Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan


Departemen Keperawatan Jiwa Di
RSJ Dr. Radjiman Wediodinigrat – Lawang

Disusun Oleh:

Nama : WIDHA ARLYKA DUTA


NIM : P17 2121 95 006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TA. 2019 – 2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

I. MASALAH UTAMA KEPERAWATAN


Gangguan proses pikir : waham

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun yag lain tidak berkeyakinan sama dan kontraindikasi dengan realitas
sosial. (Stuart, 2016 : 88 )

B. Penyebab
Adapun faktor-faktor penyebab waham antara lain
a. Faktor Presipitasi
a) Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis
yangmaladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak
yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.Pada
pasien dengan waham,pemeriksa MRI menunjukkan bahwa derajat
lobus temporal tidak simetris.Akan tetapi perbedaan ini sangat kecil,
sehingga terjadinya waham kemungkinan melibatkan komponen
degeneratif dari neuron.
Waham somatic terjadi kemungkinan karena disebabkan adanya
gangguan sensori pada sistem saraf atau kesalahan penafsiran dari input
sensori karena terjadi sedikit perubahan pada saraf kortikal akibat
penuaan.
b) Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.

2
c) Pemicu
Gejala Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis
yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap
dan prilaku individu, seperti: gizi buruk, kurang tidur, infeksi,
keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah
perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam
berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan,
keputusasaan dan sebagainya.

b. Faktor Predisposisi
a) Teori Biologis
Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
waham:
1) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki
anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara
kandung, sanak saudara lain).
2) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu
kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak.
Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel
pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita
skizofrenia.
3) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala
peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-
asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.
b) Teori Psikososiala.
a. Teori sistem keluarga menggambarkan perkembangan skizofrenia
sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga.Konflik diantara
suami istri mempengaruhi anak.Penanaman hal ini dalam anak
akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas
dan suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya
suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang
3
antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan
ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke
dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan
mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami
psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh
akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang
membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu
membentuk rasa percaya terhadap orang lain.
c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari
suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu
hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena
ego menjadi lebih lemahpenggunaan mekanisme pertahanan
ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu
yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan
penampilan dan segmen id dalam kepribadian.

C. Tanda dan gejala


Tanda dan Gejala waham adalah :
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan dirinya
sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar biasa,
klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang,
klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya,menarik
diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa
curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis,
suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau menangis sendiri,
rasa tidak percaya kepada orang lain dan gelisah.
1. Status Mental
a. Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat
normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
b. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
c. Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga
d. Pada waham kebesaran,ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal
4
e. Adapun sistem wahamnya,pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan.
f. Klien dengan waham,tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap
kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
2. Sensorium dan kognisi
a. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
memiliki wham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
b. Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak (utuh)
c. Klien waham hampir seluruh memiliki insight (daya tilik diri) yang jelek.
d. Klien dapat dipercaya informasinya,kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien
adalah dengan menilai perilaku masa lalu,masa sekarang dan yang
direncanakan.

Jenis jenis saham :


Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi terhadap
perilaku berikut ini:
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “Saya punya
tambang emas”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Contoh: “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya
karena mereka iri dengan kesuksesan saya”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari”
5
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia
terserang kanker.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini khan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”

D. Rentan Respon

E. Proses dan Fase terjadinya Waham


Proses TerjadinyaWaham
 Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan
 Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang
menyalah artikan kesan terhadap kejadian
 Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak
dapat diterima menjadi bagian eksternal
 Individu memberikan pembenaran atau interpretasi personal tentang realita
pada diri sendiri atau orang lain.
Adapun fase-fase terjadinya waham berdasarkan teori hierarki maslow adalah
sebagai berikut :

6
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
 Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas
b. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety/Security Needs)
Klien takut terhadap objek atau situasi tertentu atau cemas secara berlebihan
tentang tubuh atau kesehatannya, klien pernah merasakan bahwa benda-benda
di sekitarnya aneh dan tidak nyata, klien pernah merasakan bahwa ia berada di
luar tubuhnya, klien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain,
klien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau
kekuatan dari luar, klien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya.
Oleh karena itu, penderita waham akan merasa keamanan diirnya terancam
oleh lingkungan eksternal
c. Kebutuhan Akan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang (Social Needs)
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial ( Isolasisosial). Peran keluarga sangat diperlukan
oleh seseorang penderita gangguan proses pikir, namun pada faktanya banyak
diantara kelarga yang jarang memperdulikan keluarganya ketika salah satu
anggota keluarganya ada yang mengalami gangguan proses pikir. Sehingga,
kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih saying tidak akan terpenuhi
d. Kebutuhan Akan Penghargaan (Esteem Needs)
 Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.

7
e. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Self-actualization Needs)
Pada dasarnya, pengakuan diri dari masyarakat luas sangat dibutuhkan oleh
individu. Namun pada faktanya penderita cenderung merasa disingkirkan oleh
orang lain dan merasa kesepian, hubungan yang tidak harmonis dengan orang
lain, perpisahan dengan orang yang dicintainya, kegagalan yang sering dialami,
keturunan paling sering pada kembar satu telur, sering menggunakan
penyelesaian masalah yang tidak sehat, misalnya menyalahkan orang lain.

F. POHON MASALAH

Efek Kerusakan Resiko tinggi menciderai diri,


komunikasi verbal orang lain, dan lingkungan

Faktor pencetus:
1. Proses pengolahan
Gangguan proses informasi yang
Core Problem pikir: waham berlebihan
2. Mekanisme
penghantaran
listrik yang
abnormal
3. Adanya gejala
pemicu
Causa
Harga diri rendah

Faktor penyebab:
1. Genetis
2. Neurobiologis
3. Neurotransmitter
4. Virus
5. Psikologis

8
III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
A. PENGKAJIAN
Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai panduan
untuk mengkaji pasien dengan waham
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak
nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua
informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan
hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau
menerima keyakinan pasien.

B. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Gangguan Proses Pikir : Waham akibat kerusakan komunuikasi verbal

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Proses Pikir : Waham berhubungan denga kerusakan komunikasi verbal

D. RENCANA TINDAKAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
3) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
9
b. Tindakan
Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman
saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
 Tidak mendukung atau membantah waham pasien
 Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
 Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
 Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
 Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
 Realitas

10
STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 1
Latihan 1: Membina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi waham pasien

A. ORIENTASI:
“Assalamualaikum dik, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat dari puskesmas Darul
Imarah, saya yang akan merawat adik hari ini. Nama adik siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang B rasakan sekarang?”
“Berapa lama B mau kita berbincang-bincang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, B?”

B. KERJA:
“Saya mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus B?”
“B, B ada ditempat yang aman, saya dan keluarga B akan selalu menemani B”
“Wah..warna baju yang B kenakan hari ini cocok sekali dengan warna kulit B”
“Apa saja yang B harapkan selama ini, bisa B ceritakan kepada saya?”
“Bagus sekali, B dapat menceritakan harapan B”

C. TERMINASI:
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau saya datang kembali ke rumah B dua hari yang akan datang?”
“Jam berapa sebaiknya saya datang kembali?”
“Dimana enaknya kita bercakap-cakap nanti?”
“Bagaimana kalau nanti kita bicarakan tentang hobinya B?”
“Nah selama dua hari tidak bertemu ini coba B ingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran B”.

Berikut ini adalah contoh komunikasi yang didokumentasikan:


Data: Pasien tampak tegang, mengatakan berulang-ulang ia adalah nabi Adam. Klien
mengatakan setiap orang harus menuruti perkataannya karena ia adalah utusan Allah.

11
Diskusikan dengan pasien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat yang lalu dan saat
ini
Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya.
Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan
kecemasan, rasa takut dan marah.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
12) Berbicara dalam konteks realitas
Bila pasien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya berikan pujian yang sesuai
Jelaskan pada pasien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis obat, jenis, dan efek
samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar)
15) Diskusikan akibat yang terjadi bila pasien berhenti minum obat
tanpa konsultasi

12
STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 2

Latihan 2: Memberikan tindakan keperawatan kepada pasien waham

A. ORIENTASI:
“Assalamualaikum B, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datang lagi”
“Apakah B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran B?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi B tersebut?”
“Berapa lama B mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”

B. KERJA:
“Apa saja hobby B?”
“Wah.., rupanya B pandai menari seudati ya, tidak semua orang bisa menari seperti itu lho
B”
“Bisa B ceritakan kepada saya kapan pertama kali B belajar menari seudati, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada B, dimana?”
“Bisa B peragakan kepada saya bagaimana menari seudati itu?”
“Wah..bagus sekali tarian seudati B”
“Bagaimana kalau sekarang B teruskan kemampuan menari seudati tersebut…….”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan B ini ya, berapa kali sehari/seminggu B mau
menari seudati?”
“Apa yang B harapkan dari kemampuan menari seudati ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan B selain menari seudati?”

C. TERMINASI:
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan B?”
“Setelah ini coba B lakukan latihan menari seudati sesuai dengan jadual yang telah kita buat
ya?” “Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi B ya?”
“Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja, B setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B minum, setuju?”(jika pasien telah
dapat obat)
13
STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 3

Latihan 3:Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

A. ORIENTASI:
“Assalamualaikum B, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datan lagi”
“Bagaimana B sudahdicoba latihan menarinya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat yang B minum?”
“Dimana kita mau berbicara?”
“Berapa lama B mau kita berbicara?”

B. KERJA:
“B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam B, yang warnanya oranye namanya CPZ, yang putih ini namanya
THP, dan yang merah jambu ini namanya HLP semuanya ini harus ibu minum 3 kali sehari
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut B terasa kering, untuk membantu mengatasinya B bisa
mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, B sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”
“Sebelum minum obat ini B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama B
tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga
apakah nama obatnya sudah benar”
“B, obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus B minum dalam
waktu yang lama. Sebaiknya B tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum
berkonsultasi dengan dokter.

C. TERMINASI:
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang B minum?. Apa saja
nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan B. Jangan lupa minum obatnya dan melakukan
kegiatan yang lain”
14
“Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi B ya?”

“Nanti saya akan bicara dengan ibu dan bapak B. Bagaimana pak, bu, bisa kita ketemu dua
hari lagi untuk membicarakan cara merawat B di rumah? Bagaimana kalau waktunya seperti
sekarang ini saja, bapak dan ibu setuju?.
2. Tindakan keperawatan yang ditujukan untuk keluarga
a. Tujuan :
1. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.
3. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara
optimal
b. Tindakan :
1. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
2. Diskusikan dengan keluarga tentang :
a) Cara merawat pasien waham dirumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
3. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat dosis,
frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
4. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi
segera

A. ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, bu, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datang
lagi”
“Bagaimana pak, bu apakah sekarang B sudah minum obat secara teratur?. Bagaimana
dengan kegiatan yang lain? Sudah dikerjakan?”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang bagaiman cara merawat B di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara?”

15
B. KERJA:
“Pak, bu, dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-ngaku sebagai
seorang nabi, bapak dan ibutidak perlu kuatir. Yang harus bapak dan ibu perhatikan adalah
setiap kali anak bapak dan ibu berkata seperti itu bapak dan ibu dapat menanggapinya
dengan:
‘Bapak/Ibu mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk
mempercayainya karena setahu bapak/ibu semua nabi sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan kita tentang kemampuan- kemampuan yang pernah B miliki?'
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B, misalnya:
“Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu. B
khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernahdimiliki oleh anak) “Bagaimana
kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan pujian)
“Lalu bapak dan ibu juga harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik
ya”.
“Hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B”
“Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi
tenang, tidurnya juga tenang”
“Obat ini harus diminum secara teratur setiap hari dan jangan dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena akan dapat menyebabkan B kambuh kembali (Libatkan
keluarga saat memberikan penjelsan tentang obat kepada klien)

C. TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di
rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi dan tolong bantu
B untuk minum obat sesuai yang saya ajarkan tadi”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu
danbapak, misalnya: mengaku sebagai seorang nabi terus menerus dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.
Jika hal ini terjadi segera hubungi petugas kesehatan
“Baiklah seminggu lagi saya akan datang untuk melihat perkembangan anak bapak dan ibu
serta membicarakan tentang cara merawat yang lain”
16
EVALUASI
1. Pasien mampu:
a) mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan
b) berkomunikasi sesuai kenyataan
c) menggunakan obat dengan benar dan patuh
2. Keluarga mampu:
a) Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan
b) Membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan pasien
c) Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh

17
DAFTAR PUSTAKA

Stuart. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC :


Jakarta
Zana, N. d. (2012). Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik pada
Pasien Waham Terhadap Kemampuan Menilai Realita di Rumah Sakit Jiwa Provsu
Medan. Repisitori Universitas Sumatera Utara.

18

Anda mungkin juga menyukai