Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia adalah mahluk yang paling tinggi derajatnya
dibandingkan makhluk tuhan yang lainnya. karena manusia telah
diberkahi dengan akal dan fikiran yang bisa membuat manusia tampil
sebagai khalifah dimuka bumi ini.Akal dan fikiran ini lah yang
membuat manusia bisa berubah dari waktu ke waktu.
Dalam kehidupan manusia sulit sekali dipredeksi sifat dan
kelakuannya bisa berubah sewaktu-waktu. Kadang dia baik,dan tidak
bisa bisa dipungkiri juga banyak manusia yang jahat dan dengki pada
sesame manusia dan makhluk tuhan lainnya. Setiap manusia
kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap angung atau
maha.kepercyaan inilah yang disebut sebagai spriritual.
Spiritual ini sebagai kontrol manusia dalam bertindak, jadi spiritual
juga bisa disebut sebagai norma yang mengatur manusia dalam
berperilaku dan bertindak. Dalam ilmu keperawatan spiritual juga
sangat diperhatikan.Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual
dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna, harapan, kerukunan, dan
sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati
bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan
seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan.
Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra-, inter-,
dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia
yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan
dimanifestasikan dalam pemikiran dan prilaku serta dalam
hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey
& Guzzetta, 2000).

Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu


dimensi biologis, sosial, perilaku dankultural. Seksualitas dari dimensi

1
biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alatkelamin, termasuk
bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal
organreproduksi dan dorongan seksual (BKKBN, 2006).
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan
bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran
atau jenis (BKKBN, 2006).Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana
seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana
pengaruh lingkungan dalam membentukpandangan tentang seksualitas
yang akhirnya membentuk perilaku seks (BKKBN, 2006)
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengetian spiritual?
2. Bagaimana hubungan spiritual, sehat, dan sakit?
3. Bagaimana hubungan keyakinan dan pelayanan kesehatan?
4. Bagaimana perkembangan spiritual?
5. Apa saja faktor perkembangan spiritual?
6. Apa peranan spiritual dalam ilmu kesehatan?
7. Bagaimana konsep tentang seksualitas?
8. Bagaimana Sikap terhadap kesehatan seksual?
9. Bagaimana Perkembangan seksual?
10. Bagaimana Respon seksual?
11. Apa saja masalah yang berhubungan dengan seksualitas?
1.3. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui pengetian spiritual
2. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui hubungan spiritual,
sehat, dan sakit
3. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui hubungan keyakinan
dan pelayanan kesehatan
4. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui perkembangan
spiritual
5. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui faktor perkembangan
spiritual

2
6. Mahasiswa dapat memahami peranan spiritual dalam ilmu
kesehatan
7. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui konsep tentang
seksualitas
8. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui Sikap terhadap
kesehatan seksual
9. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui Perkembangan
seksual
10. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui Respon seksual
11. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui apa saja masalah
yang berhubungan dengan seksualitas
1.4. Manfaat
Makalah konsep keperawatan spiritual dan seksual ini bermafaat
agar mahasiswa mengetahui dan memahami konsep keperawatan
spiritual dan seksual secara lebih mendalam. Dan bisa mengungasai
pembelajaran psikososial yang saat ini ditempuh

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Spiritual


Definisi spiritual lebih sulit dibandingkan mendifinisikan
agama/religion, dibanding dengan kata religion, para psikolog
membuat beberapa definisi spiritual, pada dasarnya spitual mempunyai
beberapa arti, diluar dari konsep agama. kita berbicara masalah orang
dengan spirit atau menunjukan spirit tingkah laku . kebanyakan spirit
selalu dihubungkan sebagai factor kepribadian.
Secara pokok spirit merupakan energi baik secara fisik dan
psikologi,Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata
benda bahasa latin ‘Spiritus” yang berarti nafas (breath) dan kata kerja
“Spirare” yang berarti bernafas.
Secara etimologi kata “sprit” berasal dari kata Latin “spiritus”,
yang diantaranya berarti “roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak
berbadan, nafas hidup, nyawa hidup.” Dalam perkembangannya,
selanjutnya kata spirit diartikan secara lebih luas lagi. Para filosuf,
mengonotasian “spirit” dengan:
(1) kekuatan yang menganimasi dan memberi energi pada cosmos,
(2) kesadaran yang berkaitan dengan kemampuan, keinginan, dan
intelegensi,
(3) makhluk immaterial,
(4) wujud ideal akal pikiran (intelektualitas, rasionalitas, moralitas,
kesucian atau keilahian).
Secara psikologik, spirit diartikan sebagai “soul” (ruh), suatu
makhluk yang bersifat nir-bendawi (immaterial being). Spirit juga
berarti makhluk adikodrati yang nir-bendawi. Karena itu dari
perspektif psikologik, spiritualitas juga dikaitkan dengan berbagai
realitas alam pikiran dan perasaan yang bersifat adikodrati, nir-
bendawi, dan cenderung “timeless & spaceless”.

4
Termasuk jenis spiritualitas adalah Tuhan, jin, setan, hantu, roh-
halus, nilai-moral, nilai-estetik dan sebagainya. Spiritualitas agama
(religious spirituality, religious spiritualness) berkenaan dengan
kualitas mental (kesadaran), perasaan, moralitas, dan nilai-nilai luhur
lainnya yang bersumber dari ajaran agama.
Spiritualitas agama bersifat Ilahiah, bukan bersifat humanistik
lantaran berasal dari Tuhan. Spiritual dalam pengertian luas merupakan
hal yang berhubungan dengan spirit ,sesuatu yang spiritual memiliki
kebenaran yang abadi yang berhubungan dengna tujuan hidup
manusia, sering dibandingkan dengan Sesuatu yang bersifat duniawi,
dan sementara, Didalamnya mungkin terdapat kepercayaan terhadap
kekuatan supernatural seperti dalam agama , tetapi memiliki
penekanan terhadap pengalaman pribadi.
Spiritual dapat merupakan eksperesi dari kehidupan yang
dipersepsikan lebih tinggi, lebih kompleks atau lebih terintegrasi dalam
pandangan hidup seseorang,dan lebih dari pada hal yang bersifat
indrawi. Salah satu aspek dari menjadi spiritual adalah memiliki arah
tujuan, yang secara terus menerus meningkatkan kebijaksanaan dan
kekuatan berkehendak dari seseorang, mencapai hubungan yang lebih
dekat dengan ketuhanan dan alam semesta dan menghilangkan ilusi
dari gagasan salah yang berasal dari alat indra , perasaan, dan pikiran.
Pihak lain mengatakan bahwa aspek spiritual memiliki dua proses,
pertama proses keatas yang merupakan tumbuhnya kekuatan internal
yang mengubah hubungan seseorang dengan Tuhan , kedua proses
kebawah yang ditandai dengan peningkatan realitas fisik seseorang
akibat perubahan internal.
Konotasi lain perubahan akan timbul pada diri seseorang dengan
meningkatnya kesadaran diri, dimana nilai-nilai ketuhanan didalam
akan termanifestasi keluar melalui pengalaman dan kemajuan diri,
Apakah ada perbedaan antara spiritual dan religious? Spiritualitas
ádalah kesadaran diri dan kesadaran individu tentang asal , tujuan dan
nasib.

5
Agama ádalah kebenaran mutlak dari kehidupan yang memiliki
manifestasi fisik diatas dunia. Agama merupakan praktek prilaku
tertentu yang dihubungkan dengan kepercayaan yang dinyatakan oleh
institusi tertentu yang dihubungkan dengan kepercayaan yang
dinyatakan oleh institusi tertentu yang dianut oleh anggota-anggotanya.
Agama memiliki kesaksian iman ,komunitas dan kode etik, dengan
kata lain spiritual memberikan jawaban siapa dan apa seseorang itu
(keberadaan dan kesadaran) , sedangkan agama memberikan jawaban
apa yang harus dikerjakan seseorang (prilaku atau tindakan).Seseorang
bisa saja mengikuti agama tertentu , namun memiliki spiritualitas .
Orang – orang dapat menganut agama yang sama, namun belum
tentu mereka memiliki jalan atau tingkat spiritualitas yang sama.
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek :
1. Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau
ketidakpastian dalam kehidupan,
2. Menemukan arti dan tujuan hidup,
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan
kekuatanda dalam diri sendiri,
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan
yang maha tinggi.
Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti mempercayai atau
mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Konsep
kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama kepercayaan
didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan
seperti Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan
didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan Ketuhanan,
Kekuatan tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau kuasa,
sesuatu perasaan yang memberikan alasan tentang keyakinan (belief)
dan keyakinan sepenuhnya (action), harapan (hope), harapan
merupakan suatu konsep multidimensi, suatu kelanjutan yang sifatnya

6
berupa kebaikan, dan perkembangan, dan bisa mengurangi sesuatu
yang kurang menyenangkan.
Agama adalah sebagai sistem organisasi kepercayaan dan
peribadatan dimana seseorang bisa mengungkapkan dengan jelas
secara lahiriah mengenai spiritualitasnya. Agama adalah suatu sistem
ibadah yang terorganisir atu teratur. Definisi spiritual setiap individu
dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup,
kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan.
Spiritualitas juga memberikan suatu perasaan yang berhubungan
dengan intrapersonal (hubungan antara diri sendiri), interpersonal
(hubungan antara orang lain dengan lingkungan) dan transpersonal
(hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu hubungan dengan
ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi).
Adapun unsur-unsur spiritualitas meliputi kesehatan spiritual,
kebutuhan spiritual, dan kesadaran spiritual. Dimensi spiritual
merupakan suatu penggabungan yang menjadi satu kesatuan antara
unsur psikologikal, fisiologikal, atau fisik, sosiologikal dan spiritual.
2.2. Hubungan Spiritual, Sehat dan Sakit
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan dan prilaku klien. Beberapa pengaruh
yang perlu dipahami:
1. Menuntun kebiasaan sehari-hari
Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi
klien, sebagai contoh: ada agama yang menetapkan diet makanan yang
boleh dan tidak boleh dimakan.

2. Sumber dukungan
Pada saat stress, individu akan mencari dukungan dari keyakinan
agamanya.  sumber kekuatan sangat diperlukan untuk dapat menerima

7
keadaan  sakitnya khususnya jika penyakit tersebut membutuhkan
waktu penyembuhan yang lama.
3. Sumber konflik
Pada suatu situasi bisa terjasi konflik antara keyakinan agama
dengan praktik kesehatan. Misalnya: ada yang menganggap
penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan
2.3. Hubungan Keyakinan dengan Pelayanan Kesehatan
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan
oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka
hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang
dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang
mampu membangkitkan dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta.
Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan
harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual.
Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat
pasien kritis atau menjelang ajal.
Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan
pelayanan  kesehatan,  di  mana  kebutuhan  dasar  manusia  yang
diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek
biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu
membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.
2.4. Perkembangan Spiritual
1. Bayi dan todler (1-3 tahun)
Tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya
dengan yang mengasuh dan sejalan dengan perkembangan rasa
aman, dan dalam hubungan interpersonal, karena sejak awal
kehidupan mengenal dunia melalui hubungan dengan lingkungan
kususnya orangtua. Bayi dan todler belum memiliki rasa bersalah
dan benar, serta keyakinan spiritual. Mereka mulai meniru kegiatan
ritual tanpa tau arti kegiatan tersebut dan ikut ketempat ibadah
yang mempengaruhi citra diri mereka.

8
2. Prasekolah
Sikap orang tua tentang moral dan agama mengajarkan
pada anak tentang apa yang dianggap baik dan buruk.anak pra
sekolah belajar dari apa yang mereka lihat bukan pada apa yang
diajarkan. Disini bermasalah jika apa yang terjadi berbeda dengan
apa yang diajarkan.
3.  Usia sekolah
Anak usia sekolah Tuhan akan menjawab doanya, yang
salah akan dihukum dan yang baik akan diberi hadiah. Pada mas
pubertas , anak akan sering kecewa karena mereka mulai
menyadari bahwa doanya tidak selalu dijawab menggunakan cara
mereka dan mulai mencari alasan tanpa mau menerima keyakinan
begitu saja.
Pada masa ini anak mulai mengambil keputusan akan
meneruskan  atau melepaskan agama yang dianutnya karena
ketergantungannya pada orang tua. Remaja dengan orang tua
berbeda agama akan memutuska memilih pilihan agama yang
dianutnya atau tidak memilih satupun dari agama orangtuanya.
4.  Dewasa
Kelompok dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan
bersifat keagamaan dari anaknya akan menyadari apa yang
diajarkan padanya waktu kecil dan masukan tersebut dipakai untuk
mendidik anakya.
5. Usia pertengahan
Usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak
waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai
agama yang di yakini oleh generasi muda.

9
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual
1. Perkembangan Usia  
Perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan
kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki
cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.
2. Keluarga 
Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam
pemenuhan kebutuhan spiritual, karena keluarga memilki ikatan
emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Ras/suku 
Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda,
sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai
dengan keyakinan yang dimiliki.
4. Agama yang dianut 
Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh
seseorang dapat menetukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
5. Kegiatan keagamaan 
Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu
mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan, dan selalu mende
katkan diri kepada Penciptanya.
2.6. Penerapan Spiritual dalam Ilmu Kesehatan
A. Beberapa orang yang membutuhkan bantuan spiritual
1. Pasien Kesepian. Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang
menemani akan membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan
tidak ada kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya
selain Tuhan.
2. Pasien Ketakutan dan cemas. Adanya ketakutan atau kecemasan
dapat menimbulkan pasien kacau, yang dapat membuat pasien
membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan ketenangan yang paling besar
adalah bersama Tuhan.

10
3. Pasien menghadapi pembedahan. Menghadapi pembedahan adalah
sesuatu yang sangat mengkhawatirkan karena akan timbul perasaan antara
hidup dan mati. Pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal ini adalah
Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan
spiritual.
Pasien yang harus mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup
dapat membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan Tuhan
(kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan
keyakinan bila ke arah yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan
gaya hidup kea rah yang lebih baik, maka pasien akan lebih
membutuhkan dukungan spiritual.
B. Masalah Spiritual
Ketika penyakit, kehilangan, atau nyeri menyerang seseorang,
kekuatan spiritual dapat membantu seseorang kearah penyembuhan
atau pada perkembangan kebutuhan dan perhatian spiritual.selama
penyakit atau kehilangan, misalnya saja, individu sering menjadi
kurang mampu untuk merawat diri mereka sendiri dan lebih
bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan.
Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang
mencari makna tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat
mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain.
Individu mungkin mempertanyakan nilai spiritual mereka, mengajukan
pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan hidup, dan sumber
dari makna hidup.
1. Penyakit Akut
Penyakit yang mendadak, tidak diperkirakan, yang
menghadapkan baik ancaman langsung atau jangka panjang
terhadap kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan klien dapat
menimbulkan distress spiritual bermakna.
Penyakit atau cedera dapat dipandang sebagai hukuman,
sehingga klien menyalahkan diri mereka sendiri karena
mempunyai kebiasaan kesehatan yang buruk, gagal untuk

11
mematuhi tindakan kewaspadaan keselamatan atau menghindari
pemeriksaan kesehatan secara rutin. Konflik dapat berkembang
sekitar keyakinan individu dan makna hidup. Individu mungkin
mempunyai kesulitan memandang masa depan dan dapat terpuruk
tidak berdaya oleh kedukaan.
Kemarahan bukan hal yang tidak wajar, dan klien mungkin
mengekspresikannya terhadap Tuhan, keluarga, dan/atau diri
mereka sendiri. Kekuatan spiritualitas klien mempengaruhi
bagaimana mereka menghadapi penyakit mendadak dan bagaimana
mereka dengan cepat beralih kearah penyembuhan.
2. Penyakit Kronis
Seseorang dengan penyakit kronis sering menderita gejala
yang melumpuhkan dan mengganggu kemampuan untuk
melanjutkan gaya hidup normal mereka. Kemandirian dapat sangat
terancam, yang mengakibatkan ketakutan, ansietas, kesedihan yang
menyeluruh.
Ketergantungan pada orang lain untuk mendapat perawatan
rutin dapat menimbulkan perasaan tidak berdaya dan persepsi
tentang penurunan kekuatan batiniah. Seseorang mungkin merasa
kehilangan tujuan dalam hidup yang mempengaruhi kekuatan dari
dalam yang diperlukan untuk mengahdapi perubahan fungsi yang
dialami. Kekuatan tentang spiritualitas seseorang dapat mejadi
factor penting dalam cara seseorang menghadapi perubahan yang
diakibatkan oleh penyakit kronis.
Keberhasilan dalam mengatasi perubahan yang diakibatkan
oleh penyakit kronis dapat menguatkan seseorang secara spiritual.
Reevaluasi tentang hidup mungkin terjadi. Mereka yang kuat
secara spiritual akan membentuk kembali identitas diri dan hidup
dalam potensi mereka.

12
3. Penyakit Terminal
Penyakit terminal umumnya menyebabkan ketakutan
terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian, dan ancaman
terhadap integritas (Turner et al, 1995). Klien mungkin mempunyai
ketidak pastian tentang makna kematian dan dengan demikian
mereka menjadi sangat rentan terhadap distress spiritual. Tedapat
juga klien yang mempunyai rasa spiritual tentang ketenangan yang
memampukan mereka untuk menghadapi kematian tanpa rasa
takut.
Individu yang mengalami penyakit terminal sering
menemukan diri meraka menelaah kembali kehidupan mereka dan
mempertanyakan maknanya. Pertanyaan-petanyaan umum yang
diajukan dapat mencakup, “ mengapa hal ini terjadi pada saya’’
atau “apa yang telah saya lakukan sehingga hal ini terjadi pada
saya” keluarga dan teman-teman dapat terpengaruhi sama halnya
yang klien alami.
Fryback (1992) melakukan penelitian untuk, mengetahui
bagaimana individu dengan penykit terminal menggambarkan
tentang kematian. Klien yang termasuk dalam penelitian
mengidentifikasikan tiga domain kesehatan sebagai berikut:
mental-emosi, spiritual dan fisik. Domain spiritual dipandang
sebagai hal penting dalam hal kesehatan dan mencakup
mempunyai hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi,
menghargai moralitas seseorang dan menumbuhkan aktualisasi
diri.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa penelitian
tersebut menunjukkan klien yang mempunyai penyakit
terminalmempunyai persepsi dalam Keadaan tidak sehat,persepsi
tersebut bukan karena penyakitnya tetapi karena sedang tidak
mampu menjalani hidup mereka dengan sempurna dan tidak
mampu melakukan hal-hal yang mereka inginkan.

13
2.7. Konsep tentang seksualitas.
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan
manusia. Lingkup anseksualitas suatu yang lebih luas dari pada
hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatanhubungan fisik
seksual. Kondisi Seksualitas yang sehat juga menunjukkan
gambaran kualitas kehidupan manusia, terkait dengan perasaan
paling dalam, akrab dan intim yang berasal darilubuk hati yang
paling dalam, dapat berupa pengalaman, penerimaan dan ekspresi
dirimanusia.Seks adalah perbedaan badani atau biologis
perempuan dan laki-laki, yangseringdisebut jenis kelamin yaitu
penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan.
Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas,
yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dankultural. Seksualitas dari
dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan
alatkelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan
memfungsikan secara optimal organreproduksi dan dorongan
seksual (BKKBN, 2006).
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan
bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas
peran atau jenis (BKKBN, 2006).Dari dimensi sosial dilihat pada
bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia,
bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentukpandangan
tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks
(BKKBN, 2006)
Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi
perilaku seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan
dorongan atau hasrat seksual (BKKBN, 2006)
2.8. Sikap terhadap kesehatan seksual.
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang terkait dengan
seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang bebas namun
bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya

14
misalnya dalam menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam
batasan yang diperbolehkan oleh norma dalam masyarakat atau
agama. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau
gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual
individu perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati (BKKBN,
2006).
2.9. Perkembangan seksual.
- Masa Dewasa
Dewasa telah mencapai maturasi tetapi terus untuk
mengesplorasi dan menemukan maturasi emosional dalam
hubungan. Dewasa mudah secara tradisonal dipandang sebagai
berperan dalam melahirkan anak atau membesarkan anak. Model
ini menggambarkan sebagian besar orang dewasa. Keintiman dan
seksualitas juga merupakan masalah bagi orang dewasa yang
memilih untuk tidak melakukan hubungan seks, tetap melajang
karena pilihan sendiri atau karena situasi tertentu tetap
menginginkan aktivitas seksul, yaitu mereka yang melajang setelah
memutuskan hubungan, mereka yang homoseksul, mereka yang
tidak mempunyai anak berdasarkan pilihan, atau mereka yang tidak
mampu melahirkan anak.
Sambil mengembangkan hubungan yang intim, semua
orang dewasa yang secara seksual aktif harus belajar teknik
stimulasi dan respon seksual yang memuaskan bagi pasangan
mereka beberapa orang dewasa mungkin hanya memerlukan isi
untuk beresksperimen dengan perilaku.plihan atau keyakinan
bahwa ekspresi seksual selain dari senggama penis-vagina adlah
normal. Orang dewasa dapat didorong untuk mengungkapkan
kepada pasangan mereka tipe stimuli dan seksual atau kasih sayang
yang dianggap sebagai memuaskan. Pengenalan secara mutual
tentang keinginan dan preverensi dan negosiasi praktik seksual
mencetuskan Y seksual yang positif. Penyuluhan keagaman, nilai
keluarga, dan sikap keluarga mempengaruhi penerimaan terhadap

15
sebagian bentuk stimulasi atau mungkin akan mempunyai efek
emosional residual seperti rasa bersalah atau ansietas dan disfungsi
seksual.
Pada akhir masa dewasa individu menyesuiakan diri
terhadap perubahan social dan emosi sejalan denga anak-anak
mereka meninggalkan rumah.pembaruan kembali keintiman dapat
memungkinkan atau diperlukan diantara pasangan.nmun demikian
salah sati atau kedua pasangan dapat mengalami ancaman terhadap
gambaran diri karena tubuh ltelah menua dan mungkin berupaya
untuk mencapai kemudaan melalui hubunga seksual dengan
pasangan yang jauh lbh muda.jika di inginkan pasangan dapat di
bantu untuk mennemukan sesuatu yang baru atau kegairahan baru
galam hubungan monogami yang langgeng melalui percobaan
posisi teknik seksual dan penggunaan fantasi.
- Masa Dewasa Muda Dan Pertengahan Umur
Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup
dengan ciri seks sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur
18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi perubahan
hormonal: pada wanita ditandai dengan penurunan estrogen,
pengecilan payu darah dan jaringan vagina, penurunan cairan
vagina selanjutnya akan tejadi penurunan reaksi ereksi. Pada pria
di tandai dengan penurunan ukuran penis serta penurunan semen.
Dari perkembangan psikososial, sudah mulai terjadi hubungan
intim antara lawan jenis proses pernikahan dan memiliki anak
sehingga terjadi perubahan peran.

- Masa dewasa tua


Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di
antaranya adalah atropi pada vagina dan jaringan payudara,
penurunan cairan vagina, dan penurunan intensitas orgasme pada

16
wanita sedangakan pada pria akan mengalami penurunan produksi
sperma, berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian
ereksi dan pembesaran kelenjar prostat.
- Masa Dewasa Tua (Lansia)
Seksualitas dalam usia tua beralih dari penekanan pada
prokreasi menjdi penekanan pada pertemanan kedekatan fisik
komunikasi intim dan hubungan fisik mncri ksenangan (Ebersole
& Hess 1994).Tidak ada alasan bagi individu tidak dapat tetap aktif
secara seksual sepanjang mereka memilihnya.Hal ini dapat secara
efektif dipenuhi dengen mempertahankan aktifitas seksual scra
teratur sepanjang hidup,terutama seks bagi wanita hubungan
senggama teratur membantu mempertahankan elastisitas vagina
mncegah atrofi dan mempertahankan kemampuan untuk lubrikasi.
Namun demikian proses penuaan mempengaruhi perilaku seksual.
Perubahan fisik yang terjadi bersama proses penuaan harus
dijelaskan kepada klien lansia. Lansia mungkin juga menghadapi
kekuatiran kesehatan yang membuat sulit bagi mereka untuk
melanjutkan aktifitas seksual.dewasa yang menua mungkin harus
menyesuaikan tindakan seksual dan berespons terhadap penyakit
kronis medikasi sakit dan nyeri atau masalah kesehatan lainnya.
2.10. Respon seksual.
Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang
terjadi berturut-turut. Normal pada umumnya mengacu pada
panjang siklus masing-masing fase, dan hasil bercinta yang
memuaskan. Empat tahapan siklus respon seksual:
1. Kegembiraan
2. Plateau
3. Orgasme
4. Resolusi
Keempat fase yang dialami oleh laki-laki dan perempuan,
meskipun waktu dan panjangdurasi dari masing-masing bervariasi
antara kedua jenis kelamin. Selain itu, intensitas darimasing-

17
masing fase dapat bervariasi antara setiap orang, dan antara laki-
laki dan perempuan.
1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung
dari beberapa menitsampai beberapa jam. Beberapa karakteristik
dari fase kegembiraan meliputi:
a. Peningkatan ketegangan otot
b. Peningkatan denyut jantung
c. Perubahan warna kulit
d. Aliran darah ke daerah genital
e. Mulainya pelumasan Vagina
f. Testis membengkak dan skrotum mengencang
2.Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme.
Beberapa perubahan yang terjadi dalam fase ini meliputi :
a. Fase kegembiraan meningkat
b. Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
c. Klitoris menjadi sangat sensitive
d. Testis naik ke dalam skrotum
e. Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung,
dan tekanan darah
f. Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
3.Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan
merupakan faseterpendek, hanya berlangsung beberapa detik.
Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:
a. Kontraksi otot tak sadar
b. Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat
pernapasan
c. Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim
berirama
d.Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan
kekuatan ejakulasi
e. Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh

18
4. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh s
ecara perlahankembali ke tingkat fisiologis normal.
Fase resolusi ditandai dengan relaksasi,keintiman,dan
seringkali kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan
faseresolusi sebelum kembali ke aktivitas seksual dan kemudian
orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu pemulihan
sebelum orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia laki-laki,
panjang dari fase refraktori akan sering meningkat.
Disfungsi seksual yang paling umum pada pria adalah
ejakulasi dini. Masalahini terjadi ketika ada pemendekkan fase
kegembiraan dan fase plateau. Dalam rangkauntuk mencegah
ejakulasi dini, seorang pria harus belajar bagaimana
memperlambatfase kegembiraan dan fase plateau, yang dapat
dicapai hanya dengan teknik yang benar dan latihan.
2.11. Masalah yang berhubungan dengan seksualitas.
Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:
1. Ketidaktahuan mengenai Seks.
Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui
dimana letak klitorisnya sendiri.Sebuah hal yang sebenarnya sangat
penting tetapi tidak diketahui oleh banyak orang.Masalah
ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-betul merakyat. Ini
berpangkal darikurangnya pendidikan seks yang sebagian besar
dari antara masyarakat tidak memperolehnya pada waktu remaja.
Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas informasi,
bukan pendidikan. Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan
pendidikan seks di sekolah atau lembaga formal lainnya.
Akibatnya, keingintahuan soal seks didapatkannya dari
berbagai media. Untuk ituorang tua hendaknya memberikan
pendidikan soal sekskepada anak-anaknya sejak dini. Salahsatunya
dengan memisahkan anakanaknya tidur dalam satu kamar setelah
berusia sepuluhtahun, sekalipun sama-sama perempuan atau laki-

19
laki. Demikian halnya denganmenghindarkan anak-anaknya mandi
bersama keluarga atau juga temantemannya.
Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya
soal seks. Jawaban-jawaban yangdiberikan hendaknya mudah
dimengerti dan sesuai dengan usia si anak. Karena itulah, orangtua
dituntut membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan
tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi anak akan
terjadi pada usia 13 ± 15 tahun pada pria dan 12 ± 14 tahun pada
wanita. Saat itulah yang dinamakan masa pubertas yaitu masa
peralihan dari masaanak-anak menjadi remaja. Pada saat itu pula,
mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya.
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak serta
penuh keingintahuan dan petualangan akan hal-hal baru sebagai
bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak.Sayangnya, banyak
di antara mereka tidak menyadari beberapa pengalaman yang
tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa ingin
tahu para remaja kadang-kadangkurang disertai pertimbangan
rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Itu pun
terjadiakibat kurangnya kontrol orang tua dan minimnya
pendidikan seks dari sekolah atau lembaga formal lainnya.
2. Kelelahan
Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui
pasangan pada jaman ini dalammelakukan hubungan seks. Apalagi
dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang wanita harusikut
bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada
waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan
pasangan yang sedang lelah jarangmerasakan bahwa hubungan
seks menarik minat. Akhirnya mereka memilih untuk
tidur.Kelelahan bisa menyebabkan bertambahnya usaha yang
diperlukan untuk memuaskankebutuhan lawan jenis dan
merupakan beban yang membuat kesal yang akhirnya
bisamemadamkan gairah seks.

20
3. Konflik
Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang
berwujud sebagai perangterbuka atau tidak mau berbicara sama
sekali satu sama lain. Konflik menjadi kendalahubungan emosional
mereka. Bahkan ini bisa menggeser proses foreplay. Pasangan
dapatmempertajam perselisihan mereka dengan menghindari seks
atau mengeluarkan ungkapan negatif atau membandingkan dengan
orang lain, yang sangat melukai perasaan pasangannya.Kemarahan
dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa menyebabkan
sejumlah masalahseksual antara lain masalah ereksi, hilang gairah
atau sengaja menahan diri untuk tidak bercinta. Perbedaan antara
satu orang dan lainnya biasanya tidak baik dan tidak juga
buruk.Jadi haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan.
Kemarahan, ketegangan atau perasaankesal akan selalu
menghambat gairah seks.
4. Kebosanan
Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam,
seks bisa dianggap seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang
rutin sebelum tidur sering menjadi berlebihan sampai kesuatu titik
yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan itu adalah
kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan anda
tidak terpenuhi. Masalah ini

21
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kebutuhan spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan
antar manusia dengan beberapa kekuatan diatasnya, kreatif,
kemuliaan.Peran   perawat   adalah  bagaimana  perawat   mampu
mendorong klien untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai
kondisi, Sehingga klien mampu menghadapi, menerima dan
mempersiapkan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri
individu tersebut. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa religi adalah proses pelaksanaan suatu kegiatan ibadah yang
berkaitan dengan keyakinan tertentu. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk menunjukkan spiritualitas diri mereka.
Sedangkan spiritual memiliki konsep yang lebih umum mengenai
keyakinan seseorang. Terlepas dari prosesi ibadah yang dilakukan sesuai
dengan keyakinan dan kepercayaan tersebut. Keyakinan merupakan hal
yang lebih dalam dari suatu kepercayaan seorang individu. Keyakinan
mendasari seseorang untuk bertindak atau berpikir sesuai dengan
kepercayaan yang ia ikuti.
Seksualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kebutuhan
seksual yang dialami oleh orang dewasa merupakan kebutuhan seks yang
mengalami penurunan fungsi organ reproduksi mengakibatkan
kecanggungan dalam hubungan pasangan suami istri.
Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual adalah
pola seksual dan perubahan disfungsi seksual. Pola seksual mengandung
arti bahwa suatu kondisi seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami perubahan kesehatan seksual.
Disfungsi seksual adalah keadaan dimana seseorang mengalami
atau beresiko mengalami perubahan fungsi seksual yang negatif yang di
pandang sebagai tidak berharga dan tidak memadainya fungsi seksual.

22
B. Saran
1. Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan agar mahasiswa dapat
menguasai dan menerapkan konsep kesehatan Spiritual ini. Terus
mengembangkan dalam tindakan nyata pada kehidupan dimasyarakat.
2. Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan makalah ini dapat digunakan
sebagai acuan tambahan pembelajaran bagi ilmu keperawatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan makalah ini dapat dijadikan
referensi tambahan
4. Bagi mahasiswa keperawatan dan umumnya bagi ahli medis
diharapakan mampu memahami dan menerapkan keilmuan mengenai
seksualitas dalam keperawatan ini dalam asuhan keperawatan kepada
klien dan diri sendiri.

23
DAFTAR PUSTAKA

Dr.liza,2011.konsepspiritual.sangobsesi.
Jeany.blogs.spot.com-makalahkonsepdasarspiritual.Rabu,04Januari2012.
Kurniawan,bayu.blogs.spot.comkebutuhanspiritualpasien.November25,20
11

24

Anda mungkin juga menyukai