Anda di halaman 1dari 9

KONSEP

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG SPIRITUALITAS DAN

RELIGIUSITAS

Disususn Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II

Dosen: Widyoningsih, M.Kep.,Sp,Kom

Disusun oleh:
Ainaya Fatikhaturrohmah 108118003

Fery Akbar Rizky 108118015


Silfia Triara Lestari 108118017
Debby Cynthia Laksono 108118023

Anisa Rahayu Ningtiyas 108118024

PROGRAM S1 KEPERAWATAN 3A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
AL –IRSYAD AL-ISLAMIYYAH
CILACAP
TAHUN 2021
A. DEFINISI
a. Spiritualitas
Spiritualitas adalah suatu keyakinan dalam hubungannya dengan
yang Maha Kuasa, Maha Pencipta (Hamid, 1999). Spiritualitas adalah
sifat alamiah manusia bahkan meskipun mereka mengaku tidak
beragama atau tidak mengikuti jenis agama tertentu. (Maslow, 1970)
Spiritualitas berasal dari bahasa latin spiritus yang berati “nafas
kehidupan”. Dalam definisinya, Spiritualitas adalah suatu cara untuk
menjadi (being) dan mengalami (experiencing) yang muncul karena
adanya kesadaran mengenai dimensi transenden dan dicirikan oleh
nilai nilai tertentu yang tampak baik dalam diri sendiri, orang lain,
alam, kehidupan dan apapun yang dianggap sebagai „yang hakiki‟ (the
ultimate). Spiritualitas membuat sesorang merasakan kerinduan dan
dorongan kuat untuk memahami berbagai hal dalam hidup, bisa
berkenaan dengan agama, ataupun yang lainnya (Ellen, dalam Ivtzan,
Chan, Gardner, & Prashar, 2011)

b. Religiusitas
Religiusitas adalah tingkat keimanan agama seseorang yang
dicerminkan dalam keyakinan, pengalaman dan tingkah laku yang
menunjuk kepada aspek kualitas dari manusia yang beragama untuk
menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik. Stark dan Glock (dalam
Setiawan, 2007) berpendapat bahwa terdapat lima dimensi
religiusitas yang merupakan komitmen religius, tekad dan itikad
yang berkaitan dengan hidup keagamaan. Lima dimensi religiusitas
tersebut, yaitu:
1) Dimensi keyakinan (the ideological dimention)
Dimensi keyakinan adalah tingkat sejauh mana seseorang
menerima dan mengakui hal-hal yang dogmatik dalam
agamanya. Misalnya keyakinan adanya sifat-sifat Tuhan,
adanya malaikat, surga, para Nabi, dan sebagainya.
2) Dimensi peibadatan atau praktik agama (the ritualistic
dimention)
Dimensi ini adalah tingkatan sejauh mana seseorang
menunaikan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya.
Misalnya menunaikan shalat, zakat, puasa, haji, dan
sebagainya.
3) Dimensi feeling atau penghayatan (the experiencal dimention)
Dimensi penghayatan adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan,
tentram saat berdoa, tersentuh mendengar ayat-ayat kitab suci,
merasa takut berbuat dosa, merasa senang doanya
dikabulkan, dan sebagainya.
4) Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension).
Dimensi ini adalah seberapa jauh seseorang mengetahui dan
memahami ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada dalam
kitab suci.
5) Dimensi effect atau pengamalan (the concequential dimension)
Dimensi pengalaman adalah sejauh mana implikasi ajaran
agama mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan
sosial. Misalnya mendermakan harta untuk keagamaan dan
sosial, menjenguk orang sakit, mempererat silaturahmi, dan
sebagainya.

Selanjutnya, menurut Wagnid dan Young (dalam Reich, dkk, 2010)


dalam mengembangkan spiritualitas, peran religiusitas cukup
penting, karena salah satu faktor internal yang mempengaruhi
spiritualitas adalah religiusitas (dalam Dhita Lutfi A. 2014).
B. PERBEDAAN
Di dalam penilitian, Davis, Kerr dan Robinson Kurplus (2003) mencoba
memahami realita religiusitas dan spiritualitas dengan menganalisa
sejumlah hasil penelitian. Dari penemuannya mereka menyimpulkan
bahwa religiusitas dan spiritualitas bisa saja dipisahkan swcara
konseptual karena religiusitas memiliki struktur teologi dan formalitas
yang tidak dimiliki oleh spiritualitas, tetapi dalam realita kehidupan
individu keduanya saling terkait. Namun, ada perbedaan antara
Religius dengan Spiritualis, diantaranya :
1. Religiusitas dianggap bersifat formal dan institusional karena
merefleksikan komitmen terhadap keyakinan dan praktek praktek
menurut tradisi (keagamaan) tertentu.
Sementara Spiritualitas diasosiasikan dengan pengalaman
personal yang bersifat fungsional, merefleksikan upaya individu
untuk memperoleh tujuan dan makna hidup (Zinnbauer,
Pargament, & scott, 1999; Hill et.al., 2000; Zinnbauer &
Pargament, 2005)
2. Religiusitas memiliki dasar teologi yang berasal dari ajaran
agama tertentu. Kehidupan manusia diarahan mengikuti prinsip
prinsip yang berasal dari Tuhan. Dasar teologi seperti ini tidak
dimiliki oleh spiritualitas (Hill dkk, 2000)
3. Dalam Religiusitas, terdapat dasar dasar teologi, pedoman dan
panduan dari agama, maka telah terdapat kerangka atau rujukan
untuk memahaminya. Sementara dalam spiritualitas tidak terdapat
panduan panduan tersebut, tetapi menjadi sebuah pencarian
personal bagi indivudu (Hill dkk, 2000)
C. KOMPONEN
1. Spiritualitas
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan
keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk
menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi
stress emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi spiritual
juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan
manusia (Kozier, 2004).
Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu
dimensi eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial
berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi
agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan
Yang Maha Penguasa. Spirituaiitas sebagai konsep dua dimensi.
Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha
Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi
horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan
orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus
menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002)
Menurut Ginanjar, (2004) dalam Rani, (2011) mengatakan
dimensi spiritualitas ada 3 macam yaitu tanggung jawab, pemaaf,
dan pengasih sedangkan dimensi spiritual itu sendiri merupakan
kekuatan dalam diri untuk tertimbulnya rasa kedamaian dan
kebahagiaan pada diri seseorang. Berikut definisi dimensi
spiritualitas menurut Ginanjar, 2004 (dalam Rani, 2011), yaitu:
1. Tanggung jawab
Tanggung jawab yaitu kemampuan dalam menyelesaikan
semua tugas sebagai wujud ihsan kepada Al-Wakil.
Sedangkan bertanggung adalah sikap dan kewajiban yang
mana dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan, Negara dan Tuhan.
2. Pemaaf
Pemaaf merupakan sikap menerima maaf dalam
mengikhlaskan masalah sebagai wujud ihsan pada Al-Ghafar
atau orang yang rela memberi maaf kepada orang lain tanpa
sedikit ada rasa benci dan keinginan untuk membalas semua
kesalahan-kesalahan yang pernah mereka perbuat.
3. Pengasih
Pengasih merupakan unsur dorongan dalam menyayangi
sesama manusia sebagai wujud ihsan pada Ar-Rahman atau
sebagai perwujudan rasa kasih sayang yang diwujudkan
dalam perlakuan dan sikap diri sendiri maupun ke sesama.

2. Religiusitas
Aspek religiusitas menurut kementrian dan lingkungan hidup RI 1987
(Caroline, 1999) religiusitas (agama Islam) terdiri dalam lima aspek:
1. Aspek iman menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan
Tuhan, malaikat, para nabi dan sebagainya.
2. Aspek Islam menyangkut freluensi, intensitas pelaksanaan ibadah
yang telah ditetapkan, misalnya sholat, puasa dan zakat.
3. Aspek ihsan menyangkut pengalaman dan perasaan tentang
kehadiran Tuhan, takut melnggar larangan dan lain-lain.
4. Aspek ilmu yang menyangkut pengetahuan seseorang tentang
ajaranajaran agama.
5. Aspek amal menyangkut tingkah laku dalam kehidupan
bermasyarakat, misalnya menolong orang lain, membela orang
lemah, bekerja dan sebagainya.

Verbit (Roesgiyanto, 1999) mengemukakan ada enam komponen


religiusitas dan masing-masing komponen memiliki empat dimensi.
Keenam komponen tersebut adalah :

1. Ritual yaitu perilaku seromonial baik secara sendiri-sndiri maupun


bersama-sama
2. Doctrin yaitu penegasan tentang hubungan individu dengan Tuhan
3. Emotion yaitu adanya perasaan seperi kagum, cinta, takut, dan
sebagainya.
4. Knowledge yaitu pengetahuan tentang ayat-ayat dan prinsip-
prinsip suci.
5. Ethics yaitu atauran-aturan untuk membimbing perilaku
interpersonal membedakan yang benar dan yang salah, yang baik
dan yang buruk.
6. Community yaitu penegasan tentang hubungan manusia dengan
makhluk atau individu yang lain.

Sedangkan dimensi dari komponen tersebut adalah :

1. Content, merupakan sifat penting dari komponen misalnya ritual


khusus, ide-ide, pengetahuan, prinsip-prinsip dan lain-lain.
2. Frequency, merupakan seberapa sering unsur-unsur atau ritual
tersebut dilakukan.
3. Intensity, merupakan tingkat komitmen.
4. Centrality, yaiutu hal-hal yang paling menonjol atau penting.

Menurut Glock (Rahmat, 2003) bahwa ada lima aspek atau dimensi
religiusitas yaitu :

1. Dimensi Ideologi atau keyakinan, yaitu dimensi dari keberagamaan


yang berkaitan dengan apa yang harus dipercayai, misalnya
kepercayaan adanya Tuhan, malaikat, surga, dsb. Kepercayaan atau
doktrin agama adalah dimensi yang paling mendasar.
2. Dimensi Peribadatan, yaitu dimensi keberagaman yang berkaitan
dengan sejumlah perilaku, dimana perilaku tersebut sudah
ditetapakan oleh agama, seperti tata cara ibadah, pembaptisan,
pengakuan dosa, berpuasa, shalat atau menjalankan ritual-ritual
khusus pada hari-hari suci.
3. Dimensi Penghayatan, yaitu dimensi yang berkaitan dengan
perasaan keagamaan yang dialami oleh penganut agama atau
seberapa jauh seseorang dapat menghayati pengalaman dalam
ritual agama yang dilakukannya, misalnya kekhusyukan ketika
melakukan sholat.
4. Dimensi Pengetahuan, yaitu berkaitan dengan pemahaman dan
pengetahuan seseorang terhadap ajaran-ajaran agama yang
dianutnya.
5. Dimensi Pengamalan, yaitu berkaitan dengan akibat dari ajaran-
ajaran agama yang dianutnya yang diaplikasikan melalui sikap dan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Polutzian (1996) klasifikasi menurut Glock & Stark yang


membagi agama ke dalam lima dimensi cukup representatif untuk
mengungkap religiuasitas seseorang. Diantara lima dimensi di atas,
dimensi pengetahuan dalam berbagai penelitian tidak memiliki
hubungan dengan variabel yang lain. Tidak adanya hubungan antara
dimensi pengetahuan dengan variabel lain dapat diketahui dari
penelitian Diana (1998) dan Prihastuti & Theresiawati (2003) dimana
dimensi religiusitas tidak berkaitan dengan kreatifitas dan metode
aktive coping. Berdasarkan hal di atas, maka dalam tulisan ini dimensi
pengetahuan tidak dimasukkan sebagai dimensi religiusitas yang
diteliti.
Daftar Pustaka

Ancok, D dan Suroso, F. N. 2001. Psikologi Islami,. Yogyakarta : Penerbit


Pustaka Pelajar
Amir Y, Rini Lesmawati D. 2016. RELIGIUSITAS DAN SPIRITUALITAS:
KONSEP YANG SAMA ATAU BERBEDA?. Jurnal Ilmiah Penelitian
Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris Vol. 2., No. 2.2016. Hal. 67-73.
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.Hamka.
Caroline, C. 1999. Hubungan antara Religiusitas Dengan Tingkat Penalaran
Moral Pada Pelajar Madrasah Mu”Allimat Muhammadiyah Yogyakarta,
Yoyakarta: Fakultas Psikologi UGM
Darwati, T.E., 2003, Hubungan Antara Kemasakan Sosial Dengan
Kompetensi Interpersonal Pada Remaja, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII.
Dister, N.S. 1988. Psikologi Agama. Yogyakarta : Kanisius
Echols, J.M, and Shadily, H. 1983. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta
:Penerbit P.T. Gramedia.
Madjid, R. 1997. Islam Kemoderenan dan Ke-Indonesiaan. Bandung : Mizan
Pustaka Mangunwijaya, Y. B. 1986. Menumbuhkan Sikap Religiusitas
Anak. Jakarta : Gram
Najoan Danny. 2020. Memahami Hubungan Religiusitas Dan Spiritualitas Di
Era Milenial. Fakultas Teologi, Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Anda mungkin juga menyukai