Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG SPIRITUALITAS DAN RELIGIUSITAS

Disususn Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II

Dosen: Widyoningsih, M.Kep.,Sp,Kom

Disusun oleh:

Ainaya Fatikhaturrohmah 108118003

Fery Akbar Rizky 108118015

Silfia Triara Lestari 108118017

Debby Cynthia Laksono 108118023

Anisa Rahayu Ningtiyas 108118024

PROGRAM S1 KEPERAWATAN 3A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

AL –IRSYAD AL-ISLAMIYYAH

CILACAP
A. DEFINISI

a. Spiritualitas

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa

dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai

Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan

manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat,

puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari, 2002)

Spiritualitas adalah suatu keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha

Kuasa, Maha Pencipta (Hamid, 1999).

Spiritualitas adalah usaha untuk mencapai tingkat mental atau metafisika

tertentu, dimana pada kondisi tersebut, manusia berusaha dengan keras untuk

MENYATU dengan Tuhannya, MENYATU dengan ALAM SEMESTA, dan

MENYATU dengan Energi di sekitarnya.

b. Religiusitas

Menurut Gazalba (dalam Ghufron, 2012) religiusitas berasal dari kata religi

dalam bahasa Latin “religio” yang akar katanya adalah religure yang berarti

mengikat. Dengan demikian, mengandung makna bahwa religi atau agama pada

umumnya memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi

dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Kesemuanya itu berfungsi mengikat seseorang

atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan

alam sekitarnya.

Religiusitas tentu berasal dari kata religion (dalam bahasa Inggris), atau

Agama dalam bahasa Indonesia.. Agama berasal dari dua suku kata, A-gama, “A”

yang berarti tidak, dan gamma yang berarti kekacauan. Jadi secara harfiah kita

dapat mendefinisikan agama sebagai dasar-dasar kehidupan yang membuat hidup


kita lebih teratur, tidak kacau. Nah, religiusitas menjadi semacam tolak ukur

(menurut saya pribadi) bagaimana seseorang mencapai tingkatan atau kedalaman

tertentu dalam menjalani dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

Sebagai contoh, seseorang yang rajin ke gereja, rajin beramal, rajin berdoa, tentu

saja mendapatkan predikat dari masyarakat sebagai seseorang yang memiliki

tingkat religiusitas yang tinggi, karena terlihat ada usaha untuk menjalankan dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Sedangkan bagi mereka yang berlaku

sebaliknya, akan mendapatkan predikat sebagai mereka yang memiliki tingkat

religuisitas yang rendah.

B. PERBEDAAN

Orang yang Religius adalah orang yang agamis, rajin ibadah, terkadang dari

penampilannya terlihat ( sengaja diperlihatkan ), menampilkan simbol-simbol agama.

Sementara Spiritualis adalah orang yang baik, bukan hanya dalam menjalankan

perintah agama saja, atau di tempat ibadah saja, tetapi ia baik dimanapun ia berada.

Ada 5 perbedaan antara Religius dengan Spiritualis

1. Orang Religius adalah orang yang percaya bahwa Tuhan itu ada. Sedangkan orang

Spiritual adalah orang yang percaya bahwa Tuhan itu hadir.

Contoh : Orang melakukan perbuatan tidak baik karena ia berpikir Tuhan hanya

ada, tapi tidak hadir. Sedangkan orang spiritual berpikir bahwa Tuhan ada di

manapun dia berada.

2. Orang Religius adalah orang yang merasa paling suci dan paling benar.

Orang Spiritual adalah orang yang melihat semua orang adalah setara, semua

punya kelebihan dan kekurangan.

3. Orang Religius adalah orang yang mudah melihat perbedaan, dan sensitif dengan

perbedaan.
Orang Spiritual adalah orang yang mudah melihat persamaan, mau menerima

perbedaan, mau mendengarkan orang lain.

4. Orang Religius adalah orang yang hanya mementingkan simbol-simbol agama dan

ritual agama saja.

Orang Spiritual adalah orang yang menyembunyikan ibadahnya dari orang lain,

dan mempraktekkan keagamaannya dimanapun dan kapanpun.

5. Orang Religius adalah orang yang baik dalam urusan ibadah saja.

Orang Spiritual adalah orang yang baik dalam semua urusan, karena menganggap

semua urusan adalah ibadah.

C. KOMPONEN

a. Spiritualitas

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau

keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan

kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau

kematian. Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar

kekuatan manusia (Kozier, 2004).

Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan

dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,

sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan

Yang Maha Penguasa. Spirituaiitas sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal

adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun

kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang

dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan

yang terus menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002)


Menurut Ginanjar, (2004) dalam Rani, (2011) mengatakan dimensi spiritualitas

ada 3 macam yaitu tanggung jawab, pemaaf, dan pengasih sedangkan dimensi

spiritual itu sendiri merupakan kekuatan dalam diri untuk tertimbulnya rasa

kedamaian dan kebahagiaan pada diri seseorang. Berikut definisi dimensi

spiritualitas menurut Ginanjar, 2004 (dalam Rani, 2011), yaitu:

1. Tanggung jawab.

Tanggung jawab yaitu kemampuan dalam menyelesaikan semua tugas

sebagai wujud ihsan kepada Al-Wakil. Sedangkan bertanggung adalah

sikap dan kewajiban yang mana dilakukan terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan, Negara dan Tuhan.

2. Pemaaf.

Pemaaf merupakan sikap menerima maaf dalam mengikhlaskan masalah

sebagai wujud ihsan pada Al-Ghafar atau orang yang rela memberi maaf

kepada orang lain tanpa sedikit ada rasa benci dan keinginan untuk

membalas semua kesalahan-kesalahan yang pernah mereka perbuat.

3. Pengasih

Pengasih merupakan unsur dorongan dalam menyayangi sesama manusia

sebagai wujud ihsan pada Ar-Rahman atau sebagai perwujudan rasa kasih

sayang yang diwujudkan dalam perlakuan dan sikap diri sendiri maupun

ke sesama.
b. Religiusitas

Aspek religiusitas menurut kementrian dan lingkungan hidup RI 1987

(Caroline, 1999) religiusitas (agama Islam) terdiri dalam lima aspek:

1. Aspek iman menyangkut keyakinan dan hubungan manusia dengan Tuhan,

malaikat, para nabi dan sebagainya.

2. Aspek Islam menyangkut freluensi, intensitas pelaksanaan ibadah yang

telah ditetapkan, misalnya sholat, puasa dan zakat.

3. Aspek ihsan menyangkut pengalaman dan perasaan tentang kehadiran

Tuhan, takut melnggar larangan dan lain-lain.

4. Aspek ilmu yang menyangkut pengetahuan seseorang tentang ajaranajaran

agama.

5. Aspek amal menyangkut tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat,

misalnya menolong orang lain, membela orang lemah, bekerja dan

sebagainya.

Verbit (Roesgiyanto, 1999) mengemukakan ada enam komponen religiusitas

dan masing-masing komponen memiliki empat dimensi. Keenam komponen

tersebut adalah :

1. Ritual yaitu perilaku seromonial baik secara sendiri-sndiri maupun

bersama-sama

2. Doctrin yaitu penegasan tentang hubungan individu dengan Tuhan

3. Emotion yaitu adanya perasaan seperi kagum, cinta, takut, dan sebagainya.

4. Knowledge yaitu pengetahuan tentang ayat-ayat dan prinsip-prinsip suci.

5. Ethics yaitu atauran-aturan untuk membimbing perilaku interpersonal

membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk.

6. Community yaitu penegasan tentang hubungan manusia dengan makhluk

atau individu yang lain.


Sedangkan dimensi dari komponen tersebut adalah :

1. Content, merupakan sifat penting dari komponen misalnya ritual khusus,

ide-ide, pengetahuan, prinsip-prinsip dan lain-lain.

2. Frequency, merupakan seberapa sering unsur-unsur atau ritual tersebut

dilakukan.

3. Intensity, merupakan tingkat komitmen.

4. Centrality, yaiutu hal-hal yang paling menonjol atau penting.

Menurut Glock (Rahmat, 2003) bahwa ada lima aspek atau dimensi religiusitas

yaitu :

1. Dimensi Ideologi atau keyakinan, yaitu dimensi dari keberagamaan yang

berkaitan dengan apa yang harus dipercayai, misalnya kepercayaan adanya

Tuhan, malaikat, surga, dsb. Kepercayaan atau doktrin agama adalah

dimensi yang paling mendasar.

2. Dimensi Peribadatan, yaitu dimensi keberagaman yang berkaitan dengan

sejumlah perilaku, dimana perilaku tersebut sudah ditetapakan oleh agama,

seperti tata cara ibadah, pembaptisan, pengakuan dosa, berpuasa, shalat

atau menjalankan ritual-ritual khusus pada hari-hari suci.

3. Dimensi Penghayatan, yaitu dimensi yang berkaitan dengan perasaan

keagamaan yang dialami oleh penganut agama atau seberapa jauh

seseorang dapat menghayati pengalaman dalam ritual agama yang

dilakukannya, misalnya kekhusyukan ketika melakukan sholat.

4. Dimensi Pengetahuan, yaitu berkaitan dengan pemahaman dan

pengetahuan seseorang terhadap ajaran-ajaran agama yang dianutnya.

5. Dimensi Pengamalan, yaitu berkaitan dengan akibat dari ajaran-ajaran

agama yang dianutnya yang diaplikasikan melalui sikap dan perilaku

dalam kehidupan sehari-hari.


Menurut Polutzian (1996) klasifikasi menurut Glock & Stark yang membagi

agama ke dalam lima dimensi cukup representatif untuk mengungkap religiuasitas

seseorang. Diantara lima dimensi di atas, dimensi pengetahuan dalam berbagai

penelitian tidak memiliki hubungan dengan variabel yang lain. Tidak adanya

hubungan antara dimensi pengetahuan dengan variabel lain dapat diketahui dari

penelitian Diana (1998) dan Prihastuti & Theresiawati (2003) dimana dimensi

religiusitas tidak berkaitan dengan kreatifitas dan metode aktive coping.

Berdasarkan hal di atas, maka dalam tulisan ini dimensi pengetahuan tidak

dimasukkan sebagai dimensi religiusitas yang diteliti.


DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D dan Suroso, F. N. 2001. Psikologi Islami,. Yogyakarta : Penerbit Pustaka


Pelajar
Caroline, C. 1999. Hubungan antara Religiusitas Dengan Tingkat Penalaran Moral Pada
Pelajar Madrasah Mu”Allimat Muhammadiyah Yogyakarta, Yoyakarta: Fakultas
Psikologi UGM
Darwati, T.E., 2003, Hubungan Antara Kemasakan Sosial Dengan Kompetensi
Interpersonal Pada Remaja, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII.
Dister, N.S. 1988. Psikologi Agama. Yogyakarta : Kanisius
Echols, J.M, and Shadily, H. 1983. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta :Penerbit P.T.
Gramedia.
Madjid, R. 1997. Islam Kemoderenan dan Ke-Indonesiaan. Bandung : Mizan Pustaka
Mangunwijaya, Y. B. 1986. Menumbuhkan Sikap Religiusitas Anak. Jakarta : Gram

Anda mungkin juga menyukai