Anda di halaman 1dari 11

Akondroplasia

Level skdi: 1

Sistem: sistem musculoskeletal

Akondroplasia adalah salah satu bentuk kekerdilan tubuh yang seringdijumpai. Nama lain dari
Akondroplasia ini diantaranya adalah Achondroplastic dwarfism, Chondrodystrophia fetalis,
Chondrodystrophy syndrome, dan Congenital osteosclerosis. Walaupun akondroplasia secara
harafiah berarti “tidak adanya pembentukan kartilago”, masalah yang mendasari keadaan ini
bukan pembentukan kartilago, melainkan konversi kartilago menjadi tulang.1,2

Penyakit ini merupakan kelainan kongenital tulang rawan. Gangguan terutama pada
pertumbuhan tulang-tulang panjang, paling sering pada tulang lengan dantungkai. Penyakit ini
merupakan displasia skeleton murni yang diturunkan secaraautosomal dominan. 1,2,3

Achondroplasia adalah bentuk keturunan herediter yang paling umum dengan tingkat kejadian
antara 1/15.000 dan 1/40.000 kelahiran hidup. Ini adalah gangguan dominan autosomal
sepenuhnya penetran dan sebagian besar kasus adalah hasil dari mutasi denovo. Fenotipe
achondroplasia terkait dengan gangguan dalam pembentukan tulang endokhondral, karena
perubahan dalam faktor pertumbuhan fibroblast receptor-3 (FGFR3).4

Perbandingan jenis kelamin dan usia

Sekitar 85-90% kasus merupakan mutasi genetik. Akondroplasia pertama kali ditemukan
olehParrot (1878). Angka kejadian kelainan ini adalah 1/25.000 kelahiran.1

Sumber lain mengatakan bahwa di Amerika Serikat, akondroplasiamerupakan penyakit


herediter yang paling umum terjadi menyangkut perawakan pendek yang tidak seimbang.
Kasus ini terjadi 1 dalam 15.000-40.000 kelahiranhidup.2,3,5,6

Tidak ada hubungan antara ras dengan kasus akondroplasia. Ditemukan lebih banyak penderita
akondroplasia pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.Akondroplasia dapat
dideteksi saat antenatal. Akondroplasia diturunkan secaraautosomal dominan. Jika salah satu
orang tua menderita akondroplasia, 50%kemungkinan akan diturunkan kepada anaknya. Jika
kedua orang tua memilikikelainan ini, kemungkinannya akan meningkat 75%. 1,3,5,6,7

Walaupun demikian, kira-kira 80% dari orang dengan akondroplasia memilikiorang tua yang
berperawakan sedang atau rata-rata. Hal ini disebabkan oleh mutasi baru dari gen FGFR3.
Komplikasi dari akondroplasia mempengaruhi seluruhkelompok usia. Pasien dengan tipe
homozigot dari akondroplasia jarang yang mampu bertahan hidup karena dapat mengalami
masalah serius yang berkaitan dengan pertumbuhan tulang dan biasanya akan meninggal pada
saat lahir atau beberapa lamasetelah lahir oleh karena kegagalan napas. 2,5,6

Etiologi

Akondroplasia termasuk dalam kelompok penyakit osteokondrodisplasia(gangguan


pertumbuhan tulang dan kartilago) yang paling sering terjadi, mencakup beragam kelompok
penyakit yang ditandai dengan abnormalitas intrinsik darikartilago atau tulang atau keduanya.
2,5,6,8,9

Keadaan ini memberikan ciri-ciri berikut :10

1. Transmisi genetik
2. Abnormalitas dalam ukuran dan bentuk dari tulang anggota gerak, vertebra danatau
cranium

Akondroplasia disebabkan oleh mutasi dari gen reseptor faktor 3 pertumbuhan fibroblast
(fibroblast growth factor receptor 3/ FGFR3 gene). Gen FGFR3menyediakan perintah untuk
membuat protein yang terlibat dalam perkembangan dan pemeliharaan tulang dan jaringan otak.
Protein ini membatasi pembentukan tulang dari kartilago (proses yang disebut osifikasi),
terutama pada tulang-tulang panjang.Dua jenis mutasi spesifik pada gen FGFR3 bertanggung
jawab untuk sekitar 99%kasus akondroplasia. Sisa 1% disebabkan oleh mutasi yang berbeda
pada gen yangsama. Para peneliti yakin bahwa mutasi-mutasi ini menyebabkan protein
menjadilebih overaktif sehingga mempengaruhi perkembangan tulang dan terjadi gangguan
pertumbuhan tulang seperti yang terlihat pada penyakit ini.2,6,10

Kerusakan primer adalah proliferasi kondrosit yang abnormal pada lempeng pertumbuhan
tulang yang menyebabkan pemendekan tulang-tulang panjang, tetapiketebalan tulang tetap
sesuai/tidak berubah. Bagian yang lain dari tulang panjang inimungkin tidak dipengaruhi.
Manifestasi dari gangguan ini adalah pendeknya anggotagerak (khususnya bagian proksimal),
tulang belakang yang normal, pembesarankepala, saddle nose/jembatan hidung rata, dan
lordosis lumbal yang berlebihan.Penyakit ini diturunkan secara genetik. Walaupun demikian,
banyak kasusakondroplasia terjadi karena mutasi gen (perubahan gen). 2,5,6

Faktor risiko

Ada dua penyebab terjadinya mutasi gen FGFR3 pada penderita achondroplasia, yaitu:2,3,5
1) Mutasi yang terjadi spontan. Sekitar 80% achondroplasia disebabkan oleh mutasi gen yang
tidak diturunkan dari orang tuanya. Mutasi terjadi secara spontan, namun belum diketahui
pemicunya.
2) Mutasi yang diturunkan. Sekitar 20% kasus achondroplasia diturunkan dari orang tua. Jika
salah satu orang tua memiliki kondisi achondroplasia, maka persentase anak menderita
achondroplasia sebesar 50%. Jika kedua orang tua memiliki kondisi achondroplasia, maka
risiko yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
 25% kemungkinan bertubuh normal.
 50% kemungkinan memiliki satu gen yang cacat, sehingga menyebabkan
achondroplasia.
 25% kemungkinan mewarisi dua gen yang cacat, sehingga menyebabkan
achondroplasia yang bersifat fatal.

Tanda dan Gejala

Sejak baru lahir, bayi penderita achondroplasia dapat dikenali melalui ciri fisiknya, antara
lain:2,9

1) Ukuran lengan, tungkai, dan jari yang pendek.


2) Ukuran kepala lebih besar, dengan dahi yang menonjol.
3) Gigi yang tidak sejajar dan berdempetan.
4) Terdapat ruang antara jari tengah dan jari manis.
5) Mengalami kelainan bentuk tulang belakang, bisa dalam bentuk lordosis (melengkung
ke depan) maupun kifosis (melengkung ke belakang).
6) Kanal tulang belakang sempit.
7) Tungkai berbentuk O.
8) Telapak kaki yang pendek dan lebar.
9) Tonus atau kekuatan otot yang lemah.

Manifestasi klinik dari akondroplasia dapat dirangkum sebagai berikut :3,5

1) Pemendekan anggota gerak (terutama lengan dan tungkai bagian proksimal)atau


rhizomelia yang dapat dikenali pada saat lahir
2) Pembesaran kepala dengan penonjolan dahi (frontal bossing)
3) Hipoplasi bagian tengah wajah/bentuk wajah kurang berkembang, saddle nose
(jembatan hidung menjadi rata/hidung berbentuk seperti pelana)
4) Tangan berbentuk trident, dimana antara jari tengah dan jari manis terdapat jarak
sehingga tangan seperti garpu bersusuk tiga
5) Pembatasan ekstensi siku, tetapi tidak mempengaruhi penderita akondroplasiauntuk
dapat beraktivitas secara normal
6) Gibus di regio torakolumbal pada bayi. Tulang belakang membengkok dengan
penonjolan bokong pada anak dan orang dewasa, waddling gait.
7) Genu varum

Ada beberapa gangguan kesehatan yang mungkin dialami oleh penderita achondroplasia,
antara lain:2,7,9

1) Obesitas.
2) Infeksi telinga berulang, karena penyempitan saluran di telinga.
3) Keterbatasan dalam bergerak, akibat penurunan tonus otot.
4) Stenosis spinal, yaitu penyempitan kanal tulang belakang yang mengakibatkan
tertekannya saraf dalam sumsum tulang belakang.
5) Hidrosefalus, yaitu penumpukan cairan di rongga (ventrikel) dalam otak.
6) Sleep apnea, yaitu kondisi yang ditandai dengan berhentinya pernapasan saat tidur.

Pemeriksaan fisik

Berikut adalah pemeriksaan diagnosis untuk menegakkan diagnosis dwarfisme (Corwin,


2009) :11

1) Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu mendiagnosis defisiensi
hormon pertumbuhan.Anamnesis yang cermat untuk mengetahui riwayat sakit dan
pemeriksaan fisik yang cermat, termasuk pengkajian terhadap ketajaman visus serta
lapang pandang.
2) Pemeriksaan darah yang mengukur penurunan kadar GH akan mendukung diagnosis
kondisi tersebut.
3) Pemeriksaan pencitraan saraf untuk mengidentifikasi tumor hipofisis dapat
memperbaiki diagnosis (Pemeriksaan CT scan dan MRI untuk mendiagnosis ada serta
luasnya tumor hipofisis).
4) Pengukuran kadar hormone hipofisis dalam serum (Kurang responsif terhadap
provokasi GH akan membantu memastikan defisiensi GH). Pengukuran kadar hormone
hipofisis dalam serum dapat dilakukan bersama pemeriksaan hormone dari berbagai
target organ untuk membantu mendiagnosis.
Pemeriksaan penunjang

1. Radiologi
Pemeriksaan radiologi menunjukan disproporsional tubuh dan memberikan gambaran
khas.
a. Ekstremitas
Tulang panjang tampak lebih pendek dan relatif tebal, kelainan pada tulang segmen
proksismal lebih nyata dibandingkan dengan segmen distal, square-shaped long
bones, Tulang jari lebih lebar dengan ukuran yang sama (trident hands), normal
trunk length, proksimal femoral lebih radiolusens, chevron-shaped distal femoral
epiphyseal, lempeng pertumbuhan lebih pendek. Tulang femur tampak lebih
pendek dibanding tulang tibia, fibula relatif lebih panjang dibanding tibia. Semua
ujung tulang panjang tampak mencekung, dan pusat penulangan akan mengisi
cekungan tersebut membentuk bayangan menyerupai “ball-and-socket pattern”.
Pusat osifikasi tampak lebih kecil. Gambaran yang sama tampak pada ekstremitas
atas, tulang humerus tampak lebih pendek.3,7

Gambar 1: tangan berbentuk trident (trident hands). Jari-jari melebar dengan


Panjang hamper sama.
b. Vertebra
Dari proyeksi vertikal dan sagital, corpus vertebra lebih pendek dibanding vertebra
normal. Dari proyeksi anteroposterior, tulang vertebra akan melebar dari atas ke
bawah , dan segmen lumbal 5 merupakan segmen yang terlebar, namun pada
penderita akondroplasia, tulang vertebra akan menyempit dari atas kebawah, dan
lumbal ke 5 merupakan vertebra yang terkecil. Pada proyeksi lateral, shaded pedikel
lebih pendek dan kanalis spinalis lebih mendatar dibanding normal. Sudut bagian
dorsal tampak lebih konkaf. Pada bagian ventral tulang vertebra bisa ditemukan
gambaran ujung yang membulat (bullet nose) karena vertebra torakolumbal
mengalami hipoplasi. Ruang intervertebra lebih dalam dengan korpus vertebra yang
lebih kecil. Perbandingan vertebra lumbal pada orang normal dan penderita
akondroplasia dari proyeksi frontal (A) dan lateral (B), vertebra lumbal semakin
melebar dari atas ke bawah dari proyeksi frontal, corpus L5 merupakan corpus
paling sempit, hal ini berlawanan dengan gambaran vertebra penderita
akondroplasia. Pada lproyeksi lateral, tampak bayangan pedikel memendek dan
kanalis spinalis memipih kurang dari setengah nilai normal, bagian dorsal dari
tulang vertebra akondroplasia menjadi sedikit konkaf. Ruang intervertebra lebih
dalam dan corpus vertebra lebih kecil dibanding vertebra normal. 3,7

Gambar 2. Stenosis spinalis. Korpus vertebra posterior berlekuk-lekuk di antara


daerah distal, di atas teka yang opak.7
Gambar 3. Penyempitan progresif dari kanalis vertebralisdaerah lumbal, bullet-
nose vertebra, dan lordosislumbalis. Tulang-tulang iga memendek.5

c. Pelvis
Terbatasnya pertumbuhan tulang iliaka akan menyebabkan berkurangnya ukuran
pelvis, sehingga wanita yang menderita akondroplasia sulit untuk melahirkan
pervaginam. Dari proyeksi vertikal, pelvis tampak lebih pendek dan relatif lebih
lebar. Pada bayi, dengan bertambahnya ruang kartilago, mineralisasi tulang,
iregularitas dan mangkok asetabulum, pelvis tampak lebih datar. Sayap iliaka
melebar, sementara sacroiliaka menyempit, sehingga menyerupai gelas sampanye
( champagne glass ). 3,7
Gambar 4: Sayap iliaka melebar dengan atap asetabulum menjadi horizontal.
Penyempitan jarak interpedikel padadaerah lumbosakral dan kerusakan pada
metafisis femur bagian distal.7

Gambar 5: Penyempitan progresif jarak interpedikel dengan gambaran pelvis


champagne-glass. Keduatungkai lurus pada bayi. 6
d. Tulang tengkorak
Tulang tengkorak tampak lebih besar dengan dasar yang pendek. Dasar tengkorak
tampak lebih pendek, hal ini disebabkan karena dasar tengkorak berasal dari
kartilago. Hal ini menyebabkan foramen magnum menyempit dan menimbulkan
stenosis spinal. 3,7

2. UltraSonography (USG)
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan non invasif untuk menilai keadaan
ventrikel sebelum ubun-ubun besar menutup. Pada akondroplasia bisa ditemukan
hidrosefalus. Pemeriksaan USG dilakukan pada usia 2,4 dan 6 bulan untuk memonitor
ukuran ventrikel atau adanya hidrosefalus.5
3. Computed Tomography (CT)
Pada pemeriksaan CT, tampak berkurangnya diameter transversal dan sagital foramen
magnum jika dibanding dengan ukuran normal. Penekanan di foramen magnum atau di
kanalis spinalis yang lebih sempit ini menyebabkan kelainan neurologis seperti sleep
apnea dan defisit neurologis, yang akan membaik jika dilakukan dekompresi melalui
laminektomi.
Melalui pemeriksaan CT juga tampak kelainan morfologi pada tulang temporal berupa ;
tidak berkembangnya sel udara mastoid, pemendekan kanalis karotis, penipisan dasar
tengkorak, peninggian tulang petrosus, terputarnya koklea yang semuanya bisa
menimbulkan gangguan pendengaran dan mempermudah timbulnya otitis media.5

4. Magnetic Resonance (MR)


Pemeriksaan MR menunjukan penyempitan ruang subarachnoid setinggi foramen
magnum, dan bisa ditemukan kelainan yang disebabkan karena penekanan pada
cervicomedullary junction”. Pemeriksaan MR merupakan pemeriksaan pilihan pada
kasus akondroplasia dengan dugaan stenosis spinal. Pemeriksaan MRI pada bayi
dengan akondroplasia menunjukkan penyempitan foramen magnum sehingga menekan
spinal cord.5,12
Gambar: Potongan sagital vertebra bagianservikal. MRI menunjukkan penyempitan
foramen magnum padalevel C1, ruang subarachnoid tidak terlihat jelas. Pasien
berumur 6 tahundengan tanda defisit neurologi.5
5. Tes Molekul Genetik
Tes molekul genetik dapat digunakan untuk mendeteksi mutasi gen FGFR3.Beberapa
tes 99% sensitif dan tersedia pada laboratorium klinik. Seorang dokter dapat
mendiagnosis penyakit ini sejak neonatus berdasarkan gejala-gejala fisik
yangdidapatkan. Untuk mengkonfirmasi dwarfisme yang disebabkan oleh
akondroplasiaini dapat digunakan foto polos X-ray.5,13
Daftar referensi

1. Hartiono, V dan Satriono, R. Sub.Bagian Endokrinologi BIKA FK - UnhasRSUP Dr.


Wahidin Sudirohusodo. Akondroplasia. [online]. Available
from:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15_Akonroplasia.pdf/15_Akonroplasia.ht
ml [diunduh pada tanggal 07/01/2019]
2. Best, M.A, MD, MPH, MBA, FCAP,FASCP. Achondroplasia.[online].Available
from:http://www.accessdna.com/condition/Achondroplasia/15?gclid=COXav5fRiqA
CFdRR6wodJ2bFcA URL :www.freemedicaljournals.com [diunduh pada tanggal
07/01/2019]
3. Hall, B.D. Akondroplasia. Gangguan Tulang dan Sendi. In: Nelson IlmuKesehatan
Anak (Nelson Textbook of Pediatrics) Edisi 15 Vol.3. Nelson, MDet.al. Trans: Wahab,
Prof.DR.dr.SpA. EGC. Jakarta. 2000; 2397-2398
4. Vajo Z, Francomano CA, Wilkin DJ. The molecular and genetic basis offibroblast
growth factor receptor 3 disorders: the achondroplasia familyof skeletal dysplasias,
Muenke craniosynostosis, and Crouzon syndromewith acanthosis nigricans. Endocr
Rev 2000;21:23e39
5. Khan, A.N. MBBS, FRCS, FRCP, FRCR. Achondroplasia. [online].Available
from :http://emedicine.medscape.com/article/415494-overview[diunduh pada tanggal
07/01/2019]
6. Favus, M.J and Vokes, T.J. Achondroplasia. Paget Disease and Other Dysplasias of
The Bone. In : Harrison’s Principles of Internal Medicine. 15th Ed. Braunwald et.al.
Mc.Graw Hill. India. 2003; 2244
7. Renton, P and Green, R. Achondroplasia. Congenital Skeletal Anomalies :Skeletal
Dysplasias, Chromosomal Disorders. In : Textbook of Radiology andImaging. Volume
II. 7th Edition. Sutton D. (Editor). Elsevier ChurchillLivingstone. Philadelphia. 2003;
1062, 1138-1141
8. Murray, J.R.D, Holmes, E.J, Misra, R.R. Dysplasia:Developmental Disorders. In: A-Z
of Musculoskeletal and Trauma Radiology. Misra, R.R.Cambridge University Press.
Cambridge. 2008; 5
9. Bracchman. Skeletal Dysplasias. Scoliosis and Kyphosis. In: Campbell’s Operative
Orthopaedics. Vol2. 10th Ed. Canale, S.T. Mosby. Toronto.2003;1931-1933
10. Reiter, E.O and Rosenfeld, R.G. Achondroplasia. Normal and Aberrant Growth. In :
Williams Textbook of Endocrinology. 10th Ed. Larsen, et.al.Saunders. Philadelphia.
2003; 1034-1035
11. Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
12. Patel, P.R. Siringomielia. Neuroradiologi. In: Lecture Notes Radiologi Ed.2.Patel, P.R.
Trans: Umami, V, dr. Erlangga. Jakarta; 286
13. Eastman, G.W, MD. Generalized Bone Diseases. Disease of The Bone. In:Getting
Started in Clinical Radiology, From Image to Diagnosis. Eastman,G.W, Wald, C,
Crossin, J, MD. Thieme. Germany. 2006; 135-137

Anda mungkin juga menyukai