Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI SISTEM RUJUKAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

DI RUMAH SAKIT STELLA MARIS

The Implementation of National Health Insurance Referral System


in Stella Maris Hospital

Mustainah, Alimin Maidin, Rini Anggraeni


Departemen Manajemen Rumah Sakit FKM UNHAS
(mustainah.itha011@gmail.com, aliminmaidin@gmail.com, riniacho@gmail.com,
085341834698)

ABSTRAK
Universal Health Coverage (UHC) atau sistem pembiayaan kesehatan semesta di Indonesia
telah dikembangkan melalui beberapa kebijakan, salah satunya yaitu Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan. Pelayanan kesehatan
dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam implementasi sistem rujukan JKN di
Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif
dengan rancangan fenomenologi. Penentuan informan menggunakan metode purposive sampling dan
diperoleh17 informan. Pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi dan studi
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan rujukan balik telah dilakukan dan
sebelum merujuk serta saat menerima rujukan dilakukan komunikasi menggunakan telepon serta
aplikasi online sisrute di UGD rumah sakit, sedangkan rujukan di poliklinik dari FKTP tidak
dilakukan komunikasi langsung, tetapi dikonfirmasi melalui BPJS center rumah sakit. SOP mengenai
rujukan telah dilaksanakan dengan judul Pasien Pindah ke Rumah Sakit Lain. Walaupun merujuk
dengan sisrute yang perihal pasien pasti lengkap, pasien yang akan dirujuk tetap membawa formulir
rujukan yang diisi dengan lengkap. Tersedia dua ambulans untuk melakukan rujukan dan menjemput
pasien emergency. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di Rumah Sakit Stella Maris bukan
terkhusus untuk pelaporan sistem rujukan.
Kata Kunci : Rujukan, jaminan kesehatan, rumah sakit

ABSTRACT
The Universal Health Coverage (UHC) or universal health financing system in Indonesia has
been developed through several policies, one of which is the Minister of Health RI Regulation no. 001
of 2012 on Individual Health Referral System. Health services are implemented in stages starting
from the first, the second and the third level of health services. This study aims to analyze in depth the
implementation of JKN referral system at Stella Maris Hospital in Makassar. This study used
qualitative method with phenomenology design. Determinant of informant is using the purposive
sampling method and obtained 17 informants. Data collection is in-depth interview, observation and
documentation study. The result of the study shows that the referral implementation has been done
and before referring as well as receiving referral communication using telephone and online sisrute
application in hospital UGD, while the referral in polyclinic from FKTP is not done direct
communication, but confirmed through BPJS hospital center. SOPs on referrals have been conducted
under the title "Patients Moving to Other Hospitals". Although referring to the sisrute must be
complete, the patient to be referred continues to carry a completed referral form. Two ambulances are
available to make referrals and pick up emergency patients. Recording and reporting done at Stella
Maris Hospital is not specific to reporting of referral systems.
Keywords: Referral, health insurance, hospital
PENDAHULUAN
Pemerintah mulai memerlakukan program JKN pada tanggal 1 Januari tahun 2014.
Pelaksanaan program JKN yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan, terpenuhinya
1
kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Jaminan
kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. 2
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-
Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS mengamanatkan semua fasilitas kesehatan untuk
menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau bagi masyarakat. SJSN
menerapkan konsep managed care, salah satunya yaitu sistem pelayanan dengan pola rujukan
terstruktur dan berjenjang.
Sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari
unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antara unit-unit yang setingkat
kemampuannya).3 Puspitaningtyas, dkk. berpendapat bahwa sistem rujukan merupakan permasalahan
yang belum terselesaikan dalam sistem kesehatan. Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah
pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat. Masih banyak dijumpai menumpuknya pasien pada
rumah sakit rujukan tingkat ketiga dengan kasus-kasus yang sebenarnya bisa diselesaikan di rumah
sakit dibawahnya. Hal ini merupakan permasalahan yang tidak saja merugikan secara finansial tetapi
juga akan berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan serta akan berpengaruh terhadap pencapaian
kinerja dibidang kesehatan secara keseluruhan. 4
Program rujuk balik dilakukan untuk mempermudah akses pelayanan kesehatan kepada
peserta penderita penyakit kronis. Rujukan balik merupakan hal penting dalam suatu sistem rujukan.
Dari penelitian yang dilakukan Primasari dapat diketahui bahwa ketentuan rujuk balik belum
dilaksanakan dengan baik di RSUD Dr. Adjidarmo, hal ini disebabkan karena ketidakpahaman
beberapa dokter tentang rujuk balik, keterbatasan obat di fasilitas primer, sehingga pasien yang pernah
dirujuk balik, kembali berobat ke RSUD untuk mendapatkan obat yang diperlukan. 5
Komunikas pelayanan kesehatan pasien merupakan kunci penting pada sistem rujukan.
Teknologi informasi dapat digunakan untuk mengoptimalkan komunikasi antar fasilitas kesehatan. 6
Sejalan dengan pendapat Zulhadi, dkk. yang mengatakan faktor utama yang mempengaruhi sistem
rujukan seperti komunikasi, Standar Operasional Prosedur (SOP), dan transportasi perlu mendapatkan
perhatian serius dari semua stakeholders yang terlibat dalam program kesehatan.7
Pencatatan dan pelaporan sistem rujukan juga harus dilakukan dengan baik guna evaluasi
terhadap berjalannya sistem rujukan.8 Sedangkan Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Stella Maris
Makassar tidak menyediakan data mengenai kegiatan rujukan. Hasil wawancara dengan salah satu staf
Instalasi Rekam Medis menjelaskan bahwa item kegiatan rujukan telah tersedia di berkas rekam
medis. Namun, petugas medis yang melayani pasien tidak mengisi data tersebut, sehingga pihak
rekam medis yang melakukan input berkas tidak melaporkan kegiatan rujukan.
Pasien akan mendapat penanganan lebih cepat dan tertangani dengan semestinya apabila
sistem rujukan dilaksanakan dengan baik dan efektif. Luaran dari pelaksanaannya yaitu tercipta
pelayanan kesehatan yang bermutu, menyeluruh dan terpadu. Berdasarkan hal-hal yang telah
dikemukakan mengenai sistem rujukan, maka peneliti bermaksud untuk mengkaji tentang bagaimana
implementasi sistem rujukan JKN di Rumah Sakit Stella Maris Makassar.

BAHAN DAN METODE


Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan rancangan fenomenologi.
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada Bulan Maret-April tahun 2017.
Penentuan informan menggunakan metode purposive sampling terhadap kepala Instalasi Rekam
Medis, staf Instalasi Rekam Medis, staf Instalasi Rekam Medis bagian registrasi, staf BPJS, perawat,
dokter, staf transportasi dan pasien dengan jumlah informan yaitu 17 orang. Data primer diperoleh
dari hasil wawancara mendalam dan observasi dengan menggunakan alat bantu voice recorder, alat
tulis, pedoman wawancara, dan pedoman observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil
studi dokumentasi. Data yang telah terkumpul diolah secara manual yaitu dengan mengelompokkan
hasil sesuai dengan tujuan penelitian kemudian diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk analisis
isi atau naskah yang disertai penjelasan kemudian dibuatkan matriks wawancara dan selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan teknik content analysis yang disajikan secara naratif. Untuk
menjamin derajat kepercayaan data yang dikumpulkan digunakan metode triangulasi yaitu triangulasi
sumber dan metode.

HASIL
Hal yang ingin diketahui dalam penelitian ini yaitu implementasi sistem rujukan JKN di
Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Permasalahan yang dimaksud mengenai rujukan balik,
komunikasi antar Rumah Sakit Stella Maris Makassar dengan rumah sakit pra rujukan dan tujuan
rujukan, kepatuhan SOP rujukan, kelengkapan formulir rujukan, kelengkapan sumber daya
pendukung berupa ambulans, pencatatan dan pelaporan rujukan.
Rujukan balik yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu tenaga kesehatan Rumah Sakit Stella
Maris Makassar yang menangani pasien dengan penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih
memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang dapat melakukan rekomendasi
perawatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) asal pasien. Hasil temuan wawancara
mendalam menjelaskan bahwa rujukan balik dilakukan apabila pasien opname dengan penyakit kronis
seperti Diabetes Mellitus (DM) yang perlu kontrol atau pemeriksaan lanjut akan dirujuk balik ke
puskesmas asal pasien. Berikut kutipan hasil wawancara:
Iya, yang bisa dirujuk balik terutama pasien-pasien yang tidak rutin berobat, satu dua hari
kunjungan, sudah ada perubahan kita rujuk balik. Kecuali ada pasien-pasien tertentu,
macam DM atau apa segala macam yang perlu kontrol dan perlu pemeriksaan lanjut, itu
kadang-kadang dua sampai tiga kali bahkan sampai berulang baru kita rujuk kembali.
(MS, 48 tahun)
Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu proses pengalihan informasi rujukan
dari fasilitas kesehatan perujuk kepada Rumah Sakit Stella Maris Makassar maupun informasi rujukan
dari Rumah Sakit Stella Maris Makassar kepada fasilitas kesehatan rujukan. Hasil observasi pertama
yang dilakukan sebelum wawancara mendalam disimpulkan bahwa dalam menginformasikan kondisi
pasien yang akan dirujuk ke Rumah Sakit Stella Maris Makassar, digunakan alat bantu yaitu telepon
di Unit Gawat Darurat (UGD).
Terjalin komunikasi pra rujukan dengan Rumah sakit Stella Maris sebagai tujuan rujukan,
dapat dibuktikan dengan hasil wawancara yang mengatakan bahwa komunikasi pra rujukan dengan
Rumah Sakit Stella Maris Makassar dilakukan memalui telepon untuk memastikan ketersedian kamar
perawatan, seperti pada kutipan dibawah:
Kalau dia keadaan darurat, dan dia memang butuh opname, kadang itu mereka menelpon
dari luar kota atau dari rumah sakit di Makassar. Kalau untuk rawat jalan mereka bisa tidak
menelpon. Untuk rawat inap saja untuk memastikan saja apakah ada kamar kosong atau
tidak.
(NA, 35 tahun)
Rumah Sakit Stella Maris mendapat informasi secara dini mengenai kondisi pasien yang akan
dirujuk dan memastikan kepada pengirim pasien bahwa pasien dapat diterima dan dilayani di Rumah
Sakit Stella Maris, begitupun sebaliknya. Informasi tersebut didukung dengan hasil observasi kedua
yang menyimpulkan bahwa dalam menginformasikan kondisi pasien yang akan dirujuk ke Rumah
Sakit Stella Maris Makassar digunakan alat bantu yaitu telepon di UGD serta aplikasi online berupa
Sistem Rujukan Terintegrasi (sisrute).
Kepatuhan terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) rujukan dalam penelitian ini yaitu
ketaatan tenaga kesehatan Rumah Sakit Stella Maris Makassar dalam pelaksanaan rujukan berdasar
pada SOP pelaksanaan sistem rujukan. Hasil wawancara mendalam dengan beberapa informan
mengatakan bahwa SOP mengenai sistem rujukan ada di UGD dan telah disosialisasikan sehingga
mereka mengetahui seperti apa sistem rujukan di Rumah Sakit Stella Maris Makassar. SOP rujukan
telah dilaksanakan berdasarkan hasil wawancara mendalam yang mengatakan bahwa pasien yang
akan dirujuk diberikan penjelasan mengenai alasannya dirujuk ke rumah sakit lain. Berikut kutipan
hasil wawancara:
,,,terus dijelaskan, kalau seumpamanya pasien ini pak harus masuk ICU, tapi kebetulan
kamarnya kami lagi full, jadi kami harus rujuk balik. Dijelaskan sama keluarga, sama pasien
tetap dijelaskan.
(GA, 27 tahun)
Selain wawancara, peneliti juga melakukan studi dokumentasi mengenai SOP rujukan. Hasil
studi dokumentasi tersebut ditemukan bahwa SOP rujukan yang ada di UGD rumah sakit bejudul
Pasien Pindah ke Rumah Sakit Lain yang bertujuan sebagai acuan dalam memindahkan pasien dari
Rumah Sakit Stella Maris Makassar ke rumah sakit lain. SOP ini memiliki dua prosedur yaitu pasien
dirujuk ke atas (rumah sakit yang lebih lengkap) dan pasien pindah atas permintaan sendiri.
Kelengkapan formulir rujukan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kelengkapan surat
yang dikeluarkan oleh fasilitas kesehatan asal rujukan pasien dan kelengkapan surat yang dikeluarkan
oleh Rumah Sakit Stella Maris Makassar kepada fasilitas tujuan rujukan. Dari hasil wawancara
menunjukkan bahwa formulir yang dibawa oleh pasien diisi dengan lengkap. Terbuktikan pernyataan
informan yang mengatakan bahwa formulir rujukan yang dibawa pasien dari fasyankes asal diisi
dengan lengkap. Kutipannya sebagai berikut:
Lengkap, lengkap ji. Dia itu online, kan sekarang itu BPJS online jadi kalau rujukannya
tidak online, pasti rumah sakit harus konfirmasi ke kliniknya. Kenapa dia bikin manual.
Semua klinik, puskesmas juga online. Kecuali yang dari pulau, kadang-kadang disanakan
suka mati lampu, jadi manual. Atau dari klinik tidak bagus jaringannya, bisa dia manual,
tapi dia konfirmasi tetap ke rumah sakit.
(BS, 24 tahun)
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam, didukung dengan hasil observasi
yang menyimpulkan bahwa baik pasien yang akan dirujuk ke Rumah Sakit Stella Maris Makassar
maupun pasien dari Rumah Sakit Stella Maris Makassar yang akan dirujuk ke rumah sakit lain, harus
membawa formulir rujukan yang telah diisi dengan lengkap. Selain wawancara dan observasi peneliti
juga melakukan studi dokumentasi. Hasil studi dokumentasi tersebut ditemukan bahwa formulir
rujukan telah dilengkapi sebelum merujuk pasien ke rumah sakit. Melalui persetujuan BPJS center
rumah sakit, formulir rujukan tentu diisi dengan lengkap oleh rumah sakit sebelum merujuk pasien.
Kelengkapan ambulans dalam penelitian ini adalah kelengkapan serta pemanfaatan ambulans
yang dimiliki oleh Rumah Sakit Stella Maris Makassar dalam hal pengantaran dan penjemputan
pasien. Hasil wawancara mendalam dan observasi yang dilakukan mengenai kelengkapan ambulans
Rumah Sakit Stella Maris Makassar yaitu terdapat dua ambulans yang dilengkapi dengan peralatan
yang mendukung.
Pencatatan dan pelaporan dalam penelitian ini ialah kegiatan mencatat yang dilakukan tenaga
kesehatan mengenai data pasien rujukan, rujuk balik maupun merujuk pasien dan melakukan
pelaporan oleh Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Hasil wawancara
mendalam diketahui bahwa pencatatan mengenai pasien rujukan dilakukan di UGD, dalam buku
khusus, dalam berkas rekam medis. Berikut kutipannya:
Ada. Ada tertulis rujukan dari sini. Tercatat di rekam medis, sudah masuk dalam
statusnya.
(MB, 27 tahun)
Informasi berbeda diungkapkan salah satu informan yang mengatakan bahwa pencatatan yang
dilakukan bukanlah pencatatan rujukan, namun pencatatan pasien datang secara umum. Berikut
kutipannya:
Sudah, sudah dilakukan, ada tapi kalau untuk rujukan tidak ada. Pencatatan to, tidak ada
untuk rujukan, pasien masuk saja,,,
(TI, 36 tahun)
Pelaporan sistem rujukan dilakukan setiap hari pada Instalasi Rekam Medis, setiap bulan,
triwulan, semester dan setiap tahun pada Dinas Kesehatan Kota Makassar.Setelah melakukan
wawancara mengenai pencatatan dan pelaporan sistem rujukan, peneliti melakukan observasi yang
hasilnya berupa adanya pencatatan di dalam buku khusus yang ada di UGD. Buku ini berisi catatan
pasien yang masuk melalui UGD Rumah Sakit Stella Maris Makassar berupa biodata pasien,
diagnosis pasien, waktu datang dan waktu ditindaki, tindakan selanjutnya, dan lain-lain. Kemudian
peneliti melakukan studi dokumentasi pada buku catatan pasien yang ada di UGD Rumah Sakit Stella
Maris Makassar. Hasil studi dokumentasi tersebut ditemukan bahwa pencatatan mengenai pasien
rujukan melalui UGD telah dilakukan tetapi kurang lengkap. Buku catatan ini didalamnya terdapat
variabel yang diisi dengan diberi tanda centang. Salah satunya yaitu rujukan, apakah pasien dirujuk
atau tidak. Namun, tidak lengkap karena tidak diketahui rumah sakit asal pasien ataupun rumah sakit
tujuan rujukan pasien.

PEMBAHASAN
Sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari
unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antara unit-unit yang setingkat
kemampuannya). Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan
kebutuhan medis. Rujukan medis merupakan rujukan yang berkaitan dengan upaya penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan
(konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan. 3
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa karakteristik rujukan medis berupa
adanya kerjasama antara fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), kelengkapan formulir rujukan,
ketentuan rujuk balik, komunikasi pra rujukan dengan fasilitas tujuan rujukan, kepatuhan terhadap
Standar Operasional Prosedur (SOP) rujukan, dan kelengkapan sumber daya pendukung, termasuk
transportasi dan komunikasi.9 Sementara itu, dalam mengoptimalkan pelaksanaan rujukan Permenkes
No. 001 tahun 2012 menjelaskan perlu adanya pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan
evaluasi.10
Program rujuk balik merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita
penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan
jangka panjang yang dilaksanakan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atas rekomendasi
atau rujukan dari dokter spesialis atau subspesialis yang merawat. 11 Program rujuk balik diberikan
kepada peserta BPJS Kesehatan penderita penyakit kronis, khususnya penyakit diabetes melitus,
hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsy, stroke, schizophrenia,
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang sudah terkontrol atau stabil namun masih memerlukan
pengobatan atau asuhan keperawatan dalam jangka panjang. 12
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada dokter dan perawat diketahui bahwa
tidak semua perawat memahami mengenai rujukan balik. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Primasari yang menemukan bahwa ketentuan rujuk balik belum
dilaksanakan dengan baik di RSUD Dr. Adjidarmo, hal ini disebabkan karena ketidakpahaman
beberapa dokter tentang rujuk balik. Kurangnya informasi dari BPJS kesehatan kepada para dokter
tentang sistem rujukan balik menjadi perbedaan persepsi yang berakibat pada tidak optimalnya
aktivitas rujukan balik di RSUD Dr. Adjidarmo.5
Informasi yang diberikan oleh informan yang merupakan dokter UGD Rumah Sakit Stella
Maris Makassar, mengatakan bahwa rujukan balik sebenarnya tidak dilakukan di UGD. Ini dapat
membantu peneliti dalam menarik kesimpulan dari hasil wawancara yang dilakukan bersama perawat
UGD yang tidak sepaham mengenai rujukan balik. Namun, sebagai tenaga kesehatan yang mendapat
pendidikan khusus, semestinya memahami maksud dari rujukan balik. Hal ini sama dengan yang
diungkapkan oleh Puspitaningtyas dkk. bahwa kesadaran untuk melaksanakan sistem rujukan dengan
baik belum sepenuhnya dilakukan oleh perawat, perlu kiranya peningkatan perilaku dengan
peringatan lisan dan motivasi tentang pentingnya melaksanakan rujukan sesuai prosedur yang ada. 4
Komunikasi antar fasilitas kesehatan sebelum merujuk pasien merupakan prosedur standar
yang harus dijalankan sebelum melakukan rujukan. Dengan adanya komunikasi pra rujukan,
diharapkan tim yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit rujukan sudah
memersiapkan personil dan semua fasilitas yang dibutuhkan, sehingga jika pasien tersebut tiba, proses
serah terima pasien dapat berlangsung lebih cepat dan pasien dapat langsung ditangani. 13
Ketika melakukan wawancara, peneliti mendapat penjelasan dari salah satu informan yang
menerangkan bahwa apabila pasien datang langsung di UGD Rumah Sakit Stella Maris Makassar,
pasien tidak perlu menggunakan rujukan karena merupakan kasus emergency. Apabila ada pasien
yang dirujuk dari fasyankes tingkat pertama yaitu puskesmas, klinik atau dokter keluarga, dan
fasyankes tersebut mengetahui bahwa Rumah Sakit Stella Maris Makassar memiliki poliklinik yang
dibutuhkan, maka fasyankes langsung merujuk pasiennya tanpa perlu komunikasi tetapi
mengkonfirmasikan melalui BPJS rumah sakit perujuk. Bila pasien rujukan dari rumah sakit kelas C
atau D yang membutuhkan perawatan lebih lanjut, maka perlu komunikasi sebelumnya dengan
Rumah Sakit Stella Maris Makassar.
Komunikasi yang terjadi dalam proses rujukan pasien di Rumah Sakit Stella Maris Makassar
sebagai penerima rujukan sudah berjalan dengan baik. Informasi yang didapatkan dan hasil observasi
di lapangan, pasien rujukan dari fasyankes lain akan menghubungi UGD Rumah Sakit Stella Maris
Makassar melalui jaringan Sistem Rujukan Terintegrasi (sisrute). Apabila sisrute tidak dapat
terhubung, maka fasyankes asal rujukan akan menghubungi UGD Rumah Sakit Stella Maris Makassar
melalui telepon.
Intensitas komunikasi antar fasilitas kesehatan perujuk dan penerima rujukan merupakan hal
yang sangat penting dilakukan, karena dengan kondisi pasien yang emergency perlu mendapatkan
informasi tentang kesiapan rumah sakit dalam menerima rujukan. Intensitas komunikasi yang baik
sangat membantu banyak pihak dalam mempercepat pelaksanaan sebuah proses rujukan yang baik
pula.14 Sisrute di Rumah Sakit Stella Maris Makassar sangatlah membantu dalam proses merujuk
maupun menerima pasien rujukan. Melalui sistem ini, Rumah Sakit Stella Maris Makassar dapat
menerima informasi secara dini mengenai kondisi pasien yang akan dirujuk serta memastikan kepada
pengirim pasien bahwa pasien dapat diterima di Rumah Sakit Stella Maris Makassar.
Demikian juga untuk pasien yang akan dirujuk ke rumah sakit lain, Rumah Sakit Stella Maris
Makassar akan menginformasikan terlebih dahulu mengenai kondisi pasien. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Primasari bahwa pada era JKN dengan semakin ketatnya
aturan-aturan JKN tentang ketentuan indikasi rujuk, rumah sakit rujukan semakin selektif dalam
menerima pasien-pasien rujukan, sehingga komunikasi sebelum merujuk pasien pun terus menerus
diintensifkan. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan JKN membawa pengaruh yang baik terhadap
sistem komunikasi yang dilakukan sebelum merujuk pasien, yakni menjaga kesinambungan pelayanan
sesuai dengan yang diharapkan dalam JKN.5
SOP adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi
dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator teknis, administrasif dan
prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan. Tujuan SOP adalah menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan
unit kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance.15 Dalam penelitian ini
diketahui dari hasil wawancara dan studi dokumentasi bahwa Rumah Sakit Stella Maris telah
memiliki SOP rujukan yang berjudul Pasien Pindah ke Rumah Sakit Lain. Dari studi dokumentasi
ini, peneliti berpendapat bahwa SOP ini belum mewakili seluruh kegiatan pada sistem rujukan JKN.
SOP yang dimiliki Rumah Sakit Stella Maris Makassar hanya mengatur bagaimana prosedur dalam
merujuk pasien ke rumah sakit lain yang lebih mampu dan prosedur dalam memindahkan pasien ke
rumah sakit lain atas permintaan sendiri. Belum terdapat prosedur dimana Rumah Sakit Stella Maris
Makassar ketika menerima pasien rujukan dari rumah sakit lain serta bagaimana prosedur dalam
melakukan rujukan balik.
Informasi yang didapatkan dari beberapa informan yang mengatakan SOP rujukan telah diatur
di UGD Rumah Sakit Stella Maris Makassar, berbeda dengan satu informan yang mengatakan bahwa
SOP rujukan untuk internal Rumah Sakit Stella Maris Makassar hendak dibuat. Pernyataan dari
informan ini dapat dibenarkan karena maksud dari perkataan SOP rujukan milik internal Rumah Sakit
Stella Maris Makassar sebenarnya belum ada, karena yang ada hanyalah SOP mengenai pasien pindah
ke rumah sakit lain. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartini dkk. di RSUD Chatib
Quzwain Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi, diketahui bahwa SOP sistem rujukan sudah tersedia
dan isinya adalah SOP untuk merujuk ke rumah sakit lain. Pelayanan rujukan pasien BPJS yang
berjalan hanya tersedia SOP sistem rujukan yang artinya proses rujukan pasien dari rumah sakit
sebagai perujuk menuju rumah sakit lain baik vertikal maupun horizontal dengan menggunakan SOP
sistem rujukan. Sedangkan SOP dalam menerima rujukan. SOP merujuk balik dan SOP menerima
rujuk balik belum tersedia.14
Penelitian ini juga ditemukan bahwa belum semua informan mengetahui SOP mengenai
pasien pindah ke rumah sakit lain milik Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Namun, setelah
melakukan studi dokumentasi bahwa unit terkait dari SOP ini yaitu ruang rawat inap, perinatologi,
UGD dan petugas akuntan, sehingga peneliti menilai ketidaktahuan dari informan tersebut adalah
sebuah kewajaran, karena Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Stella Maris bukan merupakan unit
terkait dari SOP tersebut.
Kepatuhan terhadap SOP merupakan komponen penting dalam manajemen keselamatan
pasien.16 Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa salah satu dari prosedur dalam merujuk pasien
telah diimplementasikan dengan baik di Rumah Sakit Stella Maris. Serupa dengan penelitian Hartini
dkk. diketahui bahwa semua staf bekerja sesuai SOP yang tersedia di rumah sakit baik SOP rujukan
maupun SOP lainnya.14
Formulir atau surat rujukan merupakan sebuah surat yang dikeluarkan oleh klinik atau
puskesmas atau yang memiliki kewenangan sebagai bentuk penyerahan tanggung jawab secara timbal
balik atas permasalahan yang timbul.17 Idealnya formulir rujukan harus diisi secara lengkap agar dapat
memberikan informasi yang optimal guna penanganan pasien yang optimal pula, dimana formulir
rujukan harus berisi data tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosis
kerja, pengobatan dan tindakan yang telah diberikan, tujuan rujukan, tandatangan dan nama jelas
pemeriksa.8
Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi dan wawancara mendalam ditemukan bahwa
sebagian besar informan mengatakan pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit Stella Maris Makassar baik
rujukan dari dokter keluarga, klinik atau puskesmas, dan rumah sakit umum membawa formulir
rujukan yang diisi secara lengkap. Walaupun sudah dengan rujukan online sisrute, namun Rumah
Sakit Stella Maris tetap harus menerima pengantar berupa formulir rujukan pasien. Namun, terdapat
dua informan yang mengatakan bahwa formulir rujukan dari rumah sakit perujuk terkadang tidak
lengkap.
Salah satu informan yang merupakan staf di bagian BPJS Center Rumah Sakit Stella Maris
Makassar menjelaskan bahwa fenomena seperti tidak lengkapnya isi formulir rujukan terkadang
terjadi apabila fasyankes perujuk membuat formulir rujukan dengan cara manual. Karena menurut
informan semua fasyankes baik klinik, puskesmas, maupun rumah sakit sekarang menggunakan
sistem BPJS secara online. Setiap merujuk pasien dilakukan verifikasi oleh bagian BPJS dan
luarannya apabila telah disetujui BPJS yaitu formulir rujukan yang berisi lengkap dengan diagnosis
pasien.
Berbeda dengan Rumah Sakit Stella Maris Makassar yang apabila merujuk pasien, maka
formulir rujukan terisi dengan lengkap. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Hartini dkk. bahwa
berdasarkan hasil penelitian dan observasi di lapangan, kelengkapan pengisian surat rujukan dengan
penulisan yang jelas dan dapat dibaca dalam pelayanan rujukan pasien BPJS di RSUD Chatib
Quzwain Sarolangun telah memenuhi syarat sebagaimana peraturan yang telah ditetapkan. 14 Ketika
memperoleh pelayanan di Rumah Sakit Stella Maris Makassar, pasien tidak hanya membawa formulir
rujukan dari rumah sakit perujuk, namun pasien perlu menyertakan kartu peserta BPJS serta KTP
ataupun kartu keluarga untuk mempermudah pembuatan Surat Elegibilitas Peserta (SEP) saat
melakukan registrasi di bagian loket Rumah Sakit Stella Maris Makassar.
Ambulans adalah alat transportasi untuk membawa orang yang sakit ataupun terluka menuju
rumah sakit. Kata ambulans digunakan untuk mendeskripsikan alat trasnportasi yang memiliki
peralatan medis untuk pasien yang ada di luar rumah sakit atau untuk membawa pasien ke rumah sakit
untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Kelley berpendapat bahwa keberadaan sarana transportasi
dalam proses rujukan adalah hal yang sangat penting. Fasilitas transportasi yang baik pada
pelaksanaan rujukan adalah alat transportasi yang sesuai dengan keadaan geografis daerah tersebut. 18
Demikian juga di Rumah Sakit Stella Maris Makassar, berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa
Rumah Sakit Stella Maris Makassar menyediakan ambulans yang dapat digunakan dalam merujuk
pasien.
Rumah Sakit Stella Maris Makassar memiliki dua mobil ambulans yang juga difungsikan
dalam menjemput pasien emergency untuk dibawa ke Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Melalui
telepon rumah sakit, bagian transportasi akan terhubung dengan UGD Rumah Sakit Stella Maris
Makassar sebelum menjemput pasien. Dalam menjemput maupun mengantar pasien, staf transportasi
tidak berangkat sendiri, tetapi selalu didampingi oleh perawat yang berkompeten. Peralatan medis
yang tersedia di dalam ambulans milik Rumah Sakit Stella Maris Makassar seperti pada hasil
wawancara mendalam bersama staf transportasi mengatakan bahwa di dalam mobil ambulans terdapat
tabung oksigen, kotak P3K, dan brancard untuk menunjang keselamatan pasien dalam melakukan
rujukan menggunakan ambulans. Hal tersebut sesuai dengan Permenkes RI No. 001 tahun 2012
tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan yang mengatakan dalam pasal 16 ayat 2
bahwa pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus harus dirujuk dengan ambulans dan
didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten.10
Menurut Primasari pencatatan dalam sistem rujukan dilakukan saat menerima pasien rujukan,
melakukan rujuk balik, dan merujuk pasien ke rumah sakit lain. 5 Sedangkan pelaporan merupakan
catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya disampaikan ke pihak yang
berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tertentu. 21 Berdasarkan hasil wawancara mendalam
bersama informan, ada beberapa pendapat mengenai pencatatan sistem rujukan di Rumah Sakit Stella
Maris Makassar. Pendapat terbanyak yaitu dengan empat informan yang mengatakan bahwa
pencatatan sistem rujukan dilakukan di UGD. Pendapat kedua yaitu dua informan mengatakan
pencatatan dilakukan di buku khusus pencatatan. Pendapat ketiga yaitu dua informan mengatakan
bahwa pencatatan sistem rujukan ada di dalam berkas rekam medis pasien, dan pendapat terakhir
yaitu satu informan mengatakan bahwa kasus rujukan tidak dilakukan pencatatan, hanya saja
pencatatan dilakukan mengenai kunjungan pasien masuk dan keluar secara umum.
Salah satu informan yang memiliki pernyataan yang berbeda mengungkapkan kasus rujukan
tidak dilakukan pencatatan, hanya saja pencatatan dilakukan mengenai kunjungan keluar masuk
pasien secara umum. Sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hartini dkk.
yang mengungkapkan bahwa proses pencatatan data rujukan pasien BPJS di RSUD Chatib Quzwain
Sarolangun sudah dilakukan pencatatan data pasien tetapi masih dalam register kunjungan pasien
bukan register rujukan pasien BPJS.14
Pernyataan informan di atas dapat mendukung masalah dari peneliti yang mendapatkan
informasi awal di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Stella Maris Makassar belum memiliki
pelaporan sistem rujukan. Pada saat pengambilan data awal mengenai jumlah pasien rujukan masuk
dan keluar, staf Instalasi Rekam Medis mengungkapkan bahwa pelaporan untuk kasus rujukan tidak
tercatat dibeberapa berkas rekam medis pasien. sehingga pihak rekam medis tidak dapat melaporkan
kegiatan rujukan tersebut.
Permenkes Nomor 28 tahun 2014 yang menyatakan dalam rangka upaya perbaikan mutu
penyelenggaraan pelayanan JKN diperlukan data dan informasi. Untuk itu data dan informasi tersebut
diperoleh dengan lengkap dari fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan sebagaimana diamanatkan
dalam Permenkes nomor 71 tahun 2013, bahwa fasilitas kesehatan wajib membuat laporan kegiatan
pelayanan kesehatan yang diberikan secara berkala setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. 22
Observasi dan studi dokumentasi dilakukan untuk melengkapi hasil wawancara mendalam.
Dari hasil observasi diketahui bahwa pencatatan dilakukan di dalam buku khusus yang ada di UGD.
Buku ini berisi catatan pasien yang masuk melalui UGD Rumah Sakit Stella Maris Makassar berupa
biodata pasien (nama, alamat, agama, umur, jenis kelamin), waktu datang dan waktu ditindaki,
diagnosis, bedah atau non bedah, tindakan, dan kolom yang bertujuan untuk dicentang berupa
kunjungan (baru atau lama), rujuk, meninggal, umum atau BPJS, gawat darurat, gawat tidak darurat,
darurat tidak gawat dan tidak gawat darurat. Selain buku khusus tersebut, pencatatan dilakukan di
dalam berkas rekam medis pasien kemudian dipindahkan ke dalam sistem informasi computer milik
Rumah Sakit Stella Maris Makassar oleh perawat yang bertugas.
Hasil studi dokumentasi tersebut ditemukan bahwa pencatatan mengenai pasien rujukan
melalui UGD telah dilakukan tetapi kurang lengkap. Terbukti dengan adanya buku tersebut. Buku
catatan ini didalamnya terdapat variabel yang diisi dengan diberi tanda centang. Salah satunya yaitu
rujukan, apakah pasien dirujuk atau tidak. Namun, dianggap tidak lengkap karena tidak diketahui
fasyankes asal pasien ataupun fasyankes tujuan rujukan pasien. Hal tersebut sesuasi dengan penelitian
yang dilakukan Primasari bahwa pencatatan tentang penerimaan pasien rujukan dan pengiriman
pasien rujukan belum dilakukan dengan optimal, walau telah menjadi rutinitas. 5
Pada pembahasan mengenai pelaporan, sama halnya pencatatan, pelaporan yang dilakukan
juga bukan terkhusus untuk pelaporan sistem rujukan. Dari hasil penelitian menunjukkan telah
dilakukan pelaporan secara berkala. Dua informan mengatakan pelaporan dilakukan setiap hari.
Maksud dari informan bahwa setiap hari pelaporan diserahkan kepada Instalasi Rekam Medis. Hasil
wawancara mendalam juga menyatakan bahwa pelaporan dilakukan setiap bulan, triwulan, semester
bahkan tahunan tergantung laporan apa yang akan dibuat dan untuk siapa pelaporan tersebut.
Pelaporan dimulai dari setiap unit dan instalasi di Rumah Sakit Stella Maris Makassar yang diberikan
kepada Instalasi Rekam Medis. Kemudian Instalasi Rekam Medis yang akan melaporkan data yang
dibutuhkan kepada Dinas Kesehatan Kota maupun Kementrian Kesehatan secara online.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi yang dilakukan
peneliti terkait implementasi sistem rujukan JKN di Rumah Sakit Stella Maris Makassar, maka
diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan rujukan balik dilakukan apabila pasien penyakit kronis
dalam kondisi stabil dan membutuhkan kontrol dari dokter secara berkala. Ketika merujuk dan
menerima rujukan dilakukan komunikasi dengan menggunakan telepon serta aplikasi online sisrute di
bagian UGD rumah sakit. SOP mengenai rujukan dengan judul Pasien Pindah ke Rumah Sakit Lain
telah dilaksankan dengan baik, namun SOP tersebut belum mewakili seluruh kegiatan pada sistem
rujukan JKN. Formulir rujukan diisi dengan lengkap. Tersedia dua ambulans yang dilengkapi dengan
alat penunjang keselamatan pasien dalam melakukan rujukan dan menjemput pasien emergency.
Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan bukan terkhusus untuk pelaporan sistem rujukan.
Pencatatan secara umum yang dilakukan disetiap unit kerja akan dilaporkan ke Instalasi Rekam
Medis. Kemudian Instalasi Rekam Medis mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Kota Makassar dan
Kementrian Kesehatan secara secara berkala.
Saran dalam penelitian ini adalah perlu adanya kegiatan sosialisasi untuk memahami lebih
dalam mengenai sistem rujukan dan persamaan persepsi tentang rujukan balik kepada tenaga
kesehatan di Rumah Sakit Stella Maris Makassar. SOP yang telah ada terus diterapkan dan seharusnya
ada SOP yang mengatur semua pelaksanaan rujukan di Rumah Sakit Stella Maris Makassar.
Disarankan dalam pembuatan SOP rujukan tersebut mengacu pada buku Pedoman Sistem Rujukan
Nasional serta perlu adanya pencatatan dan pelaporan mengenai jumlah pasien rujukan, pasien dirujuk
serta keterangan asal dan tujuan rujukan pasien, untuk memudahkan pengambilan keputusan, apabila
ada kendala-kendala yang kelak dihadapi dalam pelaksanaan sistem rujukan JKN di Rumah Sakit
Stella Maris Makassar.
DAFTAR PUSTAKA
1. UU No 24 Tahun 2011. Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jakarta: Presiden RI.
2. Kementerian Kesehatan RI No. 71 Tahun 2013. Tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan
Kesehatan Nasional. Jakart: Kementerian Kesehatan RI.
3. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta; 2007.
4. Puspitaningtyas A, Indarwaty, Kartikasari D. Pelaksanaan Sistem Rujukan di RSUD Banyudono.
GASTER. 2014; 11(2):25-36.
5. Primasari KL. Analisis Sistem Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional RSUD. Dr. Adjidarmo
Kabupaten Lebak. J ARSI. 2015; 1(2):7886.
6. Sanjaya GY, Hanifah N, Prakosa HK, Lazuardi L. Integrasi Sistem Informasi: Akses Informasi
Sumber Daya Fasilitas Kesehatan dalam Pelayanan Rujukan. J Sisfo. 2016; 6(1):4962.
7. Zulhadi, Trisnantoro L, Zaenab SN. Problem dan Tantangan Puskesmas dan Rumah Sakit Umum
Daerah dalam Mendukung Sistem Rujukan Maternal di Kabupaten Karimun Provinsi Kepri Tahun
2012. J Kebijak Kesehat Indones. 2013; 2(4):189201.
8. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Sistem Rujukan Nasional.
Jakarta; 2012.
9. World Health Organization. Management of health facilities: Referral systems [Online Article].
2010. [Diakses 13 Februari 2017]. Available at :
http://www.who.int/management/facility/referral/en/.
10. Kementerian Kesehatan RI No. 001 Tahun 2012. Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan
Perorangan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
11. Sari AM, Asnawati, Yulianti L. Aplikasi Pendataan Pasien Rujuk Balik Perserta Badan
Penyeleggara Jaminan Sosial (BPJS) Bengkulu. J Media Infotama. 2015; 11(2):102.
12. BPJS Kesehatan. Panduan Praktis Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN [Online Article]. 2015.
[Diakses 13 Februari 2017]. Available at : http://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/4238e7d5f66ccef4ccd89883c46fcebc.pdf
13. Zainubun, Randy. Hubungan antara Komunikasi Prarujukan dan Pengetahuan Perawat Ambulans
dengan Kecepatan dan Efektivitas Proses Serah Terima Pasien di Instalasi Gawat Darurat. J
Kedokt Meditek. 2014; 20(54):109.
14. Hartini, Arso SP, Sriatmi A. Analisis Pelayanan Rujukan Pasien BPJS di RSUD Chatib Quzwain
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. JKM. 2016; 4(4):4959.
15. Atmoko T. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
[Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2012.
16. Natasia N, Loekqijana A, Kurniawati J. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan SOP
Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU RSUD Gambiran Kota Kediri. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
2014; 28(1):215.
17. BPJS Kesehatan. Surat Rujukan BPJS Kesehatan Berlaku Hanya 30 Hari (1 Bulan) [Online
Article]. 2016. [Diakses 7 Maret 2017]. Available at : https://www.panduanbpjs.com/surat-
rujukan-bpjs-kesehatan-berlaku-hanya-30-hari-1-bulan/.
18. Kelley M Lou, Williams A, DeMiglio L, Mettam H. Developing Rural Palliative Care: validating
a conceptual model. J Palliat Care. 2011; 23(3):14353.
19. Siagian SP. Filsafat Administrasi. Jakarta: Bumi Aksara; 2008.
20. Kemenkes RI No. 28 Tahun 2014. Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai