Anda di halaman 1dari 118

EFEKTIVITAS TERAPI KOMPLEMENTER DAUN BINAHONG

DAN GETAH BATANG PISANG KEPOK TERHADAP


PENYEMBUHAN LUKA BERSIH PADA
MENCIT (Mus musculus)

SKRIPSI

Oleh :
YUNITA SARI
NIM. 10215025

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT KESEHATANBHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS TERAPI KOMPLEMENTER DAUN BINAHONG


DAN GETAH BATANG PISANG KEPOK TERHADAP
PENYEMBUHAN LUKA BERSIH PADA
MENCIT (Mus musculus)

SKRIPSI

Oleh :

YUNITA SARI
NIM. 10215025

Skripsi ini telah disetujui


Tanggal 10April 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Christina Dewi P.,S.Kep.Ns.,M.Kep Sri Wahyuni, S.Kep.Ns.,M.Kep

Mengetahui :
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Ely Isnaeni, S.Kep.,Ns.,M.Kes.


Ketua Program Studi
HALAMAN PENGESAHAN

ii
EFEKTIVITAS TERAPI KOMPLEMENTER DAUN BINAHONG
DAN GETAH BATANG PISANG KEPOK TERHADAP
PENYEMBUHAN LUKA BERSIH PADA
MENCIT (Mus musculus)

Oleh :
YUNITA SARI
NIM. 10215025

Telah diuji
Pada Tanggal 10 April 2019

Oleh Tim Penguji :

Penguji I : Putri Kristyaningsih, S. Kep. Ns., M. Kep ( )

Penguji II : Nining Tyas Triatmaja, S.Gz, M. Si ( )

Penguji III : Christina Dewi P., S. Kep. Ns., M. Kep ( )

Moderator : Sri Wahyuni, S. Kep. Ns., M. Kep ( )

Mengetahui
Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Ika Rahmawati, S.Kep.,Ns, M.Kep


Dekan
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

iii
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yunita Sari
Nim : 10215025
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Efektivitas Terapi Komplementer Daun Binahong Dan Getah
Batang Pisang Kepok Terhadap Penyembuhan Luka Bersih
Pada Mencit (Mus Musculus).

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi, yang saya tulis ini benar –
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pemikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa, Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kediri , 10 April 2019


Yang membuat Pernyataan,

YunitaSari
NIM.10215025

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas

Terapi Komplementer Daun Binahong Dan Getah Batang Pisang Kepok

Terhadap Penyembuhan Luka Bersih Pada Mencit (Mus musculus) “

Bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. EC. Lianawati, MBA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti

Wiyata Kediri.

2. Prof. Dr. Muhammad Zainnuddin, Apt., selaku Rektor Institut Ilmu

Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan

kepada kami untuk menyelesaikan pendidikan.

3. Ika Rahmawati, S.Kep.,Ns, M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan

kesempatan pada kami untuk menyelesaikan pendidikan.

4. Ely Isnaeni, S.Kep, M.Kes, selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

yang telah memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan

pendidikan.

5. Cristina Dewi P.,S. Kep. Ns., M. Kep, selaku pembimbing I yang telah

memberikan arahan dan bimbingan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Sri Wahyuni, S. Kep. Ns., M. Kep, selaku pembimbing II yang telah

memberikan arahan dan bimbingan demi kesempurnaan skripsi ini.

v
7. Kedua Orangtua yang telah memberi motivasi dan selalu memanjatkan

do’a.

8. Pihak perpustakaan Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Kediri yang telah

membantu menyediakan buku sumber bagi peneliti demi terselesaikannya

skripsi ini.

9. Bapak ibu dosen penguji yang akan menguji skripsi ini.

10. Semua teman teman mahasiswa yang banyak membantu dan mendukung

dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua pihak yang membantu baik secara moral maupun material kepada

penulis.

Skripsi ini jauh dari sempurna, namun telah dibuat sesuai dengan

kemampuan penulis untuk itu diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak.

Semoga ALLAH SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kami sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi saya

berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Kediri, 10April 2019

Penulis

vi
ABSTRAK

Efektivitas Terapi Komplementer Daun Binahong Dan Getah Batang Pisang


Kepok Terhadap Penyembuhan Luka Bersih Pada Mencit (Mus Musculus)
Di Lab Farmakologi IIK BHAKTI WIYATA KEDIRI.

Yunita sari, Christina Dewi P 1, Sri Wahyuni 2

Luka bersih (Cleand Wounds)adalah luka yang tidak terkontaminasi oleh


bakteri, yang menimbulkan efek seperti hilangnya seluruh atau sebagian fungsi
organ. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mempercepat penyembuhan
luka bersih yaitu dengan terapi komplementer daun binahong dan getah batang
pisang kepok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa efektivitas terapi
komplementer daun binahong dan getah batang pisang kepok terhadap
penyembuh,an luka bersih pada mencit (Mus musculus). Jenis penelitian ini
menggunakan true exsperimental design, dengan pendekatan post test only with
control group. Sampel dalam penelitian ini adalah 18 ekor mencit putih jantan
yang dipilih secara random sampling. dengan kriteria inklusi yaitu mencit berjenis
kelamin jntan, umur mencit 8-10 minggu, berat badan 250-275 gram dan 276-300
gram serta mencit dalam keadaan sehat. Pengumpulan data dengan menggunakan
lembar cheklist perawatan luka bersih. Data di analisis menggunakan uji One
Way Anovauntuk mengetahui perbedaan kecepatan penyembuhan luka bersih
dengan daun binahong dan getah batang pisang kepok pada mencit (Mus
musculus) di Lab Farmakologi IIK BHAKTI WIYATA KEDIRI. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa (p value= 0,032) yang berarti H1 diterima. Kesimpulan
dari penelitian ini bahwa terdapat perbedaan kesembuhan luka bersih dengan daun
binahong dan getah batang pisang kepok pada mencit ( Mus musculus).

Kata kunci : Luka bersih, Daun Binahong, Getah Batang Pisang Kepok,
Mencit Putih

vii
ABSTRACT

Effectiveness of Complementary Therapies of Binahong Leaves and Sap of


Kepok Banana Stems on the Healing of Clean Wounds in Mice (Mus
Musculus) in the Pharmacology Lab IIK BHAKTI WIYATA KEDIRI.

Yunita sari, Christina Dewi P1, Sri Wahyuni2

Clean wounds (Cleand Wounds) are wounds that are not contaminated by bacteria, which cause
effects such as the loss of all or part of an organ's function. There are several ways
that can be done to accelerate the healing of clean wounds, namely with
complementary therapies of binahong leaves and sap of kepok banana stems. This
study aims to analyze the effectiveness of complementary therapies of binahong
leaves and the sap of kepok banana stem against healers, and clean wounds in
mice (Mus musculus). This type of research uses true experimental design, with a
post test only approach with a control group. The sample in this study were 18
male white mice selected by random sampling. with the inclusion criteria, namely
mice with sex, mice age 8-10 weeks, body weight 250-275 grams and 276-300
grams and mice in good health.Data collection using clean wound care checklist
sheets. The data were analyzed using One Way Anova test to determine the
difference in the speed of healing of clean wounds with binahong leaves and sap
of kepok banana stem in mice (Mus musculus) in the Pharmacology Lab IIK
BHAKTI WIYATA KEDIRI. The results of this study indicate that (p value =
0.032) which means H1 is accepted. The conclusion of this study is that there are
differences in the healing of clean wounds with binahong leaves and the sap of
kepok banana stems in mice (Mus musculus).

Key words: Clean wounds, Binahong leaves, Kepok banana sap, White mice

viii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i
Halaman Persetujuan...............................................................................................ii
Halaman Pengesahan .............................................................................................iii
Surat Pernyataan Keaslian Tulisan.........................................................................iv
Kata Pengantar.........................................................................................................v
Abstrak ...................................................................................................................vi
Daftar Isi.................................................................................................................ix
Daftar Tabel...........................................................................................................xii
Daftar Gambar......................................................................................................xiii
Daftar Lampiran....................................................................................................xiv
Daftar Arti Lambang, Singkatan, dan Istilah.........................................................xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori Proses Penyembuhan Luka...........................................7
1. Pengertian Luka............................................................................... 7
2. Jenis – Jenis Luka.............................................................................7
a) Cleand wounds ( Luka bersih)...................................................7
b) Cleand contamined wounds.......................................................8
c) Contamined wounds...................................................................8
d) Dirty or infected wounds............................................................8
3. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka..........................................8
a) Luka akut.................................................................................. 8
b) Luka Kronis.............................................................................. 8
4. Kedalam Luka.................................................................................. 9
a) Stadium I.................................................................................. 9
b) Stadium II................................................................................. 9
c) Stadium III.................................................................................9
d) Stadium IV.................................................................................9
5. Fase Penyembuhan Luka..................................................................9
a) Fase Inflamasi............................................................................9
b) Fase Proliferasi........................................................................10
c) Fase Remodelling....................................................................10
6. Instrumen Pengukuran Luka...........................................................10
B. Konsep Terapi Komplementer............................................................11
1. Pengertian Terapi Komplementer...................................................11
2. Klasifikasi ......................................................................................12
3. Peran perawat dalam terapi komplementer....................................13

ix
C. Tanaman Binahong.............................................................................14
1. Deskripsi.........................................................................................14
2. Klasifikasi ......................................................................................15
3. Asal dan habitat .............................................................................15
4. Kandungan .....................................................................................16
5. Khasiat ...........................................................................................16
6. Cara membuat tumbukan daun binahong.......................................16
D. Getah batang pisang kepok.................................................................17
1. Deskripsi.........................................................................................17
2. Asal dan habitat..............................................................................17
3. Klasifikasi.......................................................................................18
4. Kandungan .....................................................................................18
5. Tahap Preparasi Getah batang pisang kepok..................................19
E. Natrium Klorida (Nacl).......................................................................20
1. Deskripsi Nacl ...............................................................................20
2. Jenis – Jenis Nacl............................................................................20
3. Manfaat Nacl..................................................................................20
F. Konsep Mencit (Mus musculus)..........................................................21
1. Deskripsi ........................................................................................21
2. Klasifikasi ......................................................................................22
3. Kandang .........................................................................................22
4. Makanan Mencit.............................................................................23
5. Minuman Mencit.......................................................................... 23
6. Etika Percobaan............................................................................ 24
7. Alasan memilih mencit jantan........................................................24
8. Cara membuat luka insisi pada mencit...........................................25
9. Pembiusan Mencit..........................................................................25

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS


A. Karangka konsep...............................................................................26
B. Penjelasan dari kerangka konsep......................................................27
C. Hipotesis...........................................................................................27

BAB IV METODE PENELITIAN


A. DesainPenelitian..................................................................................28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................29
C. Populasi dan Sampel penelitian...........................................................29
1. Populasi..........................................................................................29
2. Sampel............................................................................................29
3. Tehnik Sampling.............................................................................30
4. Proses Random Sampling...............................................................30
D. Definisi operasional.............................................................................32
E. Instrumen Penelitian............................................................................32
F. Prosedur Pengumpulan Data...............................................................32
1. Pembiusan Mencit (Mus musculus)...............................................29
2. Pembuatan Luka Insisi pada mencit..............................................29

x
3. Pembuatan Tumbukan daun binahong..........................................30
4. Tahap Preparasi Getah batang pisang kepok..................................29
5. Perawatan luka bersih dengan daun binahong...............................29
6. Perawatan luka bersih dengan getah batang pisang kepok............30
7. Perawatan luka bersih dengan Nacl 0,9 %.....................................30
G. Variabel penelitian..............................................................................36
H. Pengolahan Data dan Analisa Data ....................................................36
1. Pengolahan Data ............................................................................36
a) Editing................................................................................37
b) Coding................................................................................37
c) Scoring................................................................................37
d) Tabulasi Data......................................................................38
2. Analisa Data...................................................................................39
I. Kerangka Kerja................................................................................., 40

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Data Umum Penelitian........................................................................41
B. Data Khusus Penelitian......................................................................42
1. Uji Homogenitas.............................................................................44
2. Uji Normalitas Data........................................................................44
3. Uji One Way Anova.......................................................................45
4. Uji Post hoc....................................................................................45

BAB VI PEMBAHASAN
A. Daun Binahong Dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Bersih
Pada Mencit Putih ...................................................................................48
B. Getah Batang Pisang Kepok Dalam Penyembuhan Luka Bersih
Pada Mencit Putih...............................................................................49
C. Nacl 0,9 % Dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Bersih
Pada Mencit Putih...............................................................................51
D. Analisis Perbandingan Daun Binahong, Getah Batang
Pisang Kepok, Dan Nacl 0,9 %...........................................................52
E. Keterbatasan Penelitian.......................................................................55

BAB VII PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................56
B. Saran....................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................58

LAMPIRAN .........................................................................................................61

xi
DAFTAR TABEL

Tabel IV. 1 Rancangan Penelitian .................................................................... 28


Tabel IV. 2 Definisi Operasional ..................................................................... 32
Tabel V. 1 Karakteristik Sampel Penelitian Mencit (Mus musculus) .............41
Tabel V. 2 Hari Sembuh Dan Rata – Rata Kelompok Perlakuan
Daun Binahong.............................................................................. 42
Tabel V. 3 Hari Sembuh Dan Rata – Rata Kelompok Perlakuan
Getah Batang Pisang Kepok ........................................................ 43
Tabel V. 4 Hari Sembuh Dan Rata – Rata Kelompok Perlakuan
Nacl 0,9 %...................................................................................... 43
Tabel V. 5 Hasil Uji Homogenitas................................................................... 44
Tabel V. 6 Hasil Uji Normalitas Data ............................................................44
Tabel V. 7 Hasil Uji One Way Anova............................................................. 45
Tabel V. 8 Hasil Uji Post hoc.......................................................................... 45

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Daun binahong.............................................................................14


Gambar II.2 Batang pisang kepok....................................................................17
Gambar II.3 Mencit ( Mus musculus ).............................................................22
Gambar II.4 Kandang mencit ( Mus musculus )..............................................22
Gambar III.I Kerangka konsep Efektivitas Daun binahong dan Getah batang
Pisang kepok terhadap penyembuhan luka bersih
Pada mencit ( Mus musculus ).....................................................26

Gambar IV.I Kerangka kerja Efektivitas Daun binahong dan Getah


batang Pisang kepok terhadap penyembuhan luka bersih
Pada mencit ( Mus musculus ).....................................................40

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Bimbingan Skripsi..........................................................61


Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi..........................................................62
Lampiran 3 Lembar Observasi Perkembangan Luka Bersih..........................63
Lampiran 4 Lembar Permohonan Ijin Data Awal .........................................64
Lampiran 5 SOP Pembuatan Luka Insisi Pada Mencit................................... 65
Lampiran 6 SOP Pembiusan Mencit............................................................... 66
Lampiran 7 SOP Perawatan Luka bersih dengan daun binahong.................. 67
Lampiran 8 SOP Perawatan Luka bersih dengan Getah
batang pisang kepok,,,,................................................................ 68
Lampiran 9 SOP Perawatan Luka bersih dengan Nacl 0,9 %......................... 70
Lampiran 10 Lembar Jadwal Penelitian............................................................ 70
Lampiran 11 Surat Pelaksanaan Diklat RSUD Gambiran Kota Kediri............ 71
Lampiran 12 Lembar Hasil Pengambilan Data Awal....................................... 72
Lampiran 13 Lembar Surat Keterangan Layak Etik.........................................73
Lampiran 14 Lembar Permohonan Ijin Penelitian............................................ 74
Lampiran 15 Lembar Hasil Observasi Perkembangan Luka bersih................. 75
Lampiran 16 Lembar Dokumentasi Pribadi...................................................... 82
Lampiran 17 Lembar Dokumentasi Penyembuhan Luka pada kelompok
binahong......................................................................................86
Lampiran 18 Lembar Dokumentasi Penyembuhan Luka pada kelompok Getah
batang pisang kepok.................................................................... 88
Lampiran 19 Lembar Dokumentasi Penyembuhan Luka pada kelompok kontrol
Nacl 0,9 %................................................................................... 90
Lampiran 20 Lembar Deskriptive,,,,,,,,,,,,,,....................................................... 92

xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

Daftar Arti Lambang


t : Jumlah Kelompok
n : Jumlah Sempel
≥ : Lebih dari

Daftar Singkatan
Cm : Centimeter
K3 : Kelompok kontrol dengan menggunakan Nacl
Nacl : Natrium Klorida
O1 : Observasi kelompok perlakuan dengan tumbukan Daun Binahong
O2 : Observasi kelompok perlakuan dengan Getah batang pisang kepok
O3 : Observasi kelompok kontrol dengan menggunakan Nacl
P1 : Intervensi ( Perlakuan ) dengan tumbukan Daun Binahong
P2 : Intervensi ( Perlakuan ) dengan Getah batang pisang kepok
R : Random ( Acak )
Riskesdes : Riset Kesehatan Dasar
RMIK : Rekam Medis

Daftar Istilah
Kelas : Berkeping dua atau dikotil
Kingdom : Tumbuhan
Mus musculus : Nama latin untuk mencit
Subkingdom : Tumbuhan Pembuluh
RI : Republik Indonesia
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka adalah terputusnya kountinitas jaringan pada kulit. Proses

penyembuhan luka melalui beberapa tahapan yaitu koagulasi,

inflamasi,proliferasi, dan remodelling (Syarfati et al.,2011).Luka merupakan

masalah yang sering dialami setiap orang dan sering sekali dianggap ringan

oleh masyarakat, padahal luka yang tidak mendapatkan perawatan luka secara

tepat dapat menimbulkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan tubuh di

sekitarnya sehingga akan menyebabkan jaringan yang terluka menjadi

nekrosis, serta dapat mengakibatkan penyebaran infeksi keseluruh tubuh

melalui darah, seperti kejadian sepsis yang dapat mengancam jiwa seseorang

(Kusmawan, 2010).

Menurut Kemenkes RI (2013), angka kejadian luka setiap tahun semakin

meningkat baik luka akut maupun luka kronis. Pravelensi luka di dunia yaitu

luka pembedahan 110.30 juta kasus, luka trauma 1.60 juta, luka lecet 20.40

juta, luka bakar 10 juta. Pravelensi luka di Indonesia terbilang tinggi, tiga

urutan terbanyak yaitu luka lecet atau memar 70,9 %, terkilir 27,5 % dan luka

robek 23,2 %, dan prevalensi luka di provinsi Jawa Timur sebesar 33,3 % .

Pravelensi luka operasi di RSUD Gambiran Kota Kediri di tahun 2017 yaitu

sebanyak 1662 dan untuk tahun 2018 sebanyak 1033 (Rekam Medis RSUD

Gambiran, 2018).

1
2

Luka bersih (Cleand Wounds) adalah luka yang tidak terkontaminasi oleh

bakteri, ketika terjadi luka akan menimbulkan beberapa efek seperti

hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis,

perdarahan dan pembekuan darah, dan kematian sel. Luka pada kulit akan

mengalami proses penyembuhan luka yang di mulai dari fase inflamasi, fase

proliferasi dan fase maturasi (Syarfati et al.,2011). Luka dapat sembuh secara

alami karena adanya enzim proteolisis (yang dapat membuang jaringan mati

dengan sendirinya), bila ada jaringan yang mati pada jaringan fibrin dan

kolagen maka luka akan sembuh dengan fase inflamasi, proliferasi dan

maturasi tanpa terjadi perpanjangan waktu kecuali terjadi infeksi sehingga

akan menghambat proses penyembuhan luka (Gitarja, 2015).

Tujuan utama pengobatan luka bersih adalah mengembalikan fungsi dan

bentuk jaringan kulit kembali normal (Jeanet al., 2013). Apabila luka telah

terinfeksi pada masa yang cukup lama, maka waktu penyembuhannya tidak

sesuai lagi dengan kondisi normal, hal ini jika tidak mendapatkan penanganan

yang benar dapat menimbulkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan

tubuh disekitarnya sehingga menyebabkan jaringan yang terluka menjadi mati

atau nekrosis, timbul jaringan parut serta mengakibatkan penyebaran infeksi

keseluruh tubuh melalui darah (Kusmawan, 2010).

Perawatan luka modern sudah sangatlah tidak asing lagi misalnya di unit

pelayanan kesehatan sering sekali menggunakannya, namun disamping itu

harganya sangatlah mahal dan untuk mendapatkan masyarakat harus

membelinya ke apotik. Sehingga cara pengobatan terapi komplementer lebih


3

mudah untuk didapatkan. Oleh karena itu penelitian ini lebih menekankan

penggunaan terapi komplementer menggunakan daun binahong dan getah

pisang kepok terhadap penyembuhan luka, disamping murah dan mudah

untuk mendapatnya. Kandungan dari daun binahong yaitu alkaloid, saponin,

triterpenoid, polifenol, dan flavonoid yang berperan dalam penyembuhan luka

(Anasta et al., 2013). Sedangkan kandungan dari batang pisang kepok yaitu

fitokimia, flavonoid yang mempunyai aktivitas anti inflamasi, antioksidan

dan antimikroba, dan saponin sebagai antibakteri serta merangsang sel–sel

baru pada kulit (Apriasari et al., 2014).

Menurut penelitian Wika, (2012) mengenai uji pemanfaatan daun

binahong pada proses penyembuhan luka gingiva tikus wistar m,alalui

pengamatan kepadatan serabut kolagen dan ketebalan epitel, membuktikan

bahwa dari hasil percobaan penyembuhan luka pada tikus yang diberi daun

binahong lebih cepat kering dan sembuh dibandingkan dengan luka bersih

yang tidak diberi daun binahong. Menurut Razali (2015), pengaruh

penggunaan getah batang pisang kepok terhadap penyembuhan luka operasi

pada anjing lokal, menunjukkan bahwa penggunaan getah batang pisang

kepok dapat mempercepat penyembuhan luka operasi pada anjing lokal

dengan efektif.

Penelitian mengenai terapi komplementer yang dapat mempercepat

penyembuhan luka merupakan salah satu hal yang sedang berkembang dan

banyak dilakukan oleh para peneliti dan praktisi tradisional di seluruh dunia

(Adi, 2015).
4

Terapi komplementer adalah terapi cara penanggulangan penyakit yang

dilakukan sebagai pendukung terhadap pengobatan medis konvensional atau

sebagai pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Pengobatan

terapi komplementer mempunyai manfaat untuk meningkatkan kesehatan,

secara lebih menyeluruh dan lebih murah (Nezabudkin, 2008).

Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi komplementer mulai

meningkat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengunjung praktik terapi

komplementer di berbagai tempat. Selain itu sekolah-sekolah khusus ataupun

kursus–kursus terapi semakin banyak dibuka (Snyder, 2008).

Menurut Kemenkes RI (2010), menyebutkan bahwa pelaksanaan

tindakan komplementer merupakan area praktik perawat sehingga penelitian

terkait dengan topikal untuk wound care perlu dikembangkan, salah satunya

yaitu daun binahong dan getah batang pisang kepok yang mengandung

senyawa-senyawa penting yang dapat mempercepat proses penyembuhan

luka.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan

penelitian tentang efektivitas daun binahong dan getah batang pisang kepok

terhadap penyembuhan luka bersih pada mencit (Mus musculus).

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah efektivitas terapi komplementer daun binahong dan

getah batang pisang kepok terhadap penyembuhan luka bersih pada mencit

(Mus musculus)?
5

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisa efektivitas terapi komplementer daun

binahong dan getah batang pisang kepok terhadap penyembuhan luka

bersih pada mencit (Mus musculus).

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui penyembuhan luka bersih pada mencit (Mus

musculus) dengan daun binahong sebagai terapi komplementer.

b. Untuk mengetahui penyembuhan luka bersih pada mencit

(Mus musculus) dengan getah batang pisang kepok sebagai terapi

komplementer.

c. Untuk mengetahui penyembuhan luka bersih pada mencit(Mus

musculus) dengan Nacl 09 % sebagai terapi komplementer.

d. Untuk mengetahui efektivitas terapi komplementer daun binahong

dan getah batang pisang kepok terhadap penyembuhan luka bersih

pada mencit (Mus musculus).

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Sebagai wacana pengembangan ilmu pengetahuan terapi

komplementer dibidang keperawatan medikal bedah khususnya tentang

wound care denganmenggunakan daun binahong dan getah batang pisang

kepok terhadap penyembuhan luka bersih pada mencit (Mus musculus).


6

2. Manfaat Praktis

a. Keperawatan

Memberikan referensi tentang pemilihan bahan yang lebih

efektiv antara daun binahong dan getah batang pisang kepok dalam

penyembuhan luka bersih pada mencit (Mus musculus).

b. Institusi

Memberikan literatur tentang efektivitas terapi komplementer

daun binahong dan getah batang pisang kepok dalam penyembuhan

luka bersih pada mencit (Mus musculus).

c. Peneliti lain

Sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang

berhubungan dengan efektivitas terapi komplementer daun binahong

dan getah batang pisang kepok dalam penyembuhan luka bersih pada

mencit (Mus musculus).

d. Peneliti

Menambah wawasan peneliti tentang efektivitas daun

binahong dan getah batang pisang kepok dalam penyembuhan luka

bersih pada mencit (Mus musculus).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Proses Penyembuhan Luka

1. Pengertian Luka

Luka dalah rusaknya kesatuan jaringan, dimana secara spesifik

terdapat jaringan yang rusak atau hilang. Luka secara umum terdiri dari

luka yang sengaja dan luka yang tidak di sengaja. Luka yang di sengaja

bertujuan sebagai terapi, misalnya pada prosedur operasi atau pungsi

vena, sedangkan luka yang tidak sengaja terjadi secara accidental

(Poerwantoro, 2013).

Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis

jaringana sebagai akibat dari ruda paksa. Luka adalah kerusakan

kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ lain. Luka

dapat sengaja di buat untuk tujuan tertentu seperti luka sayat (insisi) pada

operasi, atau luka akibat trauma, seperti luka akibat kecelakaan (Baririet,

2011).

2. Jenis – jenis Luka

Luka sering di gambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan

luka itu d,,an menunjukkan derajat luka (Baririet, 2011).

a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tidak terinfeksi yang

mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada

sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinaria tidak terjadi.

7
8

Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup, jika di

perlukan di masukkan drainase tertutup.

b. Clean- contamined wounds (Luka bersih terkontaminasi), termasuk

luka terbuka, fersh, luka pembedahan dimana saluran respirasi,

pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,

kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinanan timbulnya infeksil

luka adalah 3% - 11%.

c. Contamined wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka,

fresh , luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar

dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna : kategori

ini juga termasuk insisi akut , inflamasi , nonpopuler. Kemungkinan

infeksi luka 10% -17 %.

d. Dirty or infected wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya

mikroorganisme pada luka.

3. BerdasarkanWaktu Penyembuhan Luka

Menurut Baririet (2011), waktu penyembuhan luka di bagi menjadi

berikut :

a. Luka akut merupakan cedra jaringan yang dapat pulih kembali seperti

keadaan normal dengan bekas luka yang minimal dalam rentang

waktu 8-12 minggu.

b. Luka kronis merupakan luka dengan proses pemulihan dengan waktu

penyembuhan lebih dari 12 minggu dan terkadang dapat menyebabkan

kecacatan.
9

4. Kedalaman dan Luasnya Luka

Menurut Baroroh (2011), kedalam dan luasnya luka di bagi

menjadi berikut :

a. Stadium I : Luka Superfisial, yaitu luka yang terjadi pada lapisan

epidermis kulit

b. Stadium II : Luka Partial Thickness, yaitu hilangnya lapisan kulit

pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis

c. Stadium III : Luka Fuul Thickness, yaitu hilangnya kulit

keseluruhan meliputi kerusakan lapisan epidermis,

dermis, dan fasia tetapi tidak mengenai otot

d. Stadium IV : Luka Fuul Thickness, yang telah mencapai lapisan

otot, tendon dan tulang dengan adanya

destruksi/kerusakan yang luas.

5. Fase Penyembuhan Luka

Menurut Guo dan Dipietro (2010), terdapat beberapa fase dalam

penyembuhan luka, di antaranya adalah :

a. Fase Inflamasi di mulai setelah terjadinya luka, yaitu penyempitan

pembuluh darah dan pembentukan bekuan fibrin. Setelah perdarahan

di hentikan, sel inflamasi berpindah pada luka memulai fase

inflamasi dengan di tandai infiltrasi terutama neutrofil, makrofag,

dan limfosit. fase ini terjadi pada 2 – 4 hari.


10

b. Fase proliferasi yang pada umumnya diikuti tahap ketiga yakni fase

inflamasi dengan di tandai proliferasi epitel dan migrasi matriks

sementara pada luka. fase ini terjadi pada hari 3 – 14 hari

c. Fase remodelling, fase dimana regresi dari banyak kapiler baru

terbentuk, sehingga kepadatan pembuluh darah dari luka kembali

normal. fase ini terjadi pada 21 hari – hingga 1 tahun.

6. Instrumen Pengukuran Luka

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

pengumpulan data (Nursalam, 2013).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis instrumen

observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi berdasarkan

fakta – fakta yang ada dalam subyek, akan tetapi lebih didasarkan pada

suatu perencanaan penelitian yang di susun secara berkelompok,

pencatatan dan pemberian kode terhadap hal yang telah diterapkan

sebagai berikut :

a. Wound base

Epitelisasi : 0

Granulasi : 1

Slough : 2

Nekrotik : 3

b. Tanda Infeksi

Tidak ada tanda infeksi : 0

Terdapat sebagian : 1
11

Infeksi lokal ,: 2

c. Kedalaman

Luka menutup :0

Epidermis :1

Hypodermis :3

Lemak dan tendon tulang :4

d. Jumlah Eksudat

Tidak ada : 0

Sedikit : 1

Sedang : 2

Banyak : 3

e. Tepi luka

Tidak ada edema : 0

Ada edema : 1

Kemerahan : 2

Skoring dilakukan setiap observasi luka pada saat intervensi yaang

akan dijumlah dari setiap item kemudian dilihat hasil yang mencapai nilai

0.

B. Konsep Terapi Komplementer

1. Pengertian Terapi Komplementer

Terapi komplementer adalah terapi yang digunakan untuk

memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit,

perawatan penyakit. Komplementer bersifat melengkapi, bersifat


12

menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan

untuk melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional

yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum (Fontaine, 2008).

Terapi komplementer adalah pengobatan non konvensional yang

bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia

jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi

pengobatan tradisional (Gusti, 2016).

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam–macam

sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang

secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional

(Widyatuti, 2008).

2. Klasifikasi Terapi Komplementer

Menurut Widyatuti (2008), klasifikasi terapi komplementer di bagi

menjadi berikut :

a. Mind- body therapy : intervensi dengan teknik untuk menfasilitasi

kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi

berpikir yang mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh (imagery, yogo,

terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan

hypnoterapy).

b. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayan kesehatan yang

mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo,

homeopaty, nautraphaty).
13

c. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan dan hasil –

hasilnya misalnya herbal, dan makanan.

d. Terapi manipulatif dan sistem tubuh didasari oleh manipulasi dan

pergerakan tubuh misalnya kiropraksi, macam – macam pijat,

rolfling, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi.

e. Terapi energi, terapi yang berfokus pada energi dari luar tubuh

(terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong

magnet) terapi ini kombinasi antar energi dan bioelektromagnetik.

3. Peran Perawat Dalam Terapi Komplementer

Menurut Smith et al.,(2008), peran perawat dalam terapi

komplementer di bagi menjadi berikut :

a. Perawat sebagai konselor, yaitu perawat dapat menjadi tempat

bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan

informasi ataupun sebelum mengambil keputusan.

b. Perawat sebagai peneliti, yaitu perawat dapat melakukan berbagai

penelitian yang dikembangkan dari hasil – hasil evidence – based

practice.

c. Perawat sebagai advocad, yaitu perawat dapat memenuhi permintaan

kebutuhan klien dengan mengaplikasikan terapi komplementer

d. Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada klien secara

holistik.
14

C. Tanaman Binahong

1. Deskripsi

Gambar II. 1 Daun Binahong (Sumber : Dokumen pribadi)

Tanaman binahong, termasuk taumbuhan menjalar, berumur

panajang (perenial), dengan panjang 3 – 6 mater. Akar berbentuk

rimpang dan berdaging lunak. Batang lunak, berwarna merah, berbentuk

silindris,saling membelit, permukaan halus, kadang membentuk semacam

umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan dan

teksktur kasar. Daun tunggal, bertangkai sangat pendek (subsessile),

tersususun berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (cordata), panjang 5

-10 cm, lebar 3 -7 cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal

berlekuk (emerginatus), tepi rata, permukaan licin, bisa di makan

(Plantamor, 2012). Bunga majemuk berbentuk tandan dengan panjang 25

cm, bertangkai panjang, muncul di ketuak daun. Bunga tersusun atas

braktea yang berwarna krem keputih – putihan berjumlah lima helai tidak

berlekatan, panjang helai 0,5 – 1 cm, berbau harum. Putik berwarna

putih , kakau berbentuk elips pada bagian bawah , ujung rata, panjang 0,2

– 0,3 cm lebar 0,1 – 0,2 cm. Benang sari berwarna putih, filamen terletak
15

di ujung , serbuk terbesar. Tumbuhan berbunga pada bulan Juni –

Oktober (Kottaimuthu,2011).

2. Klasifikasi

Klasifikasi dari tumbuhan binahong adalah (Plantamor , 2012)

Kingdom : Plantea (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh)

Divisi : Magnoliophyt (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnolipsida (Berkeping dua / dikotil)

Sub kelas : Hamamelidae

Ordo : Caryophyllales

Famili : Basellaceae

Genus : Anredera

Spesies : Anredera cordifolia (Ten) steenis.

3. Asal dan habitat

Binahong adalah tumbuhan asli Tiangkok.Tumbuhan ini termasuk

jenis tumbu,han menjalar yang dapat mencapai panjang 6 meter bahkan

bila keadaan, tanah lembab dan subur, binahong dapat tumbuh hingga

mencapai 40 ,meter. Rata – rata tanaman binahong memiliki bentuk yang

khas seperti gambaran jantung dengan panjang sekitar 5 – 10 cm dan

lebar 3 – 7 cm, serta permukaan daun yang licin (Suseno, 2013).


16

4. Kandungan

Kandungan daun binahong mengandung flavanoid, tanin, saponin,

protein (Suci et al.., 2013).

a. Flavanoid memiliki aktivitas sebagai radikal bebas, meningkatkan

epitelisasi, menunjang pembentukan kolagen. Paparan kolagen

fibriler ke darah akan menyebabkan agregasi dan aktivasi trombosit

dan melapaskan faktor – faktor kemotaksis yang memulai proses

penyembuhan luka. Fragmen – fragmen kolagen melepaskan

kolagenase leukositik untuk menarik fibroblas ke daerah luka.

selanjutnya kolagen menjadi pondasi matrik ekstraseluler yang baru,

sehingga mempercepat pembentukan jaringan granulasi.

b. Tanin memiliki aktivitas sebagai antibakteri, secara garis besar

mekanismenya adalah dengan merusak membran sel bakteri,

senyawa astrigent tanin menginduksi pembentukan ikatan senyawa

kompleks terhadap enzim atau substrat mikroba dan pembentukan

suatu ikatan kompleks tanin terhadap ion logam yang dapat

menambah daya toksisitas tanin itu sendiri.

c. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat yang

menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang

rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin

juga berfungsi untuk mencegah terjadi infeksi pada luka.

d. Protein berfungsi untuk meningkatkan daya imun tubuh sehingga

nerangsang terbentuknya antibodi, protein juga merangsang tubuh


17

untuk memproduksi hormon pertumbuhan dan reproduksi sel untuk

dapat menggantikan sel – sel yang telah rusak.

5. Cara membuat tumbukan daun binahong

Menurut Wika (2012) cara membuat tumbukan daun binahong di

bagi menjadi berikut:

a. Siapkan 5 lembar daun binahong

b. Kemudian cuci bersih daun binahong

c. Tumbuk daun binahong sampai halus

d. Kemudian hasil tumbukan di timbang dengan berat 1 gram

e. Oleskan tumbukan daun binahong ke mencit


18

D. Getah batang pisang kepok

1. Deskripsi

Gambar II. 2 Batang Pisang Kepok (Sumber : Google image)

Buah pisang tersusun dalam tandan dengan kelompok – kelompok

yang tersusun menjari di sebut sisir. Hampir semuabuah pisang memiliki

kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang

berwarna jingga, merah, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang

memiliki banyak manfaat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, antara

lain sebagai bahan pangan yang mengandung karbohidrat dan mineral

terutama kalium. Pada batang pisang di manfaatkan sebagai pakan

ternak, campuran pupuk dan beberapa masyarakat memanfaatkan batang

pisang untuk di olah sebagai masakan sehari – hari (Oputu, 2012).

2. Asal dan habitat

Tanaman pisang adalah pisang yang banyak tumbuh di Indonesia.

Dari hasil data empiris masyarakat daerah hulu sungai utara Provinsi

Kalimantan selatan sering menggunakan batang pisang kepok untuk

mempercepat penyembuhan luka pada kulit (Prasetyo, 2008).


19

Getah batang pisang kepok berpotensi menyembuhkan luka pada

mukosa mulut mencit lebih cepat dibandingkan dengan obat paten yang

berisi aloe vera (Prasetyo, 2008

2. Klasifikasi

Menurut Tjitrosoepomo (2013) pisang di klasiikasikan menjadi

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Musales

Family : Musaceae

Genus : Musa

3. Kandungan

Getah pisang kepok mengandung flavonoid, saponin dan tannin yang

mempunyai (Perdana , 2013).

a. Flavanoid banyak diteliti karena manfaatnya bagi kesehatan. Setiap

tanaman biasanya menghasilkan flavanoid yang berbeda. Manfaat

flavanoid salah satunya yaitu membentengi tubuh dari serangan

mikroorganisme. Selain itu juga dapat memblokade terbentuknya

prostagladin penyebab nyeri, menstimulasi sel darah putih, serta dapat

meningkatkan daya serang terhadap kuman.

b. Saponin terdapat dalam getah batang pisang dalam jumlah yang lebih

banyak dibandingkan flavanoid dan tannin. Saponin diketahui


20

mempunyai efek anti mikroba, menghambat pertanaman jamur dan

melindungi tanaman dari serangga.dalam proses penyembuhan luka

senyawa ini bermanfaat untuk meningkatkan pembentukan pembuluh

darah baru (angiogenesis) pada luka sehingga suplai oksigen dan

nutrisi menjadi lebih optimal. selain itu juga, saponin berfungsi

sebagai antibiotik yang dapat mengurangi resiko luka terkontaminasi

oleh bakteri.

c. Tanin merupakan senyawa polifenol dari kelompok flavanoid .

senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan, antiperadangan,

antikanker, mencegah pertumbuhan mikroorganisme, sebagai

antiseptik.

d. Lektin berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan sel kulit.

4. Tahap Preparasi Getah batang pisang kepok

Menurut Rike (2017), tahap preparasi getah batang pisang kepok

dibagi menjadi berikut :

a. Pilih Getah pisang yang masih muda

b. Batang diiris menggunakan pisau

c. Gatah batang pisang yang mengalir ditampung dibaskom

d. Saat getah tidak keluar, tekan batang pisang kepok agar keluar kembali

e. Getah bisa disimpan selama 21 hari di dalam kulkas


21

E. Natrium klorida (Nacl)

1. Deskripsi

Natrium klorida 0,9 % adalah larutan fisiologis yang ada diseluruh

tubuh, karena alasan ini, tidak ada reaksi hipersensitivitas dari natrium

klorida. Normal saline aman digunakan untuk kondisi apapun. Natrium

klorida mempunyai na dan cl yang sama seperti plasma. Sel ini tidak akan

mempengaruhi sel darah merah. Natrium klorida tersedia dalam beberapa

konsentarasi, yang paling sering digunakan natrium klorida 0,9 %

( Kristiyanigrum, 2013).

2. Jenis – jenis Nacl

Menurut Kristiyanigrum (2013), jenis – jenis Nacl di bagi menjadi tiga :

a. Nacl 0,3 %

Kandungan dalam larutan Nacl 3 % (513 mEq/ L)

b. Nacl 0,5 %

Kandungan dalam larutan Nacl 5 % (855 mEq/ L)

c. Nacl 0, 9 %

Cairan Nacl 0,9 merupakan cairan fisiologis yang efektif untuk

perawatan luka karena sesuai dengan kandungan garam tubuh

3. Manfaat Nacl

Normal salin atau Nacl 0,9 % merupakan larutan isotonis aman

untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi

kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka dalam

proses penyembuhan luka. Perawatan luka menggunakan cairan normal


22

salin untuk mempertahankan permukaan luka agar tetap lembab

sehingga dapat meningkatkan perkembangan dan migrasi jaringan

epitel (Kristiyanigrum, 2013).

F. Konsep Mencit (Mus musculus)

1. Deskripsi

Mencit (Mus musculus) merupakan kelompok mamalia yang

termasuk dalam ordo rodentia dan family muridae. Hewan tersebut hidup

berkelompok dan memiliki kebiasaan aktif pada malam hari. Mencit

memiliki tubuh yang panjang dan ramping, dan memiliki ekor meruncing

yang sedikit ditutupi oleh rambut dan sisik. Mencit jantan dewasa

memiliki berat tubuh sebesar 25 – 40 gram, sedangkan mencit betina

dewasa memiliki berat tubuh sebesar 20 – 40 gram (Maharani, 2012)

Menurut akbar (2010), mencit dapat berekembang biak dengan

cepat, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, bervariasi genetiknya

cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologinya terkarakteristik dengan

baik.
23

2. Klasifikasi

Menurut Akbar (2010), klasifikasi mencit adalah sebagai berikut :

Gambar II. 3 Mencit Mus musculus (Hidayat, 2013)

Kingdom : Animali

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Species : Mus musculus

3. Kandang

Kandang mencit menurut Hidayat (2013), sebagai berikut.

Gambar II. 4 Kandang Mencit (Hidayat, 2013)


24

Prinsip kandang mencit laboratorium yaitu ditempatkan pada kotak

yang mudah disterilkan, mudah dibersihkan, tahan lama digigit mencit

dan tidak dapat lepas.Tetapi persyaratan yang paling penting adalah

persyaratan fisiologis dan tingkah laku yaitu meliputi menjaga

lingkungan tetap kering dan bersih, suhu memadai, dan memberi ruang

yang cukup untuk bergerak dengan bebas dalam berbagai posisi.

Selanjutnya kandang harus dilengkapi makanan dan minuman yang

mudah di capai oleh mencit.

Ukuran kandang yang dianjurkan adalah 900 cm untuk sepasang

mencit, dan 1800 cm cukup untuk seekor induk dengan anak. Jumlah

mencit harus sesuai atau tidak terlalu banyak karena bila mencit terlalu

banyak akan berdesak – desakan menyebabkan suhu badan meningkat di

atas normal sehingga dapat mengalami hipertermi.

Cara membersihkan kandang, yaitu dengan mengganti alas misalnya

sekam atau serbuk gergaji, sekam diganti 3 hari sekali agar tetap kering

dan tidak lembab.

4. Makanan Mencit

Bahan dasar makanan mencit bervariasi, misalnya protein 20 – 25 %,

lemak 5 %, pati 5 – 50 %, serat kasar 5 %, vitamin.

5. Minuman mencit

Mencit minum lebih banyak sehingga minuman harus selalu tersedia,

maka dapat digunakan botol yang dipakai untuk air minum 20 – 45 ml air
25

6. Etika Percobaan

Etika terhadap percobaan juga harus diperhatikan berdasarkan pada

hasil pembentukan panitia etik penelitian kedokteran tahun 1986. Salah

satu butir dalam etika tersebut bahwa bila percobaan menimbulkan

sesuatu yang lebih dari sekedar nyeri atau penderitaan ringan dalam

waktu singkat, harus dilakukan dengan anastesi sesuai dengan praktik

dokter hewan yang lazim.pada butir akhir percobaan, hewan yang

lukanya kronik, cacat, tidak dapat disembuhkan maka harus dibunuh dan

dikubur dengan layak (Syamsudin, 2011).

7. Alasan memilih mencit jantan

Mencit jantan memiliki berat tubuh sebesar 20 – 40 gram, hewan

ini sering digunakan karena mudah didapat dan mudah untuk di pelihara.

Keuntungan lain dari mencit yaitu daur ekstrusnya teratur dan dapat

dideteksi, periode kebuntingan relatif singkat dan jumlah anakan yang

banyak (Akbar, 2010).

Mencit dinilai lebih ekonomis karena penggunaan hewan yang

lebih besar seperti tikus, membawa konsekuensi biaya yang besar dan

penggunaan tikus sebagai suatu model patologik sering tidak relevan

karena sulit untuk menyamakan keadaan patologi tikus dengan patologi

manusia. Selain itu mencit sebagai hewan percobaan dapat memberikan

gambaran secara ilmiah yang mungkin terjadi pada manusia (Maharani,

2012).
26

8. Cara membuat Luka Insisi pada Mencit

Menurut Robbins et al (2008), cara pembuatan luka insisi di bagi

menjadi berikut :

a. Siapkan 18 ekor mencit

b. Lakukan pencukuran bulu disekitar punggung mencit

c. Kemudian didensifeksi menggunakan alkohol 70 %

d. Berikan Obat anastesi estesia secara topikal

e. Setelah obat anastesi terabsorbsi dengan baik selama 2 mnt

f. Lakukan pembutan luka Insisi menggunakan silet di daerah

punggung mencit sepanjang 1 cm

9. Pembiusan mencit

Setelah dilakukan pecukuran, sediakan anastesi topikal estesia lalu

oleskan pada area punggung mencit yang telah di cukur. Kemudian

masukan mencit ke dalam wadah kaca dan tunggu selama 2 mnt sampai

obat anastesi benar – benar terabsorbsi (Robbins et al, 2008).


27

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Luka bersih

Penghilangan jaringan kulit mencit


menggunakan scapel

Terjadi perdarahan pada daerah luka

Kerusakan secara seluler pada suatu


jaringan kulit

Tumbukan daun binahong Getah batang pisang kepok Kelompok kontrol

1. Flavanoid 1. Flavanoid 4. Lektin Natrium klorida 9,0


2. Tanin gram
2. Saponin
3. Saponin
4. Protein 3. Tanin

Flavanoid dapat
Flavanoid dapat meningkatkan
membentengi tubuh dari Melindungi granulasi
epitelisasi dan menunjang
serangan mikroorganisme, jaringan dari kondisi
pembentukan kolagen
memblokade prostagladin, kering sehingga dapat
menstimulasi sel darah mempercepat
penyembuhan luka
putih.

Fase Inflamasi2 – 4 hari


Keterangan :
Diteliti : Fase Proliferasi 3 – 14 hari
Tidak diteliti :
Fase Remodelling 21 hari – hingga 1 tahun

Gambar III.1 Kerangka Konsep Efektivitas Terapi


Komplementer Daun binahong dan Getah batang pisang Penyembuhan Luka kriteria
kepok terhadapPenyembuhan Luka bersih pada mencit menurut Yuri (2013)
(Mus musculus). 1. Epitelisasi
2. Tidak ada tanda infeksi
3. Luka menutup sempurna
4. Tidak ada eksudat
5. Tidak ada edema
28

B. Penjelasan dari Kerangka Konsep

Terjadinya luka bersih menimbulkan perdarahan dan terjadi kerusakan

pada jaringan kulit sehingga perlu dilakukan perawatan luka agar tidak

terkontaminasi / terinfeksi. Perawatan luka yang pertama dilakukan dengan

menggunakan tumbukan daun binahong, kandungan daun binahong yaitu

flavanoid, tannin, alkaloid yang berfungsi sebagai antibakteri serta mencegah

luka agar tidak terinfeksi dan saponin yang berfungsi untuk memacu

pertumbuhan kolagen. Perawatan luka yang kedua dilakukan menggunakan

getah batang pisang kepok, kandungan pisang kepok yaitu flavanoid, tannin

dan saponin yang berfungsi dalam memacu pertumbuhan kolagen.Perawatan

yang ketiga ( kelompok kontrol ) menggunakan Nacl, kandungan Nacl yaitu

natrium klorida 9,0 gram yang berfungsi melindungi granulasi dalam kondisi

kering dan mempercepat penyembuhan luka. Dalam penelitian ini peneliti

ingin mengetahui perbandingan kecepatan penyembuhan luka yang sesuai

dengan proses penyembuhan luka dari adanya fase infllamasi (2 – 4 hari), fase

proliferasi (3 – 14 hari), fase Remodelling (21 hari – hingga 1 tahun).

Hasilnya perkembangan luka : epitelisasi, tidak ada tanda infeksi, luka

menutup sempurna, tidak ada eksudat dan tidak ada edema. Luka di katakan

sembuh apabila apabila total skor berjumlah 0

C. Hipotesis

H1 : Terdapat perbedaan antara daun binahong dan getah batang pisang

kepok terhadap penyembuhan luka bersih (Mus musculus).


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian,

dan memungkinkan pengontrolan maksimal serta ada beberapa faktor yang

dapatmempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2013)

Desain dalam penelitian ini mengunakan metode true – eksperimental

dengan rancangan post – test only with control group, karena dalam

rancangan ini menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

(Notoadmojo, 2010).

Tabel IV. 1 Rancangan Penelitian


Subjek Pra Perlakuan Pasca test
R - P1 O1
R - P2 O2
R - K3 O3
Sumber (Nursalam, 2013)

Keterangan :

R : Random (Acak)

P1 : Intervensi (perlakuan) dengan tumbukan daun binahong

P2 : Intervensi (perlakuan) dengan Getah batang pisang kepok

K3 : Kelompok kontrol dengan menggunakan Nacl

O1 : Observasi kelompok perlakuan dengan tumbukan daun binahong

O2 : Observasi kelompok perlakuan dengan Getah batang pisang

kepok

O3 : Observasikelompok kontrol dengan menggunakan Nacl

29
30

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Lab Farmakologi IIK BHAKTI

WIYATA KEDIRI.

2) Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai 15 – 28 Februari 2019.

C. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria - kriteria yang di

tentukan dalam sebuah penelitian (Nursalam, 2013). Populasi yang di

gunakan yaitu mencit (Mus musculus).

2. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat di

pergunakan sebagai subjek dalam penelitian melalui sampling (Nursalam,

2013). Penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel adalah dengan menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi .

a. Kriteria Inklusi,

1) Jenis kelamin jantan

2) Umur mencit 8 – 10 minggu

3) Berat badan 250 – 275 gram, 276 – 300 gram

4) Mencit sehat ( tidak ada kelainan genetik, tidak cacat, bulu lebat )
31

b. Kriteria Ekslusi

1) Mencit mati dalam masa penelitian

2) Waktu kesembuhan luka lebih dari 14 hari

Besaran sampel dari tiap kelompok didapatkan dari hasil hitung

Rumus Federer. Rumus federer : t ( n – 1 ) ≥ 15 ; dimana t = jumlah

kelompok dan n = jumlah sempel (Sugiharto, 2009 ). Pada penelitian

ini kelompok perlakuan di bagi menjadi 3, sehingga saat di hitung

menggunakan rumus Federer seperti berikut :

3 ( n – 1 ) ≥ 15

3 n – 3 ≥ 15

3 n ≥ 18

n≥6

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel minimal

yang diperlukan adalah sebanyak 6 sempel, sehingga jumlah sempel

secara keseluruhan dibutuhkan 18 sempel.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah proses menyeleksi suatu populasi yang dapat

diambil sebagai sempel. Dua puluh tujuh mencit jantan dan dibagi

menjadi tiga kelompok dengan teknik sample random sampling caranya

pengambilan sampel di undi ( Nursalam, 2013 ). Dua kelompok

merupakan kelompok perlakuan dan satu kelompok merupakan kelompok

kontrol. Kelompok perlakuan diberi perlakuan dengan daun binahong dan


32

getah batang pisang kepok, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan

Nacl 0, 9 %.

4. Proses Random Sampling

a. Membuat 3 kandang polikarbonat untuk kelompok daun binahong,

getah batang pisang kepok dan Nacl 0,9 %.

b. Kemudian mengambil mencit dari kandang satu persatu.

c. 6 mencit dimasukkan kedalam kandang polikarbonat (daun

binahong).

d. 6 mencit dimasukkan kedalam kandang polikarbonat (getah batang

pisang kepok).

e. 6 mencit dimasukkan kedalam kandang polikarbonat (Nacl 0,9 %).


33

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel independen

Nursalam (2013) mendefinisikan variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Pada penelitian ini yang menjadi variabel

bebas adalah pemberian Daun binahong, Getah batang pisang kepok dan

Nacl 0,9%.

2. Variabel dependen

Nursalam (2013) mendefinisikan variabel terikat atau variabel

dependen sebagai berikut variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi

variabel terikat yaitu penyembuhan luka bersih.


E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi erdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuaru yang didefinisikan tersebut. Karakteristik

yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional (Nursalam, 2013).

Tabel IV. 2 Definisi OperasionalEfektivitas Terapi Komplementer Daun Binahong Dan Getah Batang Pisang Kepok
Terhadap Penyembuhan Luka Bersih Pada Mencit (Mus Musculus)
Alat Skor
Variabel Definisi Operasional Parameter Skala
Ukur
Variabel Independen: Melakukan perawatan luka bersih Perawatan luka bersih Observasi Nominal Perawatanluka
Perawatan luka bersih pada mencit menggunakan daun dilakukan dengan daun
menggunakann binahong dengan cara daun dengan dibersihkan terlebih binahong : 1
daun binahong. binahong ditumbuk lalu dilumatkan dahulu dengan Nacl
pada luka sebanyak 1 gram. kemudian diberi tumbukan
daun binahong pada daerah
luka 1 x sehari sore hari.
Dalam keadaan luka dibalut
dengan kassa steril.

Variabel Independen : Melakukan perawatan luka bersih Perawatan luka bersih Observasi Nominal Perawatan luka
Perawatan luka bersih pada mencit menggunakan getah dilakukan dengan getah
menggunakan getah batang pisang kepok dengan cara dengan dibersihkan terlebih batang pisang
batang pisang kepok. mengoleskan getah batang pisang dahuku dengan Nacl
pada luka sebanyak 3 ml. kemudian di olesi getah
batang pisang kepok pada
daerah luka 1 x sehari sore

34
Alat Skor
Variabel Definisi Operasional Parameter Skala
Ukur
hari. Dalam keadaan kepok : 2
luka ,dibalut mengguakan
kassa steril.
Variabel Independen : Melakukan perawatan luka bersih Perawatan luka bersih Observasi Nominal Perawatan luka
Perawatan luka bersih pada mencit menggunakan Nacl 0,9 dilakukan dengan Nacl 0,9
menggunakan Nacl % dengan cara mengoleskan Nacl dengan memberikan Nacl 0,9 %:3
0,9%. 0,9 % pada luka. % pada daerah luka 1 x
sehari sore hari. Dalam
keadaan luka dibalut
menggunakan kassa steril.
Variabel Dependent : Mengetahui kecepatan Waktu yang diperlukan observasi Rasio Kriteria
Kecepatan Penyembuh penyembuhan luka bersih dengan untuk penyembuhan luka Wound base :
an luka brsih menggunakan daun binahong dan bersih dimulai dari 0 : Epitelisasi
getah batang pisang kepok hari pertama dilakukan
pembuatan luka sampai 1 : Granulasi
dengan kulit 2 : Slough
menyatu.
Dilakukan pengamatan 3 : Nekrotik
Sampai luka itu sembuh dan Tanda Infeksi :
dilihat dengan
menggunakan lembar 0:
observasi. Luka
dikatakan sembuh dengan
skor 0

35
Alat Skor
Variabel Definisi Operasional Parameter Skala
Ukur
Tidak ada tanda
infeksi
1 : Terdapat
sebagian
2 : Infeksi lokal
Kedalaman :
0 : Luka menutup
1 : Epidermis
2 : Dermis
3 : Hypodermis
4 : Lemak dan
tendon tulang
Jumlah Eksudat :
0 : Tidak ada
1 : Sedikit
2:

36
Alat Skor
Variabel Definisi Operasional Parameter Skala
Ukur
Sedang
3 : Banyak
Tepi luka :
0 : Tidak ada
edema
1 : Ada edema
2 : Kemerahan
( Yuri, 2013).

37
38

F. Instrumen Penelitian

Untuk mengukur variabel independent yaitu daun binahong, getah

batang pisang kepok dan Nacl 0,9 % menggunakan lembar observasi SOP

perawatan luka dengan daun binahong, lembar observasi SOP perawatan

luka dengan getah batang pisang kepok dan lembar observasi SOP

perawatan luka dengan Nacl 0,9 %.

Sedangkan untuk mengukur variabel dependent yaitu Kecepatan

Penyembuhan luka mencit menggunakan observasi perkembangan luka

bersih (Wound base 0 – 3, Tanda Infeksi 0 – 2, Kedalaman 0 – 4, Jumlah

Eksudat 0 – 3, Tepi luka 0 – 2). Skoring dilakukan setiap observasi luka pada

saat intervensi yang akan dilihat dari setiap item kemudian dilihat hasil yang

mencapai nilai total 0 pada hari keberapa.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Data kecepatan penyembuhan luka mencit didapatkan dengan

menggunakan lembar observasi perkembangan luka bersih Pengamatan

dilakukan setiap hari hingga luka bersih pada mencit sembuh atau setelah

semua skor skala menjadi 0.

Adapun Proses pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pembiusan Mencit (Mus musculus)

Alat :

a. Handscone

b. Kapas

c. Obat anastesi Estesia topikal


39

Langkah Kerja :

a. Sediakan anastesi topikal estesia.

b. Oleskan anastesi estesia pada punggung mencit

c. Masukkan mencit kedalam wadah kaca selama 2 menit sampai obat.

anastesi benar – benar terabsorbsi.

2. Pembuatan Luka Insisi pada Mencit

Alat :

a. Silet

b. Handscone

c. Bak Instrumen steril

d. Kapas

e. Pencukur bulu

Bahan :

a. Alkohol 70 %

b. Anastesi Estesia topikal

Langkah Kerja :

a. Siapkan 18 ekor mencit.

b. Lakukan pencukuran bulu disekitar punggung mencit.

c. Kemudian didensifeksi menggunakan alkohol 70 %.

d. Berikan obat anastesi estesia secara topikal.

e. Setelah obat anastesi terabsorbsi dengan baik selama 2 menit.

f. Lakukan pembuatan luka insisi menggunakan silet didaerah punggung

mencit sepanjang 1 cm.


40

3. Pembuatan Tumbukan Daun Binahong

Alat :

a. Penumbuk Obat

b. Wadah kecil

Bahan :

5 lembar daun binahong

Cara Kerja :

a. Siapkan 5 lembar daun binahong.

b. Kemudian cuci bersih daun binahong.

c. Tumbuk daun binahong sampai halus.

d. Kemudian hasil tumbukan di timbang dengan berat 1 gram.

e. Oleskan tumbukan daun binahong ke mencit.

4. Tahap Preparasi Getah Batang Pisang Kepok

Alat :

a. Pisau

b. Baskom

Bahan :

Getah batang pisang kepok

Cara Kerja :

a. Pilih Getah pisang yang masih muda.

b. Batang diiris menggunakan pisau.

c. Getah batang pisang yang mengalir ditampung baskom.

d. Saat getah tidak keluar, tekan batang pisang kepok agar keluar kembali.
41

e. Getah bisa disimpan selama 21 hari di dalam kulkas.

5. Perawatan Luka bersih dengan daun binahong

Alat :

a. Bak Instrumen

b. Pinset

c. Kassa steril

d. Kom 3 buah

e. Desifektan

f. Handscone

g. Gunting plester

h. Plester atau perekat

i. Nacl 0,9 %

j. Bengkok

k. Perlak

l. Daun binahong

Langkah Kerja :

a. Mengatur posisi mencit sehingga luka dapat terlihat jelas.

b. Membuka peralatan.

c. Memakai handscone.

d. Membersihkan luka menggunakan Nacl 0,9 %.

e. Mengeringkan luka dengan kassa.

f. Memberikan tumbukan daun binahong 1 gram ke mencit.

g. Balut mencit menggunakan kassa steril.


42

h. Memasang plaster.

6. Perawatan Luka bersih dengan Getah batang pisang kepok

Alat :

a. Bak instrument

b. Pinset

c. Gunting plester

d. Kassa steril

e. Kom 3 buah

f. Desinfektan

g. Handscone

h. Gunting plester

i. Plaster atau perekat

j. Nacl 0,9 %

k. Bengkok

l. Perlak

m. Getah batang pisang kepok

Langkah Kerja :

a. Mengatur posisi mencit sehingga luka dapat terlihat jelas.

b. Membuka peralatan.

c. Memakai handscone.

d. Membersihkan luka menggunakan Nacl 0,9 %.

e. Mengeringkan luka dengan kassa.

f. Memberikan olesan getah batang pisang kepok 3 ml ke mencit.


43

g. Balut mencit menggunakan kassa steril.

h. Memasang plester.

7. Perawatan luka bersih dengan Nacl 0,9 %

Alat :

a. Bak instrument

b. Pinset

c. Gunting plester

d. Kassa steril

e. Kom 3 buah

f. Desinfektan

g. Handscone

h. Gunting plester

i. Plaster atau perekat

j. Nacl 0,9 %

k. Bengkok

l. Perlak

Langkah Kerja :

a. Mengatur posisi mencit sehingga luka dapat terlihat jelas.

b. Membuka peralatan.

c. Memakai handscone.

d. Membersihkan luka menggunakan Nacl 0,9 %.

e. Mengeringkan luka dengan kassa.


44

f. Balut mencit menggunakan kassa steril yang sudah dibasahi oleh

Nacl.

g. Memasang plester.

H. Pengolahan data dan Analisa Data

1) Pengolahan Data

Data yang diperoleh merupakan data mentah sehingga belum

memberikan gambaran yang diharapkan, oleh karena itu perlu diolah untuk

mendapatkan hasil yang diinginkan. Selanjutnya dilakukan langkah-

langkah pengolahan data yang terdiri dari seleksi data dengan cara

memilah–milah data (langkah ini dimakdsudkan untuk memilih data yang

representatif yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya)

mengelompokkan data dan tabulasi data.

Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan

tahapan sebagai berikut :

a. Editing (Penyuntingan Data)

Dimaksudkan untuk memeriksa ada tidaknya dalam pengisian

lembar observasi perkembangan luka dan sudah terisi lengkap atau

masih kurang lengkap.

b. Coding

1 : Perawatan luka dengan daun binahong

2 : Perawatan luka dengan Getah batang pisang kepok

3 : Perawatan luka dengan Natrium clorida ( Nacl )


45

c. Scoring

Memberikan nilai atau skor pada hasil pengamatan. Skor

penelitian diperoleh dari perkembangan luka berdasarkan observasi

yang dilakukan perkembangan luka :

Wound base :

Epitelisasi : 0

Granulasi : 1

Slough : 2

Nekrotik : 3

Tanda infeksi :

Tidak ada tanda infeksi : 0

Terdapat sebagian : 1

Infeksi lokal : 2

Kedalaman :

Luka menutup : 0

Epidermis : 1

Dermis : 2

Hypodermsi : 3

Lemak dan tendon tulang : 4

Jumlah Eksudat

Tidak ada : 0
46

Sedikit : 1

Sedang : 2

Banyak : 3

Tepi luka

Tidak ada edema : 0

Ada edema : 1

Kemerahan : 2

Skoring dilakukan setiap observasi luka pada saat intervensi yang

akan dilihat dari setiap item kemudian dilihat hasil yang mencapai nilai

total 0 pada hari keberapa.

d. Tabulasi Data

Merupakan kegiatan menyusun data dalam bentuk tabel, mulai dari

penyusunan tabel utama yang berisi seluruh data dan informasi yang

telah berhasil dikumpulkan dan isinya sesuai dengan tujuan penelitian.

2) Analisa Data

Data penelitian dianalisa dengan bantuan komputer menggunakan

program SPSS versi 20 menggunakan one way Anova.Dengan syarat data

berdistribusi normal.
47

I. Kerangka Kerja
Mencit Jantan 18
ekor
Randomisasi

Sampel : Mencit Jantan yang di beri


luka insisi sejumlah 18 ekor

Kelompok perlakuan Kelompok perlakuan Kelompok kontrol


dengan tumbukan daun dengan getah batang dengan Nacl pada 6
binahong pada 6 mencit pisang kepok pada 6 mencit
mencit

Pembuatan luka insisi Pembuatan luka insisi


,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
dengan panjang 1 cm Pembuatan luka insisi dengan panjang 1 cm
dengan kedalaman dengan panjang 1 cm dengan kedalamanan
mencapai 0, 25 cm dengan kedalaman 0,25 0,25
cm

Perawatan luka insisi Perawatan luka insisi Perawatan luka insisi


dengan tumbukan daun dengan getah batang pisang dengan Nacl 1 x sehari
binahong 1 gram, dan kepok 3 ml, dan dilakukan sore hari
dilakukan perawatan 1x perawatan 1 x sehari sore
sehari sore hari hari
Penilaian terhadap
Penilaian dilakukan saat
Penilaian dilakukan saat luka 1 x sehari selama
observasi terhadap luka 1
observasi terhadap luka 1 luka dinyatakan
x sehari selama luka
x sehari selama luka sembuh
dinyatakan sembuh
dinyatakan sembuh

Pengolahan data

Hasil

Kesimpulan

Gambar IV.1 Kerangka Kerja Efektivitas Terapi Komplementer Daun binahong


dan Getah batang pisang kepok terhadap penyembuhan luka
bersih pada mencit (mus musculus).
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Data Umum Penelitian

Tabel V.1 Karakteristik sampel penelitian mencit (Mus musculus)

BB Usia
Rambut Ronto Gerak
KEL 250-275 gr 276-300 gr 3 bulan 4 bulan
Kusam k Aktif
F % F % F % F %
I 1 16,65 5 83,32 4 66,66 2 33,33 TK TR A
II 3 50 3 50 2 33,33 4 66,66 TK TR A
III 3 50 3 50 3 50 3 50 TK TR A
Sumber : Data sekunder penelitian

Keterangan :
TK : Tidak kusam
TR : Tidak rontok
A : Aktif
I : Kelompok dengan perlakuan rawat luka menggunakan daun binahong
II : Kelompok dengan perlakuan rawat luka menggunakan getah batang
pisang kepok
III : Kelompok kontrol rawat luka menggunakan Nacl 0,9 %
F : Frekuensi (jumlah)
Kel : Kelompok
BB : Berat badan
gr : Gram

Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil karakteristik berat badan sampel

mencit memenuhi kriteria sampel yang diambil peneliti. Pada kelompok I

yaitu kelompok perlakuan dengan daun binahong, menunjukkan sampel 16,65

% dengan rentan berat badan 250 – 275 gr, 83,32 % dengan rentan berat badan

276 – 300 gr. Pada kelompok ke II yaitu kelompok perlakuan dengan getah

batang pisang kepok, menunjukkan sampel 50 % dengan rentan berat badan

250 – 275 %gr, 50 % dengan rentan berat badan 276 – 300 gr. Pada kelompok

48
49

III yaitu kelompok kontrol Nacl 0,9 %, terdapat sampel mencit 50 % dengan

rentan berat badan 250- 275 gr, 50 % dengan rentan berat badan 276 – 300 gr.

Pada karakteristik usia sampel mencit memenuhi kriteria sampel yang

diambil peneliti. Pada kelompok I yaitu kelompok perlakuan daun binahong,

menunjukkan sampel 66, 65 dengan rentan usia 3 bulan, 33,32 % dengan

rentan usia 4 bulan, pada kelompok II yaitu kelompok getah batang pisang

kepok, menunjukkan sampel 33,32 % dengan rentan usia 3 bulan, 66,65 %

dengan rentan usia 4 bulan, dan pada kelompok III yaitu kelompok kontrol

menggunakan Nacl 0,9 %, menunjukkan sampel 50 % dengan rentan usia 3

bulan, 50 % dengan rentan usia 4 bulan. Selain berat badan dan usia terdapat

karakteristik pada kelompok I, II, III yaitu mencit dalam keadaan rambut tidak

kusam, tidak rontok, dan gerak aktif.

B. Data Khusus Penelitian

Tabel V.2. Hari sembuh dan rata – rata kelompok perlakuan daun binahong

Kelompok Mencit Hari sembuh Rata – rata


A1 12
A2 10
A3 10
Daun binahong 10,50
A4 11
A5 9
A6 11
Dari tabel V.1 dapat diketahui kelompok perlakuan dengan daun

binahong, 1 ekor mencit (A5) sembuh pada hari ke 9, 2 ekor mencit (A2, A3)

sembuh pada hari ke 10, 2 ekor mencit (A4, A6) sembuh pada hari ke 11, dan

1 ekor mencit (A1) sembuh pada hari ke 12. Hasil nilai rata – rata perlakuan

dengan daun binahong yaitu 10,50 hari.


50

Tabel V.3. Hari sembuh dan rata – rata kelompok perlakuangetah batang
pisangkepok

Kelompok Mencit Hari sembuh Rata – rata


B1 14
B2 12
B3 10
Getah batang pisang kepok 11,50
B4 12
B5 11
B6 10

Dari tabel V.2 dapat diketahui kelompok perlakuan dengan getah

batang pisang kepok, 2 ekor mencit (B3, B6) sembuh pada hari ke 10, 1 ekor

mencit (B5) sembuh pada hari ke 11, 2ekor mencit (B2, B4) sembuh pada hari

ke 12, dan 1 ekor mencit (B1) sembuh pada hari ke 14. Hasil nilai rata – rata

perlakuan getah batang pisang kepok yaitu 11,50 hari.

Tabel V.4. Hari sembuh dan rata – rata kelompok perlakuan Nacl 0,9 %

Kelompok Mencit Hari sembuh Rata – rata


C1 11
C2 14
C3 13
Nacl 0,9 % 12,67
C4 12
C5 14
C6 12

Dari tabel V.3 dapat diketahui kelompok perlakuan dengan Nacl 0,9 %,

1 ekor mencit (C1) sembuh pada hari ke 11, 2 ekor mencit (C4, C6) sembuh

pada hari ke 12, 1 ekor mencit (C3) sembuh pada hari ke 13, dan 2 ekor mencit

(C2, C5) sembuh pada hari ke 14. Hasil nilai rata – rata perlakuan Nacl 0,9 %

yaitu 12,67.
51

1) Uji Homogenitas

Tabel V.5. Hasil uji Homogenitas

Levene df1 df2 Sig.


Statistic
,417 2 15 ,667

Untuk mengetahui apakakah varian data yang digunakan homogen

atau tidak maka akan dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan

aplikasi SPSS 20. Nilai sig yang didapatkan dari suatu uji homogenitas

adalah 0,667 ≥ 0,05 artinya varian data homogen.

2) Uji Normalitas Data

Tabel V.6. Hasil Uji Normalitas Data

Jenis Intervensi Shapiro-Wilka


df Sig.
Daun Binahong 6 ,820
Getah batang pisang
Lama Hari Penyembuhan 6 ,389
kepok
NaCl 0,9% 6 ,415

Syarat lainnya untuk melakukan uji One Way Anova adalah data

harus berdistribusi normal. hasil dari uji normalitas data shapiro –

wilkdidapatkan nilai sig 0,820 ≥ 0,05 untuk kelompok 1, kelompok 2

didapatkan nilai sig 0,389 ≥ 0,05 dan untukkelompok 3 didapatkan nilai

sig 0,415 ≥ 0,05, artinya data kelompok 1, 2 dan 3 berdistribusi

normal.Setelah diketahui bahwa data homogen dan berdistribusi normal

maka syarat – syarat untuk uji One Way Anova


52

3) Hasil Uji One Way Anova

Tabel V.7. Hasil Uji One Way Anova

Lama Hari Penyembuhan


Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Between
14,111 2 7,056 4,349 ,032
Groups
Within Groups 24,333 15 1,622
Total 38,444 17

Dari hasil Uji Anova didapatkan nilai sig 0,032 ≤ 0,05 dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, atau terdapat perbedaan

kesembu,han luka bersih menggunakan daun binahong, getah batang

pisang kepok dan Nacl 0,9 % pada mencit ( Mus musculus).

4) Hasil Uji Post Hoc test

Tabel V.8. Hasil Uji Post Hoc test

(I) Jenis (J) Jenis Sig. 95% Confidence Interval


Intervensi Intervensi
Lower Upper Bound
Bound
Bonferroni Daun Getah batang
,582 -2,98 ,98
Binahong pisang kepok
NaCl 0,9% ,030* -4,15 -,19*
Getah batang Daun Binahong ,582 -,98 2,98
pisang kepok
NaCl 0,9% ,400 -3,15 ,81
NaCl 0,9% Daun Binahong ,030* ,19 4,15*
Getah batang
,400 -,81 3,15
pisang kepok

Keterangan :
* : Terdapat perbedaan yang signifikan
53

Hasil dari uji post hoc test menunjukan bahwa terdapat perbedaan

lama kesembuhan luka bersih antara kelompok perlakuaan daun

binahong dan Nacl 0,9% didapatkan nilai sig 0,030 ≤ 0,05. Lama

kesembuhan luka bersih antara kelompok perlakuan getah batang pisang

kepok dan Nacl 0,9% didapatkan nilai sig 0,400≥ 0,05 menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan lama kesembuhan luka bersih. Lama

kesembuhan luka bersih antara kelompok perlakuan daun binahong dan

getah batang pisang kepok didapatkan nilai sig 0,582 ≥ 0,05

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaaan lama kesembuhan luka

bersih.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Daun Binahong Dalam Penyembuhan Luka Bersih Pada Mencit Putih

Proses perawatan luka menggunakan daun binahong dengan cara

membuka balutan kemudian membersihkan luka menggunakan Nacl 0,9

%,kemudian mengeringkan luka dengan kassa. Setelah kering diberi

tumbukan daun binahong dan dibalut menggunakan kassa steril. Pada

perlakuan kelompok daun binahong 1 ekor mencit (A5) sembuh pada hari ke 9

dengan skor 0, 2 ekor mencit (A2,A3) sembuh pada hari ke 10 dengan skor 0,

2 ekor,mencit (A4,A6) sembuh pada hari ke 11 dengan skor 0 dan 1 ekor

mencit (A1) sembuh pada hari ke 12 dengan skor 0.

Menurut penelitian (Suci, 2013) mengenai khasiat daun binahong

terhadap pembentukan jaringan granulasi dan reepitelisasi penyembuhan luka

terbuka pada mencit, membuktikan bahwa hasil percobaan penyembuhan luka

pada mencit yang diberi daun binahong lebih cepat kering dan sembuh

dibandingkan dengan luka yang tidak diberi daun binahong.daun binahong

mengandung senyawa flavanoid, saponin dan tannin. Flavonoid berfungsi

untuk analgesik, antiradang, antihiperglikemi, saponin berfungsi untuk

memacu pertumbuhan kolagen. Dan tannin berfungsi sebagai antibakteri

(Nurhayati, 2012).

Berdasarkan hasil observasi pada kelompok perlakuan daun binahong

didapatkan hasil proses penyembuhan luka bersih yang berbeda – beda.

54
55

Terdapat (A5) yang sembuh di hari ke 9, (A2,A3) sembuh dihari ke 10,

(A4,A6) sembuh dihari ke 11 dan (A1) sembuh dihari ke 12. Hal ini

dikarenakan sebagian pola mencit yang mengigit balutan kassa sehingga ada

sebagian sempel yang terlepas balutannya serta mencit sering mengigit bagian

tubuhnya sendiri yang terluka sehingga proses penyembuhan luka menjadi

lebih lama.pada perlakuan daun binahong hanya 1 ekor tmencit (A1) yang

sering mengigit balutan kasa sehingga hal ini mengakibatkan luka menjadi

mudah terkelupas dan mengakibatkan proses penyembuhan lukanya menjadi

lama.

B. Getah Batang Pisang Kepok Dalam Penyembuhan Luka Bersih Pada

Mencit Putih

Proses perawatan luka dengan getah batang pisang kepok diawali

dengan membuka balutan kemudian membersihkan luka dengan getah batang

pisang kepok kemudian luka ditutup lagi dengan kassa yang sudah dibasahi

getah batang pisang kepok. Pada perlakuan kelompok getah batang pisang

kepok 2 ekor mencit (B3, B6) sembuh pada hari ke 10, 1 ekor mencit (B5)

sembuh pada hari ke 11, 2 ekor mencit (B2, B4) sembuh pada hari ke 12 dan

1 ekor mencit (B1) sembuh pada hari ke 14.

Menurut penelitian (Sundari, 2015) mengenai pengaruh getah batang

pisang kepok terhadap penyembuhan luka pada mencit (Mus musculus),

membuktikan bahwa hasil percobaan penyembuhan luka pada mencit yang

diberi getah batang pisang kepok lebih cepat sembuh. Getah batang pisang

kepok ini memiliki beberapa manfaat, antara lain dapat digunakan sebagai

obat luka, penawar racun. Getah batang pisang kepok ini mengandung saponin
56

dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan falvonoid dan tannin. Saponin

dapat meningkatkan pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) pada

luka sehingga suplai oksigen serta nutrisi menjadi lebih optimal. Selain itu

juga, saponin berfungsi sebagai antibiotik sehingga dpat mengurangi resiko

luka terkontaminasi oleh sebuah bakteri (Perdana, 2013).

Berdasarkan hasil observasi pada kelompok perlakuan getah batang

pisang kepok didaptkan hasil lama penyembuhan yang berbeda, terdapat

(B3,B6) sembuh dihari ke 10, (B5) sembuh dihari ke 11, (B2,B4) sembuh

dihari ke 12, dan (B1) sembuh dihari ke 14. Hal ini dikarenakan sebagian

sempel mencit yang sering mengigit balutan kasa sehingga ada sebagian

sempel yang terlepas. Pada kelompok perlakuan getah batang pisang kepok

(B1,B2,B4) yang sering menggigit balutan kasa sehingga terlepas balutannya.

C. Nacl 0,9 % dalam penyembuhan luka bersih

Proses perawatan luka dengan Nacl 0,9 % diawali dengan

membersihkan luka dengan Nacl 0,9 % kemudian luka ditutup lagi dengan

menggunakan kassa yang telah dibasahi oleh Nacl 0,9 %. Pada perlakuan

kelompok kontrol dengan Nacl 0,9% 1 ekor mencit (C1) sembuh pada hari ke

11, 2 ekor mencit (C4, C6) sembuh pada hari ke 12, 1 ekor mencit (C3)

sembuh pada hari ke 13 dan 1 ekor mencit (C2) sembuh pada hari ke 14.

Menurut penelitian (Arif, 2016) mengenai perbandingan Nacl 0,9 %

dan rebusan daun j,ambu biji dalam mempercepat penyembuhan luka bakar

pada tikus, membuktikan bahwa Nacl 0,9 % dapat mempercepat penyembuhan

luka. Natrium klorida adalah sebuah larutan fisiologis yang ada diseluruh

tubuh, natrium klorida aman digunakan untuk kondisi apapun. Jenis – jenis
57

Nacl ini dibagi menjadi 3 yaitu Nacl 0,3 %, Nacl 0,5 %, Nacl 0,9 %. Perawat

menggunakan cairan normal saline untuk melindungi granulasi, menjaga

kelembabpan diarea sekitar luka.

Berdasarkan hasil observasi pada kelompok kontrol Nacl 0,9 %

didapatkan hasil lama penyembuhan yang berbeda, terdapat (C1) sembuh

dihari ke 11, (C4,C6) sembuh dihari ke 12, (C3) sembuh dihari ke 13, dan

(C2,C5) sembuh dihari ke 14. Hal ini dikarenakn sebagian sampel mencit yang

sering mengigit balutan kassa sehingga ada sebagian sampel yang terlepas

balutannya. Serta ada sebagian mencit yang saat dibuka balutannya luka ikut

terkelupas, ini dikarenakan kassa yang diberi larutan Nacl 0,9 % sudah

mengering sehingga dapat menimbulkan trauma pada luka. Pada kelompok

kontrol dengan menggunakan Nacl 0,9% terdapat 3 ekor mencit (C4, C6) yang

sering mengigit balutan kassa dan terdapat 2 ekor mencit (C3, C5) yang saat

dibuka balutanya luka ikut terkelupas.


58

D. Analisis perbandingan daun binahong, getah batang pisang kepok dan

Nacl 0,9 %

Hasil Uji ANOVA diperoleh nilaip=0,032 yang berarti kurang dari α

0,05 maka dapat dinyatakan bahwa (p value ≤ 0,05)H1 diterima sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kesembuhan luka bersih

dengan daun binahong, getah batang pisang kepok dan Nacl 0,9 % pada

mencit (Mus musculus).

Menurut penelitian Samirana, (2016) mengenai uji Aktivitas

penyembuhan luka daun binahong pada tikus jantan galur wistar,

membuktikan bahwa daun binahong memiliki aktivitas penyembuhan luka

hingga 100 %. Sedangkan untuk penelitian saya yang lebih efektiv yaitu

kelompok perlakuan daun binahong, dibuktikan dengan rata – rata

penyembuhan luka daun binahong yaitu 10,50 hari.

Menurut penelitian Rike, (2017 ) mengenai efektivitas getah batang

semu pisang ambon dan getah batang pisang kepok pada penyembuhan luka

pada mencit, membuktikan bahwa getah batang pisang kepok lebih cepat

memperkecil panjang luka dibandingkan pisang ambon. Sedangkan untuk

penelitian saya getah batang pisang kepok dapat mempercepat penyembuhan

luka namun masih lebih efektiv daun binahong, dibuktikan dengan rata – rata

penyembuhan luka getah batang pisang kepok yaitu 11,50 hari.

Menurut penelitian Arif (2016) mengenai perbandingan Nacl 0,9 %,

dan rebusan daun jambu biji dalam mempercepat penyembuhan luka bakar

pada tikus putih, membuktikan bahwa Nacl 0,9 %, dapat mempercepat

penyembuhan luka namun perlu dikombinasikan dengan salep topikal. proses


59

penyembuhan lukanya juga lebih lama dibandingkan dengan kelompok

perlakuan daun binahong dan kelompok perlakuan getah batang pisang kepok,

dibuktikan dengan rata – rata penyembuhan luka Nacl 0,9% yaitu 12,67 hari.

Menurut peneliti perawatan luka bersih menggunakan daun binahong

dan getah batang pisang kepok serta Nacl 0,9 % lebih efektiv menggunakan

daun binahong hal ini dibuktikan dengan rata – rata penyembuhan daun

binahong yaitu 10,15 hari, ini disebabkan karena flavanoid yang di miliki daun

binahong berfungsi untuk meningkatkan epitelisasi dan menunjang

pembentukan kolagen. Sedangkan flavanoid yang dimiliki getah batang

pisang kepok bermanfaat untuk memblokade terbentuknya prostagladin,

menstimulasi sel darah putih, serta meningkatkan daya serang terhadap kuman

dan kelompok perlakuan Nacl 0,9 % tidak memiliki zat tersebut, Jadi untuk

penyembuhan luka daun binahong lebih cepat dibandingkan dengan

kelompok perlakuan lainnya.

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam pelaksanaanya yaitu perbedaan tingkah laku

hewan coba yang sering mengigit balutan kassa yang mengakibatkan luka

menjadi lebih mudah terkelupas serta mengakibatkan proses penyembuhan

lukanya menjadi lebih lama.


60

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian dan suatu

pembahasan adalah :

1. Dari suatu identifikasi perlakuan kelompok daun binahong dalam

mempercepat penyembuhan luka bersih di dapatkan hasil rata – rata 10,50

hari.

2. Dari suatu identifikasi perlakuan kelompok getah batang pisang kepok

dalam mempercepat penyembuhan luka di dapatkan hasil rata – rata 11,50

hari.

3. Dari suatu identifikasi kelompok kontrol Nacl 0,9 % dalam mempercepat

penyembuhan luka di dapatkan hasil rata – rata 12,67 hari.

4. Dari analisis perbandingan perlakuan kelompok daun binahong, kelompok

perlakuan getah batang pisang kepok, kelompok kontrol Nacl 0,9 % dalam

mempercepat penyambuhan luka bersih dengan uji one way Anova

didapatkan hasil nilai p = 0,032 yang berarti kurang dari α 0,05 maka

dinyatakan bahwa (p value ≤ 0,05) H1 diterima sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kesembuhan luka bersih dengan

daun bianhong, getah batang pisang kepok dan Nacl 0,9 % pada mencit

(Mus musculus).
61

B. Saran

1. Keperawatan

Diharapkan hasilpenelitian ini dapat menjadi sebuah literatur dan di

jadikan suatu pertimbangan dalam memilih bahan perawatan luka bersih

yaitu dengan menggunakan daun binahong, getah batang pisang kepok dan

Nacl 0,9 %.

2. Institusi

Diharapkam dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebuah

referensi, serta untuk pembelajaran mahasiswa dalam pemilihan bahan

yang dapat digunakan untuk perawatan luka bersih.

3. Peneliti lain

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian,

dengan cara mengembangkan wawasan untuk mendapatkan terapi

komplementer lainya yang juga dapat dijadikan untuk perawatan


62

DAFTAR PUSTAKA

Adi K, Fen T, Endang E. 2015. Effect of Methanolic Exstract in Ointment anal


Powder Of Kalanchoe Pinnata (Lann) Leaf in Oitment towards Incision
Wound Healing in Mice,Journal Of Medicine and Health.

Akbar, B. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang berpotensi


Sebagai Bahan Antifertilitas. Adabia Press, Jakarta.

Anasta, PritaYulianti, Muhammad Basyumi, dan Indra Lesmana 2013. “ Skrining


Fitokimia Metabolit Sekunder Pada Daun Binahong (Anredera Cordifilia
(Ten.) Steis) Untuk Uji In Vitro Daya Hambat Pertumbuhan Aeromonas
hydrophilla. “ Aquacoastmarine.

Apriasari, Iskandar, And Suhartono. 2014. “ Bioactive Compound and


Antioxidant Activity of Methanol Exstrak Mauli Bananas (Musa Sp)
Stem”.Internasional Journal of Bioscience

Baririet, B.D. 2011. Konsep luka.Basic Nursing Dapartemen UMM, Artikel.

Baroroh, D. 2011. Konsep Luka.Psik fikes UMM, Malang.

Feri Manoi, Balittro. Binahong (Anredera cordifolia) Sebagai Obat. Bogor : Pusat
penelitian dan pengembangan perkebunan, 2009

Gitarja , W, S. (2015). Perawatan luka CertifiedWound Care Clinician Associate


Student Handbook CWCCA. Yayasan Wocare Indonesia.

Guo S, Dipietro. 2010. Faktor Affecting Wound Healing. J Den Res 2010, 89(3):
219 – 229

Gusti, 2016. Prinsip Keperawatan Holistik dalam Terapi Komplementer. Diakses


dari : http :// gustinerz. jom/prinsip-keperawatan-holistik-dalam-terapi-
komplementer/

Hidayat. 2013. Konsep Kandang Mencit. UMM, Malang

http : www. jki. ui. ac.id / index. php/ jki/ article


Jean O, Jane T, Jimmy P. 2013. Efek Daun Sirih (Piper Betle L) Terhadap
Penyembuhan Luka Insisi Kulit Kelinci (Orytolagus Cuniculus).Jurnal e-
Biomedik Ebm, Volume 1. Nomor 2, hlm. 803 – 805

Kemenkes RI, 2013. Riset Kesahatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta Balitbang


Kemenkes RI

Kottaimuthu, R, Ganesan, R. Dan Vijayan, R. 2011. Anredera cordifolia (Tenore)


Steenis (Basellaceae) – A New Record for India. Elixir Bio Diver. 40 :
5517 – 5518
63

Kristiyanigrum, Feli. 2013. Pengaruh Nacl Dalam Penyembuhan Luka Bersih. .


Universitas Negeri Jember.

Kusmawan, E., (2010) Faktor – Faktor Pemicu Kanker. Available from : http ://
images. multiply. Multiplycontent. Com// attachmen/0/ shv9kQ0
KCIUAAHpq5gcl/ Faktor%20 resiko%20kanker.doc?
nmid=247171353[ ACCESSED]

Maharani, H. 2012. Uji Potensi Nefroprotektif Seyawa Dimer dari Isoeugenol


Terhadap Histologi Ginjal Mencit (Mus musculus) Jantan Galur DDY,
Skripsi SI, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia. Depok.

Miladiyah, I dan Prabowo , B. R. 2012. Ethanolic Exstrac Of Andredera cordifolia


(Ten) Steenis Leaves Improved Wound Healing In Guinea
Pings.Universitas Medicina 31 (1): 4 – 11

Nezabudkin, V. (2008). How to research alternatif treatment before using them.


http//.www.naturalhealtweb.com/article//Nezabudkin1.html.diperoleh 25
januari 200Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Penerbit Selemba Medika. Jakarta.

Oputu, Arifin. 2012. Efektivitas Getah Pisang Dalam Penyembuhan Luka.


Universitas Negeri Gorontalo.

Permenkes, 2010. Penyelenggaraan Praktik Keperawatan. Kementerian Kesehatan


. Jakarta.

Plantamor. 2012. Informasi Spesies Binahong Anredera cordifolia (Ten). Stennis.


http://www.plantamor.com/index.php?plant =1387 [7 Mei 2014]

Poerwantoro, P. D. (2013). Dasar – dasar Perawatan Luka Modern dan Pemilihan


Dressing untuk Berbagai Jenis Luka. Jakarta Timur. Panca Gradia

Prasetyo BF. Aktivitas dan uji stabilitas sedian gel ekstrak batang pisang kepok
(Musaceae) dalam proses penyembuhan luka pada mencit (mus
musculus). Bogor . Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor, 2008.

Rahmawati, L, Fachriyah E,. Dan Kusrini, D. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji
Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten) Steenis).Chen Info journal: 1 -9

Rekam Medis, 2018. Angka Kejadian Luka bersih. RSUD Gambiran Kota Kediri
64

Rike, 2017. Efektivitas Getah Batang Pisang Ambon dan Getah Batang Pisang
Kepok Pada Penyembuhan Luka Bakar Mencit ( Mus musculus ). Skripsi.
Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta

Robbin, Tetra. 2008. Konsep Luka Mencit,UMM, Malang.

Smith , S. F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2008). Clinical nursing skills: Basic to
advanced skills. New jersey : person prentice hall

Sugiharto, 2009. Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta

Sumartiningsih, S. 2011. The Effect of Binahong to Hematoma. Wordl Academyof


Science, Engineering and Technology 5 : 6 – 28

Sundari , Lilis. 2015. Pengaruh Getah Pelepah Pisang Kepok (Musa balbisiana)
Terhadap Waktu Penyembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus).
Skripsi . Universitas Negeri Gorontalo.

Suseno. 2013 Tomahayu, R, N. Bialangi, dan Y.K. Salimi. Identifikasi Senyawa


Aktif dan Uji Toksitas Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia Ten
Steenis) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BLST).Skripsi.
Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Syamsudin, et al. 2011. Buku Ajar Farmakologi Exsperimental. Jakarta :


Salemba Medika.

Syarfati, et al. 2011. The Potensial Of Jarak Cina (Jatropha multifida L) Secretion
In Healing New – Wounded Mice.Jurnal Banda Aceh. Universitas Syiah
Kuala.

Synder, M. & Lindquis, R. 2008. Complementary/ Alternative Therapies in


NursiNG. 4 Th Ed. New York : Springer

Tjitrosoepomo, Gembong. 2013. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University


Press. Yogyakarta.
Widyatuti, w. 2008. Terapi Komplemneter dalam keperawatan. Diakses dari :
Wika. 2012. Uji Pemanfaatan Daun Binahong Pada Proses Penyembuhan Luka
Gingiva pada Tikus Wistar Melalui Pengamatan Kepadatan Serabut
Kolagen Dan Ketebalan Epitel. Jurnal IDJ, Volume 1, No. 2, Tahun
2012.
Yuri Sadewo. 2013 . Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Luka Insisi Antara
Olesan Gel Lidah Buaya (aloe vera) dan Olesan Ekstrak Etanol Rimpang
Kunyit (curcuma longa L) Pada Tikus Putih (rattus norvegicus).
65

Lampiran 1

Lembar Bimbingan Skripsi


66

Lampiran 2

Lembar Bimbingan Skripsi


67

Lampiran 3
Observasi Perkembangan Luka Bersih
HARI KE
SKO
KARAKTERISITIK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 13 14
R
2
Wound base
0 Epitelisasi
1 Granulasi
2 Slaugh
3 Nekrotik
Tanda Infeksi
0 Tidak ada tanda
infeksi
1 Terdapat sebagian
2 Infeksi Lokal
Kedalaman
0 Luka menutup
1 Epidermis
2 Dermis
3 Hypodermis
4 Lemak dan tendon
tulang
Jumlah Eksudat
0 Tidak ada
1 Sedikit
2 Sedang
3 Banyak
Tepi Luka
0 Tidak ada Edema
1 Ada Edema
2 Kemerahan

Keterangan :
1. Luka dikatakan sembuh apabila skor berjumlah 0, luka
menutup sempurna,terdapat jaringan baru atau
epitelisasi, tidak ada tanda infeksi, tidak terdapat
eksudasi dan tidak ada edema
2. Pemberian scoring dengan cara menchekclis lembar
observasi perkembangan luka bersih.
68

Lampiran 4
Lembar Permohonan Ijin Data Awal
69

Lampiran 5
SOP PEMBUATAN LUKA INSISI PADA MENCIT

Dilakukan
,,,,,,,,

,,,,,,
SOP Pembuatan Luka Insisi
Ya Tidak
Alat : a. Silet
d. Handscone
e. Bak instrumen steril
f. Handscone
g. Kapas
h. Pencukur bulu
Bahan : a. Alkohol 70 %
b. Anastesi Estesia topikal
Langkah Kerja : a. Siapkan 18 ekor mencit
b. Lakukan pencukuran bulu disekitar punggung mencit
c. Kemudian didensifeksi menggunakan alkohol 70 %
d. Berikan obat anastesi estesia secara topikal
e. Setelah obat anastesi terabsorbsi dengan baik
selama 2 mnt
f. Lakukan pembuatan luka insisi menggunakan
silet di daerah punggung mencit sepanjang 1 cm
70

Lampiran 6
SOP PEMBIUSAN MENCIT (MUS MUSCULUS)
Dilakukan

SOP Pembiusan Mencit (Mus musculus)


Ya Tidak
Alat : a. Handscone
b. Kapas
c. Obat anastesi Estesia topikal
Langkah
Kerja : a. Sediakan anastesi topikal estesia
b. Oleskan anastesi estesia pada punggung mencit
c. Masukkan mencit kedalam kandang selama
2 mnt sampai obat anastesi benar – benar
terabsorbsi
71

Lampiran 7
SOP PERAWATAN LUKA BERSIH DENGAN DAUN BINAHONG
Dilakukan
SOP Perawatan Luka Bersih
Ya Tidak
Alat : a. Bak instrument
b. Pinset
c. Kassa steril
d. Kom 3 buah
e. Desinfektan
f. Handscone
g. Gunting plester
h. Plester atau perekat
i. NaCl 0,9%
j. Bengkok 2
k. Perlak
l. Daun binahong
menci
Langkah kerja : a Mengatur posisi t sehingga
luka dapat terlihat jelas
b. Membuka peralatan
c. Memakai sarung tangan
d. Membersihkan
luka menggunakan Nacl
e. Mengeringkan
luka dengan kassa
f. Memberikan
daun binahong 1 gram
ke mencit
g. Balut mencit
menggunakan
kassa steril
h. Memasang plester
72

Lampiran 8

SOP PERAWATAN LUKA BERSIH DENGAN GETAH BATANG


PISANG KEPOK

Dilakukan
, SOP Perawatan Luka Bersih
Ya Tidak
Alat : a. Bak instrument yang berisi:
b. Pinset
c. Kassa steril
d. Kom 3 buah
e. Desinfektan
f. Handscone
g. Gunting plester
h. Plester atau perekat
i. NaCl 0,9%
j. Bengkok 2
k. Perlak
l. Getah batang pisang kepok
Langkah kerja : a. Mengatur posisi mencit sehingga
luka dapat terlihat jelas
b. Membuka peralatan
c. Memakai sarung tangan
d. Membersihkan
luka menggunakan Nacl
e. Mengeringkan
luka dengan kassa
f. Memberikan olesan
73

getah batang
pisang kepok 3 ml
ke mencit
g. Balut mencit
menggunakan kassa steril
h. Memasang plester
74

Lampiran 9

SOP PERAWATAN LUKA BERSIH DENGAN NACL 0,9 %

Dilakukan
SOP Perawatan Luka Bersih
Ya Tidak
Alat : a. Bak instrument
b. Pinset
c. Kassa steril
d. Kom: 3 buah
e. Desinfektan
f. Handscone
g. Gunting plester
h. Plester atau perekat
i. NaCl 0,9%
j. Bengkok 2
k. Perlak
l. Daun binahong
menci
Langkah kerja : a Mengatur posisi t sehingga
luka dapat terlihat jelas
b. Membuka peralatan
c. Memakai sarung tangan
d. Membersihkan
luka menggunakan Nacl
e. Mengeringkan
luka dengan kassa
g. Balut mencit
menggunakan
kassa steril
yang dibasahi Nacl
h. Memasang plester
Lampiran 10
Jadwal kegiatan penelitian
Agenda October November Desember Januari Februari Maret April Mei

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV


Minggu

Konsul
judul

Konsul bab
I – bab IV

Pengambila
n Data awal

Sidang
proposal

Revisi
proposal

Penelitian

Konsul bab
V-VII

75
76

Sidang
skripsi

,
77

Lampiran 11

Lembar Pengantar Melaksanakan Diklat RSUD Gambiran Kota Kediri

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
78

Lampiran 12
Lembar Hasil Pengambilan Data
Awal,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,
79

Lampiran 13
Lembar Surat Kelayakan Etik
80

Lampiran 14
Lembar Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 15
Hari ke-1 Hari ke-2
Kelompok Kedalama
Wound Base Tanda Infeksi Kedalaman Jumlah Eksudat Tepi Luka Wound Base Tanda Infeksi Jumlah Eksudat Tepi Luka
n
A1 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
A2 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
A3 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
A4 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
A5 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
A6 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
B1 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
B2 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
B3 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
B4 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
B5 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
B6 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
C1 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
C2 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
C3 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
C4 1 2 3 0 2 1 2 3 0

81
2
C5 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2
C6 1 2 3 0 2 1 2 3 0 2

Hari ke-3 Hari ke-4


Kelompok Kedalama
Wound Base Tanda Infeksi Kedalaman Jumlah Eksudat Tepi Luka Wound Base Tanda Infeksi Jumlah Eksudat Tepi Luka
n
A1 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
A2 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
A3 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
A4 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
A5 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
A6 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
B1 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
B2 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
B3 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
B4 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
B5 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
B6 1 1 3 0 0 1 1 3 0

82
0
C1 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
C2 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
C3 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
C4 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
C5 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0
C6 1 1 3 0 0 1 1 3 0 0

Hari ke-5 Hari ke-6


Kelompok Kedalama
Wound Base Tanda Infeksi Kedalaman Jumlah Eksudat Tepi Luka Wound Base Tanda Infeksi Jumlah Eksudat Tepi Luka
n
A1 1 1 3 0 0 1 0 3 0 0
A2 1 1 3 0 0 1 0 3 0 0
A3 1 1 3 0 0 1 0 2 0 0
A4 1 1 3 0 0 1 0 2 0 0
A5 1 1 2 0 0 1 0 1 0 0
A6 1 1 3 0 0 1 0 2 0 0
B1 1 1 3 0 0 1 0 2 0 0
B2 1 1 3 0 0 1 0 2 0

83
0
B3 1 1 3 0 0 1 0 2 0 0
B4 1 1 ,3 0 0 1 0 2 0 0
B5 1 1 3 0 0 1 0 2 0 0
B6 1 1 3 0 0 1 0 2 0 0
C1 1 1 3 0 0 1 0 2 0 0
C2 1 1 3 0 0 1 0 2 0 0
C3 1 1 3 0 0 1 0 2 0 0
C4 1 1 3 0 0 1 0 2 0 0
C5 1 1 3 0 0 1 0 2 0 0
C6 1 13 3 0 0 1 0 2 0 0

Hari ke-7 Hari ke-8


Kelompok Kedalama
Wound Base Tanda Infeksi Kedalaman Jumlah Eksudat Tepi Luka Wound Base Tanda Infeksi Jumlah Eksudat Tepi Luka
n
A1 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
A2 1 0 2 0 0 1 0 1 0 0
A3 1 0 2 0 0 1 0 1 0 0
A4 1 0 2 0 0 1 0 2 0

84
0
A5 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0
A6 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
B1 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
B2 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
B3 1 0 2 0 0 1 0 1 0 0
B4 1 0 ,2 0 0 1 0 2 0 0
B5 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
B6 1 0 2 0 0 1 0 1 0 0
C1 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
C2 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
C3 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
C4 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
C5 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
C6 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0

Hari ke-9 Hari ke-10


Kelompok Kedalama
Wound Base Tanda Infeksi Kedalaman Jumlah Eksudat Tepi Luka Wound Base Tanda Infeksi Jumlah Eksudat Tepi Luka
n
A1 1 0 2 0 0 1 0 1 0

85
0
A2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
A3 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
A4 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0
A5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A6 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0
B1 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
B2 1 0 2 0 0 1 0 1 0 0
B3 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
B4 1 0 ,2 0 0 1 0 1 0 0
B5 1 0 ,,1 0 0 1 0 1 0 0
B6 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
C1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0
C2 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
C3 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
C4 1 0 2 0 0 1 0 1 0 0
C5 1 0 2 0 0 1 0 2 0 0
C6 1 0 2 0 0 1 0 1 0 0

Kelompok Hari ke-11 Hari ke-12


Wound Base Tanda Infeksi Kedalaman Jumlah Eksudat Tepi Luka Wound Base Tanda Infeksi Kedalama

86
n Jumlah Eksudat Tepi Luka
A1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
A2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B1 1 0 2 0 0 1 0 1 0 0
B2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
B3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B4 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
B5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C2 1 0 2 0 0 1 0 1 0 0
C3 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0
C4 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
C5 1 0 2 0 0 1 0 1 0 0
C6 1 0 1 0 0 0 0 0 0

87
0

Hari ke-13 Hari ke-14


Kelompok Kedalama
Wound Base Tanda Infeksi Kedalaman Jumlah Eksudat Tepi Luka Wound Base Tanda Infeksi Jumlah Eksudat Tepi Luka
n
A1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
A6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
B2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C2 1 0 1 0 0 0 0 0 0

88
0
C3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C5 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
C6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

89
90

Lampiran 16
Dokumentasi Pribadi
Getah batang pisang kepok Tumbukan Daun binahong

Nacl 0,9 % Kandang Mencit

Pencukuran Mencit Pembuatan Luka Insisi

,,,
91

Anastesi Mencit Sampel A1

Sampel A2 Sampel A3

Sampel A4 Sampel A5

Sampel A6 Sampel B1
92

Sampel B2 Sampel B3
,

Sampel B4 Sampel B5

Sampel B6 Sampel C1

Sampel C2 Sampel C3
93

Sampel C4 Sampel C5

Sampel C6

Lampiran 17
94

Dokumentasi Penyembuhan Luka pada kelompok binahong

Hari ke- 1 Hari ke- 2

Hari ke- 3 Hari ke – 4

Hari ke – 5 Hari ke- 6

Hari ke- 7 Hari ke- 8

Hari ke- 9 Hari ke 10


95

Hari ke- 11 Hari ke- 12

Hari ke- 13 Hari ke- 14

Lampiran 18
96

Dokumentasi Penyembuhan Luka pada kelompok Getah batang pisang


kepok

Hari ke- 1 Hari ke- 2

Hari ke- 3 Hari ke- 4

Hari ke- 5 Hari ke- 6

Hari ke- 7 Hari ke- 8


97

Hari ke- 9 Hari ke- 10

Hari- 11 Hari ke- 12

Hari ke- 13 Hari ke- 14

Lampiran 19
98

Dokumentasi Penyembuhan Luka pada kelompok kontrol Nacl 0,9 %

Hari ke -1 Hari ke- 2

Hari ke- 3 Hari ke-4

Hari ke- 5 Hari ke- 6

Hari ke- 7 Hari ke- 8


99

Hari ke- 9

Hari ke- 9 Hari ke- 10

Hari ke- 11 Hari ke- 12

Hari ke- 13 Hari ke- 14


100

Lampiran 20

Descriptives

Lama Hari Penyembuhan

N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence


Interval for Mean

Lower Bound

Daun Binahong 6 10,50 1,049 ,428 9,40

Getah batang pisang kepok 6 11,50 1,517 ,619 9,91

NaCl 0,9% 6 12,67 1,211 ,494 11,40

Total 18 11,56 1,504 ,354 10,81

Descriptives

Lama Hari Penyembuhan

95% Confidence Interval Minimum Maximum


for Mean

Upper Bound

Daun Binahong 11,60 9 12

Getah batang pisang kepok 13,09 10 14

NaCl 0,9% 13,94 11 14

Total 12,30 9 14

Test of Homogeneity of Variances

Lama Hari Penyembuhan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,417 2 15 ,667
101

ANOVA

Lama Hari Penyembuhan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 14,111 2 7,056 4,349 ,032

Within Groups 24,333 15 1,622

Total 38,444 17

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Lama Hari Penyembuhan

(I) Jenis Intervensi (J) Jenis Intervensi Mean Difference Std. Error
(I-J)

Getah batang pisang kepok -1,000 ,735


Daun Binahong
NaCl 0,9% -2,167* ,735

Daun Binahong 1,000 ,735


Bonferroni Getah batang pisang kepok
NaCl 0,9% -1,167 ,735

Daun Binahong 2,167* ,735


NaCl 0,9%
Getah batang pisang kepok 1,167 ,735

Getah batang pisang kepok -1,000 ,753


Daun Binahong
NaCl 0,9% -2,167* ,654

Daun Binahong 1,000 ,753


Games-Howell Getah batang pisang kepok
NaCl 0,9% -1,167 ,792

Daun Binahong 2,167* ,654


NaCl 0,9%
Getah batang pisang kepok 1,167 ,792
102

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Lama Hari Penyembuhan

(I) Jenis Intervensi (J) Jenis Intervensi Sig. 95%


Confidence
Interval

Lower Bound

Getah batang pisang kepok ,582 -2,98


Daun Binahong
NaCl 0,9% ,030* -4,15

Daun Binahong ,582 -,98


Bonferroni Getah batang pisang kepok
NaCl 0,9% ,400 -3,15

Daun Binahong ,030* ,19


NaCl 0,9%
Getah batang pisang kepok ,400 -,81

Getah batang pisang kepok ,416 -3,11


Daun Binahong
NaCl 0,9% ,020* -3,97

Daun Binahong ,416 -1,11


Games-Howell Getah batang pisang kepok
NaCl 0,9% ,346 -3,36

Daun Binahong ,020* ,37


NaCl 0,9%
Getah batang pisang kepok ,346 -1,02
103

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Lama Hari Penyembuhan

(I) Jenis Intervensi (J) Jenis Intervensi 95% Confidence


Interval

Upper Bound

Getah batang pisang kepok ,98


Daun Binahong
NaCl 0,9% -,19*

Daun Binahong 2,98


Bonferroni Getah batang pisang kepok
NaCl 0,9% ,81

Daun Binahong 4,15*


NaCl 0,9%
Getah batang pisang kepok 3,15

Getah batang pisang kepok 1,11


Daun Binahong
NaCl 0,9% -,37*

Daun Binahong 3,11


Games-Howell Getah batang pisang kepok
NaCl 0,9% 1,02

Daun Binahong 3,97*


NaCl 0,9%
Getah batang pisang kepok 3,36

Anda mungkin juga menyukai