Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan
jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal
yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan
bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain (Menkes, 2005).
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H.
Syafii Ahmad, kesehatan jiibu Sa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global
bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan
teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya
pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang
sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik
dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperaibu Satan dan Pelayanan
Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiibu Sa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.
Pada study terbaru IBU SHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-
negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiibu Sa parah tidak dapat
pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan
dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang di Indonesia, berdasarkan data Departemen
Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional.
Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat
kurangnya layanan untuk penyakit kejiiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang
semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia
khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta
penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nur Siyanti, 2008).

1
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta
membahas tentang halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu
syarat tugas untuk menyelesaikan praktek klinik di RSJ Radjiman Wediodiningrat
malang.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum.
Untuk memberikan asuhan keperawatan Jiwa pada pasien dengan perubahan
sensori persepsi : Halusinasi pendengaran di ruangan Pavilium RSJ Radjiman
Wediodiningrat malang
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan sensori
persepsi: halusinasi (pendengaran)
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan sensori
persepsi : halusinasi (pendengaran)
c. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan
sensori persepsi :halusinasi (pendengaran)
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien perubahan sensori
persepsi : halusinasi (pendengaran)
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan
sensori persepsi: halusinasi (pendengaran)
f. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan
sensori persepsi : halusinasi (pendengaran)
g. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan
kenyataan yang penulis dapatkan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
WAHAM

A. DEFINISI
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui
pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering
ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.(Tomb, 2003 dalam Purba,
2008).
Waham adalah suatu keyakinan klienyang tidak sesuai dengan kenyataan,
tetapi dipertahankan dan tidak dapatdiubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan
ini berasal dari pemikiranklien yang sudah kehilangan kontrol.(Depkes RI, 2000)
Waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau
dibuktikandengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan
tingkatintelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah
denganalasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali.
(Kusumawati, 2010).

B. ETIOLOGI
Menurut Towsend (1998 : 147) mengemukakan bahwa etiologi waham
padapasiengangguanjiwa, yaitu ;
1. Faktor Predisposisi
a. Teori Psikososial
Perkembangan emosi lambat kurangnya perhatian Ibu yang
menyebabkan kehilangan perlindungan dan gagal membuktikan rasa percaya
dengan orang lain, sehingga individu selalu hati-hati dalam mengucapkan.
Gangguan harga diri, kehilangan kontrol, takut / cemas, sikap curiga terhadap
orang lain dan sikap umum yang digunakan yaitu proteksi.

b. Teori dinamika keluarga


Beberapa teori percaya bahwa orang yang paranoid mempunyai orang
tua yang berkarakter keras, banyak permintaan dan yang ingin segalanya
sempurna, sering marah, mengutamakan kepentingan pribadi, mencurigai
individu, sehingga pengalaman yang didapat dari dulunya akan mempengaruhi
kepribadian seseorang.
c. Teori biologi
3
Muncul karena adanya berapa kekuatan atau pengaruh dari
beberapa penyakit individu yang keluarganya mempunyai gejala penyakit
yang sama, contohnya : pada anak kembar, jika salah satu terkena skizofrenia,
maka 58 % kemungkinan akan terkena pada anak yang satunya.
2. FaktorPresipitasi
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis
yangmaladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI
menunjukkan bahwa derajat lobus temporal tidak simetris.
b. Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
c. Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku
individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan
atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap
penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepian,
tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.

C. PROSES TERJADINYA WAHAM


Menurut Yosep (2009,hal 237-239), proses terjadinya waham meliputi 6 fase,
yaitu :
a. Fase lack of Human need
b. Fase lack of self esteem
c. Fase control internal external
d. Fase environment support
e. Fase comforting
f. Fase improving

D. KLASIFIKASI

Jenis
Pengertian Perilaku Klien
Waham

4
Waham Keyakinan secara berlebihan bahwa “Saya ini pejabat di
Kementrian semarang!”
kebesaran dirinya memiliki kekuatan khusus
“Saya punya perusahaan
atau kelebihan yang berbeda dengan Paling besar lho “.
orang lain, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.

Waham Keyakinan terhadap suatu agama “ Saya adalah tuhan yang


Bisa menguasai dan
agama secara berlebihan, diucapkan
mengendalikan semua
berulang-ulang tetapi tidak sesuai
makhluk”.
dengan kenyataan.

Waham Keyakinan seseorang atau “ Saya tahu mereka mau


Menghancurkan saya,
curiga sekelompok orang yang mau
karena iri dengan
merugikan atau mencederai dirinya,
Diucapkan berulang-ulang tetapi kesuksesan saya”.
tidak sesuai dengan kenyataan.

Waham Keyakinan seseorang bahwa tubuh “Saya menderita kanker”.


somatik atau sebagian tubuhnya terserang Padahal hasil pemeriksaan
penyakit, diucapkan berulang-ulang
lab tidak ada sel kanker
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
pada tubuhnya.

Waham Keyakinan seseorang bahwa dirinya “ini saya berada di alam


nihlistik sudah meninggal dunia, diucapkan kuburya, semua yang ada
berulang-ulang tetapi tidak sesuai disini adalah roh-rohnya”.
dengan kenyataan.

E. TANDA DAN GEJALA


1. Menjalankan kegiataan keagaamaan secara berlebihan.
2. Berbicara kasar.
3. Mendominasi pembicaraan.
4. Menghindar dari kenyataan.
5. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan.
6. Mudah tersinggung.
7. Gerakan tidak terkontrol.
8. Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan.
9. Tidak ada perhatian pada perawatan diri.
10. Menolak makan.

5
F. RENTANG RESPON
Rentang perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon
sehingga perawat dapat menilai apakah repson klien adaptif atau maladaptif.
1. Perilaku yang berhubungan dengan respon biologis maladaptif :
a.Delusi
 Waham merupakan pikiran ( pandangan yang tidak rasional )
 Berwujud sipat kemegahan diri.
 Pandangan yang tidak berdasarkan kenyataan.
 Gangguan berpikir, daya ingat, disorientasi, afek labil

b. Halusinasi
 Pengalaman indera tanpa perangsang pada alat indera yang
bersangkutan
 Perasaan ada sesuatu tanpa adanya reangsangan sensorik,
misalnya penglihatan, rasa, bau, atau sensorium yang sepenuhnya
merupakan imajinasi
 Mengalami dunia seperti dalam mimpi
c. Kerusakan proses emosi
 Luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu
singkat
 Keadaan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan
 Marah, amuk, depresi, tidak berespon
d. Perilaku yang tidak terorganisir
 Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan /
lingkungan yang tidak teratur
 Kehilangan kendali terhadap impuls
e. Isolasi sosial
 Menarik diri secara sosial
 Menyendiri / mengasingkan diri dari kelompok.
2. Perilaku yang berhubungan dengan respon biologis adaptif :
a. Menyendiri / solitude merupakan respon yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya serta
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi merupakan kemampuan individu yang menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan social.
c. Kebersamaan merupakan suatu kondisi dalam hubungan interpersonal
dimana individu mampu saling member dan saling menerima.
d. Saling ketergantungan merupakan suatu hubungan saling tergantung
antar individu dengan orang lain dalam rangka membinahubungan
interpersonal.

6
G. PATOFISIOLOGI

Perilaku kekerasan

Waham

Menarik Diri

Harga Diri Rendah

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
2. Waham
3. Menarik Diri
4. Harga Diri Rendah

I. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Dx.1: Waham Curiga
SP 1p:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Jangan membantah atau mendukung waham klien
3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
4. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-harinya.
SP 2p :
1. Mengidentifikasi kemampuan positif pasien
2. Beri pujian pada penampilan klien yang dimiliki pada masa lalu dan
saatini.
3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai
wahamnyatidak ada.
SP 3p:
1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, dan efek
samping obat dan akibat penghentian.
7
2. Diskusikan perasaan klien setelah minum obat.
3. Berikan obat dengan prinsip lima benar dan observasi setelah minum
obat
SP 1K:
1. Membina hubungan saling percaya pada keluarga.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien.
3. Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang tepat untuk klien.
SP2K:
1. Klien dapat dukungan dari keluarga
2. Diskusikan dengan keluarga tentang gejala waham yang dialami klien.
3. Berikan latihan pada keluarga tentang cara merawat klien waham.
4. Anjurkan pada keluarga untuk mengikuti waham klien dan jangan
membantah.
SP3K:
1. Beritahu keluarga cara menggunakan obat dengan benar dan patuh untuk
klien.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang tindakan tindak lanjut dan
pengobatan yang teratur.
3. Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien dirumah.
4. Menyusun rencana pulang klien bersama keluarga.
5. Dx 2 : Menarik Diri
SP 1P :
1. Mengidentifikai penyebab isolasi sosial pasien.
2. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
3. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
4. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang.
5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
SP 2P :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih.
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
SP 3P :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok.
8
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
SP 1K :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami
pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien isolasi sosial
SP 2K :
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah
isolasi sosial langsung dihadapan pasien.
SP 3K :
1. Menjelaskan perawatan lanjutan.
2. Dx 3 :Harga Diri Rendah
SP 1P :
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan.
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengankemampuan klien.
4. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan.
5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
SP 2P :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai
kemampuan.
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
harianKeluarga
SP 1K :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang
dialamipasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien harga diri rendah
SP 2K :

9
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi
sosial.
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
isolasisosial
SP 3K :
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk
minumobat (discharge planing).
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


WAHAM

1. Data yang Perlu Dikaji


a. Alasan masuk RS
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa
tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala

10
yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan.
b. Faktor prediposisi
1) Faktor perkembangan terlambat
 Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa
aman.
 Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
 Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
 Komunikasi peran ganda
 Tidak ada komunikasi
 Tidak ada kehangatan
 Komunikasi dengan emosi berlebihan
 Komunikasi tertutup
 Orangtu yang membandingkan anak-anaknya, orangtua yang
otoritas dan konflik dalam keluarga
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
lingkungan yang terlalu tinggi.
4) Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal
diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran,
gambaran diri negatif dan koping destruktif.
5) Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran
vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
6) Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui
kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor
enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak
kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar

11
50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote
peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya
mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia,
sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya
menjadi 35 %.
c. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
1) Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme
penerimaan abnormal).
3) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif
adalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.
1) Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian,
kelelahan dan infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat, kurangnya
latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
2) Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,
kehilangan kebebasab hidup dalam melaksanakan pola aktivitas
sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial,
kurangnya dukungan sosialm tekanan kerja, dan ketidakmampuan
mendapat pekerjaan.
3) Sikap
Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya
kekuatan berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan
sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan gejala.
4) Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara sendiri.

12
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada
jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adannya tanda-
tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus
dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja.
Validasi informasi tentang halusinasi yang iperlukan meliputi :
 Isi halusinasi
Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.
 Waktu dan frekuensi
Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali sehari.
 Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Perawat bisa mengobservasi apa yang dialami
klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi
pertanyaan klien.
 Respon klien
Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji
dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami
pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa mengontrol stimulus
halusinasinya atau sebaliknya.
d. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan
darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.
1) Status mental
 Penampilan : tidak rapi, tidak serasi
 Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belit
 Aktivitas motorik : meningkat/menurun
 Afek : sesuai/maladaprif
 Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus
yang ada sesuai dengan nformasi
 Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak
berfungsi dengan baik dan dapat mempengaruhi proses pikir
 Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian
realistis

13
 Tingkat kesadaran
 Kemampuan konsentrasi dan berhitung
2) Mekanisme koping
 Regresi : malas beraktifitas sehari-hari
 Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengalihkan tanggungjawab kepada oranglain.
 Menarik diri : mempeecayai oranglain dan asyik dengan
stimulus internal
3) Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan
ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau pemukiman
2. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan
halusinasi menurut Keliat (2006) yaitu:
a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik
diri.
b. Resiko Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
2. Intervensi keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


O KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan 4 TINDAKAN
sensori: halusinasi kali interaksi klien PSIKOTERAPEUTIK
mampu mengontrol  Klien
halusinasi dengan 1. Bina hubungan saling
kriteria hasil: percaya
2. Adakan kontak sering
1. Klie
dan singkat secara
n dapat
bertahap
membina
3. Observasi tingkah laku
hubungan
klien terkait halusinasinya
saling 4. Tanyakan keluhan yang
percaya dirasakan klien
5. Jika klien tidak sedang
2. Klie
berhalusinasi klarifikasi
n dapat
tentang adanya
mengenal
14
halusinasinya pengalaman halusinasi,
; jenis, isi, diskusikan dengan klien
waktu, dan tentang halusinasinya
frekuensi meliputi :
halusinasi, SP I
respon 1. Identifikasi jenis
terhadap halusinasi Klien
2. Identifikasi isi
halusinasi,
halusinasi Klien
dan tindakan
3. Identifikasi waktu
yg sudah
halusinasi Klien
dilakukan 4. Identifikasi frekuensi
3. Klie halusinasi Klien
5. Identifikasi situasi yang
n
menimbulkan halusinasi
dapat menyeb
6. Identifikasi respons
utkan dan
Klien terhadap halusinasi
memprakteka 7. Jelaskan cara
n cara mengontrol halusinasi
mengntrol dengan 4 cara : Hardik,
halusinasi obat, bercakap-cakap,
yaitu dengan melakukan kegiatan
8. Latih Klien mengontrol
menghardik,
halusinasi dengan
bercakap-
menghardik
cakap dengan
9. Anjurkan Klien
orang lain,
memasukkan cara
terlibat/
menghardik halusinasi
melakukan
dalam jadwal kegiatan
kegiatan, dan
harian
minum obat
SP II
4. Klie
1. Evaluasi jadwal
n dapat
kegiatan menghardik. Beri
dukungan
pujian
keluarga 2. Latih cara mengontrol
dalam halusinasi dengan obat

15
mengontrol ( Jelaskan 6 benar : jenis,
halusinasinya guna, dosis, frekuensi,
5. Klie cara, kontinuitas minum
n obat)
3. Anjurkan Klien
dapat minum
memasukkan dalam jadwal
obat dengan
kegiatan untuk latihan
bantuan
menghardik dan minum
minimal
obat
6. Men
SP III
gungkapkan
1. Evaluasi kegiatan
halusinasi
latihan menghardik dan
sudah hilang
minum obat. Beri pujian
atau
2. Latih cara mengontrol
terkontrol
halusinasi dengan bercakap
—cakap saat terjadi
halusinasi
3. Anjurkan Klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
dan bercakap-cakap
SP IV
1. Evaluasi jadwal
kegiatan latihan
menghardik, obat dan
bercakap- cakap. Beri
pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegiatan )
3. Anjurkan Klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan untuk latihan

16
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan
kegiatan harian
SP 1 Keluarga
1. Diskusikan masalah
yang dirasakn keluarga
dalam merawat Klien
2. Jelaskan pengertian
tanda dan gejala, dan jenis
halusinasi yang dialami
Klien serta proses
terjadinya
3. Jelaskan dan latih cara-
cara merawat Klien
halusinasi
4. Latih keluarga
melakukan cara merawat
Klien halusinasi secara
langsung
5. Discharge planning :
jadwal aktivitas dan
minum obat

17
2. Resiko Perilaku TUM: Selama Tindakan Psikoterapi
kekerasan berhubu perawatan a. Pasien
ngan dengan diruangan, pasien  BHSP
 Ajarakan SP I:
halusinasi tidak
1. Identifikasi penyebab,
pendengaran. memperlihatkan
tanda dan gejala PK yang
perilaku kekerasan,
dilakukan dan akibat PK
dengan criteria
yang dilakukan pasien
2. Jelaskan cara mengontrol
hasil (TUK): PK : fisik, obat, verbal,
1. Dapat membina spritual
3. Latih cara mengontrol PK
hubungan saling
dengan cara: fisik 1 (tarik
percaya
2. Dapat nafas dalam & memukul
mengidentifikasi bantal dan kasur)
4. Masukkan dalam jadwal
penyebab, tanda
kegiatan untuk latihan fisik
dan gejala,
 Ajarkan SP II:
bentuk dan
1. Evaluasi kegiatan latihan
akibat PK yang
fisik 1 dan 2. Beri pujian
sering dilakukan
2. Latih pasien mengntrol PK
3. Dapat
dengan obat (jelaskan 6
mendemonstrasi
benar : jenis, guna, dosis,
kan cara
frekuensi, cara, kontinuitas
mengontrol PK
minum obat
dengan cara :
3. Masukkan dalam jadwal
Fisik
Social dan kegiatan untuk latihan
verbal fisik dan minum obat
Spiritual
 Ajarkan SP III:
Minum obat
1. Evaluasi kegiatan latihan
teratur
4. Dapat fisik 1 dan 2 dan obat. Beri
menyebutkan pujian
2. Latih cara mengontrol PK
dan
secara verbal (3 cara
mendemonstrasi
yaitu : mengungkapkan,
kan cara
meminta, menolak, dengan
mencegah PK
18
yang sesuai benar
5. Dapat memelih 3. Masukkan dalam jadawal
cara mengontrol kegiatan untuk latihan
PK yang efektif fisik, minum obat, dan
dan sesuai verbal
6. Dapat
 Ajarkan SP IV
melakukan cara
1. Evaluasi kegiatan latihan
yang sudah
latihan fisik 1 dan 2, obat
dipilih untuk
dan verbal. Beri pujian
mengontrl PK 2. Latih cara mengontrol PK
7. Memasukan cara
secara spritual (2 kegiatan)
yang sudah 3. Masukkan dalam jadwal
dipilih dalam kegiatan harian untukn
kegitan harian latihan fisik, minum obat,
8. Mendapat
verbal dan spritual
dukungan dari
SP 1 Keluarga
keluarga untuk
1. Diskusikan masalah yang
mengontrol PK
dirasakan keluarga dalam
Dapat terlibat
merawat pasien PK
dalam kegiatan 2. Jelaskan pengertian tanda
diruangan dan gejala PK yang
dialami pasien serta proses
terjadinya
3. Jelaskan dan latih cara-
cara merawat pasien PK
4. Latih keluarga melakukan
cara merawat pasien PK
secara langsung
5. Discharge planning :
jadwal aktivitas dan
minum obat

19
BAB 3
LAPORAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN
Nama :tn. w Tanggal dirawat : 18-04-2018
Umur : 57 tahun Tanggal pengkajian : 24-04-2018
Pendidikan : S1 Ruang rawat : kasuari
Agama : Kristen protestan Sumber Informasi : Pasien
Status : menikah
Pekerjaan : wiraswasta
Jenis kel. : laki-laki
No. RM : 403xx

II. ALASAN MASUK


Data Primer:
Pasien mengatakan masuk RSJ lawang karna ingin membuat rumah makan dan
membuat jalur listrik setiap rumah yang tidak kesampaian
Data Sekunder:
Menurut data rekam medik sulit tidur, sering ketawa dan berbicara sendiri
Keluhan Utama Saat Pengkajian:
Pasien mengatakan masih mendengar bisikan-bisikan untuk bertemu ibu dan
adiknya.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Klien mengatakan sudah pernah masuk RSJ lawang dan klien masuk RSJ dengan
tanda gejala terdapat bisikan-bisikan ibunya (mengolok-ngolok) dan akhirnya
dibawa ke RSJ oleh keluarganya saat dikaji pasien mengatakan masih mendengar
bisikan-bisikan tersebut. Pasien di bawa ke RSJ pada tanggal 18-04-2014.

III. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Pasien mengatakan sudah pernah mengalami gangguan jiwa.
Faktor penyebab/pendukung
a. Riwayat Trauma

20
Pasien mengatakan pernah mengalami penoakan pada usia 56 tahun, klien
mengatakan ingin membuat warung tetapi belum ada persetujuan dari ibu
K, sehingga klien sering mendengar suara ibu K
b. Pernah melakukan upaya/percobaan/bunuh diri
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri.
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan tidak ada masalah yang tidak menyenangkan
d. Pernah mengalami penyait fisik
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit fisik.
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat napza.
2. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya
Klien mengatakan tidak pernah dibawa ke RSJ Lawang
Diagnose keperawatan: penatalaksanaan segimen terapeutik in efektik..
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa ? Tidak.

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

1. Genogram

: Perempuan
: Laki – laki
: Meninggal
: Perkawinan
: Klien
: tinggal serumah

Jelaskan :

Klien anak pertama dari 3 bersaudara sekarang tinggal dengan istrinya dan
kedua orang anaknya laki-laki dan perempuan. Kedua orang tua klien dan istrinya
sudah meninggal karena factor usia.

Diagnosa Keperawatan : Koping individu keluarga

2. Konsep diri
21
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan bersyukur dengan tubuh yang dimiliki, tidak ada bagian
tubuh yang tidak disukai bagian tubuh yang paling disukai
b. Identitas :
Pasien mengatakan berjenis kelamin laki-laki
c. Peran :
Pasien mengatakan di RSJ dia sebagai pasien dan dirumah pasien
mengatakan sebagai suami
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang, karena klien
ingin berkumpul di rumah dengan keluarganya
e. Harga diri :
Pasien mengatakan tidak malu dengan kondisi penyakit sekarang ini
Diagnosa Keperawatan : tidak ada

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Orang yang dekat dengan pasien adalah istriinya
b. peran serta dalam kegiatan kelompok
pasien mengatakan mengikuti kegiatan dilingkungan masyarakat seperti kerja
bakti
c. hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
pasien tidak memiliki hambatan
Diagnosa Keperawatan : tidak ada
4. Spiritual
a. Agama
Pasien mengatakan bahwa dirinya beragama Kristen protestan
b. Pemandangan terhadap gangguan jiwa
Pasien mengatakan penyakitnya bisa disembuhkan
Diagnosa Keperawatan: tidak ada

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum :
Keadaan Umum baik pasien bersih. Pasien tampak kooperatif

2. Kesadaran ( Kuantitas)
Kesehatan pasien composmentis GCS, E:4 V:5 M:6
3. Tanda vital:
TD : 100/70 mm/Hg
N : 86x/menit
S : 36oC
RR : 20x/menit
4. Ukur:
Berat badan: 63 kg
Tinggi badan: 172 cm
5. Keluhan fisik:
Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik
22
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan klien cukup rapi menggunakan baju yang disediakan oleh RSJ
dengan sesuai. Rambut kotor, kuku pendek dan bersih, gigi kotor terdapat sisa
makanan
Masalah keperawatan: deficit perawatan diri
2. Pembicaraan
Pasien berbicara jelas, frekuensi sedikit bicara,kalau ditanya baru mau
menjawab volume sedang
Masalah keperawatan : tidak ada
3. Aktifitas Motorik/Psikomotor
Pasien tampak duduk dengan posisi tidak berubah dan menatap mata perawat
saat berbicara
Peningkatan:
Pasien tidak memiliki masalah dengan hal – hal seperti grimace, Tik, dll.
4. Mood dan afek
Mood : khawatir
Klien mengatakan khawatir dengan istri dan orang dirumahnya
Afek : sesuai, dibuktikan dengan raut wajah pasien tampak cemas ketika
bercerita tentang keluarganya.
Masalah Keperawatan: tidak ada

Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang

Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan : tidak ada

5. Persepsi – sensorik
Pendengaran
Jelaskan : klien mengatakan mendengar suara bisikan perempuan suara ibu K

Masalah Keperawatan: gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

6. Persepsi sensorik
Pendengaran: klien mengatakan mendengar suara ibu K, pada waktu sendiri,
1x dalam satu minggu ini. pada saat mendengar pasien langsung melanjutkan
aktifitasnya untuk menghindari suara tersebut.
7. Proses pikir
Pembicaraan pasien lancar,dapat dipahami tetapi terkadang pasien main-main
dengan kata-kata yang diucapkan.
a. Arus pikir : koheren
Dibuktikan dengan komunikasi klien lancar saat diwawancara, jawaban
klien sesua dengan pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan.
23
b. Isi pikir : Obsesi
Dibuktikan dengan klien memiliki keinginan yangn berlebihan untuk
membuka usaha pribadi.
c. Bentuk pikir : realistik
Klien berbicara sesuai dengan realita yang ada.
8. Kesadaran
a. Orientasi (waktu, tempat, orang)
Klien mengatakan hari ini selasa 24-04-2018 , klien mengatakan berada di
RSJ Lawang saat ini, klien juga tau nama-nama temannya di ruang kasuari.
9. Memori
Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang (kurang lebih 1
bulan) dibuktikan dengan klien mengingat siapa yang membawa klien ke RSJ
yaitu klien dianter oleh pak mantra dan istrinya. Pasien tidak mengalami
gangguan daya ingat jangka menengah dibuktikan 1 minggu yang lalu dya
bertemu dengan istrinya, Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka
pendek dibuktikan 15 menit yang lalu klien bersih-bersih dengan teman-
temannya.
Masalah Keperawatan : tidak ada
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsetrasi: mudah beralih
Saat ditanya tentang ibu K pasien selalu menjawab kalimat lain.
Berhitung
Pasien mampu menghitung dengan baik dibuktikan dengan klien mampu
berhitung 30:2=15X3=45-7=38
11. Kemampuan penilaian
Klien mengatakan mendengar suara ibu K, tetapi dia menyadari bahwa orang
lain tidak mendenngar suara itu.
12. Daya tillik diri
Pasien menyadari bahwa klien mengalami gangguan jiwa namun klien
menganggap klien tidak perlu dirawat di RSJ karena perlu dikontrol saja
Masalah Keperawatan : tidak ada

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
klien mengatakan saat dirumah jika sakit selalu berobat ke puskesmas, Pasien
mengatakan bahwa istrinya yang selalu membantunya.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
Mandi

24
klien mengatakan mandi 2 kali sehari, sikat gigi dan keramas jarang (tanpa
bantuan orang lain)
Berpakaian, berhias dan berdandan
klien selalu berpakaian yang telah disediakan di RSJ Lawang, pasien
mengatakan sering menyisir rambut setelah berpakaian.
Makan
klien mengatakan makan 3 kali sehari,porsi setiap kali makan selalu
dihabiskan
Toileting (BAK, BAB)
Pasien mengatakan BAK dan BAB dikamar mandi tanpa bantuan orang lain
3. Istirahat dan tidur
Pasien mengatakan tidur siang jam 13.00 sampai 14.30 sore. Tidur malam jam
19.00 sampai 04.30 pagi. Pasien mengatakan aktivitas sebelum tidur adalah
merokok, makan.
Gangguan tidur
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan saat tidur.
4. Kemampuan lain-lain
Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien mampu membuat keputusan
Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Pasien mengatakan jika memiliki keinginan selalu dibantu oleh istrinya.

Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya


Pasien mampu mengatur penggunaan obat sendiri walaupun selalu diingatkan
oleh petugas kesehatan
Masalah Keperawatan : -
5. Sistem Pendukung

Keluarga Ya Tidak
Terapis Ya Tidak

Teman sejawat Ya Tidak


Kelompok sosial Ya Tidak
Jelaskan : pasien mendapatkan dukungan dari keluarga,terapis,teman sejawat
dan kelompom sosial

IX. MEKANISME KOPING


Pasien mengatakan jika mempunyai Masalah lebih suka bercerita dengan istrinya
keperawatan: tidak ada

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

25
Masalah dengan dukungan kelompok
Pasien mengatakan mendapat dukungan dari teman dan perawatnya
Masalah berhubungan dengan lingkungan
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam berhubungan dengan lingkungan
Masalah dengan pendidikan
Pasien mengatakan tidak ada masalah pada saat sekolah dulu .
Masalah dengan pekerjaan
Pasien mengatakan dirumahnya tidak ada masalah dalam bekerja.
Masalah dengan perumahan
Pasien mengatakan tidak ada masalah di rumahnya
Masalah dengan ekonomi
Pasien menyatakan klien memiliki penghasilan cukup
Masalah dengan pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan jika sakit klien langsung periksa ke dokter
Masalah lainnya
Tidak ada masalah lain.
VI. ASPEK PENGTAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
Penyakit/gangguan jiwa
Sistem pendukung
Faktor presipitasi
Penatalaksanaan
Lain-lain, jelaskan

Jelaskan : klien mengatakan tidak tau penyebab sakit jiwa dan tau penyakitnya
harus disembuhkan.
Masalah Keperawatan : kurang pengetahuan tentang gangguan jiwa

VII. ASPEK MEDIS


Diagnosa Multi Axis
Axis I : f310-bipolar affective disentive disorder, atten episode hyponamic
Axis II :
Axis III :
Axis IV :
Axis V : 30-21
26
Terapi medik :
1) Risperidone 4 mg (per oral) 1-0-1
2) Closapine 25 mg (per oral) 0-0-1
3) Trihexyphenidyl 2 mg(per oral) 1-0-1

XIII. ANALISA DATA


NO
Data Diagnosa keperawatan
.
1
DS :Pendengaran: klien mengatakan
mendengar suara ibu K, pada waktu
sendiri, 1x dalam satu minggu ini.
Gangguan persepsi sensori :
pada saat mendengar pasien langsung
halusinasi pendengaran
melanjutkan aktifitasnya untuk
menghindari suara tersebu

DO : - klien tam[ak tenang dan menyendiri


2 DS : klien mengatakan mandi 1x sehari,
jarang sikat gigi dan kramas.
DO : tercium bau tidak sedap, kuku tampak Deficit perawatan diri
kotor

3 DS: klien mengatakan tidak tau


penyebab sakit jiwa dan tau penyakitnya
harus disembuhkan. kurang pengetahuan tentang
DO: Pasien tampak bingungsaat ditanya gangguan jiwa
penyebab, tanda gejala sakit jiwa

XIV. POHON MASALAH

Faktor psikologis: keluarga yang kurang


kasih sayang

Harga diri rendah

Kerusakan interaksi sosial

27
Resiko mencederai diri orang laindan
lingkungan

Halusinasi pendengaran

XV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
2. Deficit perawatan diri
3. Kurang pengetahuan tentang gangguan jiwa

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran

28
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Tn W Ruang: Kasuari RM No. :493XXX

Rencana Tindakan Keperawatan


No. Dx Intervensi
Tujuan Kriteria evaluasi
1 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
TUM : Setelah satu kali pertemuan
komunikasi terapeutik
Klien mampu mengontrol klien menunjukkan ekspresi
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
halusinasi yang dialaminya. wajah bersahabat, b. Perkenalkan diri dengan sopan
TUK 1 : menunjukkan rasa senang, c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang
Klien dapat membina ada kontak mata, mau disukai klien
d. Buat kontrak yang jelas
hubungan saling percaya berjabat tangan, mau e. Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya
dengan perawat. menyebutkan nama, mau f. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali
menjawab salam, klien mau interaksi
g. Beri perhatian kepada klien dengan memperhatikan
duduk berdampingan dengan
kebutuhan dasar klien
perawat, mau mengutarakan h. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
masalah yang dihadapi perasaannya
i. Dengarkan ungkapan klien dengan penuh
perhatianekspresi perasaan klien

DOKUMENTSI HASIL ASUHAN KEPERAWATAN

...............................................................................................................................................

29
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI

sp 1 S : Waalaikum salam, nama saya Tn. W, bisa dipanggil W, alamat saya


1. membina hubungan Jombang
saling percaya : - Saya mendengar suara-suara
“assalamualaikum pak? kenalkan nama saya Heru bisikan
Ekariyanto bisa dipanggil heru, saya mahasiswa Stikes - Suara ibu K
Hafhsawaty Zainul Hasan Geggong Probolinggo” Nama - Suara itu muncul sewaktu-waktu,
bapak siapa? Sukanya dipanggil apa? Asalnya darimana biasannya muncul saat pagi, atau saat sendirian
pak? - Tidak, kira-kira satu minggu
- Bunyi itu muncul saat sendirian di
2. Mengidentifikasi pagi hari
jenis halusinasinya : - Saat dirumah ketika suara itu
“Apa yang bapak rasakan? muncul, saya langsung menirukan suara ibu K, saat di RSJ saya
3. Mengidentifikasi isi menutup telinga akan tetapi bunyi itu tetap ada
halusinasinya : - Saya mau di ajari cara mengontrol
“Bisikan apa yang bapak dengar?” halusinasi dengan mennghardik.
4. Mengidentifikasi
waktu halusinasinya :
“Biasanya pada saat apa bisikan itu terjadi?” O:
5. Mengidentifikasi
- Mau menjawab salam
frekuensi halusinasinya : - Mau berjabat tangan
“bisikannya sering ya bapak?” - Mau menyebutkan nama
6. Mengidentifikasi - Mau mengungkapkan
situasi yang menimbulkan halusinasi: perasaannya
“pada saat apa bisikan itu datang?” - Ada kontak mata
7. Mengidentifikasi - Pasien mau diajari cara
respon klien terhadap halusinasi: mengontrol halusinasi dengan menghardik
“Ketika dirumah, apa yang bapak lakukan saat bisikan itu

30
datang?” “kalau disini saat suara itu muncul, apa yang A : Pasien mampu mengidentifikasi, jenis, waktu, isi, frekuensi, situasi,
bapak lakukan?” Jika suara itu dibiarkan apakah bisa dan respon terhadap halusinasinya. Pasien belum mau
hilang? memperagakan cara menghardik halusinasi
8. Mengajarkan klien
menghardik halusinasi : P:
“Saya akan mengajarkan bapak cara menghardik Klien : anjurkan klien latihan mengontrol halusinasi dengan cara
halusinasi” menghardik bila halusinasi muncul

Perawat : Ulangi SP 1 cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.

SP2 S : Pasien mengatakan mengerti jenis obat yang dia minum


Sehabis sarapan janagan lupa minum obat: jenis obat yang O :- pasien tampak mendengarkan penjelasan obat dari perawat, pasien
diminum ada 3 jenis yaitu ...... diminum pagi sore dan minum obat masih diingatkan oleh perawat
malam, obat ini untuk mengurangi suara-suara yang A : pasien mampu menyebutkan jenis obat, pasien belum mampu
didengar bapak, sebelum itu bapak harus tau 6 B, Benar mengingat waktu minum obat
klien, benar obat, benar dosis, benar rute, benar waktu, benar P : evaluasi perawat:, ulangi SP 2 penejelasan waktu minum obat adakan
dokumentasi. kontrak waktu kegiatan berjadwal. Pasien: ulangi penjelasan cara
minum obat.

31
32
33
FORMAT

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(Dibuat setiap kali sebelum interaksi atau pertemuan dengan klien)

Hari selas, 24-04-2018

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS : klien mengatakan kadang-kadang sering mendengar suara-suara
Do : ada kontak mata
2. Diagnose keperawatan
Halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
a. Pasien opt membina hubungan saling percaya
a) Ekspresi wajah bersahabat
b) Menunjukkan rasa senang
c) Perkenalan diri dengan sopan
d) Jujur dalam menepati janji
e) Menerima klien apa adanya
b. Membantu klien menganl halusinasi
c. Mengajarkan klien cara mengontrol halusinasi
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubugan saling percaya
a) Menyapa klien dengan ramah
b) Perkenalan diri dengan sopan
c) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan
d) Jujur dan menepati janji
e) Menerima klien apa adanya
b. Membantu klien untuk mengenal halusinasinya meliputi, isi, waktu,
kejadian, frekuensi, situasi dan perasaan
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum bapak, saya mahasiswa dari Stikes Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong, kalau bapak namanya siapa? Bapak senangnya dipanggil
siapa?. Bapak disini saya akan merawat bapak selama 2 minggu kedepan
2. Evaluasi / validasi
Baik bapak disini kita akan berbincang-bincang kalau boleh tau kenapa bapak
bias sampai dirawat disini?
3. Kontrak
Topik : bapak disini akan membahas tentang bagaimana bapak dibawa kesini?
Waktu : bapak menginginkan berapa lama untuk berbinbang-bincang saat ini
Tempat : menurut bapak kita enaknya ngobrol dimana?
b. Fase kerja
Bapak sekarang disini saya akan merawat bapak selama 2 minggu ini. Bapak
asalnya dari mana? Apa yang bapak rasakan saat ini? Saya mengerti yang bapak
rasakan sekarang namun alangkah baiknya jika bapak ada yang sedang bapak
rasakan diungkapkan saja pada orang lain jadi bapak tidak memendam sendiri,
bapak tinggal dengan siapa dirumah?
c. Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien)

34
Bagaimana perasaan bapak sekarang setelah menceritakan apa yang telah
bapak rasakan saat ini?
Evaluasi obyektif
Tadi bapak sudah kenalan dengan saya, apakah bapak masih ingat dengan
nama saya?
2. Rencana tindak lanjut
Bapak jika mengalami kesuitan atau ada sesuatu yang ingin ditanyakan bias
memanggil saya
3. Kontrak yang akan dating
Topik : besok kita akan membicarakan tentang… ya bapak?
Waktu : untuk besok kita akan bertemu lagi dijam yang sama ya bapak?
Tempat : bapak besok menginginkan bicara dimana? Ditempat lain atau
tempat disini

FORMAT

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(Dibuat setiap kali sebelum interaksi atau pertemuan dengan klien)

Hari kamis, 26-04-2018

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS : klien mengatakan mendengar suara ibu K
DO : klien tampak tenang
2. Diagnosa keperawatan
Halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain
4. Tindakan keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
bersama dengan orang lain.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. Fase orientasi
1. Salam terapeutik

35
Selamat pagi bapak, bagaimana kabarnya hari ini bapak? Kemarin kita
sudah bercakap-cakap tentang halusinasi apakah bapak bias menjelaskan
kepada saya tentang bunyi-bunyi yang bapak dengar? Apakah bapak bias
mempraktikkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
2. Evaluasi / validasi
3. Kontrak
Topik: sesuai kontrak kita kemarin kita akan berbincang-bincang ditaman
mengenai cara mengontrol suara-suara yang sering bapak dengar agar
suara itu tidak terdengar lagi, caranya yaitu dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
Waktu : bapak berapa lamakita bias berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?
Apakah bapak setuju?
Tempat : dimana tempat yang cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau ditaman? Apa bapak setuju?
b. Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
evaluasi subyektif (klien)
sudah tidak terasa kita berbincang-bincang lama, saya senang sekali
bapak mau berbincang-bincang dengan saya, bagaimana perasaan bapak
setelah berbincang dengan saya?
Evaluasi obyektif (perawat)
Jadi seperti yang bapak katakana cara yang bapak pilih untuk mengontrol
halusinasi
2. Rencana tindak lanjut
Kalau suara itu muncul lagi bapak harus mempraktikkan cara yang sudah
saya ajarkan agar suara-suara tersebut tidak menguasai pikiran bapak
3. Kontrak yang akan datang
Topik : bagaimana besok kalau berbincang-bincang tentang cara
mengontrol halusinasinya agar cara ketiga yaitu dengan menyibukkan diri
dengan kegiatan yang bermanfaat
Waktu : bapak jam berapa ada waktu? Bagaimana kalau jam 10> apa
bapak setuju?
Tempat : bapak maunya besok kita berbincang-bincang dimana? Ditempat
ini atau ditempat yang lain? Terima kasih bapak sudah mau berbincang-
bincang dengan saya? Sampai ketemu besok iya bapak.

36
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Asuhan keperawatan pada klien dilaksanakan pada tangal 27 Maret 2018.


Secara umum kelompok sudah mendapatkan gambaran umum tentang asuhan
keperawtan jiwa pada klien dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi
pendengaran meliputi pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan catatan keperawatan. Adapun gejala yang ditemukan pada
kasus ketika pengkajian yaitu klien tampak bingung sering menyendiri dan sering
mendengar suara yang menyuruhnya untuk melakukan sesuatu.sehingga dari data
tersebut muncul diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran

Perencanaan disusun sesuai dengan teori yang telah ditetapkan dan disesuaikan
dengan keadaan dalam kasus. Masalah diprioritaskan berdasarkan core problem atau
masalah utama yang telah diangkat dalam masalah ini adalah gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran.

B. SARAN

Dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan pada klien dengan gangguan


persepsi sensori : Halusinasi pendengaran di ruang Paviliun RSJ Dr. Radjiman
Widiodiningrat Lawang di Malang, maka diharapkan bagi para perawat ruangan
maupun mahasiswa praktek diharapkan untuk bisa memanfaatkan waktu dan
kesempatan yang ada selama praktek guna meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan yang dimiliki.

37
DAFTAR PUSTAKA

Akemat. 2003. Pedoman pelaksanaan terapi aktifitas kelompok sosialisasi. Tidak


dipublikasikan malang: panitia pelatihan nasional terapi modalitas keperawatan
profesional jiwa Lawang

Hawari. 2006. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Jakarta: FKUI

Keliat, budi. 2005. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC

Anonim. 2009. Askep dengan Halusinasi. Dimuat


dalam http://aggregator.perawat.web.id [Diakses : 15 Oktober 2011]

Anonim. 2008. Halusinasi . Dimuat dalam. http://harnawatiaj.wordpress.com/ [Diakses :


15 Oktober 2011]

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika

Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi
(API). Jakarta : fajar Interpratama.

38

Anda mungkin juga menyukai