Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatanutama di negara-
negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggapsebagai gangguan yang
menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku
yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat
pembangunan karena merekatidak produktif. (Hawari, 2001)Prevalensi gangguan waham
menetap di dunia sangat bervariasi, berdasarkan beberapa literatur, prevalensi gangguan
waham menetap pada pasienyang dirawat inap dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada
pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,83-1,2%. Sementara, pada populasi dunia,
angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-30 kasus dari 100.000 orang
(Ariawandkk, 2014). Sedangkan di Jawa Tengah sendiri menurut direktur RSJD
AminoGondohutomo Semarang dr. Sri Widyayati, Sppk, M.Kes mengatakan di
tahun2009 angka kejadian penderita gangguan jiwa di jawa tengah berkisar antara3300
orang sampai 9300 orang, angka kejadian ini merupakan penderita yangsudah
terdiagnosa. Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan
gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik,ketakutan, murung,
bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala inimerupakan tanda dari
skizofrenia dengan perilaku waham sesuai dengan jeniswaham yang diyakininya (medical
record, 2010)Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa,
penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-
dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dariwaham.
Waham dapat berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat,hinaan dan sakit hati
yang mendalam (Kartono, 1981)

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana konsep teori pada waham.
b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan.

1
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui :
a. Konsep teori pada waham.
b. Konsep asuhan keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep waham

A. Definisi

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian relitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkatintelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespon stimulusinternal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi
secara akurat.Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankansecara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Lilik Makrifatul dkk, 2016). Keyakinan yang
salah yang secara kokoh dipertahankanwalaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realitanormal.Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai
dengankenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis olehorang lain,
keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudahkehilangan kontrol (Dep Kes RI,
1994).Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan
bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau iamerasa sangat kuat dan sangat terkenal. hal
ini sesudah dengan penjelasanVarcarolis dalam fundamental of pshyatric mental health
nursing (2006 :39) : grandeur: think he or she powers and talents that are not possed or
issomeone fowerful or famous.

B. Klasifikasi Waham

Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja(2011) yaitu :

Jenis waham Pengertian Prilaku Klien


Waham Kebesaran Keyakinan secara berlebihan “saya ini pejabat di
bahwa dirinya memiliki kementrian semarang!”
kekuatan khusus atau “saya punya perusahaan
kelebihan yang berbeda paling besar lho”
dengan orang lain.
Diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Waham agama Keyakinan terhadap suatu “saya adalah Tuhan yang

3
agama secara berlebihan, menguasai dan
diucapkan berulang-ulang mengendalikan semua
teapi tidak sesuai dengan makhluk”
kenyataan.
Wahan curiga Keyakinan seseorang atau “saya tahu mereka mau
sekelompok orang yang mau menghancurkan saya, karena
merugikan atau mencederai iri dengan kesuksesan saya”
dirinya, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
Waham somatik Keyakinan seseorang bahwa “saya menderita kanker”.
tubuh atau sebagian Padahal hasil pemeriksaan
tubuhnya terserang penyakit, lab tidak ada sel kanker pada
diucapkan berulang-ulang tubuhnya.
tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Waham nihlistik Keyakinan seseorang bahwa “ini saya berada di dalam
dirinya sudah meninggal kubur ya, semua yang ada
dunia. Diucapkan berulang- disini adalah roh-rohnya”.
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.

C. Etiologi

Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak yaitu :

a. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai dan


menilik terganggu.
b. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons
terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan gerakan tubuh) dan perilaku
verbal (penampilan hubungan sosial).
c. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
d. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek,ambivalen,
autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas

D. Proses Terjadinya Waham

4
a. Fase Lack of Huma need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik


maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan
status sosial dan ekonomi sangatterbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonmi
terpenuhi tetapikesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi. Waham
terjadikarena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini.
Dapatdipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.

b. Fase Lack of Self Esteem


Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal
dan self reality ( kenyataan dengan harapan)serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
c. Fase Control Internal Eksternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atauapa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dantidak sesuai dengan kenyataan.
Tetapi menghadapi kenyataan bagi klienadalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui,kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhisejak kecil secara optimal.
d. Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai denganlingkungannya menyebabkan klien
merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatukebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinyakerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego)
yangditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase Comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannyaserta menganggap bahwa


semua orang sama yaitu akan mempercayai danmendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat klienmenyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien
lebih seringmenyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial)

.g. Fase Improving

Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiapwaktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat. Tema wahamyang muncul sering berkaitan dengan

5
traumatik masa lalu atau kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang
hilang). Waham bersifatmenetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham yang dapat
menimbulkanancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinanreligiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar sertaada konsekuensi sosial

E. Manifestasi Klinis

a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir magis dan primitif,
perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme,
sirkumtansial).

b. Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi.

c. Fungsi emosi Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar,afek tidak sesuai,
reaksi berlebihan, ambivalen.

d. Fungsi motorik. Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan,manerisme, stereotipik


gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas,
katatonia.

e. Fungsi sosial kesepian. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga dirirendah.

 Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul


adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.

Tanda dan Gejala yaitu :

Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak makan, tidak
ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedihdan ketakutan, gerakan tidak
terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan
bukan kenyataan,menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara
kasar,menjalankan keagmaan secara berlebihan.

4. Tanda dan gejala.

6
a. Waham kebesaran

Ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi tidak


sesuai kenyataan.

Contohnya : “saya ini tiitsan bung karno, punya banyak perusahaan, punya rumah di
berbagai negara bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.

b. Waham curiga

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencedrai


dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Contohnya : “banyak polisi mengintai saya, tengga saya inginmenghancurkan


hiidupsaya, suster akan meracuni makanan saya”.

c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai kenyataan.

Contohnya : “tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus

terus menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk

syurga”.

d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu,diucapkan berulang kali
tetapi tidak sessuai kenyataan,menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
Contohnya : “sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh
saya banyak kotoran, tubuh saya telahmembusuk, tubuh saya menghilang.
e.Waham nihlistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal,diucapkan berulangkali
tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada
didunia ini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada didunia”

7
F. Pohon Masalah

1. Fase lock huma need Kebutuhan tidak terpenuhi


2. Fase lack of self esteem
3. Fase control internal
eksternal
4. Fase environment
support Gangguan ideal tida sama realitas
5. Fase comforting dan tidak disetujui oleh
6. Fase improving pemikiran.

Rentang respon Ada support lingkungan


 Kadang proses pikir
terganggu
 Ilusi
 Emosi berlebihan
Nyaman berbohong
 Berprilaku yang tidak
biasa
 Menarik diri
 

Perubahan isi pikir : waham Curiga berlebihan: dosa

Mengasingkan diri
Hygine kurang, muka
Resiko tinggi menciderai diri pucat,BB menurun
sendiri, orang lain,
lingkungan

ISOS

Defisit perawatan
G. Penatalaksanaan diri

8
Penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :

a. Psikofarmalogi
b. Litium Karbonat
a) Indikasi : Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam
jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk
mencegah atau mengurangi intensitas seranganulang pasien bipolar dengan riwayat
mania.
b) Dosis : Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4 kali
sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval 12 jam.
Pemberian dosis litium harus dilakukanhati-hati dan individual, yakni berdasarkan
kadar dalam serum danrespon klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari immediate
releasemaka diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap sama.
c) Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah0,6-1,2
mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar900mg-1200mg per hari
dalam dosis berbagi. Monitor dilakukansetiap bulan, pasien yang supersensitive
biasanya memperlihatkantanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/Ld)
d) Efek Samping : Insiden dan keparahan efek samping tergantung padakadar litium
dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi. Misalnya
tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, danrasa haus. Efek ini mungkin saja
menetap selama pengobatan.
c. Haloperidola
a) Indikasi : Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada
anak-anak yang sering membangkang an eksplosif.Haloperidol juga efektif untuk
pengobatan jangka pendek, pada anakyang hiperaktif juga melibatkan aktivitas
motorik berlebih disertaikelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit
memusatkan perhatian,agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
b) DosisUntuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
2. Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali seharic)

c) Efek samping :

9
1. Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal, diskinesia
Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan temperature tubuh,
agitasi, pusing.Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.
2. Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya
takikardi,hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormaldengan
perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan pada hematologik :
Timbul leucopenia dan leukositosis ringan.Pada hati dapat menimbulkan
gangguan fungsi hati.
3. Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular danakneiform, dermatitis
kontak, hiperpigmentasi alopesia. Padaendokrin dan metabolic antara lain
laktasi, pembesaran payudara,martalgia, gangguan haid, amenore, gangguan
seksual, nyeri payudara, hiponatremia. Pada saluran cerna :
Anoreksia,konstipasi, diare dan mual muntah. Mata : Penglihatan
kabur.Pernapasan : Spasme laring dan bronkus. Saluran genitourinaria :Retensi
urine
d. Penarikan Diri High Potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarikdiri dari pergaulan
dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan
pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah
penarikan diri high potensial.Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala
dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan
morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan
diri dari lingkungan sosial.
e. ECT Tipe Katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati
otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan dalam
kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti
skizofrenia katatonik. ECT bisamenjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-
obatan tidak membantu meredakan katatonik episode.
f. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham,namun psikoterapi juga
penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala
terlalu berat untuk terlibat dalam prosesterapi yang memerlukan komunikasi dua arah.

10
Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi
keluarga, terapi supportif.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

a. Identitas Klien InformanPerawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan


kontrakdengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan,
waktu pertemuan, topik pembicaraan.

b. Alasan MasukTanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan kliendan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukankeluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yangdicapai.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernahmengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan,mengalami, penganiayaan fisik, seksual,
penolakan darilingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.

d. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kajifungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek Psikososial

Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasiyang dapat


menggambarkan hubungan klien dan keluarga,masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilankeputusan dan pola asuh.

f. Konsep Diri.

a) Citra tubuh. Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif terhadap diri
sendiri.

b) Identitas diri. Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengakuseorang


polisi padahal kenyataan nya tidak benar.

c) Peran Klien Berperan sebagai kepala keluarga dalam keluarganya.

d) Ideal diri

11
Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan sudah lama di RSJ.

e).Harga diri

Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena perasaan negatif terhadap
diri sendiri,hilangnya rasa percayadiri dan merasa gagal mencapai tujuan.

a. Hubungan Sosial
Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang tidak haramonis.
b. Spiritual. Nilai dan Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham agama
meyakini agamanya secara berlebihan.

a) Kegiatan Ibadah

Biasanya pada pasien dengan waham agama melakukan ibadah secara berlebihan.

i. Status Mental.

j. Penampilan Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan waham
yang ia rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang ustadz.

k. Pembicaraan

Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarahke wahamnya,bicara


cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

l. Aktivitas MotorikPada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang
berlebihan.

m. Alam Perasaan

Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orangakan melukai dan
mengancam membunuhnya.Pada wahamnihilistik merasa sedih karena meyakini
kalau dirinya sudah meninggal.

n. Interaksi Selama WawancaraPada pasien waham biasanya di temukan :

a) Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dankebenaran dirinya.

b) Curiga : menunjukkan sikap / perasaan tidak percaya pada orang lain.

12
o. Isi Pikir

Pada pasien dengan waham Kebesaran biasanya : klienmempunyai keyakinan yang


berlebihan terhadap kemampuannyayang disampaikan secara berulang yang tidak
sesuai dengankenyataan.

p. Proses Pikir

Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis,flight


ofideas,pengulangankata-kata.

q. Tingkat Kesadaran

Biasanya masih cukup baik

2. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan proses pikir : waham

NOC:

Distorted Thought control

Setelah dilakukan interaksi selama 1x24 jam, klien mengenal waham nya dengan
indicator/kriteria hasil :

a. Klien mampu mengenal terjadinya waham.

b. Klien mampu mengungkapkan isi waham.

c. Klien mengungkapkan frekuensi waham.

d. Klien mampu mengungkapkan perasaan terkait dengan waham.

NIC:

Manajemen Delusi (Delusi Management)

13
a. BHSP (prinsip komunikasi terapeutik dan pertahankan konsistensi).

b. Beri kesempatan klien untuk mendiskusikan wahamnya dengan petugas/perawat.

c. Hindari mendebat atau mendukung waham.

d. Fokuskan diskusi pada perasaan klien (takut, marah, terganggu, dsb), bukan isi
wahamnya.

e. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan terkait dengan wahamnya.

f. Hindarkan stimulasi yang berlebihan yang dapt menyebabkan munculnya waham.

g. Libatkan klien dalam TAK orientasi Realita

h. Observasi isi waham yang membahayakan.

i. Membantu klien untuk mengeliminasi/menurunkan stressor yang menciptakan delusi.

j. Dukung klien untuk menvalidasi keyakinan terhadap wahamnya dengan orang yang
dipercaya/petugas/perawat.

k. Dukung klien untuk melaksanakan jadwal kegiatan harian secara konsisten.

l. Berikan aktivitas rekreasi atau aktivitas yang membutuhkan perhatian dan keterampilan
diwaktu luang klien.

m. Kelola pemberian obat-obat antipsikotik dan antidepressant sesuai dengan


order/kebutuhan.

n. Monitor efek samping obat.

o. Jelaskan pentingnya kepatuhan klien terhadap aturan pengelolaan obat.

2. Kerusakan interaksi social b.d perubahan proses pikir

NOC:

Social Involvement

Setelah dilakukan interaksi selama 3 X 24 jam, klien dapat memulai hubungan/interaksi


dengan orang lain, dengan indikator/kriteria hasil :

14
a. Klien mampu memperkenalkan dirinya dengan orang lain, berjabat tangan, memjawab
salam, ada kontak mata, dan meluangkan waktu untuk duduk berdampingan dengan orang
lain /perawat.

b. Klien mau menyebutkan alas an menarik/mengisolasi diri.

c. Klien mau mengutarakan masalahnya.

NIC:

1. Tingkatkan sosialisasi (socialization enhancement)

a. BHSP (prinsip komunikasi teraputik, pertahankan sikap konsisten, terbuka, tepati janji, dan
hindari kesan negative.

b. Observasi perilaku menarik diri klien

c. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku mengisolasikan dirinya.

d. Diskusikan dengan klien hal-hal yang menyebabkan klien mengisolasikan diri

e. Berikan kesempatan kepada klien untuk menceritakan perasaannya terkait dengan isolasi
dirinya

f. Dorong klien untuk membagi masalah yang dihadapi/dimilikinya

g. Dukung klien untuk jujur dan menunjukan identitas dirinya dengan orang lain

h. Melibatkan dalam TASK

2. Manajemen Kestabilan Mood serta Perasaan Aman dan Nyaman (Mood Management)

a. Observasi/monitor kesesuaian antara afek dan ungkapkan secara verbal klien.

a. Berikan perasaan aman dan nyaman pada klien.

b. Dorong klien mengungkapkan perasaannya dan mengekspresikannya secara tepat.

c. Bantu klien mengidentifikasi perasaan yang mendasari keinginan klien untuk tidak
melakukan interaksi dengan orang lain.

d. Dorong klien untuk mengungkapkan hambatan dan kesulitan dalam berinteraksi dengan
orang lain.

15
e. Diskusikan dengan klien manfaat berinteraksi dengan orang lain.

f. Diskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.

g. Kelola pemberian obat untuk manjaga kestabilan mood/mood stabilizing


(antidepressant, lithium, hormone, dan vitamin-vitamin)

h. Monitor efek samping obat dan dampaknya terhadap mood klien.

i. Libatkan klien dalam TAK SS, SP Umum.

j. Lakukan kolaborasi dengan psikiater bila diperlukan (missal : ECT).

3. Tingkatkan Sosialisasi (Socialization Enhancement)

a. Bantu klien mengidentifikasi kelebihan, hambatan, dan kesulitan dalam berkomunikasi


dengan orang lain.

b. Tingkatkan kesadaran klien terhadap kelebihan dan pketerbatasan dalam berkomunikasi


tersebut.

c. Dukung klien mengembangkan hubungan/interaksi yang telah terbina.

d. Dukung dalam aktivitas di ruang perawatan.

e. Beri reinforcement atas kemampuan dan keberhasilan klien.

f. Libatkan klien dalam TAKS.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian relitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi/informasi secara akurat.Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia
memiliki banyak kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia
merasa sangat kuat dan sangat terkenal.

Proses terjadinya waham melalui beberapa fase:

a.Fase Lack of Huma need

b.Fase Lack of Self Esteem

c.Fase Control Internal Eksternal

d.Fase Environment Support

e.Fase Comforting

f.Fase Improving

3.2 Saran

1. Bagi profesi keperawatan

Dijadikan sebagai pertimbangan untuk mengambil kebijakan dalam upaya memberikan


asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa waham dan
penatalaksanaannya pada asuhan keperawatan jiwa.

2. Bagi rumah sakit

17
Dapat meningkatkan mutu pelayanan dan dapat memberikan asuhan yang lebih baik
sesuai dengan standar asuhan keperawatan serta dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Yosep, iyus,. (2010).keperawatan jiwa: Edisi Revisi. PT Refika Aditama

 Nasir, Abdul., & Abdul Muhit. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: pengantar
dan teori. Jakarta:Salemba Medika.

Kusumawati, Farida., & Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.

 Jakarta: Salemba Medika

Nanda, 2005-2006. Panduan Diagnosa keperawatan NANDA 2005-2006 Definisi dan


Klasifikasi. Philadhelpia.

NOC, 2000. IOWA Outcome Project Nursing Outcome Classification. Mosby :


New York.

NIC, 2000. IOWA Outcome Project Nursing Intervention Classification. Mosby :


New  York.

Azizah, Makrifatul, Lilik, Imam zainuri dan Amar Akbar. (2016). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa , Teori Dan Aplikasi Praktik Klinik.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka

18

Anda mungkin juga menyukai