Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

:Oleh
Qisthi Aulia Khoirunnisa
J2214901070

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2022/2023
1. Waham
2. Proses Keperawatan
a. Pengertian
Waham adalah suatu kepercayaan yang salah yang menetap yang tidak
sesuai dengan fakta dan tidak bisa dikoreksi (Menkes, 2015). Waham adalah
keyakinan pasien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan
dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari
pemikiran pasien yang sudah kehilangan kontrol. (Fauziah & Kesumawati, 2021).
Myers, dkk (2017) menyatakan bahwa waham adalah keyakinan atau persepsi
palsu yang tetap tidak dapat diubah meskipun ada bukti yang membantahnya.
Gangguan proses pikir waham mengacu pada suatu kondisi seseorang yang
menampilkan satu atau lebih khayalan ganjil selama paling sedikit satu bulan.
Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Klien meyakini bahwa
dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya (Sutejo, 2017).
b. Faktor Predisposisi
1) Teori Biologis
Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
waham:
a) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan
kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
b) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak
lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan
suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang
menderita skizofrenia.
c) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala
peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi
yang umumnya diobservasi pada psikosis.
2) Teori Psikososial
a) Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend (1998 : 147)
menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan
disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak.
Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu
berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan
timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang
antara orang tua dan anakanak. Anak harus meninggalkan ketergantungan
diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan
dimana dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas
perkembangan dewasanya.
b) Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis
akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan
kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan
penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu membentuk rasa percaya
terhadap orang lain.
c) Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu
ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling
mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah
penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu kecemasan yang
ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali
merupakan penampilan dan segmen id dalam kepribadian
c. Faktor Presipitasi
1) Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan. Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI menunjukkan bahwa
derajat lobus temporal tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini sangat kecil,
sehingga terjadinya waham kemungkinan melibatkan komponen degeneratif
dari neuron. Waham somatic terjadi kemungkinan karena disebabkan adanya
gangguan sensori pada sistem saraf atau kesalahan penafsiran dari input
sensori karena terjadi sedikit perubahan pada saraf kortikal akibat penuaan
(Boyd, 2005 dalam Purba dkk, 2008).
2) Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
3) Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu,
seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau
lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap
penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain,
tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.
d. Penilaian Terhadap Stresor
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan
dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan
luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau
sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada
dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal
dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit
tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau
menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat (2009):
1) Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “saya ini pejabat departemen kesehatan lho!” atau, “saya punya
tambang emas”.
2) Waham curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh, “saya tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurka hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”.
3) Waham agama: Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Universitas Universitas Sumatera Sumatera Utara Contoh, “kalau
saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setip hari”.
4) Waham somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Contoh, “saya sakit kanker”. (Kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien
terus mengataka bahwa ia sakit kanker.)
5) Waham nihilistic: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada
didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kadaan nyata. Misalnya, “Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini
adalah roh-roh.”
e. Sumber Koping
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat berpengaruh
terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber koping dapat
meliputi seperti : modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus
secara aktif mendidik anak-anaknya, dewasa muda tentang keterampilan koping
karena mereka biasanya tidak hanya belajar dan pengamatan. Sumber keluarga
dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan
waktu dan tenaga dan kemampuan untuk memberikan dukungan secara
berkesinambungan.
f. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif meliputi:
1) Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup
seharihari.
2) Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3) Menarik diri.

g. Rentang Respon

Respons adaptif Respons maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Gangguan proses


Persepsi akurat Ilusi pikir : waham
Emosi konsisten Emosi tidak stabil Halusinasi
dengan pengalaman perilaku tidak terorganisir Kerusakan
Perilaku sesuai Menarik diri proses emosi
Hubungan Sosial harmonis Isolasi sosial

Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu


stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon
neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis,
persepsi akurat, emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon
maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial.
1) Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon
adaptif:
a) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
d) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
e) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
2) Respon psikosossial
Meliputis:
a) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
c) Emosi berlebih atau berkurang
d) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
e) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain.
3) Respon maladapttif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, ada pun
respon maladaptive antara lains:
a) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakinioleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial
b) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
c) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
Perilaku stidak terorganisirmerupakan sesuatu yang tidak teratur.
d) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negative mengancam (Damaiyanti,2012).
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi

Waham Tujuan Kriteria Evaluasi: 1. Bina hubungan saling percaya


Umum: 1. Ekspresi wajah dengan menggunakan prinsip
Klien dapat bersahabat. komunikasi teraupetik.
berkomunika 2. Ada kontak a. Sapa klien dengan ramah
si dengan mata. baik verbal maupun non
baik dan 3. Mau berjabat verbal
terarah. tangan. b. Perkenalkan diri dengan
TUK 1: 4. Mau menjawab sopan
Klien dapat salam. c. Tanyakan nama lengkap
membina 5. Klien mau dan nama yang disukai
hubungan duduk klien.
saling berdampingan. d. Jelaskan tujuan pertemuan

percaya. 6. Klien mau e. Jujur dan menepati janji


mengutarakan f. Tunjukkan rasa empati dan
isi perasaannya. menerima klien dengan apa
adanya.
2. Jangan membantah dan
mendukung waham klien.
a. Katakan perawat menerima
keyakinan klien.
b. Katakan perawat tidak
mendukung keyakinan
klien.
3. Yakinkan klien dalam keadaan
aman dan terlindung
a. “Anda berada ditempat
aman dan terlindung”.
b. Gunakan keterbukaan dan
kejujuran, jangan
tinggalkan klien dalam
keadaan sendiri.
4. Observasi apakah wahamnya
mengganggu aktivitas sehari-
hari dan perawatan diri klien.

TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 1.Beri pujian pada penampilan


Klien dapat 1.Klien dapat dan kemampuan klien yang
mengidentifi mempertahankan realistis
kasikan aktivitas sehari- 2.Diskusikan dengan klien
kemampuan hari kemampuan yang dimiliki pada
yang 2.Klien dapat waktu lalu dan saat ini.
dimiliki. mengontrol 3.Tanyakan apa yang bisa
wahamnya. dilakukan (kaitkan dengan
aktivitas sehari-hari dan
perawatan diri) kemudian
anjurkan untuk melakukan saat
ini.
4.Jika klien selalu bicara tentang
wahamnya dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada.
Perawat perlu memperhatikan
bahwa klien sangat penting.
TUK 3 : Kriteria Evaluasi : 1. Observasi kebutuhan klien
Klien dapat 1. Kebutuhan klien sehari-hari
mengidentifi terpenuhi 2. Diskusikan kebutuhan klien
kasi 2. Klien dapat yang tidak terpenuhi selama
kebutuhan melakukan dirumah maupun di RS.
yang tidak aktivitas secara 3. Hubungkan kebutuhan yang
dimiliki. terarah. tidak terpenuhi dengan
3. Klien tidak timbulnya waham
menggunakan/m 4. Tingkatkan aktivitas yang
embicarakan dapat memenuhi kebutuhan
wahamnya. klien dan memerlukan waktu
dan tenaga.
5. Atur situasi agar klien tidak
mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
TUK 4 : Kriteria Evaluasi : 1. Berbicara dengan klien dalam
Klien dapat 1. Klien dapat konteks realitas (realitas diri,
berhubungan berbicara dengan realitas orang lain, waktu dan
dengan realitas. tempat).
realitas. 2. Klien mengikuti 2. Sertakan klien dalam terapi
Terapi Aktivitas aktivitas kelompok: orientasi
Kelompok. realitas.
3. Berikan pujian tiap kegiatan
positif yang dilakukan oleh
klien.
TUK 5 : Kriteria Evaluasi : 1. Diskusikan dengan keluarga
Klien dapat 1. Keluarga dapat tentang :
dukungan membina a. Gejala waham
dari keluarga hubungan saling b. Cara merawat
percaya dengan c. Lingkungan keluarga
perawat. d. Follow up dan obat.
2. Keluarga dapat 2. Anjurkan keluarga
menyebutkan melaksanakan dengan bantuan
pengertian, tanda perawat.
dan tindakan
untuk merawat
klien dengan
waham.
TUK 6 : Kriteria Evaluasi: 1. Diskusikan dengan klien dan
Klien dapat 1. Klien dapat keluarga tentang obat, dosis,
menggunaka menyebutkan dan efek samping obat dan
n obat manfaat, efek akibat penghentian.
dengan samping dan 2. Diskusikan perasaan klien
benar. dosis obat. setelah minum obat.
2. Klien dapat 3. Berikan obat dengan prinsip
mendemonstrasi lima benar dan observasi
kan penggunaan setelah minum obat.
obat dengan
benar.
3. Klien dapat
memahami
akibat
berhentinya
mengkonsumsi
obat tanpa
konsultasi.
4. Klien dapat
menyebutkan
prinsip lima
benar dalam
penggunaan
obat.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

WAHAM

A. PROSES KEPERAWATAN
A. Kondisi klien
DO: klien tampak gelisah
DS: klien menyatakan dirinya sebagai seorang nabi
B. Diagnosa keperawatan
Waham
C. Tujuan
a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
D. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. Bantu orientasi realita
1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
4) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas.

c. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga


menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien
e. Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
f. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
g. Berdiskusi tentang obat yang diminum
h. Melatih minum obat yang benar
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Latihan I
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya Qisthi Aulia Khoirunnisa,
panggil saya Qisthi, saya perawat yang dinas di ruangan soka in. Hari ini saya
dinas pagi dari pk. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama bapak
di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?
b. Evaluasi validasi
“Apa yang dirasakan B rasakan sekarang?”
c. Kontrak topik
” Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?”
d. Kontrak tempat
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana
kalau di ruang tamu?”
e. Kontrak waktu
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10
menit?
2. Kerja
“Saya mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?” “Tampaknya B gelisah sekali,
bisa ceritakan apa yang B rasakan?”“O... jadi B merasa takut nanti diatur-atur
oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?” “Siapa
menurut B yang sering mengatur-atur diri abang?” “Jadi ibu yang terlalu mengatur-
ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?” “Kalau abang sendiri
inginnya seperti apa?” “O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk
diri sendiri” “Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah
karena bosan kalau di rumah terus ya.”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”.
2) Evaluasi perawat
” Apa saja tadi yang telah kita bicarakan”
b. Tindak lanjut klien
” Bagaimana kalau jadual ini bapak coba lakukan, setuju pak?"
c. Kontrak yang akan datang
"Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah bapak miliki? Mau di
mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”

Latihan II
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“assalamualaikum"
b. Evaluasi validasi
“bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran abang
c. Kontrak topik
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?” "
d. Kontrak tempat
Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi B tersebut?
e. Kontrak waktu
“Berapa lama B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit
tentang hal tersebut?"
2. Kerja
“Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?” “Wah.., rupanya B
pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain volley seperti itu lho
B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien). “Bisa B ceritakan kepada saya
kapan pertama kali belajar main volley, siapa yang dulu mengajarkannya kepada
B, dimana?” “Bisa B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik
itu? Wah..baik sekali permainannya” “Coba kita buat jadual untuk kemampuan B
ini ya, berapa kali sehari/seminggu B mau bermain volley?” “Apa yang B
harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan B yang lain selain bermain volley?”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan abang?”
2. Evaluasi perawat
b. Tindak lanjut klien
“Setelah ini coba B lakukan latihan volley sesuai dengan jadual yang telah kita
buat ya?”
c. Kontrak yang akan datang
“Besok kita ketemu lagi ya pak?” “Bagaimana kalau nanti sebelum makan
siang? Di kamar makan saja, ya setuju?” “Nanti kita akan membicarakan
tentang obat yang harus B minum, setuju?”
“Bagaimana kalau sekarang B teruskan kemampuan bermain volley
tersebut……

Latihan III
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat siang Pak?
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana bang sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali” "
c. Kontrak topik
“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik "
d. Kontrak tempat
Kita latihan langsung di ruang tamu ya..!”
e. Kontrak waktu
Mau berapa lama berbincang-bincangnya? Bagaimana kalau 20 menit?“
2. Kerja
“pak berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat diminum?” “B
perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang” “Obatnya
ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang,
yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali
sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum obat
mulut B terasa kering, untuk membantu mengatasinya bisa banyak minum dan
mengisap-isap es batu”. “Sebelum minum obat ini B dan ibu mengecek dulu label
di kotak obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang
harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya B tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang B
minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
2. Evaluasi perawat
b. Tindak lanjut klien
"Mari kita masukkan pada jadual kegiatan. Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster"Jadwal yang telah kita
buat kemarin dilanjutkan ya!”
c. Kontrak yang akan datang
"pak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?
Sampai besok.”
DAFTAR PUSTAKA

Fitria Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Srategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).
Jakarta: EGC

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai