I. PENDAHULUAN
Penyakit ini merupakan kelainan kongenital tulang rawan. Gangguan terutama
pada pertumbuhan tulang-tulang panjang, paling sering pada tulang lengan dan
tungkai. Penyakit ini merupakan displasia skeleton murni yang diturunkan secara
autosomal dominan. Penyakit ini memberikan gambaran perawakan pendek pada
tubuh dan anggota gerak yang tidak proporsional.
II. EPIDEMIOLOGI
Tidak ada hubungan antara ras dengan kasus akondroplasia. Ditemukan lebih
banyak penderita akondroplasia pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.
Akondroplasia dapat dideteksi saat antenatal. Akondroplasia diturunkan secara
autosomal dominan. Jika salah satu orang tua menderita akondroplasia, 50%
kemungkinan akan diturunkan kepada anaknya. Jika kedua orang tua memiliki
kelainan ini, kemungkinannya akan meningkat 75%.
III.
ETIOLOGI
Akondroplasia termasuk dalam kelompok penyakit osteokondrodisplasia
(gangguan pertumbuhan tulang dan kartilago) yang paling sering terjadi, mencakup
beragam kelompok penyakit yang ditandai dengan abnormalitas intrinsik dari
kartilago atau tulang atau keduanya.
Keadaan ini memberikan ciri-ciri berikut : 7
1. Transmisi genetik
2. Abnormalitas dalam ukuran dan bentuk dari tulang anggota gerak, vertebra dan
atau kranium
PATOFISIOLOGI
Pertumbuhan tulang yang normal tergantung pada produksi kartilago (suatu
jaringan penyambung tipe fibrosa yang bertindak sebagai dasar pembentukan tulang).
Kalsium didepositkan dalam kartilago, akan menyebabkannya menjadi keras dan
berubah menjadi tulang. Pada akondroplasia, kelainan dari proses ini menghalangi
tulang-tulang (utamanya tulang pada anggota gerak) untuk dapat bertumbuh panjang
sebagaimana yang seharusnya, tetapi pada saat yang sama justru tulang menebal
secara abnormal. Tulang-tulang pada trunkus dan kranium kebanyakan tidak
FGFR3
yang
menghambat
pertumbuhan
kartilago
pada
lempeng
V. DIAGNOSIS
A. Diagnosis Klinik
-
tes molekul genetik dapat digunakan untuk mendeteksi mutasi dari gen
FGFR3 (lokus 4p16.3).
gejala klinik yaitu perawakan tubuh dan anggota gerak yang pendek, tidak
proporsional, disertai kepala yang besar (brakisefal) dengan penonjolan
frontal, penonjolan tulang mandibula dan hidung pesek.
Ciri-ciri dari akondroplasia selalu nyata saat lahir. Kebanyakan dari individu
yang menderita kelainan ini memiliki intelegensi yang normal. Pada bayi,
hipotoni ringan sampai sedang, dan kemampuan perkembangan motorik
sering terlambat. Bayi kesulitan menegakkan kepalanya karena hipotonia dan
besarnya ukuran kepala.
Masalah respirasi dapat terjadi pada anak dan bayi. Obstruksi dari jalan napas
dapat berasal dari pusat pernapasan karena kompresi dari foramen magnum
atau yang berasal dari obstruksi karena penyempitan rongga hidung. Gejala
dari obstruksi jalan napas termasuk stridor dan apnu saat tidur. Individu yang
mengalami hal ini sering tidur dengan posisi hiperekstensi leher. Dwarfisme
dengan akondroplasia merupakan sebab primer dari pemendekan anggota
gerak. tungkai biasanya lurus pada bayi, tetapi lutut menjadi bentuk valgus
saat anak-anak mulai berjalan. Pada anak yang sudah mampu berjalan, lutut
berubah menjadi bentuk varus. Jari tangan dan kaki memendek. 4
Tangan berbentuk trident, dimana antara jari tengah dan jari manis terdapat
jarak sehingga tangan seperti garpu bersusuk tiga
Genu varum
B. Gambaran Radiologi
Gambaran radiologik menunjang diagnosis yaitu ditemukannya basis kranium
yang kecil, kepala relatif lebih lebar dari wajah dengan penonjolan frontal dan
DIAGNOSIS BANDING
Walaupun lebih dari 100 displasia tulang yang menyebabkan perawakan
pendek telah diketahui, banyak di antaranya yang jarang ditemukan, dan semuanya
memiliki gambaran klinik dan radiologi yang membedakannya dengan akondroplasia.
Berbeda dengan displasia skeletal lainnya, tanda-tanda klinik dari akondroplasia
terlihat saat lahir, tetapi tidak disertai dengan insufisiensi napas. 4
1. Hipokondroplasia sering sukar untuk dibedakan dari keadaan-keadaan perawakan
pendek yang lain. Namun, dapat disimpulkan bahwa vertebra lumbal dan tungkai
merupakan daerah yang paling sering menjadi fokus diagnosis untuk penyakit ini.
Untuk mengurangi risiko kesalahan diagnosis, evaluasi radiologi dan pemeriksaan
fisis diperlukan terutama untuk pasien yang tidak memiliki kelainan genetik. 4
2. Pseudoakondroplasia merupakan displasia spondiloepimetafisis yang ditandai
dengan perawakan pendek yang tidak seimbang, kelemahan ligamen dan
osteoarthritis prekoks. Pada kebanyakan keluarga, penyakit ini dapat pula
diturunkan secara autosomal dominan. 4
3. Akondrogenesis merupakan dwarfisme letal yang diturunkan secara autosomal
resesif. Kedua osifikasi endokondral dan membranosa dipengaruhi. Kalvaria,
tulang belakang, dan tulang-tulang panjang dapat dipengaruhi dan sering terjadi
fraktur iga yang berulang. Pemendekan anggota-anggota gerak sangat buruk.
Kranium dan tulang-tulang kurang terosifikasi. Penyempitan rongga dada juga
menyertai kondisi ini, tetapi kepala tidak membesar relatif terhadap postur tubuh.
Polihidramnion juga selalu terjadi. 4