemberian obat
maupun tanpa pemberian obat, sesuai tingkat nyeri yang dirasakan pasien,
mengacu pada Panduan Manajemen Nyeri.

Tujuan pelayanan pasien dengan nyeri:


1. Semua pasien yang mengalami nyeri mendapatkan pelayanan sesuai
panduan dan prosedur menejemen nyeri .
2. Mengindari dampak /resiko nyeri terhadap proses penyembuhan
3. Memberikan kenyamanan pada pasien
Kebijakan pelayanan pasien nyeri

1. Semua pasien yang dilayani di RS


dilakukan pengkajian nyeri.
2. Rumah sakit berkewajiban untuk memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga
mengenai penanganan nyeri dan melibatkan
pasien/keluarga untuk mendapatkan hasil
yang optimal dalam penanganan nyeri pasien,
disesuaikan dengan konteks keyakinan
pribadi, budaya dan agama.
3. Asesmen ulang nyeri: dilakukan pada pasien yang
dirawat lebih dari beberapa jam dan menunjukkan
adanya rasa nyeri, sebagai berikut:
– Lakukan asesmen nyeri yang komprehensif setiap kali
melakukan pemeriksaan fisik pada pasien
– Dilakukan pada: pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah
tatalaksana nyeri, setiap empat jam (pada pasien yang
sadar/ bangun) atau sesuai jenis dan onset masing-masing
jenis obat, pasien yang menjalani prosedur menyakitkan,
sebelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari
rumah sakit.
– Pada nyeri akut / kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30
menit – 1 jam setelah pemberian obat nyeri
4. Semua tindakan asesment dan penanganan nyeri
didokumentasikan dalam catatan rencana
pengelolaan, implementasi , catatan perkembangan
terintegrasi dan lembar monitoring terpadu rawat
inap, rawat jalan, maupun rawat khusus di rekam
medis.
5. Staf yang terlibat dalam penanganan nyeri
kompeten.
6. Rumah sakit memiliki proses untuk mendidik staf
mengenai menejemen nyeri dengan melaksanakan
pelatihan manajemen nyeri
SPO ASESMEN NYERI
• Asesmen nyeri adalah suatu tindakan melakukan penilaian rasa
sakit / nyeri pada pasien di RS, yang terdiri atas asesmen nyeri
awal dan asesmen nyeri ulang.

• Asesmen nyeri awal adalah suatu tindakan melakukan penilaian


rasa sakit / nyeri pada pasien saat pasien dilayani pertama kali di
rawat jalan maupun Unit Gawat Darurat

• Asemen nyeri ulang adalah suatu tindakan melakukan penilaian


ulang rasa sakit / nyeri pada pasien dengan keluhan nyeri baik di
rawat jalan, UGD, rawat inap maupun rawat khusus sampai
pasien terbebas dari rasa nyeri.
Tujuan:
• Semua pasien di RS dilakukan asesmen nyeri
• Semua pasien nyeri dilakukan pengelolaan nyeri
sesuai panduan manajemen nyeri

Prosedur
1. Dokter/ perawat melakukan asesmen awal terhadap
nyeri pada semua pasien yang periksa di RS.
2. Penilaian rasa sakit/nyeri dilakukan dengan
menggunakan pengkajian yang sesuai untuk masing
masing pasien:
Prosedur Asesmen nyeri
(cont)
a. NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) untuk neonatus
b. FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, Consolability) untuk
anak usia < 3 tahun atau anak dengan gangguan kognitif
atau untuk pasien-pasien anak yang tidak dapat dinilai
dengan skala lain.
c. Wong Baker FACES Pain Scale untuk pasien dewasa
dan anak > 3 tahun yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka
Prosedur Asesmen nyeri (cont)
d. VAS (Visual Analog Scale) untuk pasien dewasa dan
anak > 8 tahun, dengan skala 0 – 10 dimana 0 tidak
nyeri dqn 10 sangat nyeri, pasien diminta
mengekspresikan rasa nyerinya
e. Comfort Scale untuk menilai derajat sedasi pada
anak dan dewasa dengan terapi sedasi, yang dirawat di
ruang rawat intensif / kamar operasi / ruang rawat inap
yang tidak dapat dinilai menggunakan Visual Analog
Scale atau Wong-Baker FACES Pain Scale.
Prosedur Asesmen nyeri (cont)

3. Dokter/ perawat melakukan tindakan /intervensi sesuai


dengan derajat nyeri yang diderita pasien.
4. Asesment ulang nyeri dapat dilakukan: setiap shift,
mengikuti pengukuran tanda vital pasien, satu jam
setelah tatalaksana nyeri, atau sesuai jenis dan onset
obat, setelah pasien menjalani prosedur menyakitkan,
sebelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari
rumah sakit.
Prosedur Asesmen nyeri (cont)

5. Untuk pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung),


lakukan asesmen ulang setiap 5 menit setelah
pemberian nitrat atau obat-obat intravena.
6. Pada nyeri akut / kronik, lakukan asesmen ulang tiap
30 menit – 1 jam setelah pemberian obat nyeri.
7. Hasil asesmen nyeri didokumentasikan dalam rekam
medis pada form catatan terintegrasi, monitoring
terpadu dan indikator mutu klinik.
8. Hasil asesmen nyeri diinformasikan kepada pasien
/keluarga dan didokumentasikan dalam rekam medis
SPO PENGELOLAAN NYERI
Pengertian
• Pengelolaan / manajemen nyeri adalah penanganan
nyeri yang dilakukan pada pasien berdasarkan hasil
pengkajian / asesmen nyeri awal dan asesment nyeri
ulang, termasuk edukasi pengelolaan rasa nyeri oleh
DPJP dan perawat.
Tujuan
Semua pasien nyeri ditangani dengan baik sesuai
panduan
PROSEDUR PENGELOLAAN NYERI
1. Dokter/ perawat melakukan identifikasi rasa nyeri
setiap pasien yang dilayani di semua ruang rawat
menggunakan asesment nyeri yang sesuai dan
didokumentasikan dalam rekam medis
2. Asessment awal dilakukan pada saat pengkajian
fisik yang menjadi bagian dari pemeriksaan tanda-
tanda vital. Asessment ulang dilakukan sesuai dengan
kondisi pasien dan setiap terjadi perubahan kondisi
pasien
PROSEDUR PENGELOLAAN NYERI
(Cont)
3. Penatalaksanaan terhadap semua pasien (dewasa,
neonatus, anak, atau pasien tidak sadar) dilakukan
sesuai dengan skala penilaian nyeri masing-masing.
– Bila skala nyeri 3 : pasien mempunyai derajat rasa nyeri yang
ringan. Penatalaksanaan nyerinya bisa dilakukan secara non
farmakologik ( tehnik relaksasi, distraksi, pengalihan perhatian,
dll)
– Bila skala nyeri >4 : pasien mempunyai derajad rasa nyeri
sedang / berat, maka perawat harus melaporkan ke DPJP
untuk dilakukan intervensi farmakologik yang sesuai.
PROSEDUR PENGELOLAAN NYERI (Cont)
4. Pelaksanaan evaluasi nyeri dilakukan setelah 1 jam
pemberian obat injeksi atau sesuai jenis dan onset obat
oleh DPJP dan didokumentasikan dalam rekam
medis
5. Bila penilaian nyeri <4 : pasien mempunyai derajat
rasa nyeri yang ringan dan dilakukan evaluasi setiap
shift sesuai evaluasi tanda vital dan ditulis dalam
lembar monitor terpadu dan catatan terintegrasi. Bila
skala > 4 ditulis dalam catatan terintegrasi sebagai
masalah keperawatan.
PROSEDUR PENGELOLAAN NYERI (Cont)
6. Bila penilaian nyeri > 4, maka evaluasi nyeri dapat
dilakukan diluar jadwal pemeriksaan tanda vital.
7. Setelah ditangani DPJP, tetapi nyeri pasien belum
berkurang, maka DPJP perlu melakukan konsul ke
dokter syaraf sub spesialis nyeri, dan apabila
diperlukan, dilakukan konsul ke dokter anestesi
untuk intervensi blok/intervensi khusus.
8. Semua intervensi nyeri yang dilakukan,
diinformasikan kepada pasien dan keluarga serta
didokumentasikan dalam rekam medis
PROSEDUR PENGELOLAAN NYERI (Cont)

10. Penatalaksanaan kembali ke nomor 3, jika pasien


kembali mengalami nyeri.
11. Dokter/perawat mendokumentasikan: skala nyeri, lokasi
nyeri, jenis tata kelola nyeri oleh perawat/dokter,
efektivitas dari tatakelola yang telah dilakukan.
12. Dokter/ perawat melakukan edukasi tentang nyeri dan
didokumentasikan dalam rekam medis.
ALUR PENANGANAN NYERI RUMAH SAKIT
KESIMPULAN
 Penanganan nyeri merupakan hak pasien untuk bebas dari
ketidaknyamanan karena nyeri selama dalam perawatan di RS.

 Manajemen nyeri yang efektif bukan saja memiliki nilai – nilai


yang berkaitan dengan hak pasien untuk tidak merasakan nyeri
tetapi juga memiliki keuntungan medis dan ekonomis seperti
lama rawat inap yang lebih pendek karena waktu pemulihan
yang lebih cepat.

 Merupakan kewajiban RS untuk menerapkan kebijakan dan


prosedur manajemen nyeri sesuai standar akreditasi rumah
sakit.

 Staf perlu diberikan pelatihan dan pemahaman tentang


pentingnya manajemen nyeri pada setiap pasien.
8/13/2019 32
REFERENSI
Standar Akreditasi Rumah Sakit, Ditjen BUK,
Kemenkes dengan KARS, 2011
Raymond S. Sinatra, Oscar A. de Leon-Casasola, Brian
Ginsberg, Eugene R. Viscusi 2009
Panduan Manajemen Nyeri RSUP Dr Sardjito,2012
Kebijakan dan Prosedur penanganan nyeri RSUP Dr
Sardjito, 2012

Anda mungkin juga menyukai