I. Pengkajian
A. Identitas
Identitas klien
Nama : Tn A
Umur : 26 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Diagnosa medis : Skizoprenia kateter
Tanggal masuk : 8 November 2007
Tanggal pengkajian : 10 November 2007
Alamat : Kudus
No RM : 038378
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn B
Umur : 70 th
Alamat : Kudus
Hubungan dengan klien : Ayah
B. Alasan Masuk
Klien sering mengemut dan memecahkan gelas dan piring
C. Faktor Predisposisi
Keluarga menyatakan kurang lebih 2 tahun yang lalu pasien dirawat di RSJ
dengan keluhan diam, suka bicara sendiri, sering melamun. Dirawat
selama 8 hari pulang dan rawat jalan obat tidak teratur. Kurang lebih 2
bulan yang lalu pasien mulai tampak gejala susah makan, diam, mandi,
ganti baju inisiatif sendiri. Kurang lebih satu bulan yang lalu pasien mulai
sulit makan, mandi, ganti baju harus disuruh, waktu luang untuk melamun.
Klien termasuk orang yang pendiam, pemalu, banyak teman dan suka
menyendiri.
Anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
D. Faktor precipitasi
Klien pernah menjalani trauma ditinggal pacar menikah
E. Pemeriksaan Fisik
TTV = TD = 110/90 mm Hg
N = 86 X /menit
S = 385 C
TB = 160 cm
BB = 58 Kg
Keluhan fisik : klien panas sejak 2 hari yang lalu.
F. Psikososial
1. Genogram
= laki-laki hidup
= perempuan hidup
= klien
Tidak ada anggota keluarga yang sakit sepeti ini. Klien anak pertama
dari 3 bersaudara klien paling dekat dengan ibunya dalam keluarga.
Tidak ada penyakit keturunan, komunikasi dalam keluarga baik dan
pola asuh dalam keluarga baik
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien suka dengan anggota tubuhnya, tidak ada anggota tubuh
yang tidak disukai.
b. Identitas
Klien berjenis kelamin laki-laki sebelum sakit klien bekerja
mengelola toko dan belum menikah.
c. Peran
Klien selama di RSJ tidak bisa melakukan perannya sebagai
pengelola toko karena sakit. Klien hanya menghabiskan waktu
seharian untuk beristirahat di tempat tidurnya.
d. Ideal diri
Klien bercita-cita untuk menjadi seorang pengusaha dan berguna
bagi keluarga dan masyarakat mau menerimanya. Klien ingin
cepat sembuh.
e. Harga diri
Klien merasa malu dan ragu-ragu untuk mencoba hal yang baru.
Hubungan dengan orang lain agak renggang karena merasa orang
lain mengejeknya.
MK = gangguan harga diri : harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat klien adalah ibu.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: klien jarang
berperan serta dalam kegiatan kelompok karena minder.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, klien ragu atau
malu sehingga hubungandengan orang lain senggang, selama sakit
klien hanya berdiam diri di rumah.
MK = gangguan isolasi sosial: menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien dan
keluarganya beragama Islam. Sebelum
sakit klien rajin melakukan sholat, tetapi
setelah sakit klien jarang melakukan
sholat.
b. Kepercayaan ibadah : sebelum sholat klien
sering berdoa namun setelah sakit pasien
tak pernah terlihat berdoa.
G. Status Mental
1. Penampilan
Kebersihan dan kerapian kurang, rambut tersisir kering, menggunakan
pakaian seragam dari RSJ. Dalam melakukan perawatan diri masih
harus dibantu perawat.
MK = defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Klien apatis sering berdiam diri, tidak mau bicara, berbicara sepatah
kata dengan nada keras.
3. Aktifitas motorik
Klien tampak lesu, gelisah dan tidak tenang, klien tidak mengikuti
kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mengepel,TAK
4. Alam perasaan
Klien tampak sedih karenatidak bisa berkumpul dengan keluarga.
5. Afek
Klien lebih banyak terlihat diam jika diajak bicara mau menjawab
dengan sepatah kata dengan nada keras.
6. Interaksi selama wawancara
Saat wawancara klien kurang kooperatif, kontak mata dengan lawan
bicara kurang apatis, klien menolak untuk diajak bicara.
7. Persepsi
Tidak terdapat halusinasi pendengaran dan penglihatan.
8. Proses pikir
Pada saat wawancara klien sering tidak mau menjawab pertanyaan
yang diajukan.
9. Isi pikir
Klien tidak mengalimi gangguan isi pikir : waham
10. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien masih kurang baik, klien juga masih bingung, klien
tahu saat ditanya siapa namanya.
11. Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka pendek sehingga
pasien kehilangan sebagian dari memori dalam ingatannya .
12. Tingkat konsentrasi dalam berhitung
Klien tidak bisa berkonsentrasi dan berhitung saat dilakukan
pengkajian.
13. Kemampuan penilaian
Klien tidak mampu untuk menilai dan selalu bingung bila dihadapkan
pada dua pilihan,klien kesulitan untuk memutuskan.
14. Daya tilik diri
Pasien tidak merasa dirinya sakit.
I. Mekanisme Koping
Klien jika mempunyai masalah lebih senang berdiam diri dan melamun,
jarang menceritakan masalahnya pada orang lain. Klien lebih suka
memendam masalah itu sendiri.
J. Masalah Psikososial
Menurut keluarga semenjak klien mulai mengamuk dan marah-marah
lingkungan tidak mau menerima.
K. Pengetahuan
Klien merasa pengetahuannya terbatas untuk mengatasi masalahnya.
L. Terapi Medik
Zofredal = 2X2 mg
Artan = 2X2 mg
Program = ECT konvensional
V. Diagnosa keperawatan
1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan.
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
IV. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Resiko menciderai diri sendiri TUM
dan orang lain G.d perilaku Klien dapat melanjutkan
kekerasan hubungan peran sesuai dengan
tanggung jawab
TUK
1. Klien dapat membina 1. Klien mau membalas salam. 1. Beri salam/panggil nama klien. - Hubungan saling percaya
hubungan saling percaya. 2. Klien mau menjabat tangan. 2. Sebut nama perawat sambil merupakan landasan utama
3. Klien mau menyebut nama. berjabat tangan. untuk hubungan selanjutnya.
4. Klien mau tersenyum. 3. Jelaskan maksud hubungan
5. Klien mau kontak mata. interaksi.
6. Klien mengetahui nama 4. Jelaskan tentang kontrak yang
perawat. akan dibuat.
7. Menyediakan waktu untuk 5. Beri rasa aman dan sikap
kontrak. empati.
6. Lakukan kontak singkat tapi
sering. - Beri kesempatan untuk
2. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat mengungkapkan 1. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
penyebab perilaku kekerasan. perasaannya. mengungkapkan perasaannya. dapat membantu
2. Klien dapat mengungkapkan 2. Bantu klien untuk mengurangi stres dan
penyebab perasaan jengkel / mengungkapkan penyebab penyebab perasaan jengkel /
kesal (dari diri sendiri, dari jengkel / kesal. kesal dapat diketahui
lingkungan/orang lain). - Untuk mengetahui hal-hal
3. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat mengungkapkan 1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan
tanda-tanda perilaku perasaan saat marah. yang dialami saat marah / saat jengkel.
kekerasan. 2. Klien dapat menyimpulkan jengkel. - Untuk mengetahui tanda-
tanda-tanda jengkel / kesal yang 2. Observasi tanda perilaku tanda klien jengkel / kesal.
diambil. kekerasan pada klien. - Menarik kesimpulan
3. Simpulkan bersama klien tanda- bersama klien supaya klien
tanda jengkel / kesal yang mengetahui secara garis
dialami klien. besar tanda-tanda marah /
kesal.
- Mengeksplorasikan
4. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat mengungkapkan 1. Anjurkan klien untuk perasaan klien terhadap
perilaku kekerasan yang biasa perilaku kekerasan yang biasa mengungkapkan perilaku perilaku kekerasan yang
dilakukan. dilakukan. kekerasan yang biasa dilakukan biasa dilakukan.
klien. - Mengungkapkan perasaan
2. Klien dapat bermain peran 2. Bantu klien bermain peran klien terhadap perilaku
dengan perilaku kekerasan yang sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
biasa dilakukan. kekerasan yang biasa dilakukan dan dengan
dilakukan. bantuan perawat bisa
membedakan perilaku
destruktif & kontraktif.
- Dapat membantu klien
3. Klien dapat mengetahui cara 3. Biacarakan dengan klien menemukan cara yang dapat
yang biasa dapat menyesuaikan apakah dengan cara yang klien menyelesaikan masalah.
masalah atau tidak. lakukan masalahnya selesai. - Membantu klien untuk
5. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat menjelaskan akibat 1. Bicarakan akibat / kerugian dari menilai perilaku kekerasan
akibat perilaku kekerasan. dari cara yang digunakan klien. cara yang dilakukan klien. yang dilakukannya.
- Dengan mengetahui akibat
2. Bersama klien menyimpulkan PK diharapkan klien dapat
akibat cara yang digunakan merubah perilaku destruktif
oleh klien. menjadi konstruktif.
- Dengan mengidentifikasi
6. Klien dapat mengidentifikasi 1. Klien dapat melakukan cara 1. Tanyakan pada klien apakah ia cara yang konstruktif dalam
cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan ingin mempelajari cara baru berespon terhadap
merespon terhadap secara konstruktif. yang sehat? kemarahan dapat membantu
kemarahan. klien mengurangi
kejengkelan.
Memberikan reinforcement
positif atas jawaban pasien.
13-11-2007 Resiko S:
TUK: 2,3
08.00 menciderai - klien mengatakan hal-hal
diri,orang Menyapa klien dengan ramah yang menyebabkan marah
lain dan Menanyakan perasaan klien adalah ketika disakiti
lingkungan dan kebutuhan saat bertemu hatinya, ketika klien
b.d Menanyakan kembali hal-hal mendengar suara kleras dan
perilaku yang menyebabkan marah membentak serta
kekerasan Menanyakan tanda-tanda PK menyinggung perasaannya.
kerasan Mendengarkan dengan empati - klien mengatakan diam
dan mengurung diri di
kamar sebelum marah tapi
kalau sudah tidak tahan
klien membanting perabot
rumah tangga.
O : klien kooperatif, tenang, minim
obat sendiri
A : TUK 3 tercapai
P:
Perawat : lanjutkan TUK 4
. Klien : dapat mengetahui akibat dari
PK
13-11-2007 Resiko TUK: 4,5
10.00 menciderai Menyapa klien dengan ramah S:
diri,orang Menanyakan perasaan klien Klien mengatakan masih
lain dan dan kebutuhan dasarnya saat merasa sedikit kesal tapi tidak
lingkungan bertemu tahu penyebab kesal yang
b.d Menanyakan apakah masih dirasakan sekarang
perilaku Klien mengatakan memilih
merasa kesal
kekerasan tidur sedang marah
Menanyakan kepada klien hal-
kerasan Klien mengatakan tahu akibat
hal apa saja yang dilakukan
ketika marah kalau sedang marah (dapat
menyakiti ibunya)
Mendiskusikan kepada klien
O : klien kooperatif,tenang
akibat dari marah
A : TUK 4,5 tercapai
P : delegasikan kepada perawat di
RKO untuk melanjutkan TUK 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkontribusi pada
fungsi yang terintegrasi. Pasien atau sistem klien dapat berupa individu,
keluarga, kelompok,organisasi atau komunitas. Oleh karena itu perawat harus
mempunyai kemampuan prefesional dalam memberikan asuhan keperawatan
khususnya pada tingkat individu, keluarga, perawat harus membekali diri dan
berbagai konsep teori dan ilmu yang berkaitan dengan keperawatan mental
psikiatri (rasmun,2001)
Klien dengan skizofrenia mempunyai gejala utama menyendiri sehingga
dapat menyebabkan perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal
tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang
tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatanpada Tn. A dengan perilaku
kekerasan di RKO RSJD Dr Amino Gondohutomo
2. Tujuan Khusus
Menggambarkan hasil pengkajian, hasil analisa, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi yang di lakukan
pada Tn.A dengan perilaku kekerasan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan
perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
2. Penyebab
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku
kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Gejala Klinis
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budiana Keliat, 1999)
3. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti
menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.
C. 1. Pohon Masalah
Perilaku kekerasan
Core Problem kekerasanKekerasan/am
D. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan/amuk.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri: harga diri
rendah.
E. Rencana Tindakan
Diagnosa I : Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan
a. Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
b. Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran interaksi
Tindakan:
1.1 Bina hubungan saling percaya :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di Susun Oleh :