Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
A. Latar Belakang............................................................................................5
B. Rumusan Masalah.......................................................................................6
C. Tujuan..........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7
A. KONSEP DASAR.......................................................................................7
1. Definisi......................................................................................................7
2. Etiologi......................................................................................................8
3. Manifestasi Klinis......................................................................................9
4. Patofisiologi.............................................................................................10
5. Pemeriksan Klinis....................................................................................11
6. Penatalaksanaan.......................................................................................12
B. ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................13
1. Pengkajian...............................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................14
3. Intervensi.................................................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat
menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu
dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat
menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001)
Prevalensi gangguan waham menetap di dunia sangat bervariasi, berdasarkan
beberapa literatur, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat inap
dilaporkan sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,83-
1,2%. Sementara, pada populasi dunia, angka prevalensi dari gangguan ini mencapai 24-
30 kasus dari 100.000 orang (Ariawan dkk, 2014). Sedangkan di Jawa Tengah sendiri
menurut direktur RSJD Amino Gondohutomo Semarang dr. Sri Widyayati, Sppk, M.Kes
mengatakan di tahun 2009 angka kejadian penderita gangguan jiwa di jawa tengah
berkisar antara 3300 orang sampai 9300 orang, angka kejadian ini merupakan penderita
yang sudah terdiagnosa. Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia
paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik,
ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan
tanda dari skizofrenia dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang
diyakininya (medical record, 2010)
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman
diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan
yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang
jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam (Kartono,
1981).

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana konsep teori pada waham?
b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan?

C. Tujuan Penulisan
Mengetahui :
a. Konsep teori pada waham.
b. Konsep asuhan keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Waham
1. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
relitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi/informasi secara akurat.
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007).
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).
Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak
kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat
dan sangat terkenal. hal ini sesudah dengan penjelasan Varcarolis dalam
fundamental of pshyatric mental health nursing (2006 : 39) : grandeur: think he or
she powers and talents that are not possed or is someone fowerful or famous.

2. Klasifikasi waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011)
yaitu :

Jenis Waham Pengertian Perilaku klien


Waham kebesaran Keyakinan secara berlebihan “Saya ini pejabat di
bahawa dirinya memiliki kementrian semarang!”
kekuatan khusus atau “Saya punya perusahaan
kelebihan yang berbeda paling besar lho “.
dengan orang lain, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap suatu “ Saya adalah tuhan yang
agama secara berlebihan, bisa menguasai dan
diucapkan berulang-ulang mengendalikan semua
tetapi tidak sesuai dengan makhluk”.
kenyataan.
Waham curiga Keyakinan seseorang atau “ Saya tahu mereka mau
sekelompok orang yang mau menghancurkan saya,
merugikan atau mencederai karena iri dengan kesukses
dirinya, diucapkan berulang- an saya”.
ulang tetapai tidak sesuai
dengan kenyataan.
Waham somatik Keyakinan seseorang bahwa “ Saya menderita kanker”.
tubuh atau sebagian tubuhnya Padahal hasil pemeriksaan
terserang penyakit, diucapkan lab tidak ada sel kanker
berulang-ulang tetapi tidak pada tubuhnya.
sesuai dengan kenyataan.
Waham nihlistik Keyakinan seseorang bahwa “ini saya berada di alam
dirinya sudah meninggal kubur ya, semua yang ada
dunia, diucapkan disini adalah roh-roh nya”
berulangulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.

3. Etiologi
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak Menurut
Kusumawati, (2010) yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai dan
menilik terganggu.
b. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan
berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan gerakan
tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
c. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
d. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek,
ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.

4. Proses terjadinya waham


a. Fase Lack of Huma need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada
orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien
yang secara sosial dan ekonmi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan
self ideal sangat tinggi. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan
bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan
saat tumbuh kembang.

b. Fase Lack of Self Esteem


Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dan self reality ( kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya.

c. Fase Control Internal Eksternal


Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang
sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap
penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena
kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.

d. Fase Environment Support


Adanya beberapa orang yang mempercayai dengan lingkungannya
menyebabkan klien merasa di dukung, lama-kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

e. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari
interaksi sosial (isolasi sosial).

f. Fase Improving
Apabila tidak ada konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham yang dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali
untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi sosial.

5. Manifestasi Klinis
1. Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat) Cara berfikir magis dan
primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan pengorganisasian bicara
(tangensial, neologisme, sirkumtansial).
b. Fungsi persepsi Depersonalisasi dan halusinasi.
c. Fungsi emosi Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek
tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.
d. Fungsi motorik. Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme,
stereotipik gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi
stimulus yang jelas, katatonia.
e. Fungsi sosial kesepian. Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
2. Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul
adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi.

3. Tanda dan Gejala Menurut Direja, (2011) yaitu :


Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak makan,
tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan ketakutan,
gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi
pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara
berlebihan.
4. Tanda dan gejala
a. Waham kebesaran
Ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi
tidak sesuai kenyataan.
Contohnya : “saya ini tiitsan bung karno, punya banyak perusahaan, punya
rumah di berbagai negara bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencedrai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Contohnya : “banyak polisi mengintai saya, tengga saya ingin
menghancurkan hiidupsaya, suster akan meracuni makanan saya”.
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contohnya : “tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus
menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk syurga”.
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sessuai kenyataan.
Contohnya : “sumsum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker,
dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya
menghilang.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “ saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada didunia
ini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada didunia”.
6. Pohon masalah

Effect : RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN

Core problem : GANGGUAN ISI PIKIR : WAHAM

Causa : ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH KRONIS

7. Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :
a. Psikofarmalogi
b. Litium Karbonat
a) Indikasi : Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang
dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan
untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar
dengan riwayat mania.
b) Dosis : Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4
kali sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval
12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni
berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk
tablet dari immediate release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya
tetap sama.
c) Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-1,2
mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-1200mg per
hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien yang
supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum
dibawah 10mEq/L
d) Efek Samping : Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar
litium dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi.
Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini
mungkin saja menetap selama pengobatan.
c. Haloperidol
a) Indikasi : Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat
pada anak-anak yang sering membangkang an eksplosif. Haloperidol juga
efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga
melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku seperti :
impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan
tidak tahan frustasi.
b) Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
2. Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
c) Efek samping :
1. Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal,
diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan
temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk,
bingung, vertigo, kejang.
2. Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi,
hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal dengan
perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan pada hematologik
: Timbul leucopenia dan leukositosis ringan. Pada hati dapat menimbulkan
gangguan fungsi hati
3. Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan akneiform,
dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan metabolic
antara lain laktasi, pembesaran payudara, martalgia, gangguan haid,
amenore, gangguan seksual, nyeri payudara, hiponatremia. Pada saluran
cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah. Mata : Penglihatan
kabur. Pernapasan : Spasme laring dan bronkus. Saluran genitourinaria :
Retensi urin.

d. Penarikan Diri High Potensial


Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari
pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri
(khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan
pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini berarti
penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala
penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat
sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.
e. ECT Tipe Katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus
listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala
penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan
jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan katatonik
episode.
f. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun
psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang,
terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang
memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi
perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.
B. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
a. Identitas Klien Informan
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu
pertemuan, topik pembicaraan.
b. Alasan Masuk
Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal.
d. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi
organ kalau ada keluhan.
e. Aspek Psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
f. Konsep Diri.
a) Citra tubuh
Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif terhadap diri
sendiri.
b) Identitas diri
Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengaku seorang
polisi padahalkenyataan nya tidak benar.
c) Peran Klien
Berperan sebagai kepala keluarga dalam keluarganya.
d) Ideal diri
Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan sudah
lama di RSJ.
e) Harga diri
Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena perasaan
negatif terhadapdiri sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan merasa
gagal mencapai tujuan.
g. Hubungan Sosial
Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang tidak
haramonis.
h. Spiritual.
Nilai dan Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham agama
meyakini agamanya secara berlebihan.
a) Kegiatan Ibadah
Biasanya pada pasien dengan waham agama melakukan ibadah secara
berlebihan.
i. Status Mental.
j. Penampilan
Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan waham yang
ia rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang
ustadz.
k. Pembicaraan
Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah ke
wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak
sesuai dengankenyataan.
l. Aktivitas Motorik
Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang
berlebihan.
m. Alam Perasaan
Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang akan
melukai dan mengancam membunuhnya.Pada waham nihilistik merasa
sedih karena meyakini kalau dirinya sudah meninggal.
n. Interaksi Selama Wawancara
Pada pasien waham biasanya di temukan :
a) Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya.
b) Curiga : menunjukkan sikap / perasaan tidak percaya pada orang
lain.
o. Isi Pikir
Pada pasien dengan waham Kebesaran biasanya : klien mempunyai
keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan
secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
p. Proses Pikir
Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis,flight of
ideas,pengulangankata-kata.
q. Tingkat Kesadaran
Biasanya masih cukup baik

II. Diagnosa keperawatan


a. Gangguan isi fikir : waham
b. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah kronis
III. Intervensi

Dx Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
1 Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
tindakan keperawatan percaya dengan percaya menjadi
selama 3x24 jam menggunakan prinsip dasar interaksi
diharapkan pasien dapat komunikasi teraupetik. selanjutnya dalam
berkomunikasidengan 2. Sapa klien dengan ramah membina klien dalam
baik dan terarah baik verbal maupun non berinteraksi dengan
kreteria hasil : verbal baik dan benar,
1. Klien dapat 3. Perkenalkan diri dengan sehingga klien mau
membina hubungan sopan mengutarakan isi
saling percaya. 4. Tanyakan nama lengkap perasaannya
2. Klien dapat dan nama yang disukai 2. Meningkatkan
mengidentifikasikan klien. orientasi klien pada
kemampuan 5. Jelaskan tujuan pertemuan realita dan
yang dimiliki. 6. Jujur dan menepati janji meningkatkan rasa
3. Klien dapat 7. Tunjukkan rasa empati dan percaya klien pada
mengidentifikasi menerima klien dengan apa perawat.
kebutuhan yang adanya. 3. Suasana lingkungan
tidak dimiliki. 8. Jangan membantah dan persahabatan yang
mendukung waham klien. mendukung dalam
9. Katakan perawat menerima komunikasi
keyakinan klien. teraupetik.
10. Katakan perawat tidak 4. Mengetahui
mendukung keyakinan penyebab waham
klien. curiga dan intervensi
11. Yakinkan klien dalam selanjutnya yang
keadaan aman dan akan dilakukan oleh
terlindung “Anda berada klien.
ditempat aman dan 5. Reinforcement
terlindung”. positif dapat
12. Gunakan keterbukaan dan meningkatkan
kejujuran, jangan kemampuan yang
tinggalkan klien dalam dimiliki oleh klien
keadaan sendiri. dan harga diri klien.
13. Observasi apakah 6. Klien terdorong
wahamnya mengganggu untuk memilih
aktivitas sehari-hari dan aktivitas seperti
perawatan diri klien. sebelumnya tentang
14. Diskusikan dengan klien aktivitas yang pernah
kemampuan yang dimiliki dimiliki oleh klien.
pada waktu lalu dan saat 7. Dengan
ini. mendengarkan klien
15. Tanyakan apa yang bisa akan merasa lebih
dilakukan (kaitkan dengan diperhatikan
aktivitas sehari-hari dan sehingga klien akan
perawatan diri) kemudian mengungkapkan
anjurkan untuk melakukan perasaannya.
saat ini.
16. Jika klien selalu bicara
tentang wahamnya
dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak
ada. Perawat perlu
memperhatikan bahwa
klien sangat penting.
2 Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling 1. Membina hubungan
tindakan keperawatan percaya dengan : saling percaya.
selama 3x24 jam dihar a. Beri salam setiap Kontak yang jujur,
Pasien dapat berinteraksi berinteraksi singkat, konsisten
dengan orang lain b. Perkenalkan nama, dengan perawat
kriteria hasil : nama panggilan dapat membantu
1. Pasien dapat perawat dan tujuan klien membina
membina hubungan perawat berkenalan kembali interaksi
saling percaya c. Tanyakan dan penuh percaya
2. Pasien mampu panggil nama dengan orang lain.
menyebutkan kesukaan pasien 2. Keterlibatan orang
penyebab menarik d. Tunjukkan sikap terdekat dapat
diri jujur dan menepati membantu
3. Pasien mampu janji setiap kali membangun dan atau
menyebutkan berinteraksi kembali membentuk
keuntungan e. Tanyakan perasaan sistem pendukung
berhubungan sosial pasien dan masalah dan
dan kerugian yang dihadapi pasien mengintegrasikan
menarik diri f. Buat kontak interaksi klien kembali
yang jelas kedalam jaringan
g. Dengarkan dengan sosial
penuh perhatian 3. Solitude dan
ekspresi perasaan kesepian dapat
pasien diterima atau dengan
2. Tanyakan pada pasien pilihan, dan
tentang: perbedaan ini
a. Orang yang tinggal membantu klien
serumah atau mengidentifikasi apa
sekamar pasien yang terjadi pada
b. Orang yang paling dirinya sehingga
dekat dengan pasien dapat diambil
dirumah atau ruang langkah untuk
perawatan mengatasi masalah
c. Apa yang membuat ini.
pasien dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak
dekat dengan pasien
dirumah atau diruang
perawatan
e. Apa yang membuat
pasien tidak dekat
orang dengan
tersebut
f. Upayakan yang
sudah dilakukan agar
dekat dengan orang
lain
g. Diskusikan dengan
pasien penyebab
menarik diri atau
tidak mau bergaul
dengan orang lain
3. Beri pujian terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan perasaan
4. Tanyakan pada pasien
tentang :
a. Manfaat hubungan
sosial
b. Kerugian menarik
diri
c. Diskusikan bersama
pasien tentang
manfaat berhubungan
sosial dan kerugian
menarik diri
5. Beri pujian terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya.
3 Setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
tindakan keperawatan percaya percaya akan
selama 3x 24 jam Klien a. Sapa klien dengan menimbulkan
dapat melakukan ramah, baik verbal kepercayaan klien
hubungan sosial secara maupun nonverbal pada perawat
bertahap. b. Perkenalkan diri sehingga akan
Kriteria hasil : dengan sopan memudahkan dalam
1. Klien dapat c. Tanya nama lengkap pelaksanaan tindakan
mengidentifikasi klien dan nama selanjutnya.
kemampuan dan panggilan yang 2. Pujian akan
aspek positif yang disukai klien meningkatkan harga
dimiliki. d. Jelaskan tujuan diri klien.
2. Klien dapat menilai pertemuan, jujur dan 3. Peningkatan
kemampuan yang menepati janji kemampuan
dapat digunakan. e. Tunjukkan sikap mendorong klien
3. Klien dapat empati dan menerima untuk mandiri.
menetapkan dan klien apa adanya 4. Pelaksanaan kegiatan
merencanakan 2. Beri kesempatan untuk secara mandiri modal
kegiatan sesuai mengungkapkan awal untuk
dengan kemampuan perasaanya tentang meningkatkan harga
yang dimiliki penyakit yang dideritanya
a. Sediakan waktu
untuk mendengarkan
klien
b. Katakan pada klien
bahwa ia adalah
seorang yang
berharga dan
bertanggungjawab
serta mampu
menolong dirinya
sendiri.
c. Diskusikan
kemampuan dan
aspek positif yang
dimiliki kllien dan
beri pujian /
reinforcement atas
kemampuan
mengungkapkan
perasaannya
d. Saat bertemu klien,
hindarkan memberi
penilaian negatif.
3. Utamakan memberi pujian
yang realistis.
4. Diskusikan kemampuan
klien yang masih dapat
digunakan selama sakit
5. Diskusikan juga
kemampuan yang dapat
dilanjutkan penggunaan di
rumah sakit dan di rumah
nanti.
6. Rencanakan bersama klien
aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
7. Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi kondisi
klien
8. Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang
boleh klien lakukan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian relitas yang
salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi
secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berfikir bahwa ia memiliki banyak kekuatan dan
bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat dan sangat terkenal. hal
ini sesudah dengan penjelasan Varcarolis dalam fundamental of pshyatric mental health
nursing (2006 : 39) : grandeur: think he or she powers and talents that are not possed or is
someone fowerful or famous.
Proses terjadinya waham
a. Fase Lack of Huma need
b. Fase Lack of Self Esteem
c. Fase Control Internal Eksternal
d. Fase Environment Support
e. Fase Comforting
f. Fase Improving
DAFTAR PUSTAKA

Yosep, iyus,. (2010). keperawatan jiwa: Edisi Revisi. PT Refika Aditama

Nasir, Abdul., & Abdul Muhit. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: pengantar dan
teori. Jakarta:Salemba Medika.

Kusumawati, Farida., & Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai