Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Konsep Waham


1.1.1 Definisi Waham
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons stimulus internal melalui
proses interaksi / informasi secara akurat (Yosep, 2010).
Waham adalah suatu keyakinan yang salah satu yang dipertahankan
secara kuat/terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat,
2011). Menurut Harnawati yang dikutip dari Gail W. Stuart (2008) dalam
buku Prabowo (2014), waham adalah keyakinan yang salah dan kuat
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertenangan
dengan realitas sosial. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang
tidak sesuai dengan keyakinan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar
belakang kebudayaan.
Waham adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal
(Damaiyanti & Iskandar, 2012).

1.1.2 Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari proses dimana seseorang
melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu
biasanya peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik
diri. Keadaan ini sering kali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak
nyaman, merasa benci ,kaku, cinta pada diri sendiri yang berlebihan, angkuh
dan keras kepala. Kecintaan pada diri sendiri, angkuh, dan keras kepala,
adanya rasa tidak aman, membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi
penguasa dan hal ini dapat berkembang menjadi waham besar (Darmayanti
dan Iskandar, 2012).
Faktor penyebab waham dikutip dari Fitria, 2009:
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
perkembangan interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan
stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektualdan
emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda / bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrifik otak, pembesaran
ventrikel di otak, atau perubahan pada sel kortikal limbik.
e. Faktor genetik
2. Faktor presipitasi
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamin, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham seseorang
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.
1.1.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan
dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan pendidikan atau kekayaan
luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau
sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada
dalam tubuhnya menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan
interpersonal dengan orang lain,rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang
meningkat, sulit tidur, tampak apatis,suara memelan, ekspresi wajah datar,
kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain,
gelisah (Nisa,2012).
Tanda dan gejala waham dapat juga dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kognitif
1. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
2. Individu sangat percaya pada keyakinan
3. Sulit berpikir realita
4. Tidak mampu mengambil keputusan
b. Afektif
1. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Afek tumpul
c. Perilaku dan hubungan sosial
1. Hipersensitif
2. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3. Depresif
4. Ragu-ragu
5. Mengancam secara verbal
6. Aktivitas tidak tepat
7. Sterotipe
8. Impulsive
9. Curiga
d. Fisik
1. Kebersihan kurang
2. Muka pucat
3. Sering menguap
4. Berat badan menurun
5. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

1.1.4 Proses Terjadinya Waham


Menurut Yosep (2010 hal 237) proses terjadinya Waham dibagi dalam
beberapa fase sebagai berikut :
a. Fase Lack of Human Need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis.Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas dan
secara psikis dapat dipengaruhi oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh
kembang sehingga kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah.
b. Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.
c. Fase Control Internal Axternal
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah
sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan
untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal.
d. Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
e. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya.Selanjutnya klien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase Improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema 26 waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).

1.1.5 Klasifikasi Waham


Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011)
yaitu:
Jenis Waham Pengertian Perilaku klien
Waham kebesaran Keyakinan secara “Saya ini pejabat di
berlebihan bahwa kementrian semarang!”
dirinya memiliki “Saya punya perusahaan
kekuatan khusus atau paling besar lho “.
kelebihan yang berbeda
dengan orang lain,
diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap “ Saya adalah tuhan
suatu agama secara yang bisa menguasai
berlebih, diucapkan dan mengendalikan
berulang-ulang tetapi semua makhluk”.
tidak sesuai kenyataan
Waham curiga Keyakinan seseorang “ Saya tahu mereka mau
atau sekelompok orang menghancurkan saya,
yang mau merugikan karena iri dengan
atau mencederai kesuksesan saya”.
dirinya, diucapkan
berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan
kenyataan
Waham somatic Keyakinan seseorang “ Saya menderita
bahwa tubuh atau kanker”. Padahal hasil
Sebagian tubuhnya pemeriksaan lab tidak
terserang penyakit, ada sel kanker pada
diucapkan berulang- tubuhnya.
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
Waham nihlistik Keyakinan seseorang “ ini saya berada di
bahwa dirinya sudah alam kubur ya, semua
meninggal dunia, yang ada disini adalah
diucapkan roh-roh nya”
berulangulang tetapi
tidak sesuai dengan
kenyataan

1.1.6 Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena,
kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan
memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini sebagai
pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh dan inferior
bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang
praktis. Biarpun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan
bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja sederhana di rumah
ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan klien diberi
penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.
Penatalaksnaan klien dengan waham meliputi farmko terapi, ECT dan
terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatic, terapi
seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang
semuanya bertujuan untuk memperbaiki perilaku klien dengan waham pada
gangguan skizofrenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi
sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar
mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan
masyarakat.

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Menurut Kusumawati dan Yudi (2011), Pengkajian merupakan tahap
awal dan dasar utama bagi tahap berikutnya dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien berdasarkan seperangkat data yang ada.
1. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: Nama klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik
pembicaraan.
2. Keluhan utama / alasan masuk
3. Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang di capai.
4. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan:
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan
dan perkembangan individu pada prenatal, neonates dan anak-anak.
c. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
5. Aspek fisik/biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi
organ kalau ada keluhan.
6. Aspek psikososial
a. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
1) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
yang disukai dan disukai.
2) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai
laki-laki / perempuan.
3) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.
4) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, statu, tugas,
lingkungan dan penyakitnya.
5) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud
harga diri rendah.
c. Hubungan sosial dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang
lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
7. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung dan berhitung,
kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
8. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien
10. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian
yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
11. Aspek medis
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi
dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara
wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

2.2.2 Masalah Keperawatan


Masalah keperawatan yang sering muncul pada klien waham menurut
Damaiyanti & Iskandar, 2012 adalah:
1. Gangguan proses pikir: waham
2. Kerusakan komunikasi verbal
3. Harga diri rendah kronik

2.2.3 Pohon Masalah


Akibat: Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Masalah utama: Gangguan Isi Pikir: Waham

Penyebab: Isolasi Sosial: Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah


Gambar 2.1 Pohon Masalah menurut Damaiyanti & Iskandar, 2012
2.2.4 Intervensi Keperawatan
1. Tindakan keperawatan pada klien
a. Tujuan
1) klien dapat berorientasi terhadap realita secara bertahap
2) klien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
b. Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham, saudara
harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar
klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang
dilakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya,
yaitu:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali
bertemu klien
2) Membantu orientasi realitas
a) Tidak mendukung dan membantah waham klien
b) Meyakinkan klien berada dalam keadaan aman
c) Mengobservasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari –
hari
d) Jika klien terus menerus membicarakan wahamnya,
dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal
sampai klien berhenti membicarakannya.
3) Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi klien sesuai
dengan realitas.
a) Mendiskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak
terpenuhi karena dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut,
dan marah.
b) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional klien.
c) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki.
d) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki
e) Mendiskusikan tentang obat yang diminum
f) Melatih minum obat yang benar.
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan keperawatan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien
2) Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi
kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien
secara optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat klien
di rumah
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang:
a) Cara merawat klien waham dirumah
b) Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
c) Lingkungan yang tepat untuk klien
d) Obat klien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping,
akibat penghentian obat)
e) Kondisi klien yang memerlukan konsultasi segera
4) Berikan latihan kepada keluarga tentang cara merawat klien
waham
5) Menyusun rencana pulang klien bersama keluarga
2.2.5 Strategi Pelaksanaan
Tabel 2.1 Strategi pelaksanaan waham
Diagnosa
Tujuan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Keperawatan
Keperawatan
Gangguan Proses Pasien mampu: Setelah .... kali pertemuan pasien SP 1 Bina hubungan saling percaya, identifikasi kebutuhan
Pikir: Waham 1) Berorientasi kepada dapat memenuhi kebutuhannya. yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan,
realitas secara praktikkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
bertahap 1) Membantu orientasi realita
2) Mampu berorientasi 2) Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
dengan orang lain dan 3) Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
lingkungan 4) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
3) Menggunakan obat kegiatan harian
dengan prinsip 6
benar
Setelah ... kali pertemuan pasien SP 2 Identifikasi kemampuan positif klien dan bantu
mampu menyebutkan kegiatan yang mempraktikannya
sudah dilakukan & mampu 1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
menyebutkan serta memilih 2) Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
kemampuan lain yang dimiliki 3) Melatih kemampuan yang dimiliki
SP 3 Ajarkan dan melatih minum obat yang benar
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan
obats ecara teratur
3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Keluarga mampu: Setelah ... kali pertemuan keluarga SP 4 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga,
1) Mengidentifikasi mampu mengidentifikasi masalah identifikasi masalah dan jelaskan proses terjadinya masalah,
waham pasien dan mampu menjelaskan cara serta jelaskan obat klien.
2) Memfasilitasi pasien merawat pasien 1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
untuk memenuhi merawat pasien
kebutuhannya 2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham serta
3) Mempertahankan jenis waham yang dialami pasien beserta proses
program pengobatan terjadinya
pasien secara optimal 3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
Setelah ... kali pertemuan keluarga SP 5 Latih keluarga tentang cara merawat klien
mampu mengidentifikasi masalah 1) Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dan mampu menjelaskan cara dengan waham
merawat pasien 2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien waham
SP 6 Jelaskan perawatan lanjutan klien
1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat
2) Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa dijangkau
keluarga
2.2.6 Implementasi Keperawatan
Implemetasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda dengan
rencana tertulis karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis
dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa adalah rencana tidak
tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu dilaksanakan. hal ini sangat
membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal, dan juga tidak
memenuhi aspek legal, (Keliat, 2005 hal 17).
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dengan
kondisi saat ini (here and now ). Perawat juga menilai diri sendiri, apakah
mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan
tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien.
setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka
kontrak dengan klien dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan
dikerjakan serta peran serta klien yang diharapkan. Dokumentasikan semua
tindakan yang telah dilaksanakan beserta respon klien, (Dalami, 2010 hal
100).

2.2.7 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat di bagi menjadi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil atau sumatif
dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan
umum yang telah ditentukan (Dalami, 2010 hal 100).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,
sebagai pola pikir :
S = Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O = Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A = Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap muncul masalah baru atau ada data baru yang
kontraindikasi dengan masalah yang ada.
P = Perencanaan atau tidak lanjut berdasarkan hasil dan analisa pada respon
klien.
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: TIM


Damaiyanti, M., Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama
Keliat, A. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC
Kusumawati, F & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Prabowo, E. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuh Medika
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama

SP PADA PASIEN WAHAM


SP 1 KLIEN
Pasien Dedi MRS ke empat kali, saat ini sedang di ruang inap bekisar
1. Fase Orientasi
1.1 salam : Selamat pagi mas dedi, saya sr. ellia yang akan merawat mas dedi.
Nama lengkap mas dedi siapa ya? usianya mas dedi berapa skr ya?
1.2 Evaluasi: berapa lama mas dedi dirawat yang sekarang ini? apa yang mas dedi
rasakan setelah dirawat selama ini?
1.3 Validasi: apa saja yang sudah dilakukan mas dedi selama di ruangan bekisar
ini? Sudah punya teman belum mas dedi?Ada manfaat nya tidak mas?
1.4 Kontrak: (Inform consent)
1.4.1 Topik dan tujuan: Baiklah mas dedi, kita akan bercakap-cakap tentang
masalah yang dihadapi mas dedi, agar kita dapat mencari jalan
keluarnya.
1.4.2 Waktu: kita akan bercakap-cakap selama 30 menit ke depan,
1.4.3 Tempat: kita ngobrol disini saja ya mas dedi (di ruang perawat).

2. Fase Kerja
Faktor predisposisi presipitasi: Baiklan kita akan diskusi tentang kejadian-
kejadian yang dialami oleh mas dedi sehingga akan lebih jelas masalahnya.
2.1 Biologis: kita akan bicara lebih dahulu tentang kesehatan fisik
 Sejak kapan keluhan yang sekarang ini dirasakan oleh mas dedi?
 Apakah keluhannya sama dengan pada saat dirawat 4 bulan yang lalu mas
dedi?
 Sekarang ini mas dedi di rawat yang ke berapa kalinya? Apakah
sebelumnya juga dirawat disini?
 Apakah mas dedi tahu diagnosa sakit sebelumnya?
 Apakah mas dedi tahu obat yang diberikan?
 Kapan terakhir obatnya diminum?
 Kapan kontrol terakhir?
 Bagaiaman cara keluarga saat merawat di rumah mas dedi?
Kesimpulan: berarti mas Dedi secara biologis mengalami……………..
(uraikan hanya masalah yang dialami oleh pasien), berikan pujian juga
terhadap pencapaian yang positif…
2.2 Sosial: sekarang kita akan bicarakan riwayat kehidupan mas dedi
 Sejak kecil mas dedi tinggal dengan siapa? Alamat mas dedi dimana?
Kemudian kalau dirumah mas dedi tinggal dengan siapa saja, bisa
diceritakan…emmm jadi yang dekat dengan mas dedi kakaknya yang
nomer 2 ya..(lengkapi genogram scr lengkap)
 Apakah mas dedi sudah berkeluarga? tahun berapa? Sudah punya anak
atau belum? apakah masih tinggal serumah dengan istri dan anak?
 Mas dedi dulu sekolahnya sampai mana? Jadi hanya sampai SMP, apa
alasanya?
 Kemudian setelah lulussekolah mas dedi sempat bekerja tidak?Kerja apa
mas?sekarang apa mas dedi masih bekerja?apa alasanya sampai berhenti?
 Apabila mas Dedi tidak bekerja siapa yang menanggung biaya hidup?
 Kalau di rumah, mas dedi ikut karang taruna apatidak mas….atau kegiatan
yang lain yang disukai sama mas dedi?
 Setelah mas dedi pulang dari RS 4 bulan yang lalu, apakah ada penolakan
dari tetangga mas dedi?
Kesimpulan: berarti mas Dedi secara sosial mengalami……………..(uraikan
hanya masalah yang dialami oleh pasien), berikan pujian juga terhadap
pencapaian yang positif…
2.3 Psikologis: sekarang kita akan bercakap-cakap tentang pengalaman yang mas
Dedi pernah alami
 Bagaimana perasaan mas dedi setelah dirawat 4 bulan yang lalu?
 Apakah ada komentar yang negatif dari saudara, teman atau tetangga mas
dedi karena pernah dirawat di RSJ?
Kesimpulan: berarti dari cerita mas Dedi ada……pengalaman yang tidak
menyenangkan………..(uraikan hanya masalah yang dialami oleh pasien),
berikan pujian juga terhadap pencapaian yang positif…
2.4 Penilaian Stressor: simpulkan terlebih dahulu stressor apa saja yang dihadapi
pasien
Baiklah mas dedi, jadi mas dedi pernah sakit, tidak pernah minum obat, dll
(sebutkan yang menjadi stressornya), Jadi ada 5 ya mas dedi yang menjadi
masalah mas dedi saat ini.
 Baiklah saya ingin tahu apa yang mas dedi rasakan atau pikirkan terkait
masalah yang mas dedi hadapi?
 Apa yang mas dedi pikirkan ketika menghentikan minum obat?
 Apa yang mas dedi rasakan setelah tidak minum obat?
 Jadi sekarang mas dedi merasa menjadi seorang presiden?
 Apa yang mas dedi pikirkan ketika menjadi seorang presiden?
 Apa yang mas dedi rasakan setelah menjadi seorang presiden?
(dilanjutkan dengan pertanyaan penilaian stressor kognitif pada stressor
yang lain)
 Bagaimana perasaan mas dedi setelah menjadi seorang presiden?
 Apakah setelah menjadi seorang presiden mas dedi menjadi sedih marah
atau senang?
 Apakah mas dedi setelah menjadi seorang presiden merasa lebih nyaman?
(dilanjutkan dengan pertanyaan penilaian stressor afektifpada stressor yang
lain)
 Setelah mas dedi jadi presiden, apakah bisa tidur dengan nyenyak?
 Apakah menjadi pusing, dada berdebar-debar?
 Apakah menjadi kurang nafsu makan setelah menjadi presiden?
 Apakah juga menjadi malas mandi?
(dilanjutkan dengan pertanyaan penilaian stressor fisiologis pada stressor
yang lain)
 Apakah setelah menjadi presiden, mas dedi menjadi tidak bisa tenang,
mondar-mandir?
 Apakah mas dedi menjadi sulit mengontrol perilaku?
 Apakah lebih suka menyendiri daripada bergaul dengan orang lain?
(dilanjutkan dengan pertanyaan penilaian stressor perilaku pada stressor
yang lain)
 Setelah menjadi presiden, apakah mas dedi menjadi enggan bergaul
dengan orang lain ?
 Apakah mas dedi menjadi malu atau minder untuk berbicara dengan orang
lain?
 Apakah setelah menjadi presiden menjadi malas ikut kegiatan sosial?
(dilanjutkan dengan pertanyaan penilaian stressor sosial pada stressor yang
lain
Kesimpulan: berarti dari cerita mas Dedi ada setelah menjadi presiden ada
beberapa hal yang mas dedi alami, yaitu………………

Setelah melakukan scanning penilaian terhadap stressor,sudah dapat


memperkirakan diagnosa keperawatan yangakan diatasi/muncul:baik dari apa
yang mas dedi ceritakan barusan, mas dedi merasa sekarang adalah seorang
presiden meskipun sulit bagi saya mempercayai kalau mas dedi seorang
presiden. Apa yang mas dedi alami saat ini disebut waham, bagaimana kalau
kita atasi mas dedi? Supaya mas dedi bisa melakukan lagi kegiatan-kegiatan
harian mas dedi. Tadi ada beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi ya mas
dedi, yaitu…….., baik kita sepakat akan mengatasi itu dulu ya mas dedi….
2.5 Sumber Koping
 Baiklah, apa yang mas dedi lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
 Apakah sudah pernah diajarkan cara mengatasi masalah tersebut?
 Jika sudah apakah pernah di coba, bagaimana hasilnya?
Kesimpulan: dari cerita mas dedi tadi, belum ada usaha yang mas dedi
lakukan ya………………
2.6 Dukungan Sosial
 Siapa yang merawat mas dedi selama sakit di rumah?
 Apa yang dapat dilakukan mereka ketika merawat mas dedi?
 Apakah mas dedi punya teman?
 Apakah yang mereka katakan melihat kondisi mas dedi?
 Apa yang teman-teman lakukan terhadap anda?
 Apakah ada kader kesehatan jiwa di masyarakat?
Kesimpulan: berarti selama ini hanya kakak keduanya mas dedi saja yang
peduli dengan mas dedi ya, kakaknya ikut mengantar tidak kemarin..baik
nanti saya akan ketemu juga dengan kakak mas dedi supaya nanti bisa
merawat mas dedi saat dirumah….
2.7 Positif Belief
Apakah mas dedi yakin bisa sembuh? Apakah mas dedi yakin bahwa masalah
yang dialami dapat diatasi?
2.8 Material Asset
 Selama mas dedi dirawat disini siapa yang membiayai?
 Apakah mas dedi mempunyai jamkesmas/Askes/ SKTM/jaminan yang
lain?
 Kemana biasanya keluarga membawa /mengobati ketika ada anggota
keluarga yang sakit?
2.9 Tindakan Generalis, Spesialis (Individu, keluarga)
 Terapi Generalis yang diberikan pada pasien dedi adalah:SP 1 waham
1. Identifikasi tanda dan gejala waham
2. Bantu orientasi realitas: panggil nama, orientasi waktu, orang dan
tempat/lingkungan.
3. Diskusikan kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi.
4. Bantu pasien memenuhi kebutuhannya yang realistis.
5. Masukkan pada jadual kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan.
 Spesialis: Cognitif terapi atau Cognitif Behaviour Terapi
 Keluarga: SP 1 keluarga, edukasi keluarga
 Selain tindakan diatas juga diberikan resep sebagai berikut:
RESEP PERAWAT (Generalis)
Tgl 29 / 8 – 2020
1. Melatih mengenal orientasi realita: orang, waktu dan tempat sehari 3x
pada jam 09.00, jam 13.00 dan jam 17.00
2. Makan obat sesuai aturan: ……..Jam …., ……, …..
3. Melakukan kegiatan sesuai dengan jadual: makan, mandi, bersih-
bersih ruangan, rekreasi dan istirahat.
4. Melatih kemampuan positif yang dimiliki dalam jadwal kegiatan
harian: bermain catur jam 09.00, mencuci piring setiap selesai makan.

Nama:

3. Fase Terminasi
3.1 Evaluasi:
a. Evaluasi Subjektif : Bagaimana mas dedi perasaannya setelah kita
berbincang-bincang dengan telah diajarkan salah satu cara mengatasi
masalah tadi?
b. Evaluasi Objektif : coba mas dedi lakukan kembali apa yang sudah kita
pelajari…… bagus..sudah betul
3.2 Rencana Tindak Lanjut: Jangan lupa setelah kita ltihan ini, mas dedi tetap
berlatih ya..kerjakan sesuai jadwal yang sudah kita sepakati.
3.3 Kontrak
a. Topik: besok kita akan melihat lagi kegiatan yang sudah dilakukan mas
dedi serta melihat kemampuan yang dimiliki dan memasukkan pada jadual
pemenuhan kebutuhan dan kegiatan yang telah dilatih.
b. Waktu: Besok kita akan bertemu lagi, kita akan berlatih jam 10.00 ya mas
dedi.
c. Tempat: kita berlatihnya diruang perawat ya mas dedi…sampai jumpa
besok dan semoga cepat sembuh..
SP 2 KLIEN
1. Fase Orientasi
1.1 Salam
“Selamat pagi mas dedi, saya sr. ellia yang akan merawat mas dedi. Masih
ingat dengan saya ya?”
1.2 Evaluasi
“Apa yang Mas Dedi rasakan saat ini? Apakah Mas Dedi merasa sudah lebih
baik?”
1.3 Validasi
“Baik…. Apa Mas Dedi masih ingat apa yang kita pelajari kemarin? Coba
sekarang ceritakan apa yang kita pelajari kemarin… Apakah sudah dilakukan
sesuai jadwal? Bagus, sekarang Mas Dedi sudah paham ya tentang latihan
kemarin dan mau melaksanakannya”
1.4 Kontrak: (Inform consent)
1.4.1 Topik dan tujuan
“Baiklah Mas Dedi, Bagaimana kalau sekarang kita lanjut ke sesi
berikutnya yaitu latihan tentang cara membersihkan pakaian dan
tempat tidur, sesuai dengan janji yang kita buat kemarin. Latihan ini
bertujuan untuk membantu mas Dedi agar kondisi ruangan ttmpat mas
dedi beristirahat menjadi bersih dan nyaman”
1.4.2 Waktu
“Kita akan bercakap-cakap selama 30 menit ke depan ya Mas Dedi”.
1.4.3 Tempat
“Kita bercakap-cakap disini saja ya Mas Dedi (di ruang tempat tidur
pasien)”.

2. Fase Kerja
 Membantu Klien memenuhi kebutuhan kebersihan lingkungan pasien
“Baik Mas Dedi, mas dedi sekarang kita akan belajar bagaimana cara
membereskan tempat tidur setelah dipakai untuk istirahat. Pertama saya
tanyakan dulu ke mas dedi, di tempat tidur itu biasanya ada apa saja?..yak
bagus sekali jadi ada bantai, seprei, selimut dan kasur ya. Jadi benda-benda
itu yang nantinya harus dirapikan.”
 Terapis memodelkan keinginan dan kebutuhan
“Jadi caranya merapikannya seperti ini.. Suster praktikkan ya caranya…..
(mempraktikkan)”.
 Klien mendemostrasikan ulang
“Baik, sekarang giliran Mas Dedi untuk mencoba seperti yang suster tadi
lakukan, Iya Bagus….”
 Terapis memberikan feedback
“Wah ternyata Mas Dedi cepat dalam belajar ya, latihan 2 kali sudah lancar,
bagus sekali.”

3. Fase Terminasi
3.1 Subjektif
“Setelah kita berdiskusi dan berlatih tadi,bagaimana perasaaan Mas Dedi
sekarang? Ya, bagus...sudah bisa ya cara merapikan tempat tidurnya mas
dedi?
3.2 Objektif
“Tadi apa yang sudah kita pelajari? Ya bagus…. Sekarang coba diulangi lagi
ya….”
3.3 Rencana pasien
 “Jangan lupa setelah kita belajar ini, Mas Dedi tetap latihan untuk sesuai
jadwal yang sudah kita sepakati ya dan setiap pagi nanti suster lihat
tempat tidur mas dedi.”
 “Kita jadwalkan untuk latihan tidak hanya yang barusan dilatih saja ya,
tetapi yang diajarkan kemarin juga. Coba saya lihat jadwalnya…. Nah ini
semua nanti dilatih ya Mas dedi…”
 “Besok kita akan bertemu lagi, kita akan berlatih cara merapikan pakaian
dan bermain catur.”
 “Kita berlatihnya di ruang pakaian ini ya Mas, jam 9 ya Mas dedi.”
3.4 Rencana perawat
 Evaluasi jadwal obat
 Lakukan latihan pemenuhan kebutuhan dan aktifitas sehari hari
 Edukasi Keluarga terkait kondisi klien dan pengobatan klien dan
kebutuhan.
“Semoga lekas sembuh ya Mas Dedi...”

Anda mungkin juga menyukai