Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ACHONDROPLASIA

Disusun oleh :

Fitriyanti (A.1.21.1245)

STIKES MARENDENG MAJENE TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Achondroplasiaberasal dari bahasa Yunani;achondrosyaitu tidak
memiliki kartilago danplasiayaitu pertumbuhan. Istilah yang pertama kali
digunakan oleh Parrot (1878) ini secara harfiah berarti pembentukan
kartilago menjadi tulang –tulang (terutama tulang panjang) yang
terganggu. Achondroplasia ini merupakan suatu penyakit genetika yang
diturunkan secara autosom dominan, namun sebagian besar kasus juga
terjadi karena adanya mutasi dalam gen secara spontan.
Achondroplasiadisebut jugadwarfismeatau kekerdilan. Istilah lain
yang biasa digunakan untuk penyakit ini antara lainAchondroplastic
Dwarfism, Chondrodystrophia Fetalis, Chondrodystrophy
SyndromeatauOsteosclerosis Congenital.Umumnya pertumbuhan tulang
yang normal bergantung pada produksi tulang rawan, yaitu sebuah
jaringan ikat fibrosa. Asupan kalsium ke dalam tubuh secara normal akan
disimpan dalam tulang rawan sehingga tulang rawan akan mengeras
menjadi tulang. Namun pada penyakitAchondroplasia, kelainan
menyebabkan pertumbuhan tulang, terutama pada bagian tangan dan kaki,
menjadi terhambat dimana pada saat itu juga terjadi proses penebalan
tulang. Selain itu bukaan di tengkorak menuju sumsum tulang belakang
dan sumsum tulang belakang itu sendiri berukuran lebih kecil dari ukuran
biasanya sehinggaterjadi akumulasi cairan yang berlebihan dikepala.
Seseorang yang mengidapAchondroplasiaini memiliki lengan tangan
dan kaki yang pendek. Umumnya kepala dan tulang belakang mereka
normal, namun dengan adanya lengan dan kaki yang pendek tersebut
menyebabkan kepalanya terlihat lebih besar. Selain itu terjadi penonjolan
yang cukup ekstrim pada bagian dahi dan hidung (hidung pelana). Terjadi
pula pembentukanmidface deficiencyyang terlihat mencolok pada bagian
rahang penderita. Saat menginjak usia dewasa terjadi pula perkembangan
otot yang berlebihan. Penyakit lain yang mungkin timbul sebagai
komplikasi penyakit ini adalah gangguan pendengaran seperti infeksi
telinga bagian tengah dan gangguan saraf. Tinggi badan penderita
biasanya tidak lebih dari 130cm. Namun intelegensi, mental dan
kemampuan reproduksi penderita penyakit ini tidak mengalami gangguan.
Achondroplasiadisebabkan oleh mutasi dominan autosomal pada
gen faktor reseptor pertumbuhan fibroblast 3, atau FGFR3 (fibroblast
growth factor receptor3) pada lengan pendek kromosom 4p16.3 Gen
FGFR3 berfungsi memberi instruksi dalam hal pembentukan protein yang
terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang, khususnya
pembentukan tulang secara osifikasi endokondral. Dua mutasi spesifik
pada gen FGFR3 bertanggungjawab pada hampir semua
kasusAchondroplasia. Sekitar 98% kasus, terjadi mutasi G ke A pada
nukleotida 1138 pada gen FGFR3. Sebesar 1% kasus disebabkan oleh
mutasi Gke C. Mutasi-mutasi ini mengakibatkan protein tidak bekerja
sebagaimana mestinya, sehingga mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan tulang.
Osifikasi endokondral adalah salah satu jenis pertumbuhan tulang
dimana sel mesenkim yang tidak terdifferensiasi langsung berkondensasi
dan berdifferensiasi membentuk kondroblas. Kondroblas berproliferasi dan
berdifferensiasi membentuk kondrosit yang secara bertahap menjadi
dewasa membentuk hipertrofik kondrosit. Setelah itu, hipertrofik kondrosit
akan mengalamiapoptosis(kematian sel) dan pada regio tersebut terjadi
kalsifikasi matriks ekstraseluler. Proses ini akan membentuk pelat
pertumbuhan (growth plate) dan pertumbuhan normal tulang panjang
tercapai melalui differensiasi dan maturasi kondrosit yang sinkron. Adanya
mutasi gen FGFR3 padaAchondroplasiamenyebabkan gangguan pada
proses osifikasi endokondral, dimana kecepatan perubahan sel kartilago
menjadi tulang pada pelat pertumbuhan (growth plates) menurun sehingga
pertumbuhan dan perkembangan tulang terganggu.
Besarnya kemungkinan terlahirnya bayi yang
mengidapAchondroplasiaadalah 1/10.000 kelahiran hidup. Selain itu pula
didapatkan sekitar 80%Achondroplasiaterjadi karena adanya mutasi
genetik yang terjadi secara spontan. Penyakit ini merupakan penyakit
genetika yang dapat diturunkan oleh autosom dominan maupun karana
mutasi yang terjadi secara spontan, artinya meskipun kedua orang tua tidak
memiliki gen penyakit ini, mereka memiliki kemungkinan untuk
melahirkan seorang anak yang mengidapAchondroplasia.Apabila salah
satu orang tua memiliki gen penyakit ini maka kemungkinan anaknya
mengidap penyakit ini sebesar 50%, heterozygot achondroplasia. Jika
kedua orang tua menderitaAchondroplasia, maka peluang untuk
mendapatkan anak normal 25%, anak yang menderitaAchondroplasia50%
dan 25% anak dengan homozigotAchondroplasia(biasanya
meninggal).Achondroplasiadapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan
dengan frekwensi yang sama besar. Fakta menarik yang ditemukan dari
penyakit ini adalah bahwa jumlah anak yang terlahir
mengidappenyakitAchondroplasiakemungkinanya semakin besar seiring
dengan semakin tuanya usia ayah sedangkan kebanyakan penyakit genetik
lebih banyak terkait seiring dengan bertambahnya usia ibu.Penyakit
Achondroplasiaini merupakan suatu penyakit yang menyebabkan cacat
secara morfologi yang jugamempengaruhi kinerja organ –organ tubuh.
Penyakit komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit ini perlu
mendapatkan perhatian yang lebih sehingga penderita penyakit ini dapat
memiliki jangka waktu hidup yang normal.

Makalah ini akan membahas mengenai penyakit Achondroplasia,


bagaimana penyakit ini dapat diwariskan dan gen apa yang menyebabkan
terjadinya penyakit ini.
1.2Rumusan Masalah

1.Apa pengertian dari achondroplasia

2.Apa penyebab munculnya achondroplasia beserta ephidemologinya

3.Bagaimana ciri ciri penderita achondroplasia

4.Bagaimana gejala-gejala yang menderita achondroplasia

5.Bagaimana diagnosis dan pengobatan penderita achondroplasia

6.Bagaimana pencegahan achondroplasia

1.3Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui pengertian dari achondroplasia

2.Untuk mengetahui penyebab munculnya achondroplasia beserta


ephidemologinya

3.Untuk mengetahui ciri ciri penderita achondroplasia

4.Untuk mengetahui gejala-gejala yang menderita achondroplasia

5.Untuk mengetahui diagnosis dan pengobatan penderita achondroplasia

6.Untuk mengetahui pencegahan achondroplasia


BAB II
PEMBAHASAN
2.1Definisi
Istilah Achondroplasia pertama kali digunakan oleh Parrot (1878).
Achondroplasia berasal dari bahasa Yunani yaitu; achondros: tidak ada
kartilago dan plasia: pertumbuhan. Secara harfiah Achondroplasia berarti
tanpa pembentukan/ pertumbuhan kartilago, walaupun sebenarnya
individu dengan Achondroplasia memiliki kartilago. Masalahnya adalah
gangguan pada proses pembentukan kartilago menjadi tulang terutama
pada tulang-tulang panjang. Achondroplasia adalah dwarfisme atau
kekerdilan yang disebabkan oleh gangguan osifikasi endokondral akibat
mutasi gen FGFR 3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan
pendek kromosom 4p16. Sindroma ini ditandai oleh adanya gangguan
pada tulang-tulang yang dibentuk melalui proses osifikasi endokondral,
terutama tulang-tulang panjang. Selain itu, Achondroplasia memberikan
karakteristik pada kraniofasial. Achondroplasia juga dikenal dengan nama
Achondroplastic Dwarfism, Chondrodystrophia Fetalis, Chondrodystrophy
Syndrome atau Osteosclerosis Congenital.

2.2Penyebab
Achondroplasia disebabkan oleh mutasi dominan autosomal pada
gen FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek
kromosom 4p16. Gen FGFR3 berfungsi memberi instruksi dalam hal
pembentukan protein yang terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan
tulang, khususnya pembentukan tulang secara osifikasi endokondral. Dua
mutasi spesifik pada gen FGFR3 bertanggung jawab pada hampir semua
kasus Achondroplasia. Sekitar 98% kasus, terjadi mutasi G ke A pada
nukleotida 1138 pada gen FGFR3. Perubahan basa nukleat glisin menjadi
arginin ini terjadi pada posisi 380. Sebesar 1% kasus disebabkan oleh
mutasi G ke C. Mutasi-mutasi ini mengakibatkan protein tidak bekerja
sebagaimana mestinya, sehingga mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan tulang.
Osifikasi endokondral adalah salah satu jenis pertumbuhan tulang
dimana sel mesenkim yang tidak terdifferensiasi langsung berkondensasi
dan berdifferensiasi membentuk kondroblas. Kondroblas berproliferasi dan
berdifferensiasi membentuk kondrosit yang secara bertahap menjadi matur
membentuk hipertrofik kondrosit. Setelah itu, hipertrofik kondrosit akan
mengalami apoptosis (kematian sel) dan pada regio tersebut terjadi
kalsifikasi matriks ekstraseluler. Proses ini akan membentuk pelat
pertumbuhan (growth plate) dan pertumbuhan normal tulang panjang
tercapai melalui differensiasi dan maturasi kondrosit yang sinkron.
Adanyamutasi gen FGFR3 pada Achondroplasia menyebabkan gangguan
pada proses osifikasi endokondral, dimana kecepatan perubahan sel
kartilago menjadi tulang pada pelat pertumbuhan (growth plates) menurun
sehingga pertumbuhan dan perkembangan tulang terganggu.

Pada lingkup kraniofasial yang terpengaruh adalah basis kranium


dan bagian tengah wajah (midface) karena bagian-bagian ini dibentuk
secara osifikasi endokondral. Rongga kranium dan maksila dibentuk
secara osifikasi intramebranosa, sedangkan mandibula dibentukmelalui
osifikasi periosteal dan aposisi Basis kranium yang kurang berkembang
pada penderita Achondroplasia berpengaruh pada perkembangan maksila,
karena pertumbuhan basis kranium akan mendorong maksila ke anterior
dan ke bawah. Saat perlekatan maksila keujung anterior basis kranium,
perpanjangan atau pertumbuhan basis kranium akan mendorong maksila
ke anterior. Sampai usia 6 tahun, pergerakan dari pertumbuhan basis
kranium adalah bagian penting dalam pertumbuhan maksila ke anterior.
Kegagalan perkembangan atau pertumbuhan basis kranium secara normal
pada penderita Achondroplasia, memberikan karakteristik midface
deficiency atau hypoplasia midface. Hal ini yang mengakibatkan maksila
menjadi retrognatik, sedangkan mandibula normal atau sedikit prognatik,
sehingga menghasilkan hubungan rahang Klas III. Hypoplasia midface
juga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan atas sehingga
meningkatkan resiko gangguan pernafasan, gangguan fonetik dan infeksi
telinga.

Mutasi gen pada Achondroplasia bersifat autosomal dominant


inheritance namun sekitar 85-95% kasus merupakan mutasi genetik yang
spontan. Apabila salah satu orang tuanya mengalami penyakit ini maka
anaknya memiliki potensi terkena penyakit ini sebanyak 50 persen. Dan
apabila kedua orang dua terjangkit penyakit ini maka kemungkinan
keturunannya mengalai penyakit ini lebih besar lagi. Mutasi pada
Achondroplasia sangat erat kaitannya dengan kenaikan umur sang ayah,
penelitian menujukan bahwa mutasi gen pada achondroplasia tertutama
diturunkan dari sang ayah dan terjadi saat pembentukan sperma
(spermatogenesis).
2.3 Tanda dan gejala
Gejala achondroplasia pada umumnya meliputi;

1. Rata Bertubuh pendek atau jauh di bawah tinggi rata-rata untuk


orang dengan usia dan jenis kelamin yang sama (biasanya
dibawah 138 cm) yang seringkali tidak terdeteksi sampai pada
masa kanak–kanak awal dan pertengahan
2. Lengan dan kaki yang pendek, terutama lengan atas dan paha,
dibandingkan dengan tinggi badan
3. Jari-jari pendek, dimana terdapat jarak antara jari manis dan jari
tengah
4. Kepala besar yang tidak proporsional dibandingkan dengan tubuh
5. Dahi yang besar dan menonjol secara abnormal dan hidung yang
datar
6. Gigi yang tidak rata
7. Kelengkungan tulang belakang abnormal yang disebut kifosis
atau lordosis
8. Kanal atau rongga tulang belakang yang sempit, dapat memicu
terjadinya kompresi tulang belakang pada saat remaha
9. Kaki berbentuk O
10. Kaki datar, pendek, dan lebar (flat foot)
11. Tonus otot yang menurun dan sendi yang lentur
12. Mengalami infeksi telinga berulang karena liang telinga yang
sempit, lama kelamaan dapat menyebabkan hilangnya
pendengaran
13. Tingkat kecerdasan (intelegensia) yang normal
14. Gangguan perkembangan, seperti terlambat berjalan
15. Obesitas
16. Mengalami kesulitan menekuk siku tangan
Selain itu, beberapa masalah kesehatan yang terjadi pada anak dengan
achondroplasia meliputi:

1. Tonus otot menurun, yang dapat menyebabkan keterlambatan


dalam berjalan dan keterampilan motorik lainnya
2. Apnea, yaitu periode singkat napas pelan atau berhenti bernapas
3. Hidrosefalus, suatu kondisi yang ditandai dengan penumpukan
cairan di otak
4. Stenosis tulang belakang (penyempitan kanal pada tulang
belakang yang dapat menekan saraf tulang belakang)

2.4 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi achondroplasia melibatkan mutasi genetik fibroblast
growth factor receptor 3 (FGFR3). Gen FGFR3 meupakan gen yang
meregulasi pertumbuhan linear tulang. Gen ini berfungsi menginhibisi
proliferasi dan diferensiasi kondrosit lempeng pertumbuhan. Gen FGFR3
memiliki empat signaling pathway, yaitu signal transducer and activator
of transcription 1 (STAT1), mitogen activated protein
kinase (MAPK), phospholipase C ã (PLCã), dan phosphatidylinositol
phosphate-3-kinase-serine/threonine kinase;protein kinase B (PI3K-AKT).
Sinyal dari STAT1 memiliki fungsi dalam menginhibisi proliferasi
kondrosit dan sinyal MAPK memiliki efek negatif pada proliferasi, sintesis
matriks post mitosis, dan diferensiasi terminal. Sinyal-sinyal ini memiliki
fungsi antiproliferatif dan menekan molekul promosi pertumbuhan.Mutasi
pada gen FGFR3 menyebabkan aktivasi gen FGFR3 berlebih secara
permanen sehingga menyebabkan terganggunya formasi tulang
endokondral, restriksi pertumbuhan, pemendekan tulang, dan anomali
skeletal lainnya.
Terdapat konsekuensi indirek akibat terjadinya mutasi gen FGFR3.
Penurunan pertumbuhan dari basal kranial dan pedikel vertebral
menyebabkan manifestasi neurologis pada pasien achondroplasia. Selain
itu, restriksi pertumbuhan pada sepertiga tengah wajah (midface)
menyebabkan terjadinya dental crowning pada pasien. Kehilangan
pendengaran akibat otitis media rekuren juga sering kali ditemukan akibat
gangguan pembentukan tulang temporal.
2.5 PENATALAKSANAAN MEDIS & KEPERAWATAN
Penatalaksanaan achondroplasia bertujuan untuk mengobati dan mencegah
komplikasi dan memaksimalkan kapasitas fungsional pasien.

MedikamentosTerapi medikamentosa dengan hormon pertumbuhan


dan C-type natriuretic peptide (CNP) telah dilaporkan menjadi pilihan
terapi achondroplasia.

Hormon Pertumbuhan

Penggunaan hormon pertumbuhan jangka pendek dilaporkan dapat


meningkatkan pertumbuhan tulang. Akan tetapi, penggunaan hormon
pertumbuhan jangka panjang sampai sekarang dilaporkan tidak efektif.
Beberapa studi juga tidak merekomendasikan penggunaan hormon
pertumbuhan karena dapat memperburuk disproporsi tubuh pasien. [2,4]

C-Type Natriuretic Peptide


C-type natriuretic peptide (CNP) merupakan salah satu regulator
pertumbuhan longitudinal tulang dalam tubuh. CNP analog rekombinan
(Vosoritide) dapat menstimulasi osifikasi endokondral. Sampai sekarang
terapi ini masih dikembangkan dan telah menunjukkan hasil yang
menjanjikan. Dosis 15 mcg/kg dilaporkan mampu meningkatkan
kecepatan pertumbuhan pasien dalam enam bulan pertama pengobatan.
[2,4]
Imunisasi

Pasien achondroplasia memiliki risiko infeksi pernapasan yang tinggi.


Oleh sebab itu, imunisasi rutin dibutuhkan, terutama vaksin difteri,
pertusis, tetanus (DTaP), vaksin pneumokokus, dan vaksin influenza. [2,4]
Pembedahan
Terapi pembedahan berupa pemanjangan tungkai merupakan prosedur
yang paling sering dilakukan pada pasien achondroplasia.

Tindakan Pemanjangan Tungkai

Tindakan pemanjangan tungkai merupakan terapi yang sering digunakan


pada zaman dahulu. Umumnya terapi ini menggunakan prosedur Ilizerov,
yang mana dilakukan osteotomi korteks tulang panjang dan dilakukan
fiksasi eksternal pada distal dan proksimal bagian osteotomi dan distraksi
diletakkan secara gradual setiap bulannya. Akan tetapi, terapi ini memiliki
harga yang sangat mahal. Selain itu,tindakan ini sangat nyeri dan
berhubungan dengan komplikasi infeksi, kontraktur otot, dan fraktur yang
tinggi. Oleh sebab itu, dikembangkan tindakan menggunakan fiksasi
intramedula untuk mencegah komplikasi tersebut.

Tindakan pemanjangan tungkai sampai sekarang masih kontroversial dan


banyak pasien lebih memilih terapi suportif. [3-5,12]

Terapi Kifosis Torakolumbar

Umumnya kifosis akan membaik saat pasien sudah dapat berjalan. Akan
tetapi, pada keadaan kifosis yang menetap dapat dipasang brace untuk
mencegah kifosis torakolumbar yang menetap. Pada kifosis berat, maka
tindakan pembedahan tulang belakang dapat dilakukan untuk mencegah
komplikasi neurologis. [3-5,12]
Terapi Stenosis Spinalis

Tindakan pembedahan pada achondroplasia dengan stenosis spinalis


dilakukan saat terdapat tanda dan gejala yang berat. Tindakan
laminektomi wide posterior dan extended umumnya lebih
direkomendasikan. [3-5,12]
Terapi Genu Varus

Pada deformitas genu varus yang bergejala atau mengganggu fungsi, dapat
dilakukan tindakan pembedahan. Beberapa pilihan tindakan, seperti guided
growth using 8-plates, valgus-producing, dan derotational osteotomies,
dapat dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai