Waham adalah suatu keyakinan yang keliru tentang isi pikir yang
dipertahankan secara kuat atau terus menerus namun tidak sesuai dengan
kenyataan (SDKI, 2017). Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang
dipertahankan secara kuat atau terusmenerus, tapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini
bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya.
Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk
waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia (Yusuf,
dkk, 2015).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan, tetapi di pertahankan dan tidak dapat di ubah secara logis oleh
orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan
kontrol (Depkes RI,2000). Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang
berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan
merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses iteraksi atau
informasi secara akurat (Yosep, 2009).
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998). Waham adalah keyakinan
seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien
tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien
(Aziz R, 2003).
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa waham
sebagai salah satu perubahan proses pikir khususnya isi pikir yang ditandai
dengan keyakinan terhadap ide-ide, pikiran yang tidak sesuai dengan
kenyataan dan sulit diubah dengan logika atau bukti bukti yang ada, atau
juga dikatakan sebagai keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan,
yang tetap dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang
lain. Pemikiran ini berasal dari pemikiran klien yang tidak terkontrol.
2. Proses terjadinya waham
a. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
3. Klasifikasi Waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011)
yaitu sebagai berikut :
JENIS WAHAM PENGERTIAN PERILAKU KLIEN
Waham Kebesaran Keyakinan secara berlebihan “saya ini pejabat di
bahwa dirinya memiliki kementrian semarang!"
kesehatan khusus atau kelebihan saya”punya perusahaan
yang berbeda dengan orang lain, paling besar lho”.
diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan
Waham Agama Keyakinan terhadap suatu agama “saya adalah tuhan yang
secara berlebihan, diucapkan bisa menguasai dan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai mengendalikan semua
dengan kenyataan. mahluk”.
Waham Curiga Keyakinan seseorang atau “saya tahu mereka mau
sekelompok orang yang mau menghancurkan saya,
merugikan atau mencederai karena iri dengan
dirinya, diucapkan berulang- kesuksesan saya”.
ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Waham Somatic Keyakinan seseorang bahwa “saya menderita kanker”.
tubuh atau sebagian tubuhnya Padahal hasil pemeriksaan
terserang penyakit, diucapkan lab tidak ada sel kanker
berulang-ulang tetapi tidak sesuai pada tubuhnya.
dengan kenyataan.
Waham Nihlistik Keyakinan seseorang bahwa “ini saya berada dialam
dirinya sudah tidak ada atau kubur ya, semua yang ada
meninggal dunia, diucapkan disisni adalah roh-roh nya “.
berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
4. Etiologi
Menurut Dierja (2011), faktor prediposisi dari gangguan isi pikir : waham, yaitu
sebagai berikut :
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang
berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya
sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel
di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
e. Faktor genetik
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir: waham,
yaitu sebagai berikut :
c. Faktor psikologis
Menurut Kusumawati, (2010) tanda dan gejala dari gangguan proses pikir :
Waham, yaitu sebagai berikut :
a. Gangguan Fungsi Kognitif (perubahan daya ingat)
b. Fungsi Persepsi
c. Fungsi Emosi
Afek tumpul : kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai,
reaksi berlebihan, ambivalen.
Tanda dan gejala dari gangguan proses pikir : Waham menurut Direja, (2011)
yaitu :
a. Menolak makan
e. Mudah tersinggung
7. Mekanisme Koping
8. Penatalaksanaan
a) Chlorpromazine
b) Trifluoperazine
4) Anti Aansietas
b. Psikoterapi
c. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan
Purwanto, 2009). Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien.
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan
khusus.
3) Foto therapy atau therapy cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini
diberikan dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih
terang dari sinar ruangan).
4) ECT (Electro Convulsif Therapi)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran
listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun
klonik.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi
interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).
e. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien,
sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh
manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.
a. Alasan masuk RS
1) Psikologis
2) Biologis
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
4) Aspek fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji
fungsi organ kalau ada keluhan. Pada pasien waham biasanya terjadi
penurunan BB karena menolak makan dan minum.
5) Aspek Psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh
b) Konsep diri
(1) Citra tubuh
Mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang
disukai dan tidak disukai. Biasanya pasien dengan waham miliki
perasaan negative terhadap diri sendiri.
(2) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-
laki/perempuan. Biasanya pasien dengan waham kebesaran
misalnya mengaku seorang polisi padahal kenyataannya tidak
benar.
(3) Peran
Tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut. Berubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK
(4) Ideal diri
Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
2. Pohon Masalah
Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), adapun pohon masalah pada pasien
dengan waham adalah sebagai berikut :
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respon
klien baik aktual maupun potensial (Damiyantim 2012). Adapun diagnosa yang
muncul adalah sebagai berikut :
a. Gangguan proses pikir : Waham....(sesuai jenis waham yang dialami pasien)
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah kronis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitria, Nita. 2011. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosis keperawatan
jiwa berat bagi program S-1 keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
2. Wahyudi, A, I., Oktaviani, C., Dianesti, E, N., dkk. 2018. Strategi pelaksanaan dengan
Halusinasi. E-journal Universitas Rustida Banyuwangi