ACHONDROPLASIA
Disusun oleh :
Fitriyanti (A.1.21.1245)
1.3Tujuan Penelitian
2.2Penyebab
Achondroplasia disebabkan oleh mutasi dominan autosomal pada
gen FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek
kromosom 4p16. Gen FGFR3 berfungsi memberi instruksi dalam hal
pembentukan protein yang terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan
tulang, khususnya pembentukan tulang secara osifikasi endokondral. Dua
mutasi spesifik pada gen FGFR3 bertanggung jawab pada hampir semua
kasus Achondroplasia. Sekitar 98% kasus, terjadi mutasi G ke A pada
nukleotida 1138 pada gen FGFR3. Perubahan basa nukleat glisin menjadi
arginin ini terjadi pada posisi 380. Sebesar 1% kasus disebabkan oleh
mutasi G ke C. Mutasi-mutasi ini mengakibatkan protein tidak bekerja
sebagaimana mestinya, sehingga mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan tulang.
Osifikasi endokondral adalah salah satu jenis pertumbuhan tulang
dimana sel mesenkim yang tidak terdifferensiasi langsung berkondensasi
dan berdifferensiasi membentuk kondroblas. Kondroblas berproliferasi dan
berdifferensiasi membentuk kondrosit yang secara bertahap menjadi matur
membentuk hipertrofik kondrosit. Setelah itu, hipertrofik kondrosit akan
mengalami apoptosis (kematian sel) dan pada regio tersebut terjadi
kalsifikasi matriks ekstraseluler. Proses ini akan membentuk pelat
pertumbuhan (growth plate) dan pertumbuhan normal tulang panjang
tercapai melalui differensiasi dan maturasi kondrosit yang sinkron.
Adanyamutasi gen FGFR3 pada Achondroplasia menyebabkan gangguan
pada proses osifikasi endokondral, dimana kecepatan perubahan sel
kartilago menjadi tulang pada pelat pertumbuhan (growth plates) menurun
sehingga pertumbuhan dan perkembangan tulang terganggu.
2.4 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi achondroplasia melibatkan mutasi genetik fibroblast
growth factor receptor 3 (FGFR3). Gen FGFR3 meupakan gen yang
meregulasi pertumbuhan linear tulang. Gen ini berfungsi menginhibisi
proliferasi dan diferensiasi kondrosit lempeng pertumbuhan. Gen FGFR3
memiliki empat signaling pathway, yaitu signal transducer and activator
of transcription 1 (STAT1), mitogen activated protein
kinase (MAPK), phospholipase C ã (PLCã), dan phosphatidylinositol
phosphate-3-kinase-serine/threonine kinase;protein kinase B (PI3K-AKT).
Sinyal dari STAT1 memiliki fungsi dalam menginhibisi proliferasi
kondrosit dan sinyal MAPK memiliki efek negatif pada proliferasi, sintesis
matriks post mitosis, dan diferensiasi terminal. Sinyal-sinyal ini memiliki
fungsi antiproliferatif dan menekan molekul promosi pertumbuhan.Mutasi
pada gen FGFR3 menyebabkan aktivasi gen FGFR3 berlebih secara
permanen sehingga menyebabkan terganggunya formasi tulang
endokondral, restriksi pertumbuhan, pemendekan tulang, dan anomali
skeletal lainnya.
Terdapat konsekuensi indirek akibat terjadinya mutasi gen FGFR3.
Penurunan pertumbuhan dari basal kranial dan pedikel vertebral
menyebabkan manifestasi neurologis pada pasien achondroplasia. Selain
itu, restriksi pertumbuhan pada sepertiga tengah wajah (midface)
menyebabkan terjadinya dental crowning pada pasien. Kehilangan
pendengaran akibat otitis media rekuren juga sering kali ditemukan akibat
gangguan pembentukan tulang temporal.
2.5 PENATALAKSANAAN MEDIS & KEPERAWATAN
Penatalaksanaan achondroplasia bertujuan untuk mengobati dan mencegah
komplikasi dan memaksimalkan kapasitas fungsional pasien.
Hormon Pertumbuhan
Umumnya kifosis akan membaik saat pasien sudah dapat berjalan. Akan
tetapi, pada keadaan kifosis yang menetap dapat dipasang brace untuk
mencegah kifosis torakolumbar yang menetap. Pada kifosis berat, maka
tindakan pembedahan tulang belakang dapat dilakukan untuk mencegah
komplikasi neurologis. [3-5,12]
Terapi Stenosis Spinalis
Pada deformitas genu varus yang bergejala atau mengganggu fungsi, dapat
dilakukan tindakan pembedahan. Beberapa pilihan tindakan, seperti guided
growth using 8-plates, valgus-producing, dan derotational osteotomies,
dapat dilakukan.