KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
A. Latar Belakang............................................................................................5
B. Rumusan Masalah.......................................................................................6
C. Tujuan..........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7
A. KONSEP DASAR.......................................................................................7
1. Definisi......................................................................................................7
2. Etiologi......................................................................................................8
3. Manifestasi Klinis......................................................................................9
4. Patofisiologi.............................................................................................10
5. Pemeriksan Klinis....................................................................................11
6. Penatalaksanaan.......................................................................................12
B. ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................13
1. Pengkajian...............................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................14
3. Intervensi.................................................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat
menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu
dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat
menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001)
Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi, berdasarkan
beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat inap
dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,83-
1,2%. Sementara, pada populasi dunia, angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-
30 kasus dari 100.000 orang (Ariawan dkk, 2014). Sedangkan di Jawa Tengah sendiri
menurut direktur RSJD Amino Gondohutomo Semarang dr. Sri Widyayati, Sppk, M.Kes
mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita gangguan jiwa di jawa tengah
berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka kejadian ini merupakan penderita
yang sudah terdiagnosa. Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia
paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik,
ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan
tanda dari skizofrenia dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang
diyakininya (medical record, 2010)
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman
diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan
yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang
jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono,
1981).
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep teori pada waham?
b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui :
a. Konsep teori pada waham.
b. Konsep asuhan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Waham
1. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
relitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi/informasi secara akurat.
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007).
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).
Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak
kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat
dan sangat terkenal. hal ini sesudah dengan penjelasan Varcarolis dalam
fundamental of pshyatric mental health nursing (2006 : 39) : grandeur: think he or
she powers and talents that are not possed or is someone fowerful or famous.
2. Klasifikasi waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011)
yaitu :
3. Etiologi
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak Menurut
Kusumawati, (2010) yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai dan
menilik terganggu.
b. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan
berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan gerakan
tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
c. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
d. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek,
ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.
e. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari
interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham yang dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali
untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi sosial.
5. Manifestasi Klinis
1. Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir magis dan
primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian bicara
(tangensial, neologisme, sirkumtansial).
b. Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi.
c. Fungsi emosi Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek
tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.
d. Fungsi motorik. Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme,
stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi
stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial kesepian. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
2. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul
adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.
7. Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :
a. Psikofarmalogi
b. Litium Karbonat
a) Indikasi : Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang
dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan
untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar
dengan riwayat mania.
b) Dosis : Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4
kali sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval
12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni
berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk
tablet dari immediate release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya
tetap sama.
c) Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-1,2
mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-1200mg per
hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien yang
supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum
dibawah 10mEq/L
d) Efek Samping : Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar
litium dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi.
Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini
mungkin saja menetap selama pengobatan.
c. Haloperidol
a) Indikasi : Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat
pada anak-anak yang sering membangkang an eksplosif. Haloperidol juga
efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga
melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku seperti :
impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan
tidak tahan frustasi.
b) Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
2. Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
c) Efek samping :
1. Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal,
diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan
temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk,
bingung, vertigo, kejang.
2. Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi,
hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal dengan
perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan pada hematologik
: Timbul leucopenia dan leukositosis ringan. Pada hati dapat menimbulkan
gangguan fungsi hati
3. Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan akneiform,
dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan metabolic
antara lain laktasi, pembesaran payudara, martalgia, gangguan haid,
amenore, gangguan seksual, nyeri payudara, hiponatremia. Pada saluran
cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah. Mata : Penglihatan
kabur. Pernapasan : Spasme laring dan bronkus. Saluran genitourinaria :
Retensi urin.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian relitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi
secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan
bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat terkenal. hal
ini sesudah dengan penjelasan Varcarolis dalam fundamental of pshyatric mental health
nursing (2006 : 39) : grandeur: think he or she powers and talents that are not possed or is
someone fowerful or famous.
Proses terjadinya waham
a. Fase Lack of Huma need
b. Fase Lack of Self Esteem
c. Fase Control Internal Eksternal
d. Fase Environment Support
e. Fase Comforting
f. Fase Improving
DAFTAR PUSTAKA
Nasir, Abdul., & Abdul Muhit. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: pengantar dan
teori. Jakarta:Salemba Medika.
Kusumawati, Farida., & Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika