PENDAHULUAN
1.1.2 Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari proses dimana seseorang
melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu
biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik
diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak
nyaman, merasa benci ,kaku, cinta pada diri sendiri yang berlebihan, angkuh
dan keras kepala. Kecintaan pada diri sendiri, angkuh, dan keras kepala,
adanya rasa tidak aman, membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi
penguasa dan hal ini dapat berkembang menjadi waham besar (Darmayanti
dan Iskandar, 2012).
Faktor penyebab waham dikutip dari Fitria, 2009:
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
perkembangan interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan
stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektualdan
emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda / bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrifik otak, pembesaran
ventrikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal limbik.
e. Faktor genetik
2. Faktor presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham seseorang
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.
1.1.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan
dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan pendidikan atau kekayaan
luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau
sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada
dalam tubuhnya menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan
interpersonal dengan orang lain,rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang
meningkat, sulit tidur, tampak apatis,suara memelan, ekspresi wajah datar,
kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain,
gelisah (Nisa,2012).
Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kognitif
1. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
2. Individu sangat percaya pada keyakinan
3. Sulit berpikir realita
4. Tidak mampu mengambil keputusan
b. Afektif
1. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Afek tumpul
c. Perilaku dan hubungan sosial
1. Hipersensitif
2. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3. Depresif
4. Ragu-ragu
5. Mengancam secara verbal
6. Aktivitas tidak tepat
7. Sterotipe
8. Impulsive
9. Curiga
d. Fisik
1. Kebersihan kurang
2. Muka pucat
3. Sering menguap
4. Berat badan menurun
5. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur
1.1.6 Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,
kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan
memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai
pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior
bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang
praktis. Biarpun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan
bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah
ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi
penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
Penatalaksnaan klien dengan waham meliputi farmko terapi, ECT dan
terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatic, terapi
seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang
semuanya bertujuan untuk memperbaiki perilaku klien dengan waham pada
gangguan skizofrenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi
sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar
mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan
masyarakat.
2.2.7 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat di bagi menjadi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil atau sumatif
dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan
umum yang telah ditentukan (Dalami, 2010 hal 100).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,
sebagai pola pikir :
S = Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O = Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A = Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap muncul masalah baru atau ada data baru yang
kontraindikasi dengan masalah yang ada.
P = Perencanaan atau tidak lanjut berdasarkan hasil dan analisa pada respon
klien.
DAFTAR PUSTAKA
2. Fase Kerja
Faktor predisposisi presipitasi: Baiklan kita akan diskusi tentang kejadian-
kejadian yang dialami oleh mas dedi sehingga akan lebih jelas masalahnya.
2.1 Biologis: kita akan bicara lebih dahulu tentang kesehatan fisik
Sejak kapan keluhan yang sekarang ini dirasakan oleh mas dedi?
Apakah keluhannya sama dengan pada saat dirawat 4 bulan yang lalu mas
dedi?
Sekarang ini mas dedi di rawat yang ke berapa kalinya? Apakah
sebelumnya juga dirawat disini?
Apakah mas dedi tahu diagnosa sakit sebelumnya?
Apakah mas dedi tahu obat yang diberikan?
Kapan terakhir obatnya diminum?
Kapan kontrol terakhir?
Bagaiaman cara keluarga saat merawat di rumah mas dedi?
Kesimpulan: berarti mas Dedi secara biologis mengalami……………..
(uraikan hanya masalah yang dialami oleh pasien), berikan pujian juga
terhadap pencapaian yang positif…
2.2 Sosial: sekarang kita akan bicarakan riwayat kehidupan mas dedi
Sejak kecil mas dedi tinggal dengan siapa? Alamat mas dedi dimana?
Kemudian kalau dirumah mas dedi tinggal dengan siapa saja, bisa
diceritakan…emmm jadi yang dekat dengan mas dedi kakaknya yang
nomer 2 ya..(lengkapi genogram scr lengkap)
Apakah mas dedi sudah berkeluarga? tahun berapa? Sudah punya anak
atau belum? apakah masih tinggal serumah dengan istri dan anak?
Mas dedi dulu sekolahnya sampai mana? Jadi hanya sampai SMP, apa
alasanya?
Kemudian setelah lulussekolah mas dedi sempat bekerja tidak?Kerja apa
mas?sekarang apa mas dedi masih bekerja?apa alasanya sampai berhenti?
Apabila mas Dedi tidak bekerja siapa yang menanggung biaya hidup?
Kalau di rumah, mas dedi ikut karang taruna apatidak mas….atau kegiatan
yang lain yang disukai sama mas dedi?
Setelah mas dedi pulang dari RS 4 bulan yang lalu, apakah ada penolakan
dari tetangga mas dedi?
Kesimpulan: berarti mas Dedi secara sosial mengalami……………..(uraikan
hanya masalah yang dialami oleh pasien), berikan pujian juga terhadap
pencapaian yang positif…
2.3 Psikologis: sekarang kita akan bercakap-cakap tentang pengalaman yang mas
Dedi pernah alami
Bagaimana perasaan mas dedi setelah dirawat 4 bulan yang lalu?
Apakah ada komentar yang negatif dari saudara, teman atau tetangga mas
dedi karena pernah dirawat di RSJ?
Kesimpulan: berarti dari cerita mas Dedi ada……pengalaman yang tidak
menyenangkan………..(uraikan hanya masalah yang dialami oleh pasien),
berikan pujian juga terhadap pencapaian yang positif…
2.4 Penilaian Stressor: simpulkan terlebih dahulu stressor apa saja yang dihadapi
pasien
Baiklah mas dedi, jadi mas dedi pernah sakit, tidak pernah minum obat, dll
(sebutkan yang menjadi stressornya), Jadi ada 5 ya mas dedi yang menjadi
masalah mas dedi saat ini.
Baiklah saya ingin tahu apa yang mas dedi rasakan atau pikirkan terkait
masalah yang mas dedi hadapi?
Apa yang mas dedi pikirkan ketika menghentikan minum obat?
Apa yang mas dedi rasakan setelah tidak minum obat?
Jadi sekarang mas dedi merasa menjadi seorang presiden?
Apa yang mas dedi pikirkan ketika menjadi seorang presiden?
Apa yang mas dedi rasakan setelah menjadi seorang presiden?
(dilanjutkan dengan pertanyaan penilaian stressor kognitif pada stressor
yang lain)
Bagaimana perasaan mas dedi setelah menjadi seorang presiden?
Apakah setelah menjadi seorang presiden mas dedi menjadi sedih marah
atau senang?
Apakah mas dedi setelah menjadi seorang presiden merasa lebih nyaman?
(dilanjutkan dengan pertanyaan penilaian stressor afektifpada stressor yang
lain)
Setelah mas dedi jadi presiden, apakah bisa tidur dengan nyenyak?
Apakah menjadi pusing, dada berdebar-debar?
Apakah menjadi kurang nafsu makan setelah menjadi presiden?
Apakah juga menjadi malas mandi?
(dilanjutkan dengan pertanyaan penilaian stressor fisiologis pada stressor
yang lain)
Apakah setelah menjadi presiden, mas dedi menjadi tidak bisa tenang,
mondar-mandir?
Apakah mas dedi menjadi sulit mengontrol perilaku?
Apakah lebih suka menyendiri daripada bergaul dengan orang lain?
(dilanjutkan dengan pertanyaan penilaian stressor perilaku pada stressor
yang lain)
Setelah menjadi presiden, apakah mas dedi menjadi enggan bergaul
dengan orang lain ?
Apakah mas dedi menjadi malu atau minder untuk berbicara dengan orang
lain?
Apakah setelah menjadi presiden menjadi malas ikut kegiatan sosial?
(dilanjutkan dengan pertanyaan penilaian stressor sosial pada stressor yang
lain
Kesimpulan: berarti dari cerita mas Dedi ada setelah menjadi presiden ada
beberapa hal yang mas dedi alami, yaitu………………
Nama:
3. Fase Terminasi
3.1 Evaluasi:
a. Evaluasi Subjektif : Bagaimana mas dedi perasaannya setelah kita
berbincang-bincang dengan telah diajarkan salah satu cara mengatasi
masalah tadi?
b. Evaluasi Objektif : coba mas dedi lakukan kembali apa yang sudah kita
pelajari…… bagus..sudah betul
3.2 Rencana Tindak Lanjut: Jangan lupa setelah kita ltihan ini, mas dedi tetap
berlatih ya..kerjakan sesuai jadwal yang sudah kita sepakati.
3.3 Kontrak
a. Topik: besok kita akan melihat lagi kegiatan yang sudah dilakukan mas
dedi serta melihat kemampuan yang dimiliki dan memasukkan pada jadual
pemenuhan kebutuhan dan kegiatan yang telah dilatih.
b. Waktu: Besok kita akan bertemu lagi, kita akan berlatih jam 10.00 ya mas
dedi.
c. Tempat: kita berlatihnya diruang perawat ya mas dedi…sampai jumpa
besok dan semoga cepat sembuh..
SP 2 KLIEN
1. Fase Orientasi
1.1 Salam
“Selamat pagi mas dedi, saya sr. ellia yang akan merawat mas dedi. Masih
ingat dengan saya ya?”
1.2 Evaluasi
“Apa yang Mas Dedi rasakan saat ini? Apakah Mas Dedi merasa sudah lebih
baik?”
1.3 Validasi
“Baik…. Apa Mas Dedi masih ingat apa yang kita pelajari kemarin? Coba
sekarang ceritakan apa yang kita pelajari kemarin… Apakah sudah dilakukan
sesuai jadwal? Bagus, sekarang Mas Dedi sudah paham ya tentang latihan
kemarin dan mau melaksanakannya”
1.4 Kontrak: (Inform consent)
1.4.1 Topik dan tujuan
“Baiklah Mas Dedi, Bagaimana kalau sekarang kita lanjut ke sesi
berikutnya yaitu latihan tentang cara membersihkan pakaian dan
tempat tidur, sesuai dengan janji yang kita buat kemarin. Latihan ini
bertujuan untuk membantu mas Dedi agar kondisi ruangan ttmpat mas
dedi beristirahat menjadi bersih dan nyaman”
1.4.2 Waktu
“Kita akan bercakap-cakap selama 30 menit ke depan ya Mas Dedi”.
1.4.3 Tempat
“Kita bercakap-cakap disini saja ya Mas Dedi (di ruang tempat tidur
pasien)”.
2. Fase Kerja
Membantu Klien memenuhi kebutuhan kebersihan lingkungan pasien
“Baik Mas Dedi, mas dedi sekarang kita akan belajar bagaimana cara
membereskan tempat tidur setelah dipakai untuk istirahat. Pertama saya
tanyakan dulu ke mas dedi, di tempat tidur itu biasanya ada apa saja?..yak
bagus sekali jadi ada bantai, seprei, selimut dan kasur ya. Jadi benda-benda
itu yang nantinya harus dirapikan.”
Terapis memodelkan keinginan dan kebutuhan
“Jadi caranya merapikannya seperti ini.. Suster praktikkan ya caranya…..
(mempraktikkan)”.
Klien mendemostrasikan ulang
“Baik, sekarang giliran Mas Dedi untuk mencoba seperti yang suster tadi
lakukan, Iya Bagus….”
Terapis memberikan feedback
“Wah ternyata Mas Dedi cepat dalam belajar ya, latihan 2 kali sudah lancar,
bagus sekali.”
3. Fase Terminasi
3.1 Subjektif
“Setelah kita berdiskusi dan berlatih tadi,bagaimana perasaaan Mas Dedi
sekarang? Ya, bagus...sudah bisa ya cara merapikan tempat tidurnya mas
dedi?
3.2 Objektif
“Tadi apa yang sudah kita pelajari? Ya bagus…. Sekarang coba diulangi lagi
ya….”
3.3 Rencana pasien
“Jangan lupa setelah kita belajar ini, Mas Dedi tetap latihan untuk sesuai
jadwal yang sudah kita sepakati ya dan setiap pagi nanti suster lihat
tempat tidur mas dedi.”
“Kita jadwalkan untuk latihan tidak hanya yang barusan dilatih saja ya,
tetapi yang diajarkan kemarin juga. Coba saya lihat jadwalnya…. Nah ini
semua nanti dilatih ya Mas dedi…”
“Besok kita akan bertemu lagi, kita akan berlatih cara merapikan pakaian
dan bermain catur.”
“Kita berlatihnya di ruang pakaian ini ya Mas, jam 9 ya Mas dedi.”
3.4 Rencana perawat
Evaluasi jadwal obat
Lakukan latihan pemenuhan kebutuhan dan aktifitas sehari hari
Edukasi Keluarga terkait kondisi klien dan pengobatan klien dan
kebutuhan.
“Semoga lekas sembuh ya Mas Dedi...”