Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu
penulis, sehingga penulis merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah
ini. Atas bimbingan yang telah berikan, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan
masih belum sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
mendukung dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini. Dan penulis
berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi
diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.

Jambi, Maret 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Normal Safety ( Standart Safety) ................................................................... 3


2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keselamatan Pasien ............................. 7
2.3 Altered Safety................................................................................................. 9
2.4 Asuhan Keperawatan pada Pasien ............................................................... 12

BAB 3 : PENUTUP

3.1 Simpulan ...................................................................................................... 22


3.2 Saran ............................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gerakan “patient safety” atau keselamatan pasien telah menjadi spirit dalam
pelayanan rumah sakit diseluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit dinegara maju
yang menerapkan keselamatan pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi
juga rumah sakit dinegara berkembang, seperti indonesia.

Menurut PMK 1691/2011, keselamatan pasien adalah suatu sistem dirumah


sakit yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena
dilaksanakannya : asesmen resiko, identifikasi dan analisi insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
kesalahan akibat tindakan medis atau tidak dilakukannya tindakan medis yang
seharusnya diambil.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Normal Safety ?
2. Apa saja yang menjadi standar atau normal keselamatan pasien ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi keselamatan pasien ?
4. Apa yang dimaksud dengan altered safety ?
5. Proses keperawatan pada keselamatan pasien !

1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep keselamatan pasien.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari Normal Safety dan
2. Mengetahui standar atau normal keselamatan pasien
3. Mencari faktor yang dapat mempengaruhi keselamatan pasien
4. Mengetahui definisi dari altered safety
5. Membuat rencana peaksanaan keselamatan pasien

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Normal Safety ( Standart Safety)


Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety
Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002),yaitu:

A. Hak pasien
1. Standarnya : pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
2. Kriterianya adalah :
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan
yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan
hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya KTD

B. Mendidik pasien dan keluarga


1. Standarnya : RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang
kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
2. Kriterianya : Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat
ditingkatkan dgn keterlibatan pasien adalah partner dalam proses
pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme mendidik
pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga
dapat:
a. Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur

3
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

C. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


1. Standarnya : RS menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
2. Kriterianya :
a. koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b. koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya
c. koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d. komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

D. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan


evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
1. Standarnya : RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses
yg ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta KP.
2. Kriterianya :
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design)
yang baik, sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien Rumah Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis

4
E. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
1. Standarnya:
a. Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui
penerapan “7 Langkah Menuju KP RS ”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi
risiko KP & program mengurangi KTD.
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar
unit & individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
KP
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur,
mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
e. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam
meningkatkan kinerja RS & KP.

2. Kriterianya :
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan
dan program meminimalkan insiden,
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua
komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko
pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas
untuk keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden,
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar
unit dan antar pengelola pelayanan
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan

5
i. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas
perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

F. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


1. Standarnya :
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
2. Kriterianya :
a. memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
b. mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
c. menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.

G. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan


pasien.
1. Standarnya :
a. RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
2. Kriterianya :
a. disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan keselamatan pasien.

6
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keselamatan Pasien


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
melindungi diri dari bahaya kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status mobilisasi,
gangguan sensori persepsi, tingkat kesadaran, status emosional, kemampuan
komunikasi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, dan faktor lingkungan. Perawat
perlu mengkaji faktor-faktor tersebut saat merencanakan perawatan atau
mengajarkan klien cara untuk melindungi diri sendiri, berikut adalah beberapa
Faktor yang mempengaruhi keselamatan pasien :
A. Usia
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk
mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia
dan tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.

B. GayaHidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan
tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya
akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.

C. Statusmobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.

D. GangguanPresepsisensori
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting
bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba,
cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.

7
E. Tingkatkesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi
tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang
mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien
tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-
obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.

F. Statusemosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima
bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan
konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan
depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.

G. Kemampuankomunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan
informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan
bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol
tanda bahaya.

H. Pengetahuanpencegahankecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan.
Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi
keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang
dapat mencegah terjadinya cedera.

I. Faktorlingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi
penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.

8
2.3 Altered Safety
Perawat berada dalam posisi untuk mendidik pasien tentang masalah
keselamatan dirawat inap, rawat jalan, rumah, dan masyarakat.prevention of
injury adalah tujuan menyeluruh,dan member pasien informasi keselamatan serta
member mereka alat yang diperlukan untuk keselamatan mereka sendiri.
a. Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for
Patient Safety, 2 May 2007), yaitu:
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-
alike medication names)
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi
nosokomial.

b. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS


No.001-VIII-2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan


kepemimpinan & budaya yang terbuka dan adil”
a. Bagi Rumah sakit:
1. Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul
fakta, dukungan kepada staf, pasien, keluarga
2. Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden
3. Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
4. Lakukan asesmen dg menggunakan survei penilaian KP
b. Bagi Tim:

9
1. Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
2. Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yg tepat

2. Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen &focus yang


kuat & jelas tentang KP di RS anda”
a. Bagi Rumah Sakit:
1. Ada anggota Direksi yg bertanggung jawab atas KP
2. Di bagian-2 ada orang yg dpt menjadi “Penggerak” (champion) KP
3. Prioritaskan KP dlm agenda rapat Direksi/Manajemen
4. Masukkan KP dlm semua program latihan staf
b. Bagi Tim:
1. Ada “penggerak” dlm tim utk memimpin Gerakan KP
2. Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
3. Tumbuhkan sikap ksatria yg menghargai pelaporan insiden

3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem &


proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yg
potensial brmasalah”
a. Bagi Rumah Sakit:
1. Struktur & proses mjmn risiko klinis & non klinis, mencakup KP
2. Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
3. Gunakan informasi dr sistem pelaporan insiden & asesmen risiko &
tingkatkan kepedulian thdp pasien
b. Bagi Tim:
1. Diskusi isu KP dlm forum2, utk umpan balik kpd mjmn terkait
2. Penilaian risiko pd individu pasien
3. Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, &
langkah memperkecil risiko tsb

10
4. Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dg mudah
dpt melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kpd
KKP-RS”
a. Bagi Rumah sakit:
1. Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke
dlm maupun ke luar yg hrs dilaporkan ke KKPRS – PERSI
b. Bagi Tim:
1. Dorong anggota utk melaporkan setiap insiden & insiden yg
telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sbg bahan pelajaran yg
penting

5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara


komunikasi yg terbuka dengan pasien”
a. Bagi Rumah Sakit
1. Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dg pasien & keluarga
2. Pasien & keluarga mendpt informasi bila terjadi insiden
3. Dukungan,pelatihan & dorongan semangat kpd staf agar selalu
terbuka kpd pasien & kel. (dlm seluruh proses asuhan pasien
b. Bagi Tim:
1. Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila tlh terjadi insiden
2. Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden
3. Segera stlh kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien,


“dorong staf anda utk melakukan analisis akar masalah utk belajar
bagaimana & mengapa kejadian itu timbul”
a. Bagi Rumah Sakit:
1. Staf terlatih mengkaji insiden scr tepat, mengidentifikasi sebab
2. Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root
Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis

11
(FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua insiden &
minimum 1 x per tahun utk proses risiko tinggi
b. Bagi Tim:
1. Diskusikan dlm tim pengalaman dari hasil analisis insiden
2. Identifikasi bgn lain yg mungkin terkena dampak & bagi
pengalaman tersebut
7. Cegah cedera melalui implementasi system Keselamatan pasien,
“Gunakan informasi yg ada ttg kejadian/masalah utk melakukan
perubahan pd sistem pelayanan”
a. Bagi Rumah Sakit:
1. Tentukan solusi dengan informasi dari sistem pelaporan, asesmen
risiko, kajian insiden, audit serta analisis.Solusi mencakup
penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan
klinis, penggunaan instrumen yang menjamin KP.
b. Bagi Tim:
1. Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
2. Telaah perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
3. Umpan balik atas setiap tindak lanjut ttg insiden yg dilaporkan

2.4 Asuhan Keperawatan Pada Pasien


1. Pengkajian
Pengkajian klien dengan resiko injuri meliputi: pengkajian resiko (Risk
assessment tools) dan adanya bahaya dilingkungan klien (home hazards
appraisal).
Pengkajian Resiko :
a. Jatuh
1. Usia klien lebih dari 65 tahun
2. Riwayat jatuh di rumah atau RS
3. Mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran
4. Kesulitan berjalan atau gangguan mobilitas
5. Menggunakan alat bantu (tongkat, kursi roda, dll)

12
6. Penurunan status mental (disorientasi, penurunan daya ingat)
7. Mendapatkan obat tertentu (sedatif, hypnotik, tranquilizers,
analgesics, diuretics, or laxatives)
b. Riwayat kecelakaan
Beberapa orang memiliki kecenderungan mengalami kecelakaan berulang,
oleh karena itu riwayat sebelumnya perlu dikaji untuk memprediksi
kemungkinan kecelakaan itu terulang kembali.
c. Keracunan
Beberapa anak dan orang tua sangat beresiko tinggi terhadap keracunan.
Pengkajian meliputi seluruh aspek pengetahuan keluarga tentang resiko
bahaya keracunan dan upaya pencegahannya.
d. Kebakaran
Beberapa penyebab kebakaran dirumah perlu ditanyakan tentang sejauh
mana klien mengantisipasi resiko terjadi kebakaran, termasuk pengetahuan
klien dan keluarga tentang upaya proteksi dari bahaya kecelakaan akibat
api. Pengkajian Bahaya, Meliputi mengkaji keadaan: lantai, peralatan
rumah tangga, kamar mandi, dapur, kamar tidur, pelindung kebakaran, zat-
zat berbahaya, listrik, dll apakah dalam keadaan aman atau dapat
mengakibatkan kecelakaan.
.
2. Diagnosa
a. Diagnosa umum sering muncul pada kasus keamanan fisik menurut
NANDA:
1. Resiko tinggi terjadinya cedera (High risk for injury). Seorang klien
dikatakan mengalami masalah keperawatan resiko tinggi terjadinya
cidera bila kondisi lingkungan dan adaptasi atau pertahanan
seseorang beresiko menimbulkan cedera.
b. Diagnosa umum tersebut memiliki tujuh sub kategori yang
memungkinkan
1. Perawat menjelaskan cedera secara lebih spesifik dan atau untuk
memberikan intervensi yang tepat (Wilkinson, 2000):

13
2. Resiko terjadinya keracunan: adanya resiko terjadinya kecelakaan
akivat terpapar, atau tertelannya obat atau zat berbahaya dalam dosis
yang dapat menyebabkan keracunan.
3. Resiko terjadinya sufokasi: adanya resiko kecelakaan yang
menyebabkan tidak adekuatnya udara untuk proses bernafas.
4. Resiko terjadinya trauma: adanya resiko yang menyebabkan cedera
pada jaringan (ms. Luka, luka bakar, atau fraktur).
5. Respon alergi lateks: respon alergi terhadap produk yang terbuat dari
lateks.
6. Resiko respon alergi lateks: kondisi beresiko terhadap respon alergi
terhadap produk yang terbuat dari lateks.
7. Resiko terjadinya aspirasi: klien beresiko akan masuknya sekresi
gastrointestinal, sekresi orofaringeal, benda padat atau cairan
kedalam saluran pernafasan.
8. Resiko terjadinya sindrom disuse (gejala yang tidak diinginkan):
klien beresiko terhadap kerusakan sistem tubuh akibat inaktifitas
sistem muskuloskeletal yang direncanakan atau tidak dapat
dihindari.

Contoh kasus:
Tn. ED, 70 tahun tinggal seorang diri dirumahnya. Klien memiliki riwayat
glaukoma sehingga klien harus menggunakan obat tetes mata dua kali sehari.
Klien mengatakan sulit memfokuskan penglihatan, kehilangan penglihatan
sebelah, dan tidak bisa melihat dalam gelap.
1.Diagnosa yang muncul adalah:
Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori
(tidak mampu melihat)

14
3. Perencanaan
a. Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu:
Pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi
lingkungan agar lebih aman.
Contoh rencana asuhan keperawatan: (sesuai kasus)
1. Diagnosa: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan
sensori (tidak mampu melihat)
2. Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau
cidera (jatuh) tidak terjadi
3. Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi
lingkungan dan pendidikan kesehatan dalam 1 hari kunjungan diharapkan
Klien mampu:
 Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan
kemungkinan cidera
 Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,
 Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari
cidera.

4. Penatalaksanaan
a) Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
b) Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko
c) Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran
tempat tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1
d) Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah
e) Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan
pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur,
menempatkan benda berbahaya ditempat yang aman)
f) Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan
penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.

15
Secara umum kriteria hasil paling penting pada kasus resiko tinggi cidera
adalah membantu klien untuk mengidentifikasi bahaya, dan mampu melakukan
tindakan menjaga keamanan. Kriteria hasil yang lebih spesifik diantaranya Klien
mampu: mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan
kemungkinan cidera, mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,
melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.

a. Implementasi berikut bersifat spesifik untuk beberapa bahaya


tertentu (tidak berhubungan dengan kasus):
1. Meningkatkan keamanan sepanjang hayat manusia
2. Memastikan keamanan klien pada semua usia berfokus pada: obsevasi
atau prediksi situasi yang mungkin membahayakan sehingga dapat
dihindari dan memberikan pendidikan kesehatan yang memberikan
kekuatan bagi klien untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari cedera
secara mandiri. Aspek pendidikan kesehatan yang lebih spesifik sesuai
rentang usia klien dapat anda lihat pada Kozier, 2004: 674-675.
3. Mempertahankan kondisi aman dari api dan kebakaran.
4. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan perawat adalah memastikan
bahwa ketiga elemen tersebut dapat dihilangkan. Jika kebakaran sudah
terjadi ada dua tujuan yang harus dicapai yaitu: melindungi klien dari
cedera dan membatasi serta memadakan api.

b. Di pusat pelayanan kesehatan :


1. Upaya pencegahan: Memastikan nomor telpon darurat ada disemua
pesawat, Mengatur situasi sehingga alat-alat atau benda-benda yang
tidak perlu tidak berada di lorong jalan, Menempatkan prosedur
evakuasi dan penanganan kebakaran disemua tempat, Mengorientasikan
seluruh karyawan tentang jenis-jenis kebakaran dan penanganannya.
2. Jika kebakaran terjadi: Mengevakuasi klien kearea yang aman, aktifkan
alarm, jika api kecil lakukan pemadaman dengan alat pemadam yang

16
ada, tutup pintu dan jendela jika perlu ketahui derajat kebakaran untuk
menentukan jenis pemadam yang tepat.
3. Mencegah terjadinya jatuh pada klien
a. Orientasikan klien pada saat masuk rumah sakit dan jelaskan sistem
komunikasi yang ada
b. Hati-hati saat mengkaji klien dengan keterbatasan gerak
c. Supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari
d. Anjurkan klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan
e. Berikan alas kaki yang tidak licin
f. Berikan pencahayaan yang adekuat
g. Pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien dengan
penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas
h. Jaga lantai kamar mandi agar tidak licin

4. Melakukan tindakan pengamanan pada klien kejang:


a. Pasang pengaman tempat tidur dengan dilapisi kain tebal (mencegah
nyeri saat terbentur)
b. Pasang spatel lidah untuk mencegah terhambatnya aliran udara
c. Longgarkan baju dan ikatan leher (kerah baju)
d. Kolaborasi pemberian obat antikonvulsi.
e. Berikan masker oksigen jika diperlukan

5. Memberikan pertolongan bila terjadi keracunan


Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat bila
terjadi keracunan melalui identifikasi adanya zat-zat beracun dirumah
yang terkonsumsi, segera laporkan ke institusi kesehatan terdekat serta
menyebutkan nama dan gejala yang dialami klien, jaga klien pada
posisi tenang ke satu sisi atau dengan kepala ditempatkan diantara
kedua kaki untuk mencegah aspirasi.

6. Memberikan pertolongan bagi klien yang terkena sengatan listrik

17
Jika seseorang terkena macroshock (sengatan listrik yang cukup besar)
jangan sentuh klien tersebut sampai pusat listrik dimatikan dan klien
aman dari arus listrik. Macroshock sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan luka bakar, kontraksi otot, dan henti nafas serta henti
jantung. Untuk mencegah macroshock gunakan mesin/alat listrik yang
berfungsi dengan baik, pakai sepatu dengan alas karet, berdirilah diatas
lantai nonkonduktif, dan gunakan sarung tangan non konduktif.

7. Melakukan penanganan bagi klien yang terpapar kebisingan


Kebisingan memiliki efek psikososial dan efek fisiologis. Efek
psikososial seperti rasa jengkel, tidur dan istirahat terganggu, serta
gangguan konsentrasi dan pola komunikasi. Efek fisiologis meliputi
peningkatan nadi dan respirasi, peningkatan aktifitas otot, mual, dan
kehilangan pendengaran jika intensitas suara tepat. Kebisingan dapat
diminimalisir dengan memasang genting, dinding, dan lantai yang
kedap suara; memasang gorden; memasang karpet; atau memutar
background music.

8. Melakukan Heimlich maneuver pada klien yang mengalami tersedak.

9. Melakukan perlindungan terhadap radiasi


Tingkat bahaya radiasi tergantung dari: lamanya, kedekatan dengan
sumber radioaktif, dan pelindung yang digunakan selama terpapar
radiasi. Upaya yang harus dilakukan oleh perawat dalam hal ini adalah
memakai baju khusus, memakai sarung tangan, mencuci tangan
sebelum dan sesudah memakai sarung tangan, dan membuang semua
benda yang terkontaminasi.

18
10. Melakukan pemasangan restrain pada klien
Restrain adalah alat atau tindakan pelindung untuk membatasi
gerakan/aktifitas fisik klien atau bagian tubuh klien. Restrain
diklasifikasikan menjadi fisikal(physical) dan kemikal(chemical)
restrain. Fisikal restrain adalah restrain dengan metode manual atau
alat bantu mekanik, atau lat-alat yang dipasang pada tubuh klien
sehingga klien tidak dapat bergerak dengan mudah dan terbatas
gerakannya. Kemikal restrain adalah restrain dalam bentuk zat
kimia neuroleptics, anxioulytics, sedatif, dan psikotropika yang
digunakan untuk mengontrol tingkahlaku sosial yang merusak.
Restrain sebaiknya dihindari sebab berbagai komplikasi sering
dikeluhkan akibat pemasangan restrain. Komplikasi fisik
diantaranya luka tekan, retensi urin, inkontinensia, dan sulit BAB,
bahkan kematian pun dilaporkan. Komplikasi psikologisnya adalah
penurunan harga diri, bingung, pelupa, depresi, takut, dan marah.
Restrain hendaknya digunakan sebagai alternatif terakhir. Bila
dilakukan maka haruslah memperhatikan hal berikut :
 dibawah pengawasan dokter dengan perintah tertulis, apa
penyebabnya, dan untuk berapa lama
 klien setuju dengan tindakan tersebut.

Implikasi legal pemasangan restrain :


Untuk melindungi klien dan mencegah masalah legal, perawat
perlu mengikuti aturan berikut:
 Perhatikan panduan tiap-tiap restrain yang akan digunakan
 Gunakan restrain hanya bila dibutuhkan untuk kesehatan dan
keselamatan klien
 Jika dilakukan pemasangan restrain, dokumentasikan:
penyebab, tipe, informed consent yang diberikan, respon
klien, waktu pemasangan dan pelepasan, asuhan keperawatan

19
yang diberikan, tanda-tangan dokter dan perawa, dan lakukan
evaluasi secara periodic
Memilih restrain :
Dalam memilih restrain perlu memenuhi lima kriteria berikut:
 Membatasi gerak klien sesedikit mungkin
 Paling masuk akal/bisa diterima oleh klien dan keluarga
 Tidak mempengaruhi proses perawatan klien
 Mudah dilepas/diganti
 Aman untuk klien

Macam-macam restrain :
 limb restraints (restrain pergelangan tangan), elbow restraints
(khusus untuk
daerah sikut)
 mummy restraints (pada bayi), crib nets (box bayi dengan
penghalang
 Jacket restraints (jaket),
 belt restraints (sabuk),
 mitt or hand restraints (restrain tangan)

5. Evaluasi
Melalui data yang dikumpulkan selama pemberian asuhan keperawatan
perawat dapat menilai apakah tujuan asuhan telah tercapai. Jika belum tercapai
maka perawat perlu melakukan eksplorasi penyebabnya. Diantaranya perawat
dapat menanyakan beberapa hal berikut pada klien:
a. Sudahkan anda melakukan semua tindakan pencegahan?
b. Tindakan pencegahan apa yang klien tahu?
c. Apakah klien menyetujui semua tindakan pencegahan yang
diajarkan?

20
d. Sudahkah perawat menulis dan mengimplementasikan rencana
pendidikan kesehatan pada klien?

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Hal yang dapat disimpulkan adalah bahwa untuk mewujudkan patient safety
butuh upaya dan kerjasama dari berbagai pihak, patient safety merupakan upaya
dari seluruh komponen sarana pelayanan kesehatan, dan perawat memegang peran
kunci untuk mencapainya.

Penatalaksanaan patient safety dalam rumah sakit, puskesmas, pusat,


kabupaten, dan provinsi, dilakukan secara optimal hal ini dapat diketahui dari
masih adanya indikator pelaksana patient safety yang dilakukan.

Hambatan yang dirasakan dalam pelaksanaan patient safety adalah kurangnya


pengetahuan terhadap pentingnya patient safety serta kuantitas baik sumber daya
manusia maupun sarana dan prasarananya.

3.2 Saran

Harapan agar dalam penatalaksaannya dapat lebih baik adalah diadakanya


fungsi sosialisasi mengenai pentingnya patient safety berdasarkan langkah
langkah yang telah tertera, sehigga kualitas mutu pelayanan dapat meningkat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Marseno, Rudy. Patient Safety (Keselamatan Pasien dan Rumah sakit). Padang.
2011

Putri, Eka Kharisma. Konseo keamanan dan pasien safety. Pekalongan. 2013

Commision, Joint . Hospital Patient Safety Standards” . on Accreditation of


Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002)
WHO Collaborating. Centre for Patient Safety, 2 May 2007

23

Anda mungkin juga menyukai