Anda di halaman 1dari 8

Karsinoma Endometrium

Level skdi: 1

Sistem: sistem reproduksi

Karsinoma endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel epitel primer lapisan
endometrium. Umumnya dengan differensiasi grandular dan berpotensi mengenai miometrium
dan menyebar jauh. 75% tumor ganas endometrium adalah adenokarsinoma, sisanya ialah
karsinoma epidermoid atau karsinoma tipe sel squamous (5-10%), adenoakantoma dan
adenosquamous (30%),sarkoma uterin (1-5%).1,2

Secara biologis dan histologis, karsinoma endometrium adalah jenis neoplasma yang memiliki
dua model pathogenesis. Karsinoma endometrium tipe 1 yang estrogen dependent dan
mempunyai prognosis lebih baik, dan karsinoma endometrium tipe 2 non- estrogen dependent
yang lebih agresif dan berprognosis lebih buruk.3

Perbandingan usia

Prevalensi karsinoma endometrium adalah 46% dari keseluruhan kanker ginekologi dan 11%
dari keseluruhan kanker pada wanita. Selama tahun 2011, terdapat sekitar 40.880 kasus baru
di Amerika dan 7.100 kematian terjadi karena karsinoma endometrium.4

Jumlah penderita karsinoma endometrium di negara maju semakin meningkat sejak


pertengahan abad ke-20. Kanker serviks dahulu menempati urutan teratas, tetapi sejak
diperkenalkan skrining kanker serviks dengan pemeriksaan Pap’s smear maka jumlah
penderita kanker serviks menurun sehingga kanker endometrium makin bergeser ke atas.
Faktor lain yang dianggap berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian karsinoma
endometrium antara lain meningkatnya angka harapan hidup wanita, pemakaian estrogen tanpa
kombinasi progesteron untuk kontrasepsi, dan terapi sulih hormon serta konsumsi makanan
tinggi kalori dan lemak atau penderita dengan obesitas.4

Di seluruh dunia, angka kejadian karsinoma endometrium seiring pertambahan usia berkisar
antara 15 per 100.000 wanita (di daerah Amerika dan sebagian Eropa) sampai kurang dari 5
per 100.000 wanita (di daerah Afrika dan Asia). Resiko karsinoma endometrium meningkat
seiring usia, dimana kebanyakan kasus terdiagnosa setelah menopause.3,5

Di Indonesia, sebuah penelitian tahun 2005 mendapatkan prevalensi kanker endometrium di


Jakarta mencapai 7,2 kasus per tahun. Usia penderita yang cenderung lebih muda pada
penelitian tersebut jika dibandingkan dengan penderita di negara-negara barat dan eropa
(berusia>50 tahun terbanyak), kemungkinan disebabkan di indonesia pengguanaan TSH masih
sangat jarang. Pemakaian TSH menyebabkan tingginya jumlah penderita kanker ini di negara
Barat dan Eropa di era tahun 70-an.1

Etiologi

Penyebab karsinoma endometrium belum diketahui secara pasti. Namun, ketidakseimbangan


hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh wanita diduga menjadi salah satu penyebab
kanker endometrium. Kadar hormon progesteron yang lebih rendah dibandingkan hormon
estrogen dapat menyebabkan terjadinya penebalan lapisan rahim. Jika penebalan terus terjadi,
sel kanker dapat tumbuh seiring waktu.

Kebanyakan kasus karsinoma endometrium (80%) dihubungkan dengan endometrium terpapar


stimulasi estrogen secara kronis (hormonal) dari sumber endogen dan eksogen lain. Kanker
yang dihubungkan dengan estrogen (estrogen dependent) ini cenderung untuk mengalami
hiperplasia dan berdiferensiasi lebih baik, dan secara umum punya prognosis baik. Sementara
itu, tipe kanker endometrium yang tidak bergantung pada estrogen (non estrogen dependent)
berkembang dengan non hiperplasia dan berdiferensiasi jelek dan lebih agresif. Banyak kasus
karsinoma endometrium yang dilaporkan pada wanita tanpa faktor resiko yang sudah diketahui
seperti mereka dengan gangguan hormonal. Beberapa studi menunjukan bahwa sindroma
ovarium polikistik dan resistensi insulin yang merupakan komponen dari sindrom metabolik,
dapat berperan dalam pathogenesis karsinoma endometrium.1,3,5

Faktor risiko

Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium
pada wanita. Di antaranya adalah:

1) Obesitas.
Risiko karsinoma karena obesitas dihubungkan dengan kecenderungan peningkatan
kadar
estrogen yang terjdai akibat perubahan jaringan lemak oleh hormon androgen menjadi
estrogen. Sedangkan asupan gula yang tinggi berujung pada kondisi hiperinsulinemia,
yang
meningkatkan bioavabilitas IGF-1 (insulin- like growth factor-1) sehingga
menstimulasi
pertumbuhan sel. Asupan gula dan diabetes juga meningkatkan resiko karsinoma
endometrium dengan meningkatkan stres oxidative.3
2) Telah memasuki masa menopause.
3) Memasuki masa menstruasi di usia yang terlalu dini (<12 tahun) atau memasuki masa
menopause lebih lambat dibandingkan wanita pada umumnya (>50 tahun).
Usia menarche dini (<12 tahun) berhubungan dengan meningkatnya faktor resiko
kanker
endometrium walaupun tidak selalu konsisten. Kebanyakan penelitian juga
menunjukkan usia saat menopause mempunyai hubungan langsung terhadap resiko
meningkatnya kanker ini sekitar 70% dari semua wanita yang didiagnosis kanker
endometrium adalah
pascamenopause.1
4) Belum pernah hamil.
Hipotesis bahwa infertilitas menjadi faktor resiko untuk kanker endometrium didukung
oleh
penelitian- penelitian yang menunjukkan resiko yang lebih tinggi untuk nulipara
dibanding
wanita yang tidak pernah menikah.Perubahan-perubahan biologis yang berhubungan
dengan infertilitas dihubungkan dengan resiko kanker endometrium adalah siklus
anovulasi (estrogen yang lama tanpa progesteron yang cukup), kadar androstenodion
serum yang tinggi (kelebihan androstenodion dikonversi menjadi estrone), tidak
mengelupasnya lapisan
endometrium setiap bulan dan efek dari kadar estrogen bebas dalam serum rendah pada
nulipara.1,3
5) Menjalani terapi hormon tamoxifen, untuk penderita kanker payudara.
Penyakit- penyakit yang diteliti memiliki resiko langsung menjadi karsinoma
endometrium
adalah sindroma polikistik ovarium dan adanya tumor ovarium, dimana keduanya
memiliki
dampak menimbulkan ketidakseimbangan hormon, peningkatan produksi estrogen
yang
akhirnya mengarah pada karsinoma endometrium. Selain penyakit, penggunaan obat
tamoxifen untuk penatalaksanaan kanker payudara memiliki pengaruh lain pada
jaringan
uterus.
Pada jaringan uterus, obat ini bertindak seperti estrogen, sehingga bagi wanita yang
telah
menopause, pengaruhnya dapat membuat pertumbuhan lapisan endometrium secara
berlebihan, namun resikonya masih rendah (kurang dari 1% kasus).6
6) Menderita sindrom hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC).

Tanda dan Gejala

Terdapat beberapa gejala yang dapat mengarahkan diagnosis karsinoma endometrium, yaitu:

1) Pendarahan vagina yang tidak biasa, bercak, atau keputihan lainnya


Sekitar 90% wanita yang didiagnosis dengan kanker endometrium memiliki perdarahan
vagina yang abnormal, seperti perubahan dalam periode mereka atau perdarahan antara
periode atau setelah menopause. Gejala ini juga dapat terjadi dengan beberapa kondisi
non-kanker, tetapi penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Jika Anda sudah
melewati masa menopause, sangat penting untuk melaporkan pendarahan pada vagina,
bercak, atau keputihan yang tidak normal ke dokter Anda.7,8
Keputihan yang tidak berdarah juga bisa menjadi tanda kanker endometrium. Sekalipun
Anda tidak dapat melihat darah keluar, itu tidak berarti tidak ada kanker. Pada sekitar
10% kasus, keputihan yang terkait dengan kanker endometrium tidak berdarah. 7,8
2) Nyeri panggul, massa, dan penurunan berat badan
Nyeri pada panggul, merasakan massa (tumor), dan kehilangan berat badan tanpa
berusaha juga bisa menjadi gejala kanker endometrium. Gejala-gejala ini lebih umum
pada tahap penyakit selanjutnya. Namun, keterlambatan dalam mencari bantuan medis
dapat memungkinkan penyakit ini berkembang lebih jauh. Ini menurunkan
kemungkinan perawatan menjadi sukses.9,10

Pemeriksaan

Untuk mengevaluasi perdarahan intrauterine abnormal, diagnosis dilakukan dengan biopsy


endometrium. Namun, pada pasien yang tidak dapat dilakukan biopsi endometrium karena
stenosis servikal atau gejala tetap bertahan walaupun hasil biopsi normal, maka dapat dilakukan
dilatasi dan kuretase dengan anastesi. Prosedur dilatasi dan kuretase sampai saat ini merupakan
baku emas untuk diagnosis kanker endometrium.1

1) Ultrasound
Ultrasonografi seringkali merupakan salah satu tes pertama yang digunakan untuk
melihat rahim, indung telur, dan tuba fallopi pada wanita dengan kemungkinan masalah
ginekologis.
Untuk USG panggul, transduser ditempatkan pada kulit bagian bawah perut. Seringkali,
untuk mendapatkan gambar rahim, indung telur, dan tuba falopi yang baik, itu
kebutuhan kandung kemih penuh. Itu sebabnya wanita yang mendapat USG panggul
diminta minumbanyak air sebelum pemeriksaan.11,12
Ultrasonografi transvaginal (TVUS) sering lebih disukai untuk melihat rahim. Untuk
ini
Tes, probe TVUS (yang bekerja dengan cara yang sama seperti transduser ultrasound)
dimasukkan ke dalam vagina. Gambar dari TVUS dapat digunakan untuk melihat
apakah rahim mengandung massa (tumor), atau jika endometrium lebih tebal dari
biasanya, yang bisa menjadi tanda endometrium kanker. Ini juga dapat membantu
melihat apakah kanker tumbuh ke lapisan otot Rahim (miometrium). 11,12
Air garam (saline) dapat dimasukkan melalui tabung kecil ke dalam rahim sebelum
USG sehingga dokter dapat melihat lapisan rahim lebih jelas. Prosedur ini disebut saline
sonogram infus atau hysterosonogram. (Sonogram adalah istilah lain untuk USG)
Sonografi dapat membantu dokter menentukan area yang ingin mereka biopsi jika
prosedur lain tidak mendeteksi tumor. 11,12
2) Pengambilan sampel jaringan endometrium
a. Biopsi endometrial
Biopsi endometrium adalah tes yang paling umum dilakukan untuk kanker
endometrium dan sangat akurat pada wanita pascamenopause. Di dalam
prosedur tabung fleksibel sangat tipis dimasukkan ke dalam rahim melalui
serviks. Kemudian,
menggunakan hisap, sejumlah kecil endometrium dikeluarkan melalui tabung.
Itu pengisapan membutuhkan waktu sekitar satu menit atau kurang.
Ketidaknyamanan ini mirip dengan kram menstruasi dan dapat dibantu dengan
mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen sebelum prosedur.
Kadang-kadang obat mati rasa (anestesi lokal) disuntikkan serviks sesaat
sebelum prosedur untuk membantu mengurangi rasa sakit.13-15
b. Histeroskopi
Untuk teknik ini dokter memasukkan teleskop kecil (sekitar 1/6 inci diameter)
ke dalamuterus melalui serviks. Untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik
dari bagian dalam rahim, rahim itu diisi dengan air garam (saline). Ini
memungkinkan dokter melihat dan melakukan biopsi terhadap sesuatu yang
abnormal, seperti kanker atau polip. Ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan anestesi lokal (mati rasa obat) dengan pasien terjaga. 13-15
c. Pelebaran dan kuretase
Jika sampel biopsi endometrium tidak menyediakan jaringan yang cukup, atau
jika biopsy menyarankan kanker tetapi hasilnya tidak pasti, pelebaran dan
kuretase harus dilakukan. Di rawat jalan ini prosedur, pembukaan serviks
diperbesar (dilatasi) dan instrumen khusus digunakan untuk mengikis jaringan
dari dalam rahim. Ini dapat dilakukan dengan atau tanpa histeroskopi. 13-15
3) Pemeriksaan radiologi16,17
a. CT-scan
b. Magnetic resonance imaging (MRI)
c. Positron emission tomography (PET)
d. Cystoscopy and proctoscopy
4) Pemeriksaan darah
a. Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap (CBC) adalah tes yang mengukur berbagai sel dalam
darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Kanker
endometrium dapat menyebabkan perdarahan, yang dapat menyebabkan jumlah
sel darah merah yang rendah (anemia).18,19
b. CA-125 pemeriksaan darah
CA-125 adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah oleh banyak, tetapi
tidak semua, endometrium dan kanker ovarium. Jika seorang wanita menderita
kanker endometrium, darah CA-125 sangat tinggi tingkat menunjukkan bahwa
kanker mungkin telah menyebar di luar rahim. Beberapa dokter periksa kadar
CA-125 sebelum operasi atau perawatan lainnya. Jika mereka terangkat, mereka
bisa periksa lagi untuk mengetahui seberapa baik perawatan bekerja (misalnya,
level akan turun setelah operasi jika semua kanker diangkat).
Kadar CA-125 tidak diperlukan untuk mendiagnosis kanker endometrium, dan
karenanya tes ini tidak dipesan pada semua pasien. 18,19
Daftar referensi

1. Farid, M., & Abdul, S. 2006. Onkologi ginekologi Edisi 1. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo.
2. Stern, J. 2015. Uterus : Endometrial Carcinoma. Womens Cancer Information Center.
http://www.womenscancercenter.com/info/types/uterus.html . Diakses tanggal 06-01-
2019
3. Barbara, L., Hoffman, W., Et al. 2008. Williams Gynecology Second Edition. United
States: McGraw-Hill Companies.Inc.
4. Farquar CM, Lethaby A, Shower M, Verry J, Baranyai J. An evaluation of risk factor
for endometrial hyperplasia in premenopousal woman with abnormal menstrual
bleeding. Am J Obstet Gynecol 1999;181(3):525-9.
5. Endometrial Cancer. 2013. Report. American Institute for Cancer Research.
http://www.dietandcancerreport.org. Diakses pada 06-01-2019.
6. William, B., Orr, J., Leitao, M., Et al. 2014. Endometrial cancer: A review and current
management strategies: Part I. Gynecologic Oncologic 134 :382-385.2014.
http://www.elsevier.com/locate/ygyno. Diakses tanggal 06-01-2019
7. Abu-Rustum NR, Khoury-Collado F, Pandit-Taskar N, et al. Sentinel lymph node
mapping for grade 1 endometrial cancer: is it the answer to the surgical staging
dilemma? Gynecol Oncol. 2009;113:163-169.
8. Alektiar KM, Abu-Rustum NR, Fleming GF. Cancer of the uterine body. In: DeVita
VT, Hellman S, Rosenberg SA, eds. DeVita, Hellman, and Rosenberg‘s Cancer:
Principles and Practice of Oncology. 10th ed. Philadelphia, Pa: Lippincott Williams &
Wilkins; 2015: 1048-1064.
9. Alvarez EA, Brady WE, Walker JL, et al. Phase II trial of combination bevacizumab
and temsirolimus in the treatment of recurrent or persistent endometrial carcinoma: a
Gynecologic Oncology Group study. Gynecol Oncol. 2013;129(1):22-27.
10. Amant F, Moerman P, Neven P, et al. Endometrial cancer. Lancet. 2005; 366:491-505
11. American Cancer Society. Cancer Treatment & Survivorship Facts & Figures 2014-
2015. Atlanta, Ga: American Cancer Society; 2015.
12. American College of Obstetricians and Gynecologists. ACOG practice bulletin, clinical
management guidelines for obstetrician-gynecologists, number 65, August 2005:
management of endometrial cancer. Obstet Gynecol. 2005;106(2):413-425.
13. American Joint Committee on Cancer. Uterine Cancer. In: AJCC Cancer Staging
Manual. 7th ed. New York, NY: Springer; 2010: 403-409.
14. Barlin JN, Puri I, Bristow RE. Cytoreductive surgery for advanced or recurrent
endometrial cancer: a meta-analysis. Gynecol Oncol. 2010;118(1):14-18.
15. Beining RM, Dennis LK, Smith EM, Dokras A. Meta-analysis of intrauterine device
use and risk of endometrial cancer. Ann Epidemiol. 2008;18:492-499.
16. Cardenes HR, Look K, Michael H, Cerezo L. Endometrium. In: Halperin EC, Perez CA,
Brady LW, eds. Perez and Brady's Principles and Practice of Radiation Oncology. 5th
ed. Philadelphia, Pa: Lippincott Williams and Wilkins; 2008: 1610-1628.
17. Chao KSC, Perez CA, Brady LW. Radiation Oncology Management Decisions. 3rd
edition. Philadelphia, Pa: Lippincott Williams and Wilkins; 2011.
18. Colombo N, McMeekin DS, Schwartz PE, et al. Ridaforolimus as a single agent in
advanced endometrial cancer: results of a single-arm, phase 2 trial. Br J Cancer.
2013;108(5):1021-1026.
19. Leslie KK, Sill MW, Fischer E, et al. A phase II evaluation of gefitinib in the treatment
of persistent or recurrent endometrial cancer: a Gynecologic Oncology Group study.
Gynecol Oncol. 2013;129(3):486-494.

Anda mungkin juga menyukai