Kelompok 2/6E
20220
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................5
A. Latar Belakang.................................................................................................................5
B. Tujuan..............................................................................................................................6
C. Manfaat............................................................................................................................6
D. Sistematika Penulisan......................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................8
A. Pengertian........................................................................................................................29
B. Klasifikasi.......................................................................................................................30
C. Etiologi dan Faktor Resiko.............................................................................................31
D. Patofisiologi....................................................................................................................32
E. Manifestasi Klinis...........................................................................................................34
F. Komplikasi......................................................................................................................34
G. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................35
H. Penatalaksanaan..............................................................................................................35
3
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................................38
A. Pengkajian.......................................................................................................................38
1. Lingkungan Fisik......................................................................................................38
2. Sistem Pembuangan Kotoran Rumah Tangga...........................................................48
3. Kondisi Kesehatan Umum........................................................................................51
B. Analisa Data....................................................................................................................60
C. Diagnosa..........................................................................................................................60
D. Prioritas Masalah.............................................................................................................61
E. Perencanaan....................................................................................................................62
BAB V PENUTUP......................................................................................................................64
A. Kesimpulan.....................................................................................................................64
B. Saran................................................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................65
Lampiran.....................................................................................................................................66
Leaflet.........................................................................................................................................77
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk
menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan
dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara
kesehatannya seoptimal mungkin. Langkah – langkahnya dimulai dari
(1)pengkajian : pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah,
(2)diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,
pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan. (Wahit, 2005). Proses
keperawatan pada komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok
khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan.
Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi mengacu
kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat
menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil
atau gagal. Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi
keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi
sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima. Evaluasi berfokus pada
individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi
memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan
keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan
keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan,
dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
Proses keperawatan komunitas juga memperhatikan adanya perbedaan
budaya di masing-masing daerah, karena hal itu Leininger (1978)
mendefinisikan transkultural di keperawatan sebagai: “Bidang
kemanusiaan dan pengetahuan pada studi formal dan praktik dalam
keperawatan yang difokuskan pada perbedaan studi budaya yang melihat
adanya perbedaan dan kesamaan dalam perawatan, kesehatan, dan pola
penyakit didasari atas nilai-nilai budaya, kepercayaan dan praktik budaya
yang berbeda di dunia, dan menggunakan pengetahuan untuk memberikan
pengaruh budaya yang spesifik pada masyarakat”.
5
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktik lapangan stase keperawatan komunitas ini
mahasiswa/I mampu melaksanakan dan membuat asuhan keperawatan
komunitas mulai dari pengkajian sampai evaluasi
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian dan turun langsung
dilapangan dengan keluarga dan masyarakat sekitar
b. Mahasiswa/i mampu mendapatkan pengalaman nyata dilapangan
dengan melakukan komunikasi dan observasi langsung
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada
di dua RT, di RT 003 dan RT 006
d. Mahasiswa mampu menganalisa masalah kesehatan yang ada di
dua RT, di RT 003 dan RT 006
e. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan (plan of action)
yang berhubungan dengan masalah kesehatan yang ada di dua RT,
di RT 003 dan RT 006
f. Melakukan kegiatan bersama-sama dengan masyarakat untuk
mengetahui masalah kesehatan yang ada di dua RT, RT 003 dan
RT 006
g. Mengevaluasi hasil kegiatan dan selanjutnya menyusun rencana
tindak lanjut terhadap hal-hal yang diperlukan dalam masyarakat
yang ada di dua RT, RT 003 dan RT 006
h. Mendokumentasikan dan melaporkan hasil kegiatan selama
prkatek keperawatan komunitas di dua RT, RT 003 dan RT 006
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh pengalaman nyata dalam kehidupan bermasyarakat
khusunya dalam pengembangan di RT 003 dan RT 006, dan
penggerakkan masyarakat untuk mengatasi permasalahan
kesehatannya sendiri dikaitkan dengan pelayanan manajemen
keperawatan komunitas.
b. Mampu mengenal budaya, dan adat kebiasaan masyarakat sehari-
hari.
6
c. Memperoleh kenangan yang tak terlupakan dan menjadi media
pendewasaan karakteristik dan budi pekerti mahasiswa sebagai
bekal bekerja.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk,
kesehatan lingkungan, pendidikan, keselamatan dan permasalahan
kesehatan yang ada serta pelayanan sosial serta kegiatan sosial
kemasyarakatan.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penyusunan laporan ini sebagai berikut:
1. Bab 1 membahas pendahuluan yang meliputi: latar belakang, tujuan,
manfaat, dan sistematika.
2. Bab 2 membahas tinjauan pustaka tentang keperawatan kesehatan
komunitas
3. Bab 3 membahas tentang penerapan asuhan keperawatan komunitas,
meliputi pengkajian, analisa data, penentuan masalah keperawatan,
perencanaan kegiatan, pelaksanaan, dan evaluasi.
4. Bab 4 kesimpulan dan saran
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
B. Konsep Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social
dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi,
2007).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan bahwa
keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan
masyarakat (Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara
aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan
(Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara
optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005).
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu
institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga
(Elisabeth, 2007).
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan
manfaat yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang
9
dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas,
artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan
intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi
serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi,
2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya
atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas
(Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
10
pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan
dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
kurang kemauan menuju kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007).
11
terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus,
perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan,
perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat
menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu:
perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat.
Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan,
maka penulis mencoba menggunakan pendekatan pengorganisasian
masyarakat dengan model pengembangan masyarakat (community
development) (Elisabeth, 2007).
4) Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
12
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai
masalah kesehatan atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :
a) Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan
utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat
pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan
dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
b) Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada
Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman
dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
c) Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
d) Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu,
keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini
diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan.
Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan
dengan mamandang komunitas sebagai klien.
13
C. Pengertian Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan
dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul
Azwar (2000) mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :
14
keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan
pembinaan dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti
dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak
lanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko
tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di
rumah dan di Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk
menuju keadaan sehat optimal.
15
E. Kegiatan praktek keperawatan komunitas
1. Memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga dan kelompok
khusus melalui home care.
2. Penyuluhan kesehatan
3. Konsultasi
4. Bimbingan
5. Melaksanakan rujukan
6. Penemuan kasus
7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit kesehatan
8. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
9. Melakukan koordinasi dalam berbagai kegiatan asuhan keperawatan
komunitas
10. Kerjasama lintas program dan lintas sektoral
16
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
17
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi,
ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat
proses penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau kerjasama
merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap
proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader )
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada
18
dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa
peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi
dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
19
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah
menggalakkan Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan
Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi.
Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada
Agustus 2008.
20
1) Penyehatan air dan udara
2) Pengamanan limbah padat atau sampah
3) Pengamanan limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana
2. Perilaku Masyarakat
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai
2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon
atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap)
maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice ). Sedangkan
stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit
dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan
(Wawan, 2010).
H. Metode
Metode pengumpulan data pengkajian asuhan keperawatan antara lain
Windshield survery, informant interview, observasi partisipasi, dan focus
group discussion (FGD).
1. Windshield survery Windshield survery dilakukan dengan berjalan-jalan
di lingkungan komunitas untuk menentukan gambaran tentang kondisi
21
dan situasi yang terjadi di komunitas, lingkungan sekitar komunitas,
kehidupan komunitas, dan karakteristik penduduk yang ditemui di jalan
saat survai dilakukan.
2. Informant Interview
Sebelum terjun ke masyarakat, instrument pengkajian sebaiknya
dikembangkan dan dipersiapkan terlebih dahulu. Instrument yang perlu
dikembangkan untuk melakukan pengkajian terhadap masyarakat antara
lain kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan agar masyarakat membina rasa
percaya (trust) dengan perawat diperlukan kontak yang lama dengan
komunitas. Perawat juga harus menyertakan lembar persetujuan
(informed consent) komunitas yang dibubuhi tanda tangan atau cap
jempol akan melakukan tindakan yang membutuhkan persetujuan
komonitas. Informed consent juga mencantumkan jaminan kerahasian
terhadap isi persetujuan dan dapat yang telah disampaikan. Wawancara
dilakukan kepada key informant atau tokoh yang menguasai program.
3. Observasi Partisipasi
Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi. Tentukan
berapa lama observasi akan dilakukan, apa, dimana, waktu, dan tempat
komunitas yang akan di observasi. Kegiatan observasi dapat dilakukan
menggunakan format observasi yang sudah disiapkan terlebih dahulu,
kemudian catat semua yang terjadi, dengan tambahan penggunaan
kamera atau video. Informasi yang penting diperoleh menyangkut
aktivitas dan arti sikap atau tampilan yang ditemukan di komunitas.
Observasi dilakukan terhadap kepercayaan komunitas, norma, nilai,
kekuatan, dan proses pemecahan masalah di komunitas.
4. Focus Group Discussion (FGD)
FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang mendalam tentang perasaan dan pikiran
mengenai satu topic melaui proses diskusi kelompok, berdasarkan
pengalaman subjektif kelompok sasaran terhadap satu institusi/produk
22
tertentu FGD bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi terhadap
sesuatu, misalnya, pelayanan yang dan tidak mencari consensus serta
tidak mengambil keputusan menganai tindaka yang harus dilakukan.
Peserta FGD terdiri dari 6-12 orang dan harus homogen, dikelompokkan
berdasarkan kesamaan jenis kelamin, usia, latar belakang social ekonomi
(pendidikan,suku, status perkawinan, dsb). Lama diskusi maksimal 2
jam. Lokasi FGD harus memberikan situasi yang aman dan nyaman
sehingga menjamin narasumber berbicara terbuka dan wajar
FGD menggunakan diskusi yang terfokus sehingga membutuhkan
pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, fasilitator,
moderato, notulen, dan observer. Fasilitator dapat menggunakan prtunjuk
diskusi agar diskusi terfokus. Peran fasilitator menjelaskan diskusi,
mengarahkan kelompok, mendorong peserta untuk berpartisipasi dalam
diskusi, menciptakan hubungan baik, fleksibel, dan terbuka terhadap
saran, perubahan, gangguan, dan kurangnya partisipasi.
Perekam jalannya diskusi yang paling utama adalah pengamat
merangkap pencatat (observer dan recorder) hal yang perlu dicatat adalah
tanggal diskusi, waktu diskusi diadakan, tempat diskusi, jumlah peserta,
tingkat partisipasi peserta, gangguan selama proses diskusi, pendapat
peserta apa yang membuat peserta menolak menjawab atau membaut
peserta tertawa, kesimpulan diskusi , dan sebagainya. Pengguanaan alat
perekam saat SGD berlangsung harus mendapat izin dari responden
terlebih dahulu.
Sebelum membuat instrument pengkajian keperawatan komunitas
seperti kuisioner, pedoman wawancara, pedomanobservasi, atau
windshield survey, kisi-kisi instrument pengkajian sebaiknya dibuat
terlebih dahulu, agar data yang akan ditanyakan dan dikaji kepada
komunitas tidak tumpang tindih sehingga waktu yang digunakan lebih
efektif dan efisian
23
I. Tahap - tahap dalam melakukan askep komunitas
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang
bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien. Yang perlu
dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :
a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri:
umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai,
keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
Perumahan: Rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan,
sirkulasi dan kepadatan.
1) Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan.
2) Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal:
Apakah tidak menimbulkan stress.
3) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan:
Apakah cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas
mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
4) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi.
5) System komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi,
radio, Koran atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.
24
6) Ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional),
dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan
kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran
untuk konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
7) Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan
apakah biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini
hendaknya dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
c. Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital
statistic, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR,
serta cakupan imunisasi.
3. Perencanaan (intervensi)
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan
apa yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam
tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk
mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis
keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana
pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang mempengaruhi dan
dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah
25
dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang
tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas
menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat,
mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk
menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat.
Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan
yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk
menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan
masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan,
meningkatkan kemampuan masyarakat berperanserta dalam
pembangunan kesehatan di wilayahnya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose
keperawatan
4) Melatih kader
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan
masyarakat
d. Tahap formasi kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk
mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan
kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
26
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan
sebagai berikut :
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium
4) Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan
lingkungan atau komunitas bila stressor dari lingkungan
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
4. Pelaksanaan (Implementasi)
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya:
27
diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh:
Mengkaji keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi
keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi,
telinga, dll.
c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan
pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan
dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk
memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas adalah :
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target
pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan,
peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan
penggunaannya serta keuntungan program.
d. Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau
masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.
e. Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan
tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.
28
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Pengertian hipertensi oleh berbagai sumber sebagai berikut :
1. Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan
angka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140
mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung
dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke
jantung (Triyanto, 2014).
2. Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang
sering terjadi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik lebih
dari 150 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg,
tekanan sistolik 150-155 mmHg dianggap masih normal pada lansia
(Sudarta, 2013).
3. Hipertensi merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler
aterosklerosis, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal ditandai dengan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran
atau lebih (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2012).
4. Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sitolik maupun
diastolik yang terbagi menjadi dua tipe yaitu hipertensi esensial yang
paling sering terjadi dan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh
penyakit renal atau penyebab lain, sedangkan hipertensi malignan
merupakan hipertensi yang berat, fulminan dan sering dijumpai pada
dua tipe hipertensi tersebut (Kowalak, Weish, & Mayer,2011).
5. Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan darah di dalam
pembuluh darah arteri dalam satu poeriode, mengakibatkan arteriola
berkonstriksi sehingga membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti, 2011).
29
Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber tersebut, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolik, dengan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg, hipertensi juga merupakan
faktor resiko utama bagi penyakit gagal ginjal, gagal jantung dan
stroke.
B. Klasifikasi
30
Normal <130 mmHg <85 mmHg
31
c) Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah kegemukan
atau obesitas. Perenderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan penderita yang memiliki berat badan normal
(Triyanto, 2014)
d) Rokok
Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan
katekolamin. Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat
menyebabkan peningkatan denyut jantung, iritabilitas miokardial
serta terjadi vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah
(Ardiansyah, 2012).
e) Kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein
sebagai anti-adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi
kontraksi otot jantung dan relaksasi pembuluh darah sehingga
menyebabkan tekanan darah turun dan memberikan efek rileks)
menghambat reseptor untuk berikatan dengan adenosine sehingga
menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan pembuluh
darah mengalami konstriksi disusul dengan terjadinya peningkatan
tekanan darah(Blush, 2014).
3. Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
a) Genetik
Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka
kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80 %
lebih banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari pada
heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang menderita
hipertensi juga menjadi pemicu seseorang menderita hipertensi,
oleh sebab itu hipertensi disebut penyakit turunan (Triyanto, 2014).
b) Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk
menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin plasma
yang rendah mengurangi kemampuan ginjal untuk
mengekskresikan kadar natrium yang berlebih (Kowalak, Weish, &
Mayer, 2011).
D. Patofisiologi
Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa
rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga
32
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar
kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh
yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah
yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan
kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola)
untuk sementara waktu untuk mengarut karena perangsangan saraf atau
hormon didalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga
meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan
darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh
perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari
sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui
beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan
garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal
akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah
bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga bisa
meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya
akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ
peting dalam mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit
dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah
tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal
(stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan
cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah (Triyanto 2014). pertimbangan gerontology.
Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekwensinya , aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
33
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
secukupnya), mengakibatkan penurunan curah jantunng dan meningkatkan
tahanan perifer (Prima,2015).
E. Manifestasi Klinis
Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah tinggi
umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah
tinggi mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa : kelelahan, bingung,
perut mual, masalah pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau
merah, mimisan, cemas atau gelisah, detak jantung keras atau tidak
beraturan (palpasi), suara berdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit
kepala, pusing. Sedangkan menurut (Pudiastuti,2011) gejala klinis yang
dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa : pengelihatan
kabur karena kerusakan retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah
akibatnya tekanan kranial, edema dependen dan adanya pembengkakan
karena meningkatnya tekanan kapiler.
F. Komplikasi
Komplikasi pada penderita hipertensi menurut Corwin (2009) menyerang
organ-organ vital antar lain :
1. Jantung
Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard
menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi
kemudian menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark.
2. Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan
kerusakan progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus
menyebabkan aliran darah ke unit fungsional juga ikut terganggu
sehingga tekanan osmotik menurun kemudian hilangnya kemampuan
pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.
3. Otak
34
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari
pembuluh darah di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi
apabila terdapat penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini
menyebabkan aliran darah yang diperdarahi otak berkurang.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Widjadja,2009) pemeriksaan penunjang pada penderita
hipertensi antara lain:
1. General check up jika seseorang di duga menderita hipertensi,
dilakukan beberapa pemeriksaan, yakni wawancara untuk mengetahui
ada tidaknya riwayat keluarga penderita.Pemeriksaan fisik, pemeriksan
laboratorium, pemeriksaan ECG, jika perlu pemeriksaan khusus,
seperti USG, Echocaediography (USG jantung), CT Scan, dan lain-
lain. Tujuan pengobatan hipertensi adalah mencegah komplikasi yang
ditimbulkan. Langkah pengobata adalah yang mengendalikan tensi
atau tekanan darah agar tetap normal.
2. Tujuan pemeriksaan laboratolriun untuk hipertensi ada dua macam
yaitu:
a) Panel Evaluasi Awal Hipertensi : pemeriksaan ini dilakukan segera
setelah didiagnosis hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan.
b) Panel hidup sehat dengan hipertensi: untuk memantau keberhasilan
terapi.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat
penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan
nonfarmakologis pada penderita hipertensi bertujuan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor
resiko yaitu :
a) Mempertahankan berat badan ideal
35
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index
dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan
rumus membagi berat badan dengan tinggi badan yang telah
dikuadratkan dalam satuan meter. Obesitas yang terjadi dapat
diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya protein dan
serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat menurunkan
tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg (Dalimartha, 2008).
b) Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet
rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr
NaCl atau 2,4 gr garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi
garam sampai dengan 2300 mg setara dengan satu sendok teh
setiap harinya. Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg
dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat dilakukan
dengan cara mengurangi asupan garam menjadi ½ sendok
teh/hari(Dalimartha, 2008).
c) Batasi konsumsi alcohol
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau
lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan
darah, sehingga membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol
dapat membantu dalam penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
d) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan
jumlah natrium yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi
buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat
membuat asupan potassium menjadi cukup. Cara mempertahankan
asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah
dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
e) Menghindari merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama
rokok adalah tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang
membuat jantung bekerja lebih keras karena mempersempit
pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta
tekanan darah(Dalimartha, 2008).
f) Penurunan stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan
darah sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi
dapat dilakukan dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga
36
atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf sehingga
menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono, 2007).
g) Aromaterapi (relaksasi)
Aroma terapi adalah salah satu teknik penyembuhan alternative
yang menggunakan minyak esensial untuk memberikan kesehatan
dan kenyamanan emosional, setelah aromaterapi digunakan akan
membantu kita untuk rileks sehingga menurunkan aktifitas
vasokonstriksi pembuluh darah, aliran darah menjadi lancar dan
menurunkan tekanan darah(Sharma, 2009).
h) Terapi masase (pijat)
Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran energi
dalam tubuh sehingga meminimalisir gangguan hipertensi beserta
komplikasinya, saat semua jalur energi terbuka dan aliran energi
tidak terhalang oleh tegangnya otot maka resiko hipertensi dapat
diminimalisir (Dalimartha, 2008).
2. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
a) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam
tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
b) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk
menghambat aktifitas saraf simpatis.
c) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya
pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan seperti asma bronkial.
d) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
e) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat
angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi akan
mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis
penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan
menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor.
g) Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
37
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data secara lengkap dan sistematis untuk
dikaji dan dianalisis, sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat, baik individu, keluarga, dan kelompok dapat ditentukan. Data
yang didapatkan dari 2 RT yaitu RT. 003 dan RT. 006 sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik
TIPE PERUMAHAN
38
(Dari hasil diatas didapatkan tipe perumahan 90,0% dengan tipe permanen).
SISTEM KEPEMILIKAN
39
(Dari hasil diatas didapatkan status kepemilikan rumah 90,0% milik sendiri).
JENIS LANTAI
VENTILASI RUMAH
40
(Dari hasil diatas didapatkan hampir semua sistem ventilasi rumah 100,0% ada).
(Dari hasil data diatas didapatkan sistem pencahayaan rumah siang hari 100,0%
pencahayaan terang)
41
(Dari hasil data diatas didapatkan jarak rumah dengan tetanggan 77,8% dekat,
11,1% bersatu, 11,1% terpisah)
(Dari hasil data diatas didapatkan 100,0% terdapat halaman disekitar rumah)
42
(Dari hasil data diatas didapatkan 44% tidak dimanfaatkan, dan 55,5%
dimanfaatkan sebagai kebun)
(Dari hasil data diatas didapatkan jenis bahan bakar rumah 100,0% menggunakan
kompor gas)
43
(Dari data diatas didapatkan hasil, 22,2% memakai air PAM, 66.7% memakai air
sumur, dan 11% memakai air mineral)
44
(Dari data diatas didapatkan hasil sumber air untuk mandi dan mencuci di RT 003
dan RT 006 sebanyak 22,2% menggunakan PAM, dan 77,7% menggunakan air
sumur).
(Dari data diatas didapatkan hasil jarak sumber air dengan septic tank sebanyak
88,9% lebih dari 10 meter, dan 11,1% kurang dari 10 meter)
45
(Dari data diatas didapatkan hasil tempat penampungan air sementara sebanyak
33,3% menggunakan bak, 66,67% menggunakan tempat penampungan lainnya
seperti toren air).
(Dari data diatas didapatkan hasil kondisi tempat penampungan air sebanyak
77,78% tertutup, dan 22% tidak tertutup).
KONDISI AIR
46
(Dari data diatas didapatkan hasil hampir semua 100,0% kondisi air tidak
berasa/berbau/berwarna).
PEMBUANGAN SAMPAH
47
(Dari data diatas didapatkan 100% tempat pembuangan sampah sementara dalam
kondisi terbuka).
(Dari data diatas didapatkan hasil jarak penampungan sampah dengan rumah yaitu
66,67% lebih dari 5 meter, dan 33% kurang dari 5 meter)
48
(Dari data diatas didapatkan hasil bahwa kebiasaan keluarga buang air besar
sebanyak 100% menggunakan wc).
(Dari data diatas didapatkan hasil bahwa jenis jamban yang digunakan Sebagian
besar 100% menggunakan leher angsa (WC jongkok/duduk)).
49
(Dari data diatas didapatkan hasil bahwa sistem pembuangan limbah 55,56%
resapan, dan 44% ke got)
(Dari data diatas didapatkan hasil bahwa sebagian besar 55,56% memiliki hewan
ternak dan sebagian kecil 44% tidak memiliki hewan ternak dirumah).
LETAK KANDANG
50
(Dari data diatas didapatkan hasil bahwa 55,56% letak kandang ada di luar rumah
dan 44,4% letak kandang ada di dalam rumah)
KONDISI KANDANG
(Dari data diatas didapatkan hasil bahwa 55.56% kandang terawatt dan 44%
kandang tidak terawat).
51
PELAYANAN KESEHATAN
(Dari data diatas didapatkan hasil bahwa pelayanan kesehatan tedekat yaitu 44%
rumah sakit, 33% bidan/perawat, 11% dokter praktik swasta dan 11% balai
pengobatan).
(Dari data diatas didapatkan hasil bahwa tempat berobat keluarga sebanyak 66,7%
berobat ke dokter praktik swasta, 22% berobat ke rumah sakit dan 11% berobat ke
perawat atau balai pengobatan).
52
(Dari data diatas didapatkan hasil bahwa kebiasaan keluarga sebelum berobat
88.9% membeli obat bebas, 11% tidak ada yang membeli obat bebas).
(Dari data diatas didapatkan hasil bahwa sumber pendanaan kesehatan keluarga
55,6% umum, 22% BPJS, dan 22% askes).
53
(Dari data diatas Jenis Kontrasepsi yang Digunakan IUD 10%, Susuk 10%, Pil
30%, dan 50% tidak menggunakan Kontrasepsi).
(Dari data diatas didapatkan hasil bahwa sebagian besar 100% tidak memiliki
anggota keluarga yang hamil).
54
(Dari data diatas keluarga dengan balita 10% Ada dan 90% Tidak ada).
(Dari data diatas Kebiasaan Ikut Posyandu 10% Ya dan 90% Tidak).
IMUNISASI BALITA
55
(Dari data diatas Imunisasi Balita 90% Lengkap dan 10% Belum Lengkap).
KEPEMILIKAN KMS
56
(Dari data diatas Hasil Penimbangan Balita 10% Diatas Garis Merah).
KEBIASAAN REMAJA
(Dari hasil diatas didapatkan data 100% tidak ada kebiasaan remaja).
57
(Dari data diatas Kegiatan Remaja Diluar Sekolah 10% Keagamaan, 30% Karang
Taruna, 30% Olahraga dan 30% Tidak Ada Kegiatan).
(Dari data diatas Keluhan Fisik Lansia 20% Ya dan 80% Tidak)
58
Dari data diatas Jenis Penyakit yang di Derita Lansia 10.0% Asam Urat, 30.0%
Hipertensi, Lain – lain 10%)
(Dari data diatas Penanganan Penyakit Lansia dengan hasil 50% Sarana
Kesehatan).
B. Analisa Data
59
No Data Masalah Penyebab
1 - Dari data diatas Manajemen Kurang Terpapar
didapatkan hasil bahwa Kesehatan Tidak Informasi Tentang
penyakit yang lebih Efektif Penyakit yang di
sering di derita pada D.0116 derita oleh Warga
lansia 30% sebagian (Hipertensi)
besar Hipertensi
- Dari data diatas
didapatkan hasil 88,9%
kebiasana keluarga
sebelum berobat yatiu
membeli obat bebas
2 - Dari data diatas Pemeliharaan Ketidakcukupan
didapatkan kondisi Kesehatan Tidak Sumber Daya
tempat pembuangan Efektif (Fasilitas)
sampah sementara D.0117
terbuka 100%
- Dari data diatas
didapatkan hasil bahwa
sistem pembuangan
limbah 44% ke got.
3 - Dari data diatas Defisit Kurang terpapar
didapatkan hasil 50% Pengetahuan informasi
tidak menggunakan alat C. 0111
kontrasepsi
- Dari data diatas
didapatkan hasil hampi
90% ibu dengan balita
tidak pergi ke posyandu
C. Diagnosa
1. Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kurang terpapar informasi
tentang penyakit yang di derita oleh warga (Hipertensi) di RT. 003 dan
RT. 006 ditandai dengan :
a. Penyakit yang lebih sering di derita pada lansia 30% sebagian
besar Hipertensi.
b. 88,9% kebiasana keluarga sebelum berobat yatiu membeli obat
bebas.
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakcukupan sumber daya
(fasilita) di RT. 003 dan RW. 004 ditandai dengan :
a. Kondisi tempat pembuangan sampah sementara terbuka 100%
b. Sistem pembuangan limbah 44% ke got.
60
3. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi di RT. 003 RT. 006
ditandai dengan :
a. Hampir 50% tidak menggunakan alat kontrasepsi
b. Hampir 90% ibu dengan balita tidak pergi ke posyandu
D. Prioritas Masalah
Kriteria Penapisan
Jumlah skore
Jumlah yang beresiko
Besarnya resiko
Minat Masyarakat
Diagnosa 1 5 4 4 5 4 4 5 5 3 5 3 5 52
Diagnosa 2 4 4 4 5 3 5 3 5 5 2 3 2 45
Diagnosa 3 3 4 4 5 4 5 3 5 5 2 3 2 45
Keterangan pembobotan :
1 : Sangat Rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5 : Sangat Tinggi
61
E. Perencanaan
62
2 Pemeliharaan Tujuan Umum : 1. Identifikasi Tgl : 18 Juni Kelompok Masyarakat Mahasiswa
kesehatan tidak - Meningkatkan perilaku upaya 2020 2 , keluarga,
efektif b.d kualitas kesehatan yang individu di
ketidakcukupan kesehatan dapat Ibu Sri RT. 003
sumber daya lingkungan ditingkatkan dan RT.
(fasilita) di RT. rumah di RT. 003 2. Berikan 006
003 dan RW. dan RT. 006. lingkungan
006 Tujuan Khusus yang
- Masyarakat RT. mendukung
003 dan RT. 006 kesehatan.
mengetahui 3. Ajarkan cara
tempat pemeliharaan
pembuangan kesehatan
sampah yang baik 4. Gunakan
untuk tempat pendekatan
pembuangan promosi
sampah. kesehatan
- Masyarakat RT. dengan
003 dan RT. 006 memperhatikan
mengerti cara pengaruh dan
penanggulangan hambatan dari
air limbah rumah lingkungan,
tangga dengan sosial serta
baik. budaya hidup
bersih.
63
3 Defisit Tujuan Umum : 1. Identifikasi Tgl : 18 Juni Kelompok Masyarakat Mahasiswa
pengetahuan b.d Meningkatkan kulaitas kesiapan dan 2020 2 , keluarga,
kurang terpapar pengetahuan masyarakat kemampuan Individu di
informasi di RT. RT. 003 dan RT. 006 menerima Ibu Sri RT 003 dan
informasi
003 RT. 006 tentang kesehatan. RT 006
2. Identifikasi
Tujuan Khusus : pengetahuan
- Masyarakat RT. tentang alat
003 dan RT. 006 kontrasepsi
mengerti tentang 3. Sediakan materi
pentingnya dan media
penggunaan alat pendidikan
kontrasepsi. kesehatan yang
- Masyarakat RT. mendukung minat
003 dan RT. 006 masyarakat
mengerti tentang 4. Jelaskan metode
pentingnya pergi – metode alat
kontrasepsi
ke posyandu
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hal – hal yang telah disebutkan pada BAB
sebelumnya maka dapat kami simpulkan sebagai berikut : masalah
kesehatan komunitas yang muncul di RT. 003 dan RT. 006 antara lain
Manajemen kesehatan tidak efektif b.d kurang terpapar informasi tentang
penyakit yang di derita oleh warga (Hipertensi), Pemeliharaan kesehatan
tidak efektif b.d ketidakcukupan sumber daya (fasilita), dan Defisit
pengetahuan b.d kurang terpapar informasi di RT. 003 RT. 006.
Rencana yang akan dilakukan adalah memberikan penyuluhan
tentang penanganan penyakit hipertensi dan pengetahuan tentang alat
kontrasepsi. Motivasi masyarakat melalui kader atau tokoh masyarakat
untuk lebih perduli pada kesehatan, Mengajarkan cara mengurangi resiko
terjadinya penyakit hipertensi.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka disarankan untuk Peran
serta dari masyarakat, Ibu-ibu PKK, tokoh masyarakat dan pengurus RT–
RW perlu ditingkatkan terus dalam berbagai kegiatan dibidang kesehatan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin. Antara
lain Ibu, bapak serta lansia mengikuti kegiatan penyuluhan dalam
menurunkan hipertensi.
Serta untuk institusi, kegiatan praktek komunitas dan keluarga
yang telah dilaksanakan di RT.003 dan RT.006 perlu ditindak lanjuti oleh
mahasiswa angkatan berikutnya untuk mempertahankan dan
mengoptimalkan hal – hal yang telah dicapai serta menindak lanjuti hal-
hal yang belum tercapai.
65
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/911/3/12.BAB%20II.pdf
http://eprints.umm.ac.id/41128/3/BAB%20II.pdf
66
Lampiran
67
(Pengkajian Kesehatan di RT. 006 Serua, Bojongsari – Depok)
Lampiran
68
Lampiran
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita
hipertensi. Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15
juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol.
Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari
69
sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi
hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor
resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Saat ini penyakit
degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia (Smeltzer, 2001).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit,
diharapka klien dan keluarga dapat memahami tentang Alzheimer.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan / pendidikan kesehatan selama 1 x 30
menit, diharapkan klien yang mengalami Hipertensi mampu:
- Pengertian darah tinggi
- Penyebab darah tinggi dengan baik.
- Tanda dan gejala darah tinggi dengan baik.
- Makanan yang dianjurkan dan makanan yang dibatasi untuk
penderita Darah tinggi
- Obat- obatan untuk hipertensi
- Komplikasi dari hipertensi
C. Pelaksana
1. Hari/Tanggal : Kamis, 18 Juni 2020
2. Waktu : 30 menit
3. Sasaran : Masyarakat (Lansia)
4. Tempat : RT. 003 Cipondoh dan RT. 006 Bojongsari
5. Pemberi Penyuluhan : Intan dan Putri
6. Metode : Ceramah, Demonstrasi
7. Media : Standart Operasional Prosedur (SOP), Leaflet
8. Materi : Terlampir
9. Rencana Kegiatan :
70
d. Memberikan kesempatan
untuk bertanya
Kegiatan Inti
d. Salam penutup
D. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian Hipertensi ?
2. Sebutkan tanda dan gejala Hipertensi ?
3. Sebutkan cara pencegahan Hipertensi ?
71
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Menurut Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa hipertensi
merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan
di atas normal. Sedangkan menurut WHO, batas tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas
160/95 mmHg dinyatakan sebagai darah tinggi (Soeparman, 1999).
B. Penyebab
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen
pembuluh darah
72
2. Hipertensi renalis : keadaan iskemik pada ginjal
3. Hipertensi hormonal
4. Bentuk hipertensi lain: obat, cardiovascular, neurogenik (Andy Sofyan,
2012)
D. Diit
Diit merupakan pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau
mempertahankan BB yang sesuai dan mengendalikan kadar
glukosa.Tujuan diituntuk membantu menurunkan tekanan darah,
mempertahankan tekanan darah menuju normal,penurunan faktor resiko
BB yang berlebih, menurunkan kadar lemak kolesterol. Diit untuk
penderita Hipertensi :
1. Makanan yang dianjurkan untuk penderita darah tinggi
a. Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
b. Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari,
telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa
lemak
c. Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
d. Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
73
e. Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam, kangkung,
buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
f. Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah
terbatas.
g. Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam
tidak lebih 15 gram perhari.
h. Minuman
Teh encer, coklat encer, juice buah.
2. Makanan yang dibatasi
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi misalnya otak, paru,
minyak kelapa, gajih
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan natrium misalnya
biscuit, craker
c. Makanan dalam kaleng : sarden, abon, asinan, ikan asin, telor asin.
d. Makanan yang mengandung alkohol misalnya durian dan tape.
e. Daging-daging warna merah segar seperti hati ayam, sosis, daging
sapi, daging kambing.
f. Garam dapur
g. Makan tinggi lemak dan kolesterol
h. Buah/sayur yang diawetkan dengan garam : ikan asin, asinan, dll
E. Obat – obatan
1. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesi
simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah
dengan menurunkan volume darah dan curah jantung, sehingga
tahanan perifer menurun. Setelah 6-8 minggu, curah jantung kembali
normal karena tahanan vaskular perifir menurun. Natrium dapat
menyebabkan tahanan vaskular dengan meningkatkan kekakuan
pembuluh darah dan reaktivitas saraf, yang diduga berkaitan dengan
terjadinya peningkatan pertukaran natrium-kalsium dengan hasil akhir
peningkatan kalsium intraseluler. Efek tersebut dapat dikurangi dengan
pemberian diuretik atau pengurangan natrium. Contoh obat diuretik
yang sering digunakan untuk menurunkan hipertensi adalah:
spironolactone, dan hydrochlorothiazide (thiazide) yang mempunyai
efek cukup kuat sebagai diuretik dan efektif untuk menurunkan
tekanan darah dalam dosis yang rendah (Benowitz, 2002).
74
2. Obat simpatoplegik
Mempunyai mekanisme kerja menurunkan tekanan darah dengan cara
menurunkan tahanan perifer, menghambat fungsi jantung, dan
meningkatkan pengumpulan vena didalam pembuluh darah kapasitans
(dua efek terakhir menyebabkan penurunan curah jantung). Contoh
obat golongan ini adalah: Methyldopa dan clonidine (Benowitz, 2002).
3. Obat vasodilator langsung.
Semua vasodilator yang digunakan untuk hipertensi merelaksasi otot
polos arteriol, sehingga dapat menurunkan tahanan vaskular sistemik.
Penurunan tahanan arteri dan rata-rata penurunan tekanan darah arteri
menimbulkan respon kompensasi, dilakukan oleh baroreseptor dan
sistem saraf simpatis, seperti halnya renin angiotensin dan aldosteron.
Respon-respon kompensasi tersebut melawan efek anti hipertensi
vasodilator. Vasodilator bekerja 12 dengan baik apabila
dikombinasikan dengan obat antihipertensi lain yang melawan respon
kompensasi kardiovaskular. Contoh obat –obat vasodilator adalah;
Hydralazine dan minoxidil (Benowitz, 2002).
4. Obat yang menyekat produksi atau efek Angiotensin.
Rilis renin dari korteks ginjal distimulasi oleh penurunan tekanan arteri
ginjal, stimulasi saraf simpatis dan penurunan pengiriman natrium atau
peningkatan konsentrasi natrium pada tubulus distalis ginjal. Renin
bekerja terhadap angiotensin untuk melepaskan angiotensin I
dekapeptida yang tidak aktif. Angiotensin I kemudian dikonversi,
terutama oleh enzim pengubah angiotensin endothelial (endothelial
angiotensin-converting enzyme, ACE), menjadi oktapeptida
angiotensin II vasokonstriktor arterial, yang akan dikonversi menjadi
angiotensin III didalam kelenjar adrenal. Angiotensin II mempunyai
aktifitas vasokonsriktor dan retensi natrium.Angiotensin II dan III
menstimulasi rilis aldosteron. Contoh obat golongan ini adalah ;
captopril,enalapril dan lisinopril (Benowitz, 2002)
F. Komplikasi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang
berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah
arteri, serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi,
kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya
adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi
yang dimilikinya.
75
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa
penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung
dari kenaikan tekanan darah pada 19 organ, atau karena efek tidak
langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II,
stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga
membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam
berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya
kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming
growth factor-β (TGF-β). Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan
kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:
1. Jantung
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Angina atau infark miokardium
c. Gagal jantung
2. Otak - stroke atau transient ishemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
76
77
Hipertensi
78
Apa saja komplikasi pada penyakit hipertensi?
Aterosklerosis
Kehilangan penglihatan
Terbentuk aneurisma
Gagal ginjal
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130