Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS KELOMPOK

GASTROENTERITIS AKUT EC TRUNPENNY FRY SYNDROME PADA AN. A


DIRUANG RAWAT INAP RS. BHAYANGKARA

PEMBIMBING AKADEMIK

FADLIYANA EKAWATY,M.KEP.,NS. SP.KEP. AN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1


RINA FEBRIANTI G1B220003

RIA NOVITA SARI G1B220004

DEWI RARA SHINTA G1B220010

DINA SILFIA G1B220012

AYUNI AMALINA G1B220014

MUTIARANI MAHENDRA G1B220015

MARISA MAHARTI G1B220016

ANISA SAFUTRI G1B220017

SITI KHOLIFAH G1B220018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
“TRUNPENNY FRY SYNDROME”
A. Definisi
Sindrom Turnpenny-Fry (TPFS) adalah sindrom yang ditandai dengan keterlambatan
perkembangan, gangguan perkembangan intelektual, gangguan pertumbuhan, dan fitur wajah
yang dapat dikenali yang mencakup atasan frontal, rambut jarang, hipoplasia malar, celah
palpebra kecil dan stoma oral, dan telinga 'satyr' displastik. Temuan umum lainnya termasuk
masalah makan, sembelit, dan berbagai malformasi otak, jantung, vaskular, dan kerangka
(Turnpenny et al., 2018).

B. Etiologi
Sindrom Turnpenny-Fry (TPFS) disebabkan oleh mutasi heterozigot pada gen PCGF2
(600346) pada kromosom 17q12.
C. Gambaran Klinis
The Deciphering Developmental Disorders Study (2015) menggambarkan 2 pasien terkait
dengan gangguan perkembangan intelektual yang berbagi mutasi missense heterozigot yang
sama pada gen PCGF2 (lihat GENETIKA MOLEKULER). Pasien pertama adalah seorang gadis
dengan ketidakmampuan belajar khusus, wajah panjang, prognatisme rahang bawah, mikrotia,
celah palpebra miring ke bawah, hipermobilitas sendi, dan konstipasi. Pasien kedua adalah anak
laki-laki dengan ketidakmampuan belajar khusus, air liur, makrosefali, kelainan pada celah
palpebra dan telinga luar, hipoplasia gigi sulung, perawakan pendek ringan, skoliosis, jari-jari
meruncing pendek, dan pigmen nevi. Para penulis mencatat bahwa pasien memiliki penampilan
wajah yang sangat mirip.
Turnpenny dkk. (2018) mempelajari 13 pasien dari 12 keluarga yang terkait dengan fitur
wajah khas yang serupa, gangguan perkembangan intelektual dengan tingkat keparahan yang
bervariasi, dan gangguan pertumbuhan, termasuk 2 pasien yang sebelumnya dilaporkan oleh
Deciphering Developmental Disorders Study (2015). Fitur wajah yang konsisten termasuk dahi
lebar dengan atasan frontal, rambut jarang dan tumbuh lambat di daerah temporal dan frontal,
kepenuhan periorbital, dan hipoplasia malar. Selain itu, pasien menunjukkan telinga kecil
displastik ('satyr') yang kecil, hipotonia wajah ringan dengan postur mulut terbuka dan air liur,
celah palpebral pendek, ujung hidung menonjol, apertur mulut kecil, dan prognatisme
mandibula. Semua pasien memiliki berat lahir di bawah rata-rata untuk usia kehamilan, dan
kesulitan makan dan refluks gastroesofagus sering terjadi pada anak usia dini, seperti sembelit
kronis yang parah. Anomali kardiovaskular termasuk pelebaran aorta root dan ascending aorta
dan tortuosity dari arteri karotis internal, vertebralis, dan retinal. Anomali skeletal bervariasi,
termasuk anomali vertebra dan skoliosis, deformitas pektus, dan anomali digital minor. Ukuran
kepala bervariasi, dengan beberapa pasien menunjukkan makrosefali relatif dan yang lain
menunjukkan mikrosefali. Semua pasien mengalami gangguan perkembangan intelektual dan /
atau keterlambatan perkembangan; sebagian besar menunjukkan keterlambatan bicara, dengan
absen bicara pada 3 pasien pada usia 21, 9, dan 2,5 tahun. Abnormalitas MRI termasuk
perubahan materi putih yang tidak merata hingga konfluen, pelebaran ventrikel ringan, dan
polymicrogyria.
Gambaran klinis pada Trunpenny fry sindrom yaitu :
1. Kepala dan Leher Wajah: prognathia mandibula, bos frontal, wajah panjang, dahi lebar,
hipoplasia malar
2. Pernapasan: infeksi saluran pernapasan berulang, apnea tidur obstruktif
3. Kepala dan Leher Kepala: mikrosefali, brachycephaly, plagiocephaly, makrosefali relatif
4. Gastrointestinal Abdomen: refluks gastroesofagus, kesulitan makan pada masa bayi,
sembelit kronis, parah.
5. Kepala dan Leher Mulut: langit-langit tinggi, bibir atas tipis, mulut kecil, air liur (pada
beberapa pasien), postur mulut terbuka
6. Jantung Kardiovaskular: cacat septum atrium, prolaps katup mitral, prolaps katup trikuspid,
regurgitasi katup aorta, ringan
7. Kaki Rangka: pes cavus, secara klinis jari kaki tumpang tindih, deformitas valgus, jari-jari
kaki besar
8. Kepala dan Leher Leher: torticollis
9. Mata Kepala dan Leher: kepenuhan periorbital, celah palpebra sempit, kekeruhan kornea
transien (jarang), tortuositas ringan dari pembuluh darah retina
10. Tulang Belakang Rangka: kifoskoliosis toraks, lordosis lumbal, variabel hipoplasia vertebra
(jarang)
11. Pertumbuhan Berat: berat badan rendah
12. Manifestasi Prenatal Cairan Amnion: polihidramnion (pada beberapa pasien)
13. Kerangka: usia tulang tertunda (jarang)
14. Kulit Rambut Rambut Kuku: rambut kulit kepala yang jarang (terutama temporal dan
frontal)
15. Gigi Kepala Dan Leher: gigi dengan jarak lebar, gigi berjejal, maloklusi, gigi kecil, gigi
abnormal (variabel)
16. Klavikula dan Skapula Dada Rusuk: pectus carinatum, tulang dada pendek, pektus
ekskavatum
17. Pertumbuhan Lainnya: gagal untuk berkembang, restriksi pertumbuhan intrauterine (iugr)
18. Telinga Kepala dan Leher: telinga rendah, telinga kecil, tuli konduktif, telinga satir
19. Vaskular Kardiovaskular: paten duktus arteriosus, pelebaran akar aorta dan / atau aorta
asendens, berliku-liku arteri karotis internal, tortuosity dari arteri vertebralis
20. Fitur Eksternal Dada: dada panjang, dada sempit
21. Skeletal Hands: jari panjang, sendi interphalangeal yang menonjol, jari pendek, tangan kecil
jari meruncing
22. Kepala dan Leher Hidung: ujung hidung yang menonjol
23. Sistem Saraf Pusat Neurologis: cavum septum pellucidum, keterlambatan perkembangan,
pidato disartrik, korpus kalosum tipis, hipotonia aksial
24. Manifestasi Psikiatri Perilaku Neurologis: gangguan spektrum autisme, gangguan attention
deficit-hyperactivity, sensitivitas sentuhan
25. Diafragma Dada: morgagni hernia, kecil
26. Kulit Kuku Rambut Kulit: Nevi berpigmen ganda (kulit kepala, leher, batang tubuh, pada
beberapa pasien), hemangioma (dalam beberapa pasien)
Hasil MRI anak dengan trunpenny fry sindrom :
D. Genetik Molekuler
Dari kohort yang terdiri dari 1.133 anak dengan gangguan perkembangan, Deciphering
Developmental Disorders Study (2015) mengidentifikasi 2 anak yang terkait dengan
ketidakmampuan belajar spesifik dan fitur dysmorphic yang heterozigot untuk mutasi missense
yang sama pada gen PCGF2 (P65L; 600346.0001), yang terjadi de novo pada kedua pasien.
Pada 9 anak yang tidak terkait dengan sindrom Turnpenny-Fry, Turnpenny et al. (2018)
mengidentifikasi heterozigositas untuk mutasi P65L pada gen PCGF2. Selain itu, 2 saudara
kembar monozigot dengan TPFS heterozigot untuk mutasi P65S di PCGF2 (600346.0002).
Mutasi muncul de novo pada semua pasien kecuali 1, di mana mutasi P65L diwarisi dari ibu
mosaik asimtomatik.
E. GEN PCGF2
PCGF2 mengkodekan protein jari manis kelompok poligonal, penekan transkripsi yang
terlibat dalam proliferasi, diferensiasi, dan embriogenesis sel. PCGF2 adalah komponen dari
polycomb repressive complex 1 (PRC1), sebuah kompleks multiprotein yang mengontrol
pembungkaman gen melalui modifikasi histon dan pemodelan ulang kromatin. Kami melaporkan
karakterisasi fenotipik dari 13 pasien (11 individu yang tidak terkait dan sepasang kembar
monozigot) dengan mutasi missense pada PCGF2. Semua mutasi memengaruhi prolin yang
sangat terkonservasi di PCGF2 dan bersifat de novo, kecuali mosaikisme ibu dalam satu mutasi.
Para pasien menunjukkan gestalt wajah yang dapat dikenali, cacat intelektual, masalah makan,
gangguan pertumbuhan, dan berbagai kelainan otak, kardiovaskular, dan tulang. Pemodelan
struktur komputer menyarankan substitusi mengubah loop N-terminal PCGF2 penting untuk
biding histone. PCGF2 mutan mungkin memiliki efek dominan-negatif, mengasingkan
komponen PRC1 ke dalam kompleks yang tidak memiliki kemampuan untuk berinteraksi secara
efisien dengan histon. Penemuan ini menunjukkan peran penting PCGF2 dalam perkembangan
manusia dan mengkonfirmasi bahwa substitusi heterozigot dari residu Pro65 PCGF2
menyebabkan sindrom yang dapat dikenali yang ditandai dengan ciri khas kraniofasial,
neurologis, kardiovaskular, dan kerangka.
LAPORAN PENDAHULUAN
“GASTROENTERITIS AKUT”
A. Definisi
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair),
dengan/tanpa darah dan/atau lendir.
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih
dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah
(Hidayat AAA, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair). Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.
B. Epidemiologi
Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyakit yang sangat sering ditemui. Penyakit ini
lebih sering mengenai anak-anak. Anak-anak di negara berkembang lebih beresiko baik dari segi
morbiditas maupun mortalitasnya. Penyakit ini mengenai 3-5 miliar anak setiap tahun dan
menyebabkan sekitar 1,5-2,5 juta kematian per tahun atau merupakan 12 % dari seluruh
penyebab kematian pada anak-anak pada usia di bawah 5 tahun (Chow et al., 2010).
Pada orang dewasa, diperkirakan 179 juta kasus gastroenteritis akut terjadi setiap tahun,
dengan angka rawat inap 500.000 dan lebih dari 5000 mengalami kematian (Al-Thani et al.,
2013).
Secara umum, negara berkembang memiliki angka rawat inap yang lebih tinggi
dibandingkan dengan negara maju. Ini dimungkinkan berdasarkan fakta bahwa anak-anak di
negara maju memiliki status gizi dan layanan kesehatan primer yang lebih baik (Chow et al.,
2010).
Di Indonesia pada tahun 2010 diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu masih
menduduki peringkat pertama penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di Indonesia yaitu
sebanyak 96.278 kasus dengan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar 1,92%
(Kemenkes RI, 2012).
Tiap tahun,gastroenteritis menjadi penyebab kematian bagi 760.000 anak-anak usia <5 tahun
dan penyebab terbanyak kasus malnutrisi pada anak-anak <5 tahun. Kematian anak akibat
gastroenteritis ini berhubungan dengan terjadinya dehidrasi pada anak-anak tersebut dan
komplikasi. Penyebab yang paling sering adalah rotavirus, yang mengakibatkan 527.000 anak-
anak <5 tahun meninggal tiap tahun, terutama yang tinggal di negara-negara berpendapatan
rendah.
Menurut hasil Riskerdas 2007, gastroenteritis merupakan penyebab kematian nomor satu
pada bayi dan balita, sedangkan pada semua kelompok umur menempati nomor empat. Kejadian
luar biasa gastroenteritis masih sering terjadi, dengan case fatality rate yang masih tinggi. Data
Riskerdas 2013, menunjukan insiden gastroenteritis untuk semua kelompok umur di Indonesia
adalah 3,5%, di mana kelompok umur balita adalah yang paling tinggi menderita gastroenteritis.
C. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:
1) Infeksi bakteri :Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia,
aeromonas dan sebagainya.
2) Infeksi virus :Entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus,
rotavirus, astovirus dan lain-lain.
3) Infeksi parasite : Cacing, protozoa, dan jamur.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida ( Intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida ( Intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), pada bayi dan anak
yang tersering adalah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan : Makanan basi beracun dan alergi makanan.
4. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum mengkonsumsi makanan.
5. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan
peristaltik usus.
D. Patofisiologi
Proses terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor di
antaranya faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk
ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa
usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas
usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus menyebabkan sistem transpor aktif
dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit
akan meningkat kemudian menyebabkan gastroenteritis.
Iritasi mukosa usus dapat menyebabkan peristaltik usus meningkat. Peningkatan motilitas
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan
zat-zat tersebut dikolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat
syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin colera yang ditularkan melalui bakteri kolera
adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan secara langsung dapat
menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar sehingga unsur-unsur plasma yang
penting ini terbuang dalam jumlah yang besar.
Kerusakan pada mukosa usus juga dapat menyebabkan malabsorbsi merupakan kegagalan
dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadilah diare. (Simadibrata: 2006)
Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas.
Gangguan absorpsi cairan dan elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini terjadi karena sindrom
malabsorpsi meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas dan cepatnya
pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorpsi dan sekresi cairan elektrolit
yang berlebihan. Cairan sodium potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler ke
dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi, kekurang elektrolit dapat mengakibatkan asidosis
metabolik.
Gastroenteritis akut dapat ditandai dengan muntah dan diare terkait kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Penyebab utama diare adalah virus (Adenivirus enterik dan robavirus) serta parasit (biardia
lambiachristopodium) patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel
menghasilkan enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada dinding usus. Alat pencernaan
yang terganggu pada pasien yang mengalami gastroenteritis akut adalah usus halus.
E. Pathway
F. Klasifikasi
Gastroenteritis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.    Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:
a) Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan
Enterotolitis nektrotikans.
b) Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a) Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh
bakteri, virus dan parasit.
b) Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare
karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a) Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak,
berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai
30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang
berakhir dalam 14 hari.
b) Diare kronik, adalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.
4. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a) Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b) Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
5. Berdasarkan derajatnya
a) Diare tanpa dehidrasi
b) Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c) Diare dengan dehidrasi berat
Klasifikasi dehidrasi
1) Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan
Derajat dehidrasi Penurunan berat badan (%)
Tidak dehidrasi <2
Dehidrasi ringan 2–5
Dehidrasi sedang 5-8
Dehidrasi berat 8-10

2) Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis


Penilaian A B C
Keadaan   umum Baik,   sadar Gelisah,   rewel Lesu,   tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat   cekung
Air   mata Ada Tidak   ada Tidak   ada
Mulut,   lidah Basah Kering Sangat   kering
Rasa   haus Minum   seperti Haus,   ingin Malas   minum,
biasa minum banyak tidak bisa
minum
Periksa:   Turgor Baik   (kembali Kurang-buruk   Sangat   buruk
kulit cepat) (kembali (kembali sangat
lambat) lambat)
Hasil   Tanpa Dehidrasi Dehidrasi
pemeriksaan dehidrasi ringan/ sedang berat Bila ada 1
Bila ada 1 tanda tanda ditambah
ditambah 1/lebih tanda
1/lebih tanda lain
lain

G. Manifestasi Klinis
1. Mula-mula klien cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai lendir dan
darah
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun
dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung
cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus)
sebagai akibat hipovokanik.
H. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi : Muka pucat, lidah kering, nafas cepat, mata cowong, sianosis pada ujung
extremitas.
2) Palpasi : Turgor kulit menurun, denyut nadi meningkat, keringat dingin, demam.
3) Auskultasi : Suara bising usus meningkat, tekanan darah menurun, suara serak,
gerakan peristaltik meningkat
4) Perkusi : Suara perut timpani
2. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan
PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah
menurut Astrup (bila memungkinkan).
3) Tes darah lengkap, anemia atau trombositosis mengarahkan dugaan adanya
penyakit kronis. Albumim yang rendah bisa menjadi patokan untuk tingkat
keparahan penyakit namun tidak spesifik.
4) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
5) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum (terutama pada penderita yang disertai kejang).
6) Pemeriksaan intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama dilakukan pada
penderita diare kronik.
I. Penatalaksanaan
1) Dasar pengobatan diare antara lain :
a. Pengobatan dietetic
ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak. Beri makanan
tinggi kalium ; misalnya jeruk, pisang, air kelapa
a. Obat – obatan
1) Obat anti sekresi
2) Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari
3) Antibiotik ; umumnya tidak diberikan jika tdk ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB/ hari.
b. Pemberian cairan
1) Belum terjadi dehidrasi
Cairan rumah tangga (seperti air tajin, air teh manis, dsb) sepuasnya dengan perkiraan
40 ml/kg BB/ setiap kali BAB. Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau
1 gelas tiap defekasi
2) Dehidrasi Ringan
Beri cairan oralit 30 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml / kg BB atau
sepuasnya setiap kali BAB.
3) Dehidrasi Sedang
Beri cairan oralit 100 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml / kg BB
atau sepuasnya setiap kali BAB
4) Dehidrasi Berat
1. Oralit
a. 0 – 2 th : RL 70 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila dehidrasi beri cairan
oralit 40 ml / kg BB, seterusnya 10 ml / kg BB setiap BAB
b. > 2 th : RL 110 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila syok guyurkan sampai
nadi teraba. Bila masih dehidrasi beri cairan oralit 200 – 300 ml / kg BB tiap
jam. Seterusnya cairan oralit 10 ml / kg BB.
2. Cairan Infus
Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai umur dan
BBnya. Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.
a. 1 jam pertama : 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1
ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).
b. 7 jam berikut : 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes)
atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
c. 16 jam berikut: 125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15
tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
2) IDAI, WHO dan UNICEF merekomendasikan tatalaksana diare dengan Lintas Diare
(Lima langkah Tuntaskan Diare). Lintas diare meliputi:
1. Berikan oralit
Oralit diberikan untuk mencegah terjadinya dehidrasi  dengan mengganti cairan
dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Bila tidak tersedia dapat diberikan
cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang, dll. Walaupun air sangat
penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga
lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit
dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.
Oralit yang direkomendasikan adalah oralit formula baru (WHO/UNICEF 2004)
yang merupakan oralit dengan osmolaritas rendah. Penelitan menunjukkan bahwa
oralit formula baru  mampu mengurangi volume tinja hingga 25%, mengurangi mual-
muntah hingga 30%, dan mengurangi secara bermakna pemberian  cairan melalui
intravena.
Cara pembuatan larutan oralit adalah satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam
satu  gelas air matang (200 cc). atau membuat oralit sendiri dengan gula pasir 1 sendok
teh, garam dapur yang halus sebanyak ¼ sendok teh. Tuang air masak atau air teh
kedalam gelas sebanyak satu gelas, lalu aduk sampai gula dan garam menjadi larut
semua. Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc larutan oralit setiap kali buang air
besar. Anak lebih dari 1 tahun diberi  100-200 cc  larutan oralit setiap kali buang air
besar.
2. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim
ini  meningkat selama diare dan mengakibatkan  hipersekresi epitel usus. Zinc juga
berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan
fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu
mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya.
Pemberian zinc dilakukan dengan cara melarutkan tablet zinc dalam 1 sendok
makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare. Zinc diberikan
selama 10 hari berturut-turut dengan dosis balita umur < 6 bulan 1/2 tablet (10
mg)/hari sedangkan balita umur ≥ 6 bulan 1 tablet (20     mg)/har
3. Teruskan ASI-makan
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk mencegah  kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi
yang hilang. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang
minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau
lebih  termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan
yang mudah dicerna dan diberikan lebih sering. Setelah diare berhenti,pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
4. Berikan antibiotik secara selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare
karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini sangat penting karena
seringkali ketika diare, masyarakat langsung membeli antibiotik seperti Tetrasiklin
atau Ampicillin. Selain tidak efektif, tindakan ini berbahaya, karena jika antibiotik
tidak dihabiskan sesuai dosis akan menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik.
Obat-obatan antidiare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah
berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi
anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa
berakibat fatal.
5. Berikan nasihat pada ibu/keluarga
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang cara memberikan cairan maupun obat di rumah dan kapan harus membawa
kembali balita ke petugas kesehatan yaitu apabila ada demam, tinja  berdarah, muntah
berulang, makan atau minum sedikit, tampak sangat haus, diare makin sering atau
belum membaik dalam  3 hari.
Selain tatalaksana yang benar, angka kematian dan kesakitan diare dapat
diturunkan dengan melakukan tindakan pencegahan agar tidak terkena diare. Kegiatan
pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif dapat dilakukan dengan perilaku
hidup sehat, diantaranya :
a. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun
b. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
c. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih
d. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air
besar
e. Membuang tinja bayi dengan benar
f. Memberikan imunisasi campak
J. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan
vili mukosa, usus halus
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS


A. Pengkajian
1.      Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor register, diagnosa
medis, dan tanggal MRS.
2.      Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang mendadak dan berlangsung singkat
dalam beberapa jam kadang disertai muntah.
3.      Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu peningkatan frekuensi BAB
dari biasanya dengan konsistensi cair, naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut ,
demam, lidah kering, turgor kulit menurun serta suara menjadi serah, bisa disebabkan oleh
terapi obat terakhir, masukan diit, atau adanya masalah psikologis (rasa takut dan cemas).
4.      Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan : perjalanan kearea
geogratis lain.
5.      Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang pernah di derita anggota
keluarga.
6.      Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang (oliguri), berat (anuria).
b. Pola Eliminasi Alvi.
Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak atau sering dari kebiasaan
sebelumnya.
c. Pola Natrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan peristaltik usus yang
menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibat adanya gangguan mobilitas usus.
Sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut, perut terasa mual atau tidak
enak dan malas makan, maka kebutuhan nutrisi menjadi terganggunya karena asupan
yang kurang.
d. Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala yang ditimbulkan seperti :
mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga Kx sering terjaga.
7.         Pemeriksaan fisik.
1) Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB.
2) Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa sampai pucat.
3) Kepala dan leher
4) Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
5) Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
THT tidak ada gangguan tapi mulutnya (biasa – kering).
6) Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di Auskulkasi akan ada
bising usus dan peristaltik usus sehingga meningkat.
7) Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
8) Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi cepat (lebih dari
120x/menit).
9) Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi ginjal dapat menurun
sehingga timbul anuria.
10) Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi mual dan muntah atau
tidak, perut kembung atau tidak.
11) Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan.
12) Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.
B. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil analisa data diatas dirumuskan suatu diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas
masalah yaitu :
1. Diare berhubungan dengan infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis (Carpenito,
2001:104)
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan
(Doengoes,2000).
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan tidak adekuatnya absorbsi
usus terhadap zat gizi (Carpenito, 2000:259).
4. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder dehidrasi
(Doengoes,2000)
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lingkungan sekunder terhadap
kelembaban (engram, 1999)
6. Gangguan rasa nyaman/nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat
gastroentritis (doengoes, 2000)
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan anak
(Doengoes,2000)
8. Cemas pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit
C. Intervensi
Pada perencanaan ini disusun berdasarkan tujuan prioritas masalah sebagai berikut : adanya
ancaman kehidupan dan kesehatan dan sumber daya yang tersedia, perasaan penderita, prinsip
alamiah dan praktek.
1. Diare berhubungan dengan infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis (Carpenito, 2001:104)
Tujuan : eliminasi BAB kembali normal (1x sehari) setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 6x24 jam diare dapat teratasi dengan kriteria hasil :BAB 1x sehari, konsistensi
lembek, BAB tidak ada lendir darah
Intervensi :
1)      Kaji penyebab diare
Rasional : mencari tahu penyebab diare untuk memberikan terapi
2)      Ajarkan pada pasien penggunaan obat-obatan anti diare yang tepat
Rasional : penggunaan obat secar tepat membantu menurunkan diare
3)      Beri minum oralit setiap kali kali BAB
Rasional : larutan oralit barguna untuk mengganti cairan
4)      Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : mencegah diare yang disebabkan  oleh infeksi
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan
(Doengoes,2000).
Tujuan :volume cairan seimbang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
dengan kriteria hasil : tidak terjadi/tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, mukosa
bibir lembab, BAB kembali normal (1x sehari)
Intervensi:
1)      Kaji intake dan output cairan
Rasional : menentukan derajat dehidrasi
2)      Berikan oralit/LGG tiap habis BAB
Rasional : mengganti cairan tubuh yang keluar bersama feses
3)      Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional : mengtahui derajat dehidrasi dan mencegah syok
4)      Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
Rasional : pengganti bila obat oral tidak masuk
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan tidak adekuatnya absorbsi usus
terhadap zat gizi (Carpenito, 2000:259).
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
6x24jam, dengan kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda malnutrisi, BB kembali ideal, mukos
bibir lembab, turgor kulit baik, porsi diit yang disajikan dihabiskan
Intervensi :
1)      Kaji kebutuhan nutrisi
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
2)      Beri diit yang tidak merangsang
Rasional :Membantu memperbaiki absorbsi usus
3)      Timbang BB tiap hari
Rasional ;Mengetahui ad tidaknya penurunan BB
4)      Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diit TKTP, tinggi mineral, rendah
4. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder dehidrasi (Doengoes,2000)
Tujuan : hipertermi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan  selama 3x24jam dengan kriteria
hasil : suhu dalam batas normal (36,3-37,40C), tidak muntah, BAB 1x tidak ad lendir darah,
nadi 75x/menit.
Intervensi:
1)      Observasi vital sign (suhu)
Rasional : mengetahui apakah ada peningkatan atau penurunan suhu tubuh
2)      Ajarkan paada keluarga pentingnya pertahanan masukan yang adekuat
Rasional : membantu memulihkan energi dan cegah dehidrasi
3)      Monitor intake dan output cairan
Rasional : mengetahui pemasukan dan pengeluaran urine
4)      Pertahankan cairan parenteral dan elektrolit
Rasional : membantu/mempertahankan masukan yang adekuat
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lingkungan sekunder terhadap
kelembaban (engram, 1999)
Tujuan : gangguan integritas kulit tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24jam dengan kriteria hasil : daerah anal klien tidak gatal, tidak terjadi iritasi
leukosit cel normal, turgor kulit baik, elastisitas kulit baik
Intervensi :
1)      Pantau hidrasi kulit dan membran mukosa
Rasional : mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi
sirkulasi dan integritas kulit atau jaringan pada tingkat seluler
2)      Pertahankan linen
Rasional : menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit
3)      Berikan steak laken di atas perlak klien
Rasional : mencegah gesekan tiba-tiba pada bokong
4)      Gunaka pakaian longgar
Rasional : memudahkan bebas bergerak
6. Gangguan rasa nyaman/nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat
gastroentritis (doengoes, 2000)
Tujuan : nyeri berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam
dengan kriteria hasil : orang tua mengatakan sudah tidak rewel,
Intervensi :
1)      Kaji karakteristik, intensitas dan letak nyeri
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
2)      Beri kompres hangat diperut
Rasional :Memberi rasa nyaman
3)      Ubah posisi yang nyaman bagi pasien
Rasional : membantu mengurangi nyeri
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan anak
(Doengoes,2000)
Tujuan : keluarga mengetahui tentang penyakit, perawatan dan pengobatan pada anak
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x20 menit dengan kriteria hasil : keluarga
sudah paham tentang penyakit, perawatan dan pengobatan anak
Intervensi :
1)      Kaji tingkat pemahaman orang tua
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang diare
2)      Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya kebersihan, cuci tangan untuk menghindari
kontaminasi
Rasional : mencegah diare tambah berat dan memungkinkan tidak terulang kembali
dirumah
3)      Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga
4)      Kolaborasi dengan ahli gizi tentang prinsip diit yang tepat
Rasional : membantu mengurangi diare
8. Cemas pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit
Tujuan : cemas berkurang sampai dengan hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x20 menit dengan kriteria hasil : orang tua tidak cemas dan tenang
Intervensi :
1) Gunakan komunikasi terapuetik; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan
Rasional : dapat memperkuat rasa saling percaya
2)      Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua
Rasional : persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat memperbesar perasaan
3)      Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Rasional : memantapkan hubungan dan membantu orang tua untuk realisasi dan
pengobatan yang diberikan
4)      Jelaskan kondisi anak, alasan pegobatan dan perawatan.
Rasional : memberikan jaminan bahwa perawat bersedia untuk mendukung dan
membantu

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. B uku Saku Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Deciphering Developmental Disorders Study. Large-scale discovery of novel genetic causes of
developmental disorders. Nature 519: 223-228, 2015. [PubMed: 25533962, related
citations]
Capernito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Corwin ,E,S. 2.000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, M.E.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Media Aesculapius
Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan Medikal
Bedah.Jakata : Salemba Medika.
Nanda Internasional. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta :
EGC.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan 1. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah volume 1. Jakarta : EGC
Sodikin.2011 Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier.
Jakarta : Salemba Medika.
Suriadi dan Yuliani, Rita.2010.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi 2.Jakarta : Sagung Seto.
Turnpenny, P. D., Wright, M. J., Sloman, M., Caswell, R., van Essen, A. J., Gerkes, E., Pfundt,
R., White, S. M., Shaul-Lotan, N., Carpenter, L., Schaefer, G. B., Fryer, A., and 14
others. Missense mutations of the Pro65 residue of PCGF2 cause a recognizable
syndrome associated with craniofacial, neurological, cardiovascular, and skeletal
features. Am. J. Hum. Genet. 103: 786-793, 2018. Note: Erratum: Am. J. Hum. Genet.
103: 1054 only, 2018. [PubMed: 30343942, related citations]
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

Tanggal Pengkajian : 26 November 2020


Tanggal Klien Masuk : 25 November 2020
No. Register : 05.01.54
DX. Medis : Turpenny-Fry syndrom

I. IDENTITAS BAYI/KELUARGA
a. Klien
Nama : An. A
Tgl/umur : 19 Maret 2005 (15 tahun)
Jenis kelamin : perempuan

b. Orang Tua
Nama ayah : Tn. Z
Umur : 51 thn
Pekerjaan : pangkas rambut
Suku Bangsa : Minang
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTA
Alamat : Perum RG Matala Asih RT 26 , Talang Bakung
No. Telp : 082374963110

Nama Ibu : Ny. F


Umur : 45 Tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Melayu
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SLTA
Alamat : Perum RG Matala Asih RT 26 , Talang Bakung
No. Telp : 082374963110

I. ALASAN MASUK RS
Klien datang ke RS dengan keluhan BAB cair lebih kurang 1 hari SMRS dengan frekuensi
10x dalam sehari, ada ampas, muntah dengan frekuensi 10x dalam sehari dan tidak mau makan.

II. KELUHAN UTAMA


Ibu klien mengeluh klien BAB cair dengan frekuensi 5 kali dalam sehari dan muntah 2x, klien
tidak mau makan.
III.RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG (PQRST)
Pada saat pengkajian tanggal 26 November 2020 klien masih BAB cair 5 kali dari pagi dan
disertai muntah 2 kali, klien tampak lemas dan pucat, mata cekung, membran mukosa kering, ibu
klien mengatakan klien tidak mau makan dan minum.

IV. PENGKAJIAN KEMAMPUAN KONSERVASI ENERGI

a. Kesadaran : Compos Mentis


b. Tanda-tanda Vital
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Suhu : 36,1°C
 Denyut nadi : 85 x/i
 Pernafasan : 20 x/i
c. Penampilan umum : Sedang
d. TB/BB : 138 cm/ 24 Kg
e. Lingkar kepala : 15,7 cm
MAKANAN
- Jenis Makanan : Nasi, lauk, sayur, ikan, ayam, daging, protein, minum
susu 3 kali sehari
- Nafsu makan : Baik
- Pola makan (jumlah/frekuensi): 3 Kali Sehari
- Makanan yang disukai : buah pepaya dan pisang
- Makanan yang tidak disukai : tidak ada

ISTIRAHAT TIDUR
- Jam tidur malam : ± 7-8 Jam
- Jam tidur siang : ± 2 Jam
- Gangguan/hambatan tidur : Tidak ada
- Kebiasaan sebelum tidur : ditemani sama ibu.
(perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur, dll)

V. PENGKAJIAN KEMAMPUAN INTEGRITAS STRUKTUR


a. Kepala
- Struktur : Simetris, tidak ada benjolan atau massa.
- Rambut : Warna hitam, tumbuh tidak merata
- Kulit kepala : Bersih, tidak ada ketombe.
- Nyeri/pusing : Tidak ada
- Haematum : Tidak ada
- Lesi : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
b. Mata
- Ketajaman : Baik
- Kelopak mata : Cekung
- Schelera : Tidak Ikterik
- Pupil : Isokor
- Konjungtiva :tidak Anemis
- Pergerakan bola mata : Baik, simetris
- Lapangan pandang : Normal
- Refleks kornea : Baik
- Peradangan : Tidak ada
- Alat bantu : Tidak ada
- Keluhan : Tidak ada

c. Hidung
- Struktur : Simetris
- Fungsi penciuman : Baik, klien dapat membedakan bau
- Membran mukosa : Cukup lembab
- Perdarahan : Tidak ada
- Keluhan : Tidak ada

d. Telinga
- Struktur : Simetris, tidak ada kelainan bentuk
- Fungsi : Normal, Klien dapat mendengar dengan baik
- Cerumen : Ada sedikit cerumen
- Cairan telinga : Tidak ada
- Nyeri telinga : Tidak ada
- Alat bantu : Tidak ada
- Keluhan : Tidak ada

e. Mulut dan Kerongkongan


- Keadaan bibir : Tampak kering
- Keadaan gusi : Baik, tidak ada pembengkakan
- Keadaan gigi : bentuk gigi crowding klien tidak mampu mengunyah
- Keadaan lidah : Baik
- Kemampuan bicara : Klien tidak mampu bicara normal, tidak bisa membentuk
kata-kata
- Fungsi mengunyah : tidak bisa mengunyah
- Fungsi menelan : Baik, Tidak ada kesulitan menelan
- Fungsi mengecap : Baik
- Kerongkongan : Baik, tidak ada rasa sakit
- Suara : Klien dapat bersuara dengan jelas
- Keluhan : Tidak ada
f. Leher
- Struktur : Simetris
- Trakhea : Tidak ada deviasi
- Kelenjar thyroid : Tidak ada pembengkakkan
- Arteri carotis : Teraba
- Vena jugularis : Tidak ada
- Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakkan
- Keluhan : Tidak ada

g. Dada
1)Struktur : Simetris kanan dan kiri
2)Payudara : Baik, Tidak ada benjolan
3)Aksila : Baik, Tidak ada benjolan
4)Pernafasan
a) Pola nafas : Normal
b) Frekuensi nafas : 20x/i
c) Kualitas nafas : Baik
d) Bunyi nafas : Vesikuler (+/+)
e) Penggunaan otot pernafasan tambahan : Tidak ada
f) Batuk : Tidak ada
g) Sputum : Tidak ada
h) Keluhan lain : Tidak ada
5) Kardiovaskuler
a) Ukuran jantung : Normal, Batas atas ICS 2 dan batas bawah ICS 5
b) Denyut jantung : Normal, S1 diikuti S2
c) Bunyi jantung: Lup Dup
d) Palpitasi : Tidak ada
e) Edema : Tidak ada
f) Sianosis : tidak ada
g) Jari-jari tabuh : Tidak ada masalah
h) Keluhan lain : Riwayat sinus valsava

H. Abdomen
- Struktur : Simetris
- Bising usus : 32x/i
- Keadaan hepar : Normal, tidak ada hepatomegali
- Keadaan lambung : Normal
- Keadaan ginjal : Normal
- Kandung kemih : Normal
- Nyeri tekan : Tidak ada
- Benjolan : Tidak ada
- Kembung : tidak ada
- Ascites : Tidak ada
- Mual : tidak ada
- Muntah : 3 kali
- Keluhan lain : tidak ada
I. Genetalia
1) Laki-laki
- Struktur :-
- Skrotum :-
- Penis :-
- Testis :-
- Keluhan lain :-

2) Wanita
- Struktur : normal
- Labia mayora : normal
- Labia minora : normal
- Orifisium urethra : normal
- Vagina : normal
- Peradangan : keluarga Klien mengatakan tidak ada peradangan
- Keluhan lain : Tidak ada

B.Rectum
- Struktur : Normal
- Pigmentasi : ada
- Haemorrhoid : Tidak ada
- Abses : Tidak ada
- Kista/massa : Tidak ada
- Lesi : Tidak ada
- Keluhan : tidak ada

C. Ekstremitas
1) Atas
- Struktur : Simetris
- Kekuatan otot : 5/5
- Tonus otot : Normal
- Rentang gerak : Baik
- Kecacatan : Tidak Ada
- Nyeri : tidak ada
- Trauma/fraktur : Tidak ada fraktur
- Deformitas : Tidak ada
- Kejang : Tidak ada
- Gangguan motorik (kelumpuhan) : Tidak ada klien mampu mengerakkan
ekstremitas atas.
- Pemasangan infuse: terpasang infus ditangan kiri
- Lain-lain : Tidak ada

2) Bawah
- Struktur : Simetris
- Kekuatan otot : 5/5
- Tonus otot : normal
- Keterbatasan gerak : tidak ada
- Kecacatan : Tidak ada
- Nyeri : tidak ada
- Trauma/fraktur : tidak ada
- Deformitas : Tidak ada
- Kejang : tidak ada
- Gangguan motorik (kelumpuhan) : tidak ada.
- Pemasangan infuse : Tidak ada
- Lain-lain : tidak ada

D. Punggung
- Struktur : Simetris
- Skar : Tidak ada
- Pembengkakan : Tidak ada
- Lesi : Tidak ada
- Nyeri : Tidak ada
- Lain-lain : klien tidak bisa membungkuk dan menunduk,

E. Kulit
- Warna : Kuning Langsat
- Turgor : Baik
- Kelembaban : Cukup lembab
- Perasaan terhadap rangsangan
a. Nyeri : Dapat dirasakan
b. Suhu : Dapat dirasakan
c. Raba : Dapat dirasakan
d. Tekan : Dapat dirasakan
- Lesi : Tidak ada
- Lain-lain : Tidak ada
VI. PENGAJIAN KEMAMPUAN INTEGRITAS PERSONAL

X
Anak lebih mandiri dalam aktivitas dan menggunakan kekuatan mental untuk menolak
suatu keputusan, bersifat egosentris.

Anak merasa malu & ragu jika merasa tidak mampu mengatasi tindakan yang
dipilihnya sendiri serta kurang support dari orang tua & lingkungan

X Anak menggunakan inisiatif dan banyak belajar serta mencoba hal-hal yang baru

Anak merasa bersalah jika melakukan tindakan yang tidak tepat atau melakuakn
sesuatu yang berlawanan dengan perilaku yang diharapkan

Anak lebih bertanggung jawab & dapat mengikuti aturan

Anak mengembangkan kemandirian dan ingin menyelesaikan suatu tugas yang dapat
menjadikan dia menjadi seseorang yang berprestasi secara sosial.

Anak memiliki keinginan untuk bekerja sama, berkompetisi dengan orang lain

Perkembangan identitas diri. Identitas kelompok penting untuk mengembangkan


identitas dirinya. Anak mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga dan
cendrung memilih menggunakan nilai, kebiasaan yang dianut oleh kelompok
sebayanya.
Emosional mengalami pasang surut , terkadang mengalami kematangan emosional,
√ terkadang berperilaku seperti anak-anak. kadang gembira dan bersemangat, pada
p waktu yang lain dapat tiba-tiba depresi dan menarik diri.

VII. PENGKAJIAN KEMAMPUAN INTEGRITAS SOSIAL

1. Siapa yang mengasuh : Ibu


2. Hubungan dengan anggota keluarga : baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : Klien tidak bersekolah dan kurang bisa
bersosialisasi, klien hanya bermain dengan kedua
orang tuanya
4. Pembawaan anak secara umum : rewel dan menolak apabila bertemu dengan orang
baru

VIII. DATA PENUNJANG

PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG


1. Kemandirian dan bergaul : Ibu klien mengatakan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri mandiri seperti mandi,
makan dan Toileting. klien belum bersekolah, klien
tidak memiliki teman sebaya dan sehari hari hanya
bermain dengan keluarganya

2. Motorik halus : Klien bisa menggenggam dan melempar barang.


Namun kemampuan motorik halus yang dimiliki
tidak sesuai dengan tumbang sesuai umur

3. Motorik kasar : Klien bisa berjalan dan berlari namun rentan


jattuh, klien tidak bisa melompat

4. Kognitif : kondisi kognitif klien buruk, klien tidak bisa


membaca maupun berhitung

5. Bahasa : Klien belum bisa berbicara dengan jelas

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

1. Pre Natal
a. Berapa kali memeriksa kehamilan : ±8 kali
b. Tempat pemeriksaan kehamilan : Bidan
c. Adakah dalam pengobatan
- Diet : tidak ada
- Infeksi : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada
d. Pemeriksaan Rontgen : Baik
e. Ketergantungan obat-obatan : Tidak
f. Adakah tanda-tanda pre-eklampsia : Tidak ada
g. Adakah masalah lain : Tidak ada

2. Natal
a. Usia kehamilan : 9 bulan
b. BB/PB Lahir : 2.4kg/24cm
c. Jenis persalinan : Normal
d. Lama persalinan : ±10 jam
e. Keadaan anak setelah lahir
- Segera menangis : ya
- Resusitasi : tidak
f. Masalah waktu persalinan : tidak ada

a. Post Natal
 IBU
a. Perawatan pasca persalinan : baik
b. Masalah pasca persalinan : tidak ada
 Bayi
a. Apgar Score : normal
b. Kelainan kongenital : tidak ada
c. Warna kulit
- Cyanosis : tidak
- Pucat : tidak
- Kuning : tidak
d. Panas : Ya
e. Kejang : tidak ada kejang
f. Kesulitan dalam menelan, : tidak ada
mengisap/minum

RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU


1. Penyakit waktu kecil : Turnpenny-Fry Syndrome
2. Pernah dirawat di RS : Pernah
 Kapan : Rutin sejak umur klien 6 bulan, sejak 3 tahun yang
lalu sampai sekarang rutin ke RSCM setiap 3 bulan
sekali
 Berapa lama : 2 – 5 minggu setiap dirawat
3. Tindakan pembedahan : Pernah
 Kapan : tahun 2017
 Jenis pembedahan : pengangkatan amandel
4. Pernah kecelakaan/trauma : pernah
 Kapan : tidak ada
 Jenis kecelakaan : tidak ada
5. Adakah alergi : Tidak ada
 Jenis alergi : Tidak ada
6. Imunisasi :
 Apakah imunisasi lengkap : lengkap
 Jenis imunisasi : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, HB, HiB
 Alasan tidak imunisasi :-
7. Obat-obatan yang dikonsumsi :

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a. Jumlah leukosit (Darah Rutin) 10.90 10^3/uL (↑)
b. Neutrofil 85.8% (↑)
c. Limposit 7.9% (↓)

2. Radiologi
3. Lain-Lain
PROGRAM PENGOBATAN MEDIS
Obat oral:
1. PCT
2. Bisoprolol
3. Zinc 1x20mg
4. Xepamol Syrup3x1 cth

Injeksi:
1. Ranitidin 2x0.5cc
2. Ondancentron 2x0,8 cc
3. Omeprazole 2x20mg
4. Ceftriaxone 2x800mg

Infus:
1. Ringer Laktat 15tpm

CATATAN TAMBAHAN
1. Daktarin diaper 2x1
ANALISA DATA

DATA PENYEBAB MASALAH


Ds : Kehilangan volume cairan Resiko kekurangan volume
 secara aktif cairan
klien BAB cair 5 kali
yang disertai muntah 2
kali.

klien tidak nafsu makan
dan minum
Do :



dan pecah-pecah.

Ds : Efek ketidakmampuan Fisik Gangguan tumbuh kembang


 Ibu Klien mengatakan
klien belum bersekolah,
klien tidak memiliki
teman sebaya dan sehari
hari hanya bermain
dengan keluarganya.
 Ibu klien mengatakan
klien bisa berjalan dan
berlari namun rentan
jatuh, keseimbangan
klien buruk, klien tidak
bisa melompat
 Ibu klien mengatakan
klien tidak bisa
membaca, menulis
maupun berhitung
 Ibu klien mengatakan
klien tidak mampu
melakukan perawatan
diri mandiri seperti
mandi, makan dan
Toileting.
Do :
 Klien tidak mampu
berbicara dengan jelas
 BB 24kg
 TB : 138 CM

Ds : Hambatan Gangguan interaksi sosial


- Klien tidak perkembangan/maturasi
bersekolah dan
kurang bisa
bersosialisasi
- klien hanya bermain
dengan kedua orang
tuanya
Do :
- Klien tampak rewel
dan menolak apabila
bertemu dengan
orang baru
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TANGGAL NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF TANGGAL


DITEGAKKA DX TERATASI
N
26 November 1 Resiko kekurangan volume cairan
2020 berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif d.d Ibu klien mengatakan
klien BAB cair 5 kali yang disertai
muntah 2 kali, Ibu klien mengatakan
klien tidak nafsu makan dan minum,
Klien tampak lemah, Mata klien cekung,
Membran mukosa kering dan pecah-
pecah, Bising usus 32x/I
26 November 2 Gangguan tumbuh kembang b.d efek
2020 ketidakmampuan fisik d.d Ibu Klien
mengatakan klien belum bersekolah,
klien tidak memiliki teman sebaya dan
sehari hari hanya bermain dengan
keluarganya, Ibu klien mengatakan klien
bisa berjalan dan berlari namun rentan
jattuh, keseimbangan klien buruk, klien
tidak bisa melompat, Ibu klien
mengatakan klien tidak bisa membaca,
menulis maupun berhitung, Ibu klien
mengatakan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri mandiri seperti
mandi, makan dan Toileting, Klien tidak
mampu berbicara dengan jelas, BB 24kg,
TB : 138 CM
26 November 3 Gangguan interaksi sosial b.d Hambatan
2020 perkembangan/maturasi d.d Klien
tampak rewel dan menolak apabila
bertemu dengan orang baru, Klien tidak
bersekolah dan kurang bisa bersosialisasi
klien hanya bermain dengan kedua orang
tuanya,

PRIORITAS DIAGNOSAKEPERAWATAN

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
d.d Ibu klien mengatakan klien BAB cair 5 kali yang disertai muntah 2 kali, Ibu klien
mengatakan klien tidak nafsu makan dan minum, Klien tampak lemah, Mata klien
cekung, Membran mukosa kering dan pecah-pecah, Bising usus 32x/I
2. Gangguan tumbuh kembang b.d efek ketidakmampuan fisik d.d Ibu Klien mengatakan
klien belum bersekolah, klien tidak memiliki teman sebaya dan sehari hari hanya bermain
dengan keluarganya, Ibu klien mengatakan klien bisa berjalan dan berlari namun rentan
jattuh, keseimbangan klien buruk, klien tidak bisa melompat, Ibu klien mengatakan klien
tidak bisa membaca, menulis maupun berhitung, Ibu klien mengatakan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri mandiri seperti mandi, makan dan Toileting, Klien
tidak mampu berbicara dengan jelas, BB 24kg, TB : 138 CM
3. Gangguan interaksi sosial b.d Hambatan perkembangan/maturasi d.d Klien tampak rewel
dan menolak apabila bertemu dengan orang baru, Klien tidak bersekolah dan kurang bisa
bersosialisasi klien hanya bermain dengan kedua orang tuanya

INTERVENSI KEPERAWATAN
No DIAGNOSA TUJUAN/ KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1. Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor keadaan umum klien
volume cairan b.d keperawatan selama 2x24 dan ttv.
2. Monitor intake dan output cairan
kehilangan volume jam resiko kekurangan
3. Monitor tanda-tanda dehidrasi
cairan aktif volume cairan dapat teratasi 4. Anjurkan untuk meningkatkan
KH: intake cairan dengan banyak
minum.
1. Intake oral dan
5. Berikan makanan dalam porsi
intravena adekuat kecil dan lebih sering serta
2. Tidak ada tanda- tingkatkan porsi secara berkala
6. Edukasi keluarga cara
tanda dehidrasi
pembuatan dan pengunaan
3. Mempertahankan oralit.
urine output sesuai 7. Kolaborasi pemberian cairan
dengan usia, BB. intravena.
 R
4. Menunjukkan L 15 tpm
keseimbangan 8. Kolaborasi pemberian obat
cairan sesuai indikasi
 Zi
nk syr 1x20 mg
 O
ndansentron 2x0.8cc
 R
anitidin 2x0.5cc
 C
eftriaxone 2x800mg

2. Gangguan tumbuh Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat tumbuh kembang


kembang b.d efek keperawatan selama 3x24 anak
2. Ajarkan untuk intervensi awal
ketidakmampuan fisik jam, diharapakan anak akan
dengan terapi rekreasi dan
menunjukkan tingkat aktivitas sekolah
pertumbuhan dan 3. Anjurnkan keluarga untuk
menfasilitasi anak untuk
perkembangan sesuai
berhubungan dengan teman
dengan usia sebaya
KH: 4. Berikan perhatian saat
a. melakukan ketrampilan dibutuhkan
sesuai dengan usia 5. Ajarkan anak untuk mencari
pertolongan dari orang lain
b. mampu melakukan ADL
6. Identifikasi kebutuhan spesial
secara mandiri anak
c. menunjukkan peningkatan 7. Berikan aktivitas yang sesuai,
menarik, dan dapat dilakukan
dalam berespon
oleh anak.
8. Memberikan stimulasi atau
rangsangan untuk
perkembangan kepada anak
9. Rencanakan bersama anak
aktivitas dan sasaran yang
memberikan kesempatan untuk
keberhasilan (Sediakan aktivitas
yang dianjurkan untuk
berinteraksi dgn teman
sebayanya)
10. Memberikan diet nutrisi untuk
pertumbuhan
11. Berikan pendkes stimulasi
tumbuh kembang anak pada
keluarga
3. Gangguan interaksi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab
sosial b.d Hambatan keperawatan 2x24 jam kurangnya keterampilan sosial
2. Motivasi untuk berpartisipasi
perkembangan/maturas diharapkan klien dapat
dalam aktifitas baru dan
i berinteraksi sosial dengan kegiatan kelompok
baik dengan kriteria hasil : 3. Motivasi berinteraksi diluar
lingkungan (mis. Jalan-jalan)
- Menunjukkan
4. Motivasi untuk berlatih
prilaku yang dapat keterampilan sosial
meningkatkan atau 5. Jelaskan tujuan melatih
keterampilan sosial
memperbaiki
6. Beri umpan balik positif
interaksi sosial (pujian) terhadap kemampuan
- Anak mau sosialisasi
7. Libatkan keluarga selama
berinteraksi dengan
latihan keterampilan sosial
orang baru (perawat) 8. Edukasi keluarga untuk
dukungan keterampilan sosial
9. Latih keterampilan sosial secara
bertahap
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TANGGAL/JA DX IMPLEMENTASI PARAF


M
26 Nov 2020 1 1. Memonitor keadaan umum klien dan ttv.
2. Memonitor intake dan output cairan
3. Memonitor tanda-tanda dehidrasi
4. Menganjurkan untuk meningkatkan intake cairan
dengan banyak minum.
5. Memberikan makanan dalam porsi kecil dan
lebih sering serta tingkatkan porsi secara berkala
6. Memberi edukasi keluarga cara pembuatan dan
pengunaan oralit.
7. Kolaborasi pemberian cairan intravena.
 RL 15 tpm
8. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
 Zink syr 1x20 mg
 Ondansentron
2x0.8cc
 Ranitidin 2x0.5cc
 Ceftriaxone
2x800mg

26 Nov 2020 1. Mengkaji tingkat tumbuh kembang anak


2. Mengajarkan untuk intervensi awal dengan terapi
rekreasi dan aktivitas sekolah
3. Menganjurkan keluarga untuk menfasilitasi anak
untuk berhubungan dengan teman sebaya
4. Memberikan perhatian saat dibutuhkan
5. Mengajarkan anak untuk mencari pertolongan
dari orang lain
6. Mengidentifikasi kebutuhan spesial anak
7. Memberikan aktivitas yang sesuai, menarik, dan
dapat dilakukan oleh anak.
8. Memberikan stimulasi atau rangsangan untuk
perkembangan kepada anak
9. Merencanakan bersama anak aktivitas dan
sasaran yang memberikan kesempatan untuk
keberhasilan (Sediakan aktivitas yang dianjurkan
untuk berinteraksi dgn teman sebayanya)
10. Memberikan diet nutrisi untuk pertumbuhan
11. Memberikan pendkes stimulasi tumbuh kembang
anak pada keluarga

26 Nov 2020 3. a. mengidentifikasi penyebab kurangnya


keterampilan sosial
b. Memotivasi untuk berpartisipasi dalam
aktifitas baru dan kegiatan kelompok
c. Memotivasi berinteraksi diluar lingkungan
(mis. Jalan-jalan)
d. Memotivasi untuk berlatih keterampilan
sosial
e. Menjelaskan tujuan melatih keterampilan
sosial
f. Memberikan umpan balik positif (pujian)
terhadap kemampuan sosialisasi
g. Melibatkan keluarga selama latihan
keterampilan sosial
h. Mengedukasi keluarga untuk dukungan
keterampilan sosial
i. Melatih keterampilan sosial secara bertahap
CATATAN PERKEMBANGAN

TANGGAL NO CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


DX
26 1 S : ibu klien mengatakan bahwa klien masih BAB cair
November O:
2020 - Keadaan umum lemah
- BAB cair 5x
- Muntah tidak ada lagi
- Mukosa bibir kering
- Makanan habis 2 sdm

A : masalah belum teratasi


P : intervensi dilanjutkan

S : ibu klien mengatakan bahwa anaknya masih

2 dibantu dalam melakukan perawatan diri seperti


mandi dan toileting
O : bicara klien masih belum jelas
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

S : ibu klien mengatakan bahwa anaknya masih belum

3. bisa bersosialisasi dengan orang baru


O : klien masih tampak menangis jika bertemu orang
lain
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TANGGAL/JAM DX IMPLEMENTASI PARAF


27 November 2020 1 1. Memonitor keadaan umum klien dan ttv.
2. Memonitor intake dan output cairan
3. Memonitor tanda-tanda dehidrasi
4. Menganjurkan untuk meningkatkan intake
cairan dengan banyak minum.
5. Memberikan makanan dalam porsi kecil dan
lebih sering serta tingkatkan porsi secara
berkala
6. Memberi edukasi keluarga cara pembuatan
dan pengunaan oralit.
7. Kolaborasi pemberian cairan intravena.
- RL 15 tpm
8. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
- Zink syr 1x20 mg
- Ondansentron 2x0.8cc
- Ranitidin 2x0.5cc
- Ceftriaxone 2x800mg

1. Mengkaji tingkat tumbuh kembang anak


2. Mengajarkan untuk intervensi awal dengan
terapi rekreasi dan aktivitas sekolah
3. Menganjurkan keluarga untuk menfasilitasi
anak untuk berhubungan dengan teman
sebaya
4. Memberikan perhatian saat dibutuhkan
5. Mengajarkan anak untuk mencari
pertolongan dari orang lain
6. Mengidentifikasi kebutuhan spesial anak
7. Memberikan aktivitas yang sesuai, menarik,
dan dapat dilakukan oleh anak.
8. Memberikan stimulasi atau rangsangan
untuk perkembangan kepada anak
9. Merencanakan bersama anak aktivitas dan
sasaran yang memberikan kesempatan untuk
keberhasilan (Sediakan aktivitas yang
dianjurkan untuk berinteraksi dgn teman
sebayanya)
10. Memberikan diet nutrisi untuk pertumbuhan
11. Memberikan pendkes stimulasi tumbuh
kembang anak pada keluarga

3. 1. mengidentifikasi penyebab kurangnya


keterampilan social
2. Memotivasi untuk berpartisipasi dalam
aktifitas baru dan kegiatan kelompok
3. Memotivasi berinteraksi diluar lingkungan
(mis. Jalan-jalan)
4. Memotivasi untuk berlatih keterampilan
sosial
5. Menjelaskan tujuan melatih keterampilan
sosial
6. Memberikan umpan balik positif (pujian)
terhadap kemampuan sosialisasi
7. Melibatkan keluarga selama latihan
keterampilan sosial
8. Mengedukasi keluarga untuk dukungan
keterampilan sosial
9. Melatih keterampilan sosial secara bertahap
CATATAN PERKEMBANGAN

TANGGAL NO CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


DX
27 1 S : ibu klien mengatakan bahwa BAB klien sudah
November tidak cair lagi
2020 O:
- Keadaan umum sedang
- BAB cair (-)
- klien sudah terlihat mau makan
- mukosa bibir lembab
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

2 S : ibu klien mengatakan bahwa anaknya masih


dibantu dalam melakukan perawatan diri seperti
mandi dan toileting
O : bicara klien masih belum jelas
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

3. S : ibu klien mengatakan bahwa anaknya masih belum


bisa bersosialisasi dengan orang baru
O : klien masih tampak menangis jika bertemu orang
lain
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai