KELOMPOK : 4
1. Definisi
Hal inilah yang membuat seseorang dengan dwarfisme disebut manusia kerdil karena
bertubuh pendek. Dwarfisme bisa terjadi karena adanya gangguan metabolisme tubuh yang
diakibatkan masalah kurang gizi, sehingga memicu gangguan hormon pertumbuhan yang
dapat menghambat perkembangan tulang.
Meskipun achondroplasia merupakan kelainan genetik, tetapi 80 persen kondisi ini tidak
diturunkan dari orang tua. Sedangkan 20 persen lainnya, achondroplasia menjadi kelainan
yang diturunkan dari orang tua. Apabila salah satu orang tua mengidap achondroplasia maka
keturunan mereka memiliki peluang 50 persen untuk menderita kondisi serupa.
Namun, apabila kedua orang tua menderita achondroplasia maka risiko anak untuk
menderita kondisi serupa adalah sebagai berikut:
25 persen kemungkinan anak berperawakan normal
50 persen kemungkinan anak memiliki satu gen yang cacat sehingga menyebabkan
achondroplasia
25 persen kemungkinan anak mewarisi dua gen yang cacat. Kondisi ini akan
menyebabkan achondroplasia fatal yang disebut homozygous achondroplasia
Achondroplasia adalah suatu kondisi yang berbeda yang biasanya dapat diketahui pada
saat lahir.
Batang tubuh dan tungkai pendek . tungkai bengkok dan segmen tungkai proksimal lebih
pendek (rhizomelia). Cranium biasanya lebih besar daripada presentil ke 97 pada
lingkarannya dengan penonjolan frontal dan jembatan hidung rata.
Kepala besar dengan dahi menonjol, tulang pipi yang kurang menonjol, dan hidung yang
kecil
Jari-jari bayi yang terkena achondroplasia pendek dan jari tengah memiliki kelainan atau
kecacatan. Kebanyakan persendiannya dapat memanjang lebih dari normal. Sebagai contoh,
lutut dapat memanjang melampaui titik berhenti yang normal.
Bayi dengan achondroplasia akan mengalami hypotonia. Hal ini disebabkan karena
kepala yang besar, terutama dibandingkan dengan seluruh tubuh, anak dengan
achondroplasia akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan dibandingkan anak-
anak lainnya
Bertubuh pendek atau jauh di bawah tinggi rata-rata untuk orang dengan usia dan jenis
kelamin yang sama (biasanya dibawah 138 cm) yang seringkali tidak terdeteksi sampai pada
masa kanak–kanak awal dan pertengahan
Lengan dan kaki yang pendek, terutama lengan atas dan paha, dibandingkan dengan tinggi
badan
Jari-jari pendek, dimana terdapat jarak antara jari manis dan jari tengah
Kepala besar yang tidak proporsional dibandingkan dengan tubuh
Dahi yang besar dan menonjol secara abnormal dan hidung yang datar
Gigi yang tidak rata
Kelengkungan tulang belakang abnormal yang disebut kifosis atau lordosis
Kanal atau rongga tulang belakang yang sempit, dapat memicu terjadinya kompresi tulang
belakang pada saat remaha
Kaki berbentuk O
Kaki datar, pendek, dan lebar (flat foot)
Tonus otot yang menurun dan sendi yang lentur
Mengalami infeksi telinga berulang karena liang telinga yang sempit, lama kelamaan
dapat menyebabkan hilangnya pendengaran
Tingkat kecerdasan (intelegensia) yang normal
Gangguan perkembangan, seperti terlambat berjalan
Obesitas
Mengalami kesulitan menekuk siku tangan
Sinyal dari STAT1 memiliki fungsi dalam menginhibisi proliferasi kondrosit dan sinyal
MAPK memiliki efek negatif pada proliferasi, sintesis matriks post mitosis, dan diferensiasi
terminal. Sinyal-sinyal ini memiliki fungsi antiproliferatif dan menekan molekul promosi
pertumbuhan.
Mutasi pada gen FGFR3 menyebabkan aktivasi gen FGFR3 berlebih secara permanen
sehingga menyebabkan terganggunya formasi tulang endokondral, restriksi pertumbuhan,
pemendekan tulang, dan anomali skeletal lainnya.
Terdapat konsekuensi indirek akibat terjadinya mutasi gen FGFR3. Penurunan pertumbuhan
dari basal kranial dan pedikel vertebral menyebabkan manifestasi neurologis pada pasien
achondroplasia. Selain itu, restriksi pertumbuhan pada sepertiga tengah wajah (midface)
menyebabkan terjadinya dental crowning pada pasien. Kehilangan pendengaran akibat otitis
media rekuren juga sering kali ditemukan akibat gangguan pembentukan tulang temporal.
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi achondroplasia dapat berupa:
Apnea
Apnea merupakan kondisi yang ditandai dengan tidak bernapas dalam periode waktu
tertentu. Operasi pengangkatan amandel seringkali mengatasi kondisi ini.
Infeksi telinga berulang
Kondisi ini juga perlu ditangani agar tidak terjadi gangguan pendengaran.
Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan di dalam otak. Cairan perlu dikeluarkan melalui alat
khusus seperti selang bernama shunt.
Gangguan postur tubuh
Gangguan postur tubuh seperti kifosis dapat terjadi, namun biasanya hilang dengan
sendirinya ketika anak mulai berjalan. Akan tetapi, sering berjalan dapat memicu terjadinya
postur tubuh yang bungkuk (lordosis). Fisioterapi dapat membantu mengatasi masalah ini.
Kelainan gigi
Gigi yang tidak rata dapat ditangani oleh dokter gigi.
Obesitas
Berat badan berlebih (obesitas) juga dapat dialami oleh anak.
Kompresi spinal
Anak dengan achondroplasia dapat juga mengalami rongga tulang belakang yang sempit. Hal
ini dapat menyebabkan kompresi spinal ketika anak berusia lebih tua. Selain itu, penyempitan
tulang belakang di bagian atas dapat menyebabkan gangguan pernapasan.
ILUSTRASI KASUS
Wanita, 27 Tahun, Toraja, umur kehamilan 35-36 minggu dengan keluhan anak dirasakan
kurang gerak dan kelainan pada tulang berdasarkan hasil USG di Toraja. Anak pertama 4
tahun, lahir pervaginam dengan preeklampsia, kehamilan kedua abortus tahun 2000. Pada
USG ditemukan FL 2,2 cm, HL 2,0 cm, BPD 8,8 cm AC:28,1 cm, rongga dada sempit.
Struktur otak tampak lebih jelas, AFI 27 cm, kelainan lain yang tampak palatoskisis. Setelah
dilakukan USG dengan cermat dan berulang, kesimpulan dysplasia skelet tipe akondroplasia.
Kardiotokografi, NSTkesan reaktif. Pemeriksaan laboratorium didapatkan AFP 159,7 ng/ml.
Pemeriksaan TORCH didapatkan anti Rubella IgG (34,9), IgM negative, anti CMV IgG (26),
IgM negative dan aviditas IgG negatif (0,89). Diputuskan termidasi kehamilan dengan
pertimbangan prognosis buruk dan factor psikologis ibu dan keluarga. Bayi dilahirkan
pervaginam dengan hasil bayi perempuan, berat badan 1600 gram, pamjang badan 28 cm,
APGAR 4/5. Bayi dirawat di ruang perinatologi dan pada pemeriksaan fisis didapatkan
kelainan kongenital palatoskisis, leher pendek, ekstraminatas pendek. Hasil gambaran
radiologi sesuai dengan akondroplasia. Setelah enam setengah jam perawatan bayi meninggal
dunia, penyebab kematian diduga gangguan pernapasan akibat penyempitan pada foramen
magnum dan kanalis spinalis