Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN WAHAM

di RSJ. PROF.Dr.V.L RATUMBUYSANG


RUANG KATRILI

Disusun Oleh :
Maria Tulung
15 061 055

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON


YAYASAN DHARMA BAKTI INDONESIA TOMOHON
FAKULTAS KEPERAWATAN
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Waham)
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai
dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah
nabi yang menciptakan biji mata manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya
sangat tidak mungkin, contoh masyarakat di surga selalu menyertai saya
kemanapun saya pergi”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan
bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya (Purba dkk, 2008).
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang
tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah
secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses
stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa
waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan
dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan
alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali
(Kusumawati, 2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan
berespons pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan
menakutkan. Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan
psikotik lain. Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada
isi pikir dan pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi
kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam
hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan
perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan
alasan atau logika (Kusumawati, 2010).
II. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham yang
dijelaskan oleh Direja, 2011 yaitu :
1) Teori Biologis
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas
otak yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru
mulai dipahami, ini termasuk hal-hal berikut :
a) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan
otak yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada
area frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan
perilaku psikotik.
b) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
 Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
 Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain
 Masalah-masalah pada sistem respon dopamin
c) Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak
yang diadopsi telah diupayakan untuk mengidentifikasikan
penyebab genetik pada skizofrenia.
d) Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara
terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia
dari pada pasangan saudara kandung yang tidak identik penelitian
genetik terakhir memfokuskan pada pemotongan gen dalam
keluarga dimana terdapat angka kejadian skizofrenia yang tinggi.

2) Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik
terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini
sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap
tenaga kesehatan jiwa profesional).
3) Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia
dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat
menyebabkan timbulnya waham.

b. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi menurut Direja, 2011 yaitu sebagai berikut :
1) Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang
maladaptif termasuk:
 Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi
 Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
2) Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
3) Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat
pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan
kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu.

c. Mekanisme Koping
Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi diri sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon
neurobioligi :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya
untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang
tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari
2. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik diri

d. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

• Pikiran logis • Pikiran kadang • Gangguan


• Persepsi akurat menyimpang illusi proses pikir:
• Emosi konsisten • Reaksi emosional Waham
dengan pengalaman berlebihan dan kurang • Halusinasi
• Perilaku sosial • Perilaku tidak • Kerusakan
• Hubungan sosial sesuai emosi
• Menarik diri • Perilaku tidak
sesuai
• Ketidakteratu
ran isolasi sosial
Skema 1 Rentang respons neurobiologis Waham (Keliat, 2009)

e. Fase-Fase Waham
1. Lack of Selfesteen
Tidak ada pengakuan lingkungan dan meningkatnya kesenjangan
antara kenyataan dan harapan. Ex : perceraian  berumah tangga tidak
diterima oleh lingkungannya.
2. Control Internal Eksternal
Mencoba berfikir rasional, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Ex : seseorang yang mencoba menutupi kekurangan
3. Environment support
Kerusakan control dan tidak berfungsi normal ditandai dengan tidak
merasa bersalah saat berbohong. Ex : seseorang yang mengaku dirinya
adalah guru tari. Adanya beberapa orang yang mempercayai klien
dalam lingkungan, klien merasa didukung, klien menganggap hal yang
dikatakan sebagai kebenaran, kerusakan control diri dan tidak
berfungsi normal (super ego)
4. Fisik Comforting
Klien merasa nyaman dengan kebohongannya
5. Fase Improving
Jika tidak ada konfrontasi dan korelasi maka keyakinan yang salah
akan meningkat.

f. Klasifikasi Jenis dan Sifat Masalah


Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut
Direja (2011) yaitu :

Jenis Waham Pengertian Perilaku klien


Waham Keyakinan secara berlebihan “Saya ini pejabat di
kebesaran bahawa dirinya memiliki kementrian semarang!”
kekuatan khusus atau “Saya punya
kelebihan yang berbeda dengan perusahaan paling besar
orang lain, diucapkan lho “.
berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap suatu “ Saya adalah tuhan
agama secara berlebihan, yang bisa menguasai
diucapkan berulang-ulang dan mengendalikan
tetapi tidak sesuai dengan semua makhluk”.
kenyataan.
Waham curiga Keyakinan seseorang atau “ Saya tahu mereka
sekelompok orang yang mau mau menghancurkan
merugikan atau mencederai saya, karena iri dengan
dirinya, diucapkan berulang- kesuksesan saya”.
ulang tetapai tidak sesuai
dengan kenyataan.
Waham somatik Keyakinan seseorang bahwa “ Saya menderita
tubuh atau sebagian tubuhnya kanker”. Padahal hasil
terserang penyakit, diucapkan pemeriksaan lab tidak
berulang-ulang tetapi tidak ada sel kanker pada
sesuai dengan kenyataan. tubuhnya.
Waham Keyakinan seseorang bahwa “ ini saya berada di
nihlistik dirinya sudah meninggal dunia, alam kubur ya, semua
diucapkan berulangulang tetapi yang ada
tidak sesuai dengan kenyataan. disini adalah roh-roh
nya”

III.
a. Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang


Kerusakan komunikasi lain dan lingkungan
verbal

Perubahan isi pikir:


waham Core problem

Gangguan konsep
diri: harga diri rendah

b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


1) Masalah keperawatan :
a) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b) Kerusakan komunikasi : verbal
c) Perubahan isi pikir : waham
d) Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

2) Data yang perlu dikaji :


a) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
 Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal
pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak
barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri
 Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan
melempar barang-barang.
b) Kerusakan komunikasi : verbal
 Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
 Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang
didengar dan kontak mata kurang
c) Perubahan isi pikir : waham
 Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
 Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah
klien tegang, mudah tersinggung.
d) Gangguan konsep diri: harga diri rendah
 Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri
 Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

IV. Diagnosa Keperawatan


a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Kerusakan komunikasi : verbal
c. Perubahan isi pikir : waham
d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
V. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Waham

Diagnosa Perencanaan
No. Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
1. Waham Tujuan Umum :
Klien dapat berkomunikasi
dengan baik dan terarah.
TUK 1 : Kriteria Evaluasi : 1.1 Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya menjadi
Klien dapat membina hubungan 1. Ekspresi wajah dengan menggunakan prinsip dasar interaksi selanjutnya dalam
saling percaya. bersahabat. komunikasi teraupetik. membina klien dalam berinteraksi
2. Ada kontak mata. - Sapa klien dengan ramah baik dengan baik dan benar, sehingga
3. Mau berjabat tangan. verbal maupun non verbal klien mau mengutarakan isi
4. Mau menjawab salam. - Perkenalkan diri dengan sopan perasaannya.
5. Klien mau duduk - Tanyakan nama lengkap dan
berdampingan. nama yang disukai klien.
6. Klien mau mengutarakan - Jelaskan tujuan pertemuan
isi perasaannya. - Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan rasa
empati dan menerima klien
dengan apa adanya.
1.2 Jangan membantah dan Meningkatkan orientasi klien
mendukung waham klien. pada realita dan meningkatkan
- Katakan perawat menerima rasa percaya klien pada perawat.
keyakinan klien.
- Katakan perawat tidak
mendukung keyakinan klien.
1.3 Yakinkan klien dalam keadaan Suasana lingkungan persahabatan
aman dan terlindung yang mendukung dalam
- “Anda berada ditempat aman komunikasi teraupetik.
dan terlindung”.
- Gunakan keterbukaan dan
kejujuran, jangan tinggalkan
klien dalam keadaan sendiri.
1.4 Observasi apakah wahamnya Mengetahui penyebab waham
mengganggu aktivitas sehari-hari curiga dan intervensi selanjutnya
dan perawatan diri klien. yang akan dilakukan oleh klien.

TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 2.1 Beri pujian pada penampilan dan Reinforcement positif dapat
Klien dapat mengidentifikasikan 1. Klien dapat kemampuan klien yang realistis meningkatkan kemampuan yang
kemampuan yang dimiliki. mempertahankan aktivitas 2.2 Diskusikan dengan klien dimiliki oleh klien dan harga diri
sehari-hari kemampuan yang dimiliki pada klien.
2. Klien dapat mengontrol
waktu lalu dan saat ini.
wahamnya.
2.3 Tanyakan apa yang bisa dilakukan Klien terdorong untuk memilih
(kaitkan dengan aktivitas sehari- aktivitas seperti sebelumnya
hari dan perawatan diri) kemudian tentang aktivitas yang pernah
anjurkan untuk melakukan saat ini. dimiliki oleh klien.
2.4 Jika klien selalu bicara tentang Dengan mendengarkan klien akan
wahamnya dengarkan sampai merasa lebih diperhatikan
kebutuhan waham tidak ada. sehingga klien akan
Perawat perlu memperhatikan mengungkapkan perasaannya.
bahwa klien sangat penting.
TUK 3 : Kriteria Evaluasi : 3.1 Observasi kebutuhan klien sehari- Observasi dapat mengetahui
Klien dapat mengidentifikasi 1. Kebutuhan klien hari kebutuhan klien.
kebutuhan yang dimiliki. terpenuhi 3.2 Diskusikan kebutuhan klien yang Dengan mengetahui kebutuhan
2. Klien dapat melakukan tidak terpenuhi selama dirumah yang tidak terpenuhi maka dapat
aktivitas secara terarah. maupun di RS. diketahui kebutuhan yang akan
3. Klien tidak
3.3 Hubungkan kebutuhan yang tidak diperlukan.
menggunakan
terpenuhi dengan timbulnya
/membicarakan
waham
wahamnya.
3.4 Tingkatkan aktivitas yang dapat Dengan melakukan aktivitas klien
memenuhi kebutuhan klien dan tidak akan lagi menggunakan isi
memerlukan waktu dan tenaga. wahamnya.
3.5 Atur situasi agar klien tidak Dengan situasi tertentu klien akan
mempunyai waktu untuk dapat mengontrol wahamnya
menggunakan wahamnya.
TUK 4 : Kriteria Evaluasi : 4.1 Berbicara dengan klien dalam Reinforcement adalah penting
Klien dapat berhubungan dengan 1. Klien dapat berbicara konteks realitas (realitas diri, untuk meningkatkan kesadaran
realitas. dengan realitas. realitas orang lain, waktu dan klien akan realitas.
2. Klien mengikuti Terapi tempat).
Aktivitas Kelompok.
4.2 Sertakan klien dalam terapi
aktivitas kelompok: orientasi
realitas.
4.3 Berikan pujian tiap kegiatan positif Pujian dapat memotivasi klien
yang dilakukan oleh klien. untuk meningkatkan kegiatan
positifnya.
TUK 5 : Kriteria Evaluasi : 5.1 Diskusikan dengan keluarga Perhatian keluarga dan
Klien mendapat dukungan 1. Keluarga dapat tentang : pengertian keluarga akan dapat
keluarga membina hubungan - Gejala waham membantu klien dalam
saling percaya dengan - Cara merawat mengendalikan wahamnya.
perawat. - Lingkungan keluarga
2. Keluarga dapat - Follow up dan obat.
menyebutkan pengertian, 5.2 Anjurkan keluarga melaksanakan
tanda dan tindakan untuk dengan bantuan perawat.
merawat klien dengan
waham.
TUK 6 : Kriteria Evaluasi: 6.1 Diskusikan dengan klien dan Obat dapat mengontrol waham
Klien dapat menggunakan obat 1. Klien dapat keluarga tentang obat, dosis, dan yang dialami oleh klien dan dapat
dengan benar menyebutkan manfaat, efek samping obat dan akibat membantu penyembuhan klien.
efek samping dan dosis penghentian.
obat.
6.2 Diskusikan perasaan klien setelah
2. Klien dapat
mendemonstrasikan minum obat.
penggunaan obat dengan 6.3 Berikan obat dengan prinsip lima
benar. benar dan observasi setelah
3. Klien dapat minum obat.
memahami akibat
berhentinya
mengkonsumsi obat
tanpa konsultasi.
4. Klien dapat
menyebutkan prinsip lima
benar dalam penggunaan
obat.
2. Harga Diri Rendah

Diagnosa Perencanaan
No. Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
1. Harga Diri TUM :
Rendah Klien dapat melakukan
hubungan sosial secara
bertahap.
TUK 1 : Kriteria Evaluasi : 1.1 Bina hubungan saling percaya : Hubungan saling percaya akan
Klien dapat membina hubungan 1. Klien dapat a. Sapa klien dengan ramah, menimbulkan kepercayaan klien
saling percaya. mengungkapkan baikverbal maupun nonverbal pada perawat sehingga akan
perasaanya b. Perkenalkan diri dengan sopan
memudahkan dalam pelaksanaan
2. Ekspresi wajah bersahabat c. Tanya nama lengkap klien dan
tindakan selanjutnya.
3. Ada kontak mata nama panggilan yang disukai
4. Menunjukkan rasa senang klien
5. Mau berjabat tangan d. Jelaskan tujuan pertemuan,
6. Klien mau mengutarakan jujur danmenepati janji
masalah yang dihadapi e. Tunjukkan sikap empati
danmenerima klien apa adanya
1.2 Beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasaanya
tentang penyakit yang dideritanya
1.3 Sediakan waktu untuk
mendengarkan klien
Katakan pada klien bahwa ia
adalah seorang yang berharga dan
bertanggungjawab serta mampu
menolong dirinya sendiri.
TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek Pujian akan meningkatkan harga
Klien dapat mengidentifikasi Klien mampu positif yang dimiliki kllien dan beri diri klien.
kemampuan dan aspek positif mempertahankan aspek yang pujian / reinforcement atas
yang dimiliki. positif. kemampuan mengungkapkan
perasaannya
2.2 Saat bertemu klien, hindarkan
memberi penilaian negatif.
2.3 Utamakan memberi pujian yang
realistis.

TUK 3 : Kriteria Evaluasi : 3.1 Diskusikan kemampuan klien yang Peningkatan kemampuan
Klien dapat menilai kemampuan 1. Kebutuhan klien terpenuhi masih dapat digunakan selama mendorong klien untuk mandiri.
yang dapat digunakan. 2. Klien dapat melakukan sakit
aktivitas terarah. 3.2 Diskusikan juga kemampuan yang
dapat dilanjutkan penggunaan di
rumah sakit dan di rumah nanti.

TUK 4 : Kriteria Evaluasi : 4.1 Rencanakan bersama klien Pelaksanaan kegiatan secara
Klien dapat menetapkan dan 1. Klien mampu beraktivitas aktivitas yang dapat dilakukan mandiri modal awal untuk
merencanakan kegiatan sesuai sesuai kemampuan setiap hari sesuai kemampuan meningkatkan harga diri.
2. Klien mengikuti terapi 4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
dengan kemampuan yang
aktivitas kelompok. toleransi kondisi klien
dimiliki.
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien lakukan.

TUK 5 : Kriteria Evaluasi : 5.1 Beri kesempatan klien untuk Dengan aktivitas klien akan
Klien dapat melakukan kegiatan Klien mampu beraktivitas mencoba kegiatan yang mengetahui kemampuannya
sesuai kondisi sakit dan sesuai kemampuan direncanakan
5.2 Beri pujian atas keberhasilan kllien
kemampuannya.
5.3 Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan di rumah.
TUK 6 : Kriteria Evaluasi : 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada Perhatian keluarga dan
Klien dapat memanfaatkan 1. Klien mampu melakukan keluarga tentang cara merawat pengertian keluarga akan dapat
sistem pendukung yang ada apa yang diajarkan klien harga diri rendah membantu meningkatkan harga
2. Klien mampu memberikan 6.2 Bantu keluarga memberi dukungan diri klien
dukungan selama klien dirawat
6.3 6.3 Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah
VI. Referensi

Direja, S.A.H 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogjakarta : Nuha
Medika

Keliat, B. A 2005, Keperawatan Jiwa : Terapi Aktifitas Kelompok, Jakarta :


EGC

Kusumawati & Hartono 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta :


Salemba Medika

Purba, dkk 2008, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah


Psikososial dan Gangguan Jiwa, Medan : USU Pres

Anda mungkin juga menyukai