Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN Tn. A di RKO
RSJD Dr AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
2007
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA : PERILAKU KEKERASAN PADA
PASIEN Tn A DI RUANG KETERGANTUNGAN OBAT RSJD Dr AMINO
GONDOHUTOMO SEMARANG

I. Pengkajian
A. Identitas
Identitas klien
Nama : Tn A
Umur : 26 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Diagnosa medis : Skizoprenia kateter
Tanggal masuk : 8 November 2007
Tanggal pengkajian : 10 November 2007
Alamat : Kudus
No RM : 038378
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn B
Umur : 70 th
Alamat : Kudus
Hubungan dengan klien : Ayah
B. Alasan Masuk
Klien sering mengemut dan memecahkan gelas dan piring

C. Faktor Predisposisi
Keluarga menyatakan kurang lebih 2 tahun yang lalu pasien dirawat di RSJ
dengan keluhan diam, suka bicara sendiri, sering melamun. Dirawat
selama 8 hari pulang dan rawat jalan obat tidak teratur. Kurang lebih 2
bulan yang lalu pasien mulai tampak gejala susah makan, diam, mandi,
ganti baju inisiatif sendiri. Kurang lebih satu bulan yang lalu pasien mulai
sulit makan, mandi, ganti baju harus disuruh, waktu luang untuk melamun.
Klien termasuk orang yang pendiam, pemalu, banyak teman dan suka
menyendiri.
Anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
D. Faktor precipitasi
Klien pernah menjalani trauma ditinggal pacar menikah
E. Pemeriksaan Fisik
TTV = TD = 110/90 mm Hg
N = 86 X /menit
S = 385 C
TB = 160 cm
BB = 58 Kg
Keluhan fisik : klien panas sejak 2 hari yang lalu.

F. Psikososial
1. Genogram

= laki-laki hidup
= perempuan hidup
= klien

Tidak ada anggota keluarga yang sakit sepeti ini. Klien anak pertama
dari 3 bersaudara klien paling dekat dengan ibunya dalam keluarga.
Tidak ada penyakit keturunan, komunikasi dalam keluarga baik dan
pola asuh dalam keluarga baik
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien suka dengan anggota tubuhnya, tidak ada anggota tubuh
yang tidak disukai.
b. Identitas
Klien berjenis kelamin laki-laki sebelum sakit klien bekerja
mengelola toko dan belum menikah.
c. Peran
Klien selama di RSJ tidak bisa melakukan perannya sebagai
pengelola toko karena sakit. Klien hanya menghabiskan waktu
seharian untuk beristirahat di tempat tidurnya.
d. Ideal diri
Klien bercita-cita untuk menjadi seorang pengusaha dan berguna
bagi keluarga dan masyarakat mau menerimanya. Klien ingin
cepat sembuh.
e. Harga diri
Klien merasa malu dan ragu-ragu untuk mencoba hal yang baru.
Hubungan dengan orang lain agak renggang karena merasa orang
lain mengejeknya.
MK = gangguan harga diri : harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat klien adalah ibu.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: klien jarang
berperan serta dalam kegiatan kelompok karena minder.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, klien ragu atau
malu sehingga hubungandengan orang lain senggang, selama sakit
klien hanya berdiam diri di rumah.
MK = gangguan isolasi sosial: menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien dan
keluarganya beragama Islam. Sebelum
sakit klien rajin melakukan sholat, tetapi
setelah sakit klien jarang melakukan
sholat.
b. Kepercayaan ibadah : sebelum sholat klien
sering berdoa namun setelah sakit pasien
tak pernah terlihat berdoa.

G. Status Mental
1. Penampilan
Kebersihan dan kerapian kurang, rambut tersisir kering, menggunakan
pakaian seragam dari RSJ. Dalam melakukan perawatan diri masih
harus dibantu perawat.
MK = defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Klien apatis sering berdiam diri, tidak mau bicara, berbicara sepatah
kata dengan nada keras.
3. Aktifitas motorik
Klien tampak lesu, gelisah dan tidak tenang, klien tidak mengikuti
kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mengepel,TAK
4. Alam perasaan
Klien tampak sedih karenatidak bisa berkumpul dengan keluarga.
5. Afek
Klien lebih banyak terlihat diam jika diajak bicara mau menjawab
dengan sepatah kata dengan nada keras.
6. Interaksi selama wawancara
Saat wawancara klien kurang kooperatif, kontak mata dengan lawan
bicara kurang apatis, klien menolak untuk diajak bicara.
7. Persepsi
Tidak terdapat halusinasi pendengaran dan penglihatan.
8. Proses pikir
Pada saat wawancara klien sering tidak mau menjawab pertanyaan
yang diajukan.
9. Isi pikir
Klien tidak mengalimi gangguan isi pikir : waham
10. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien masih kurang baik, klien juga masih bingung, klien
tahu saat ditanya siapa namanya.
11. Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka pendek sehingga
pasien kehilangan sebagian dari memori dalam ingatannya .
12. Tingkat konsentrasi dalam berhitung
Klien tidak bisa berkonsentrasi dan berhitung saat dilakukan
pengkajian.
13. Kemampuan penilaian
Klien tidak mampu untuk menilai dan selalu bingung bila dihadapkan
pada dua pilihan,klien kesulitan untuk memutuskan.
14. Daya tilik diri
Pasien tidak merasa dirinya sakit.

H. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Klien makan 3x sehari dengan menu yang disediakan rumah sakit, saat
makan habis satu porsi. Makan masih dibantu oleh keluarga klien.
2. BAB/BAK
BAB/BAK klien masih dibantu oleh keluarga klien.
3. Mandi
Klien belum bisa mandi secara mandiri.
4. Berpakaian
Dalam berpakaian klien masih dibantu keluarga,
5. Istirahat dan tidur
Klien tidak mengalami kesulitan dalam tidur. klien terbiasa tidur siang dan
malam.
6. Penggunaan obat
Klien masih dipaksa untuk minum obat.
7. Pemeliharaan kesehatan
Jika klien merasa tidak enak badan klien mengatakannya pada keluarga.
8. Kegiaan di dalam rumah
Klien menghabiskann waktunya untuk melamun dan menonton TV
9. Kegiatan di luar rumah
Klien menjadi pengelola sebuah toko

I. Mekanisme Koping
Klien jika mempunyai masalah lebih senang berdiam diri dan melamun,
jarang menceritakan masalahnya pada orang lain. Klien lebih suka
memendam masalah itu sendiri.

J. Masalah Psikososial
Menurut keluarga semenjak klien mulai mengamuk dan marah-marah
lingkungan tidak mau menerima.

K. Pengetahuan
Klien merasa pengetahuannya terbatas untuk mengatasi masalahnya.

L. Terapi Medik
Zofredal = 2X2 mg
Artan = 2X2 mg
Program = ECT konvensional

II. Daftar masalah


1. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku kekerasan : amuk
3. gangguan harga diri : harga diri rendah

III. Pohon masalah


Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan : amuk core problem

gangguan harga diri : harga diri rendah


IV. Analisa Data
NO Tgl/Jam Data Fokus Masalah Ttd
1. 10 November 2007 DS = - keluarga klien mengatakan bahwa Resiko mencederai
10.00 WIB sejak beberapa bulan yang lalu orang lain, diri dan
klien suka marah-marah, bicara lingkungan.
kacau, mengamuk tanpa sebab
dan membentak lawan bicaranya.
DO = - klien tampak marah, wajah tegang,
mata dan muka merah, sering
berteriak-teriak dan pandangan
tajam.
2. 10 November 2007 DS = - keluarga klien mengatakan bahwa Perilaku kekerasan :
10.00 WIB klien seringkali membentak Amuk
kepada orang yang sedang
menasehatinya, pada waktu di
rumah klien membanting perabot
rumah tangga
DO = - klien tampak marah, nada suara
tinggi (membentak), ekspresi
marah saat ada perawat yang
memberinya obat dan melempar
tempat obat yang akan Gangguan harga
diminumnya ke klien. diri : Harga diri
3. 10 November 2007 DS = - Keluarga klien mengatakan bahwa rendah
10.00 WIB klien merasa malu dengan orang
lain karena klien tidak mampu
untuk bekerja.
- Keluarga klien juga mengatakan
bahwa klien merasa dikucilkan
oleh lingkungannya
- Keluarga klien mengatakan
bahwa jika klien mengingat hal
itu semua klienmenjadi melamun,
berdian diri dan tidak mau bicara
lagi.
- Klien membuang muka.
DO = - Kesadaran klien tampak
tidak terfokus
- Pada saat dilakukan interaksi,
klien tidak mau menjawab apa
yang sedang ditanyakan.

V. Diagnosa keperawatan

1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
IV. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Resiko menciderai diri sendiri TUM
dan orang lain G.d perilaku Klien dapat melanjutkan
kekerasan hubungan peran sesuai dengan
tanggung jawab
TUK
1. Klien dapat membina 1. Klien mau membalas salam. 1. Beri salam/panggil nama klien. - Hubungan saling percaya
hubungan saling percaya. 2. Klien mau menjabat tangan. 2. Sebut nama perawat sambil merupakan landasan utama
3. Klien mau menyebut nama. berjabat tangan. untuk hubungan selanjutnya.
4. Klien mau tersenyum. 3. Jelaskan maksud hubungan
5. Klien mau kontak mata. interaksi.
6. Klien mengetahui nama 4. Jelaskan tentang kontrak yang
perawat. akan dibuat.
7. Menyediakan waktu untuk 5. Beri rasa aman dan sikap
kontrak. empati.
6. Lakukan kontak singkat tapi
sering. - Beri kesempatan untuk
2. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat mengungkapkan 1. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
penyebab perilaku kekerasan. perasaannya. mengungkapkan perasaannya. dapat membantu
2. Klien dapat mengungkapkan 2. Bantu klien untuk mengurangi stres dan
penyebab perasaan jengkel / mengungkapkan penyebab penyebab perasaan jengkel /
kesal (dari diri sendiri, dari jengkel / kesal. kesal dapat diketahui
lingkungan/orang lain). - Untuk mengetahui hal-hal
3. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat mengungkapkan 1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan
tanda-tanda perilaku perasaan saat marah. yang dialami saat marah / saat jengkel.
kekerasan. 2. Klien dapat menyimpulkan jengkel. - Untuk mengetahui tanda-
tanda-tanda jengkel / kesal yang 2. Observasi tanda perilaku tanda klien jengkel / kesal.
diambil. kekerasan pada klien. - Menarik kesimpulan
3. Simpulkan bersama klien tanda- bersama klien supaya klien
tanda jengkel / kesal yang mengetahui secara garis
dialami klien. besar tanda-tanda marah /
kesal.
- Mengeksplorasikan
4. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat mengungkapkan 1. Anjurkan klien untuk perasaan klien terhadap
perilaku kekerasan yang biasa perilaku kekerasan yang biasa mengungkapkan perilaku perilaku kekerasan yang
dilakukan. dilakukan. kekerasan yang biasa dilakukan biasa dilakukan.
klien. - Mengungkapkan perasaan
2. Klien dapat bermain peran 2. Bantu klien bermain peran klien terhadap perilaku
dengan perilaku kekerasan yang sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
biasa dilakukan. kekerasan yang biasa dilakukan dan dengan
dilakukan. bantuan perawat bisa
membedakan perilaku
destruktif & kontraktif.
- Dapat membantu klien
3. Klien dapat mengetahui cara 3. Biacarakan dengan klien menemukan cara yang dapat
yang biasa dapat menyesuaikan apakah dengan cara yang klien menyelesaikan masalah.
masalah atau tidak. lakukan masalahnya selesai. - Membantu klien untuk
5. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat menjelaskan akibat 1. Bicarakan akibat / kerugian dari menilai perilaku kekerasan
akibat perilaku kekerasan. dari cara yang digunakan klien. cara yang dilakukan klien. yang dilakukannya.
- Dengan mengetahui akibat
2. Bersama klien menyimpulkan PK diharapkan klien dapat
akibat cara yang digunakan merubah perilaku destruktif
oleh klien. menjadi konstruktif.
- Dengan mengidentifikasi
6. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat melakukan cara 1. Tanyakan pada klien apakah ia cara yang konstruktif dalam
cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan ingin mempelajari cara baru berespon terhadap
merespon terhadap secara konstruktif. yang sehat? kemarahan dapat membantu
kemarahan. klien mengurangi
kejengkelan.

2. Beri reinforcemen jika klien


mengetahui cara lain yang
sehat. - Berdiskusi dengan klien
3. Diskusikan dengan klien cara untuk memilih cara yang
lain yang sehat lain sesuai dengan
a. Secara fisik : tarik nafas kemampuanklien.
dalam jika sedang kesal /
memukul bantal / kasur
atau olahraga atau
pekerjaan yang
memerlukan tenaga.
b. Secara verbal : katakan
bahwa anda sedang kesal
(saya kesal anda berkata
seperti itu : saya marah
karena mama tidak
memenuhi keinginan saya)
c. Secara sosial: lakukan
dalam kelompok cara-cara
marah yang sehat latihan
asertif.
d. Secara spiritual: anjurkan
klien beribadah, berdoa. Memberikan stimulasi pada
7. Klien dapat - Klien dapat mendemonstrasikan a. Bantu klien memilih cara yang klien untuk menilai respon
mendemonstrasikan cara cara mengontrol PK. tepat untuk klien. PK secara tepat.
mengontrol perilaku - Disik : tarik nafas, OR. Membantuklien dalam
kekerasan. - Verbal : mengatakannya secara b. Bantu klien membuat keputusan untuk
langsung dengan tidak mengidentifikasikan manfaat mengontrol PK.
menyakiti. cara yang dipilih. Agar klien mengetahui cara
- Spiritual: sembahyang, berdoa. c. Bantu klien untuk marah yang asertif.
menstimulasi cara tersebut.
Agar klien dapat
d. Anjurkan klien untuk
melaksanakan pada saat
menggunakan cara yang
marah.
dipelajari saat kesal / jengkel.
Kemampuan keluarga dalam
8. Klien dapat dukungan Keluarga klien dapat a. Identifikasi kemampuan
mengidentifikasi untuk
keluarga dalam mengontrol - Menyebutkan cara merawat kleuarga merawat klien dari
melakukan penilaian
PK. klien yang berperilaku sikap apa yang telah terhadap PK.
kekerasan. dilakukan keluarganya. Meningkatkan pengetahuan.
- Mengungkapkan rasa puas b. Jelaskan peran serta keluarga
dalam merawat klien. dalam merawat klien. Agar keluarga dapat
c. Jelaskan cara-cara merawat merawat klien dengan
klien perilaku kekerasan.
- Cara mengontrol marah
asertik.
- Sikap tenang.
- Membantu klien mengenal
penyebab marah. Klien dan keluarga dapat
9. Klien dapat menggunakan 1. Klien dapat menyebutkan obat- 1. Jelaskan jenis-jenis obat yang mengetahui nama obat.
obat-obat yang diminum dan obat yang diminum dan diminum klien pada klien
kegunaan (jenis, waktu, dosis, kegunaannya. keluarga. Klien&keluarga mengetahui
efek) 2. Diskusikan manfaat minum kegunaan obat yang diminum
obat dan kerugian berhenti klien.
minum obat tanpa seijin
dokter. Supaya tidak terjadi kesalahan
3. Jelaskan prinsip benar minum dalam minum obat.
obat (dosis, cara, waktu, obat). Klien dapat memiliki kesadaran
4. Ajarkan klien minta obat dan pentingnya minum obat dan
minum tepat waktu. bersedia minum obat dengan
kesadaran sendiri.
Supaya mendapat tindakan
5. Anjurkan klien melaporkan lanjut untuk menghindari
pada perawat / dokter jika komplikasi.
merasakan efek yang tidak
menyenangkan. Reinforcement dapat
6. Beri pujian, jika klien minum memotivasi keluarga dan klien
obat dengan benar. serta dapat meningkatkan harga
diri.
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
10-11-2007 Resiko TUK : I
08.00 menciderai Menyapa klien dengan ramah. S : Klien bicara kacau dan tidak
diri,orang Memperkenalkan diri dengan jelas
lain dan sopan. O : - Klien tidak menjawab salam
lingkungan Menanyakan nama klien dan tapi mau menyebutkan
b.d namanya.
nama panggilan yang disukai.
perilaku - Ekspresi wajah acuh tak
Membuat kontrak yang jelas.
kekerasan acuh, tegang.
Mendengarkan klien dengan
- Mata terlihat merah.
empati.
- Kontak mata kurang pasien
Menanyakan perasaan dan
sering menunduk.
pemenuhan kebutuhannya saat
A : Belum terbina hubungan saling
bertem (tidur, makan).
percaya.
P :
Perawat: Lanjutkan BHSP dan
mengidentifikasi penyebab PK
Klien: klien dapat BHSP
11-11-2007 Resiko TUK : I
08.00 menciderai Menyapa kembali klien dengan S : Klien bicara kacau dan tidak
diri,orang ramah. jelas
lain dan Memperkenalkan diri lagi O : - Klien tidak menjawab salam
lingkungan dengan sopan. tapi mau menyebutkan nama
b.d Menanyakan kembali nama klien dengan nada agak
perilaku dan nama panggilan yang membentak.
kekerasan disukai. - Ekspresi wajah acuh
setengah menunduk.
Membuat kontrak yang jelas.
- Mata terlihat merah.
Mendengarkan klien dengan
- Kontak mata kurang.
empati.
A : - Belum terbina hubungan
Menanyakan perasaan dan
saling percaya.
pemenuhan kebutuhannya saat
- Penyebab PK belum
bertem (tidur, makan).
teridentifikasi.
TUK : 2
P :
Menanyakan penyebab pasien
Perawat : Lanjutkan BHSP dan
dibawa ke RSJ.
mengidentifikasi
Menanyakan penyebab pasien penyebab PK.
marah. Klien : Ingat kembali penyebab
Mendengarkan dengan seksama. PK

Memberikan reinforcement
positif atas jawaban pasien.

12-11-2007 Resiko TUK : I


10.00 menciderai Menyapa kembali klien dengan S : - Klien dapat menyebutkan
diri,orang ramah. nama perawat.
lain dan Memperkenalkan diri lagi - Klien mengatakan sering
lingkungan dengan sopan. diejek teman-teman..
b.d Menanyakan perasaan klien dan - Klien mengatakan sering
perilaku ke kebutuhannya saat bertemu dibuat jengkel dan kesal

(tidur, makan). oleh teman-temannya.


O : - Klien tampak kooperatif.
A :

TUK : 2 TUK identifikasi penyebab PK


tercapai. Klien mampu
Menanyakan penyebab pasien
mengungkapkan penyebab marah.
dibawa ke RSJ.
P :
Menanyakan penyebab marah
Perawat : Lanjutkan TUK 3.
pada pasien.
Identifikasi tanda-tanda PK
Mendengarkan dengan seksama.
Klien : klien dapat mengidentifikasi
Memberikan reinforcement
tanda-tanda PK
positif atas jawaban pasien.

13-11-2007 Resiko S:
TUK: 2,3
08.00 menciderai - klien mengatakan hal-hal
diri,orang Menyapa klien dengan ramah yang menyebabkan marah
lain dan Menanyakan perasaan klien adalah ketika disakiti
lingkungan dan kebutuhan saat bertemu hatinya, ketika klien
b.d Menanyakan kembali hal-hal mendengar suara kleras dan
perilaku yang menyebabkan marah membentak serta
kekerasan Menanyakan tanda-tanda PK menyinggung perasaannya.
kerasan Mendengarkan dengan empati - klien mengatakan diam
dan mengurung diri di
kamar sebelum marah tapi
kalau sudah tidak tahan
klien membanting perabot
rumah tangga.
O : klien kooperatif, tenang, minim
obat sendiri
A : TUK 3 tercapai
P:
Perawat : lanjutkan TUK 4
. Klien : dapat mengetahui akibat dari
PK
13-11-2007 Resiko TUK: 4,5
10.00 menciderai Menyapa klien dengan ramah S:
diri,orang Menanyakan perasaan klien Klien mengatakan masih
lain dan dan kebutuhan dasarnya saat merasa sedikit kesal tapi tidak
lingkungan bertemu tahu penyebab kesal yang
b.d Menanyakan apakah masih dirasakan sekarang
perilaku Klien mengatakan memilih
merasa kesal
kekerasan tidur sedang marah
Menanyakan kepada klien hal-
kerasan Klien mengatakan tahu akibat
hal apa saja yang dilakukan
ketika marah kalau sedang marah (dapat
menyakiti ibunya)
Mendiskusikan kepada klien
O : klien kooperatif,tenang
akibat dari marah
A : TUK 4,5 tercapai
P : delegasikan kepada perawat di
RKO untuk melanjutkan TUK 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkontribusi pada
fungsi yang terintegrasi. Pasien atau sistem klien dapat berupa individu,
keluarga, kelompok,organisasi atau komunitas. Oleh karena itu perawat harus
mempunyai kemampuan prefesional dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya pada tingkat individu, keluarga, perawat harus membekali diri dan
berbagai konsep teori dan ilmu yang berkaitan dengan keperawatan mental
psikiatri (rasmun,2001)
Klien dengan skizofrenia mempunyai gejala utama menyendiri sehingga
dapat menyebabkan perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal
tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang
tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatanpada Tn. A dengan perilaku
kekerasan di RKO RSJD Dr Amino Gondohutomo
2. Tujuan Khusus
Menggambarkan hasil pengkajian, hasil analisa, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi yang di lakukan
pada Tn.A dengan perilaku kekerasan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut,
manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik
emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga
menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan
ketergantungan pada orang lain.
Gejala klinis
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan
didapatkan melalui pengkajian meliputi : muka merah, pandangan tajam,
otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien
memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
( Budiana Keliat, 2004)

2. Penyebab
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku
kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Gejala Klinis
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budiana Keliat, 1999)
3. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti
menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.

C. 1. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan
Core Problem kekerasanKekerasan/am

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

2. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


a. Masalah keperawatan:
1). Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2). Perilaku kekerasan / amuk
3). Gangguan harga diri : harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji:
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1). Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data Objektif :
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
2. Perilaku kekerasan / amuk
1). Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data Obyektif
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah
1). Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
2). Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

D. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan/amuk.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri: harga diri
rendah.

E. Rencana Tindakan
Diagnosa I : Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan
a. Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
b. Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi
Tindakan:
1.1 Bina hubungan saling percaya :

- Sapa klien dengan ramah


- Perkenalkan diri
- Tanyakan nama dan nama panggilan
- Jelaskan tujuan interaksi
- Buat kontrak setiap interaksi (topik, waktu, tempat )
- Bicara dengan rileks dan tenang tanpa menantang
1.2 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Rasional :
Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat dijadikan titik awal
penanganan
Tindakan:
2.1 Beri kesempatan mengungkapkan perasaan jengkel / kesal
2.2 Bantu klien mengidentifikasi penyebab jengkel
2.3 Dengarkan ungkapanrasa marah dan perasaan bermusuhan dengan
sikap tenang
3. Klien mampu mengenali perasaan marahnya.
Rasional :
Meningkatkan insight
Tindakan :
3.1. Bantu klien untuk mengidentifikasi tanda-tanda marah
3.2. Bantu klien untuk mengidentifikasi perasaaannya saat
marah
3.3. Tanyakan pada klien apakah dengan marah bisa
menyelesaikan persoalan
3.4. Katakan pada klien bahwa marah itu normal dirasakan
setiap orang tetapi perlu cara-cara yang konstruktif
4. Klien mampu menilai efek perilaku agresif terhadap diri sendiri dan
orang lain
Rasional :
Klien menyadari efek perilaku agresif terhadap diri sendiri dan orang
lain yang telah dilakukannya
Tindakan:
4.1. Tanyakan pendapat klien tentang efek perilaku agresif
terhadap diri sendiri dan orang lain
4.2. Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang
benar.
4.3. Beri penjelasan lebih lanjut pada klien tentang efek perilaku
agresif terhadap diri sendiri dan orang lain
5. Klien dapat mengetahui cara menyalurkan rasa marah yang sehat
Rasional :
Penyaluran rasa marah yang konstruktif dapat menghindari perilaku
kekerasan
Tindakan:
5.1. Gali pendapat klien tentang cara untuk menyalurkan marah
dengan cara yang sehat (tidak merusak lingkungan dan
mengganggu lingkungan, tidak menyebabkan cedera pada diri
sendiri dan orang lain).
5.2. Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang
benar.
5.3. Sampaikan kepada klien cara sehat yang ain untuk
menyalurkan marah : menyatakan kalimat baik tanpa menyakitit,
membersihkan rumah, jalan-jalan dan berdoa
6. Klien dapat memilih/menentukan cara yang sehat untuk menyalurkan
energi marah yang digunakan bila marahnya timbul.
Rasional :
Bila klien memilih sendiri cara yang akan digunakan saat marah,
maka diharapkan klien akan melakukannya secara iklas.
Tindakan :
6.1. Dorong klien untuk menentukan sendiri cara yang sehat
untuk menyalurkan energi saat marah.
6.2. Jelaskan pada klien manfaat dari penggunaan cara tersebut
6.3. Motivasi klien untuk melakukan cara yang sehat untuk
menyalurkan rasa marah yang dipilih klien sendiri
6.4. libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok
6.5. Tanyakan perasaan klien setelah menggunakan cara marah
yang dipilihnya.
Mampu mengungkapkan marah secara asertif.
Tindakan :
6.6. Gali pendapat klien tentang pengungkapan marah secara
asertif
6.7. Beri reinforcement positif atas pendapat klien yang benar
6.8. Jelaskan pada klien tentang cara pengungkapan marah yang
sehat
6.9. Lakukab latihan asertif secara individual (antara perawat
dengan klien)
6.10. Motivasi klien untuk menerapkan cara marah yang asertif
pada situasi yang nyata
6.11.Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok
6.12. beri umpan balik positif pada setiap kali klien mencoba
melakukan marah yang sehat
7. Keluarga mampu membantu klien untuk berperilaku adaptif
Keluarga adalah orang yang terdekat dengan klien, dengan melibatkan
keluarga, maka mencegah klien kambuh.
Tindakan:
7.1. Disksikan dengan keluarga tentang tanda-tanda marah,
penyebab marah dan cara menghadapi klien saat marah
7.2. Beri reinforcement positif pada hal-hal yang dicapai
keluarga

Diagnosa II: Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep


diri : harga diri rendah
c. Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
d. Tujuan Khusus:
1. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi
Tindakan:
1.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
1.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
1.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas
2. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
Rasional :
Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat dijadikan titik awal
penanganan
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan positif yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
3. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai
kemampuan yang dimiliki
Rasional :
Setelah pulang ke rumah, klien siap melakukan aktivitas sesuai
dengan kemampuan dan norma
Tindakan :
3.1. rencanakan aktifitas yang dapat dilakukan klien setiap hari
4. Keluarga mampu memeberikan dukungan pada klien untuk
memenuhi kebutuhan klien
Tindakan:
4.1 Diskusikan dengan keluarga cara merawat klien dan memberikan
dukungan pada klien
DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.


Amino Gonohutomo, 2003
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th
ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung, 2000
6. Pedoman proses keperawatan mental psikiatri, Doc. 2002,
unpublised
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.Perilaku
kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau
intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum
dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman,
kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.

Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan


didapatkan melalui pengkajian meliputi : muka merah, pandangan tajam, otot
tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA: PERILAKU
KEKERASAN PADA Tn.A DI RKO
RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG

Di Susun Oleh :

RIA KOSASIH (1.1.20569)


R.MARLIANA RAHAYU (1.1.20570)
SEPTI WIJAYANTI (1.1.20571)
YULIA WIJAYANTI (1.1.20581)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
2007

Anda mungkin juga menyukai