Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

KEPERAWATAN JIWA 1

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN WAHAM

Disusun Oleh :

1. Rohmiati
2. I Kadek Satria

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat
menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu
dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat
menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001)
Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi, berdasarkan
beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat inap
dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,83-1,2%.
Sementara, pada populasi dunia, angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-30 kasus
dari 100.000 orang (Ariawan dkk, 2014). Sedangkan di Jawa Tengah sendiri menurut
direktur RSJD Amino Gondohutomo Semarang dr. Sri Widyayati, Sppk, M.Kes
mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita gangguan jiwa di jawa tengah berkisar
antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka kejadian ini merupakan penderita yang sudah
terdiagnosa. Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan
gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik, ketakutan, murung,
bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari skizofrenia
dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya (medical record,
2010)
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman
diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan
yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika
terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono, 1981).
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep teori pada waham?
b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


Mengetahui :
a. Konsep teori pada waham.
b. Konsep asuhan keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep waham


A. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
relitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi/informasi secara akurat.
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007).
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh
orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).
Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak
kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat
dan sangat terkenal. hal ini sesudah dengan penjelasan Varcarolis dalam fundamental
of pshyatric mental health nursing (2006 : 39) : grandeur: think he or she powers and
talents that are not possed or is someone fowerful or famous.

B. Klasifikasi waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011) yaitu
:

Jenis Waham Pengertian Perilaku klien


Waham kebesaran Keyakinan secara berlebihan “Saya ini pejabat di
bahawa dirinya memiliki kementrian semarang!”
kekuatan khusus atau “Saya punya perusahaan
kelebihan yang berbeda dengan paling besar lho “.
orang lain, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap suatu “ Saya adalah tuhan yang
agama secara berlebihan, bisa menguasai dan
diucapkan berulang-ulang mengendalikan semua
tetapi tidak sesuai dengan makhluk”.
kenyataan.
Waham curiga Keyakinan seseorang atau “ Saya tahu mereka mau
sekelompok orang yang mau menghancurkan saya,
merugikan atau mencederai karena iri dengan kesukses
dirinya, diucapkan berulang- an saya”.
ulang tetapai tidak sesuai
dengan kenyataan.
Waham somatik Keyakinan seseorang bahwa “ Saya menderita kanker”.
tubuh atau sebagian tubuhnya Padahal hasil pemeriksaan
terserang penyakit, diucapkan lab tidak ada sel kanker
berulang-ulang tetapi tidak pada tubuhnya.
sesuai dengan kenyataan.
Waham nihlistik Keyakinan seseorang bahwa “ini saya berada di alam
dirinya sudah meninggal dunia, kubur ya, semua yang ada
diucapkan berulangulang tetapi disini adalah roh-roh nya”
tidak sesuai dengan kenyataan.

C. Etiologi
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak Menurut
Kusumawati, (2010) yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai dan
menilik terganggu.
b. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons
terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan gerakan tubuh) dan
perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
c. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
d. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek,
ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.

D. Proses terjadinya waham


a. Fase Lack of Huma need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara
sosial dan ekonmi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal
sangat tinggi. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis
di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh
kembang.

b. Fase Lack of Self Esteem


Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya.

c. Fase Control Internal Eksternal


Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.

d. Fase Environment Support


Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya
menyebabkan klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari
interaksi sosial (isolasi sosial).

f. Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham yang dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali
untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi sosial.

E. Manifestasi Klinis
1. Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir magis dan
primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian bicara (tangensial,
neologisme, sirkumtansial).
b. Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi.
c. Fungsi emosi Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak
sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.
d. Fungsi motorik. Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme,
stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi
stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial kesepian. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
2. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul adalah
gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.
3. Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu :
Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak makan,
tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan ketakutan,
gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi
pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
4. Tanda dan gejala
a. Waham kebesaran
Ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi
tidak sesuai kenyataan.
Contohnya : “saya ini tiitsan bung karno, punya banyak perusahaan, punya
rumah di berbagai negara bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencedrai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Contohnya : “banyak polisi mengintai saya, tengga saya ingin
menghancurkan hiidupsaya, suster akan meracuni makanan saya”.
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contohnya : “tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus
menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk syurga”.
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sessuai kenyataan.
Contohnya : “sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam
tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya
menghilang.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada didunia ini
adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada didunia”.
F. Pohon masalah

Effect : RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN

Core problem : GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM

Causa : ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH KRONIS

G. Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :
a. Psikofarmalogi
b. Litium Karbonat
a) Indikasi : Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam
jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk
mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan
riwayat mania.
b) Dosis : Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4
kali sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval 12
jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni
berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet
dari immediate release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap
sama.
c) Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-1,2
mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-1200mg per
hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien yang
supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum dibawah
10mEq/L
d) Efek Samping : Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar
litium dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi.
Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini
mungkin saja menetap selama pengobatan.
c. Haloperidol
a) Indikasi : Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada
anak-anak yang sering membangkang an eksplosif. Haloperidol juga efektif
untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan
aktivitas motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit
memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
b) Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
2. Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
c) Efek samping :
1. Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal,
diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan
temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk,
bingung, vertigo, kejang.
2. Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi,
hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal dengan
perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan pada
hematologik : Timbul leucopenia dan leukositosis ringan. Pada hati dapat
menimbulkan gangguan fungsi hati
3. Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan akneiform,
dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan metabolic
antara lain laktasi, pembesaran payudara, martalgia, gangguan haid,
amenore, gangguan seksual, nyeri payudara, hiponatremia. Pada saluran
cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah. Mata : Penglihatan
kabur. Pernapasan : Spasme laring dan bronkus. Saluran genitourinaria :
Retensi urin.

d. Penarikan Diri High Potensial


Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari
pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan
dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham
adalah penarikan diri high potensial. Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan
pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan
kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan
berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.
e. ECT Tipe Katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus
listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan
perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental
tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang
parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan katatonik episode.
f. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun
psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang,
terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan
komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi
kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


I. Pengkajian
a. Identitas Klien Informan
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu
pertemuan, topik pembicaraan.
b. Alasan Masuk
Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal.
d. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi
organ kalau ada keluhan.
e. Aspek Psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
f. Konsep Diri.
a) Citra tubuh
Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif terhadap diri
sendiri.
b) Identitas diri
Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengaku seorang
polisi padahalkenyataan nya tidak benar.
c) Peran Klien
Berperan sebagai kepala keluarga dalam keluarganya.
d) Ideal diri
Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan sudah
lama di RSJ.
e) Harga diri
Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena perasaan
negatif terhadapdiri sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan merasa
gagal mencapai tujuan.
g. Hubungan Sosial
Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang tidak
haramonis.
h. Spiritual.
Nilai dan Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham agama
meyakini agamanya secara berlebihan.
a) Kegiatan Ibadah
Biasanya pada pasien dengan waham agama melakukan ibadah secara
berlebihan.
i. Status Mental.
j. Penampilan
Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan waham yang
ia rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang ustadz.
k. Pembicaraan
Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah ke
wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak
sesuai dengankenyataan.
l. Aktivitas Motorik
Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang
berlebihan.
m. Alam Perasaan
Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang akan
melukai dan mengancam membunuhnya.Pada waham nihilistik merasa
sedih karena meyakini kalau dirinya sudah meninggal.
n. Interaksi Selama Wawancara
Pada pasien waham biasanya di temukan :
a) Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya.
b) Curiga : menunjukkan sikap / perasaan tidak percaya pada orang
lain.
o. Isi Pikir
Pada pasien dengan waham Kebesaran biasanya : klien mempunyai
keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan
secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
p. Proses Pikir
Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis,flight of
ideas,pengulangankata-kata.
q. Tingkat Kesadaran
Biasanya masih cukup baik

II. Diagnosa keperawatan


a. Gangguan isi fikir : waham
b. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah kronis
III. Intervensi

D Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


x hasil
1 Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
tindakan keperawatan percaya dengan percaya menjadi dasar
selama 3x24 jam menggunakan prinsip interaksi selanjutnya
diharapkan pasien dapat komunikasi teraupetik. dalam membina klien
berkomunikasi dengan 2. Sapa klien dengan ramah dalam berinteraksi
baik dan terarah baik verbal maupun non dengan baik dan
kreteria hasil : verbal benar, sehingga klien
1. Klien dapat 3. Perkenalkan diri dengan mau mengutarakan isi
membina hubungan sopan perasaannya
saling percaya. 4. Tanyakan nama lengkap dan 2. Meningkatkan
2. Klien dapat nama yang disukai klien. orientasi klien pada
mengidentifikasikan 5. Jelaskan tujuan pertemuan realita dan
kemampuan 6. Jujur dan menepati janji meningkatkan rasa
yang dimiliki. 7. Tunjukkan rasa empati dan percaya klien pada
3. Klien dapat menerima klien dengan apa perawat.
mengidentifikasi adanya. 3. Suasana lingkungan
kebutuhan yang 8. Jangan membantah dan persahabatan yang
tidak dimiliki. mendukung waham klien. mendukung dalam
9. Katakan perawat menerima komunikasi
keyakinan klien. teraupetik.
10. Katakan perawat tidak 4. Mengetahui penyebab
mendukung keyakinan klien. waham curiga dan
11. Yakinkan klien dalam intervensi selanjutnya
keadaan aman dan terlindung yang akan dilakukan
“Anda berada ditempat aman oleh klien.
dan terlindung”. 5. Reinforcement positif
12. Gunakan keterbukaan dan dapat meningkatkan
kejujuran, jangan tinggalkan kemampuan yang
klien dalam keadaan sendiri. dimiliki oleh klien
13. Observasi apakah wahamnya dan harga diri klien.
mengganggu aktivitas sehari- 6. Klien terdorong untuk
hari dan perawatan diri klien. memilih aktivitas
14. Diskusikan dengan klien seperti sebelumnya
kemampuan yang dimiliki tentang aktivitas yang
pada waktu lalu dan saat ini. pernah dimiliki oleh
15. Tanyakan apa yang bisa klien.
dilakukan (kaitkan dengan 7. Dengan
aktivitas sehari-hari dan mendengarkan klien
perawatan diri) kemudian akan merasa lebih
anjurkan untuk melakukan diperhatikan sehingga
saat ini. klien akan
16. Jika klien selalu bicara mengungkapkan
tentang wahamnya dengarkan perasaannya.
sampai kebutuhan waham
tidak ada. Perawat perlu
memperhatikan bahwa klien
sangat penting.
2 Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling 1. Membina hubungan
tindakan keperawatan percaya dengan : saling percaya.
selama 3x24 jam dihar a. Beri salam setiap Kontak yang jujur,
Pasien dapat berinteraksi berinteraksi singkat, konsisten
b. Perkenalkan nama, dengan perawat dapat
dengan orang lain nama panggilan membantu klien
kriteria hasil : perawat dan tujuan membina kembali
1. Pasien dapat perawat berkenalan interaksi penuh
membina hubungan c. Tanyakan dan panggil percaya dengan orang
saling percaya nama kesukaan pasien lain.
2. Pasien mampu d. Tunjukkan sikap jujur 2. Keterlibatan orang
menyebutkan dan menepati janji terdekat dapat
penyebab menarik setiap kali berinteraksi membantu
diri e. Tanyakan perasaan membangun dan atau
3. Pasien mampu pasien dan masalah kembali membentuk
menyebutkan yang dihadapi pasien sistem pendukung dan
keuntungan f. Buat kontak interaksi mengintegrasikan
berhubungan sosial yang jelas klien kembali
dan kerugian g. Dengarkan dengan kedalam jaringan
menarik diri penuh perhatian sosial
ekspresi perasaan 3. Solitude dan kesepian
pasien dapat diterima atau
2. Tanyakan pada pasien dengan pilihan, dan
tentang: perbedaan ini
a. Orang yang tinggal membantu klien
serumah atau sekamar mengidentifikasi apa
pasien yang terjadi pada
b. Orang yang paling dirinya sehingga
dekat dengan pasien dapat diambil langkah
dirumah atau ruang untuk mengatasi
perawatan masalah ini.
c. Apa yang membuat
pasien dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat
dengan pasien dirumah
atau diruang perawatan
e. Apa yang membuat
pasien tidak dekat
orang dengan tersebut
f. Upayakan yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
g. Diskusikan dengan
pasien penyebab
menarik diri atau tidak
mau bergaul dengan
orang lain
3. Beri pujian terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan perasaan
4. Tanyakan pada pasien
tentang :
a. Manfaat hubungan
sosial
b. Kerugian menarik diri
c. Diskusikan bersama
pasien tentang manfaat
berhubungan sosial
dan kerugian menarik
diri
5. Beri pujian terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya.
3 Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
tindakan keperawatan percaya percaya akan
selama 3x 24 jam Klien a. Sapa klien dengan menimbulkan
dapat melakukan ramah, baik verbal kepercayaan klien
hubungan sosial secara maupun nonverbal pada perawat
b. Perkenalkan diri sehingga akan
bertahap. dengan sopan memudahkan dalam
Kriteria hasil : c. Tanya nama lengkap pelaksanaan tindakan
1. Klien dapat klien dan nama selanjutnya.
mengidentifikasi panggilan yang disukai 2. Pujian akan
kemampuan dan klien meningkatkan harga
aspek positif yang d. Jelaskan tujuan diri klien.
dimiliki. pertemuan, jujur dan 3. Peningkatan
2. Klien dapat menilai menepati janji kemampuan
kemampuan yang e. Tunjukkan sikap mendorong klien
dapat digunakan. empati dan menerima untuk mandiri.
3. Klien dapat klien apa adanya 4. Pelaksanaan kegiatan
menetapkan dan 2. Beri kesempatan untuk secara mandiri modal
merencanakan mengungkapkan perasaanya awal untuk
kegiatan sesuai tentang penyakit yang meningkatkan harga
dengan kemampuan dideritanya
yang dimiliki a. Sediakan waktu untuk
mendengarkan klien
b. Katakan pada klien
bahwa ia adalah
seorang yang berharga
dan bertanggungjawab
serta mampu
menolong dirinya
sendiri.
c. Diskusikan
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
kllien dan beri pujian /
reinforcement atas
kemampuan
mengungkapkan
perasaannya
d. Saat bertemu klien,
hindarkan memberi
penilaian negatif.
3. Utamakan memberi pujian
yang realistis.
4. Diskusikan kemampuan klien
yang masih dapat digunakan
selama sakit
5. Diskusikan juga kemampuan
yang dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah sakit
dan di rumah nanti.
6. Rencanakan bersama klien
aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
7. Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi kondisi
klien
8. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh klien
lakukan.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian relitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi
secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan
bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat terkenal. hal
ini sesudah dengan penjelasan Varcarolis dalam fundamental of pshyatric mental health nursing
(2006 : 39) : grandeur: think he or she powers and talents that are not possed or is someone
fowerful or famous.
Proses terjadinya waham
a. Fase Lack of Huma need
b. Fase Lack of Self Esteem
c. Fase Control Internal Eksternal
d. Fase Environment Support
e. Fase Comforting
f. Fase Improving

DAFTAR PUSTAKA

Yosep, iyus,. (2010). keperawatan jiwa: Edisi Revisi. PT Refika Aditama


Nasir, Abdul., & Abdul Muhit. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: pengantar dan
teori. Jakarta:Salemba Medika.

Kusumawati, Farida., & Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai