PENDAHULUAN
1
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta
membahas tentang halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu
syarat tugas untuk menyelesaikan praktek klinik di RSJ Radjiman Wediodiningrat
malang.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum.
Untuk memberikan asuhan keperawatan Jiwa pada pasien dengan perubahan
sensori persepsi : Halusinasi pendengaran di ruangan Pavilium RSJ Radjiman
Wediodiningrat malang
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan sensori
persepsi: halusinasi (pendengaran)
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan sensori
persepsi : halusinasi (pendengaran)
c. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan
sensori persepsi :halusinasi (pendengaran)
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien perubahan sensori
persepsi : halusinasi (pendengaran)
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan
sensori persepsi: halusinasi (pendengaran)
f. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan
sensori persepsi : halusinasi (pendengaran)
g. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan
kenyataan yang penulis dapatkan.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
WAHAM
A. DEFINISI
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui
pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering
ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.(Tomb, 2003 dalam Purba,
2008).
Waham adalah suatu keyakinan klienyang tidak sesuai dengan kenyataan,
tetapi dipertahankan dan tidak dapatdiubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan
ini berasal dari pemikiranklien yang sudah kehilangan kontrol.(Depkes RI, 2000)
Waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau
dibuktikandengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan
tingkatintelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah
denganalasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali.
(Kusumawati, 2010).
B. ETIOLOGI
Menurut Towsend (1998 : 147) mengemukakan bahwa etiologi waham
padapasiengangguanjiwa, yaitu ;
1. Faktor Predisposisi
a. Teori Psikososial
Perkembangan emosi lambat kurangnya perhatian Ibu yang
menyebabkan kehilangan perlindungan dan gagal membuktikan rasa percaya
dengan orang lain, sehingga individu selalu hati-hati dalam mengucapkan.
Gangguan harga diri, kehilangan kontrol, takut / cemas, sikap curiga terhadap
orang lain dan sikap umum yang digunakan yaitu proteksi.
D. KLASIFIKASI
Jenis
Pengertian Perilaku Klien
Waham
4
Waham Keyakinan secara berlebihan bahwa “Saya ini pejabat di
Kementrian semarang!”
kebesaran dirinya memiliki kekuatan khusus
“Saya punya perusahaan
atau kelebihan yang berbeda dengan Paling besar lho “.
orang lain, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
5
F. RENTANG RESPON
Rentang perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon
sehingga perawat dapat menilai apakah repson klien adaptif atau maladaptif.
1. Perilaku yang berhubungan dengan respon biologis maladaptif :
a.Delusi
Waham merupakan pikiran ( pandangan yang tidak rasional )
Berwujud sipat kemegahan diri.
Pandangan yang tidak berdasarkan kenyataan.
Gangguan berpikir, daya ingat, disorientasi, afek labil
b. Halusinasi
Pengalaman indera tanpa perangsang pada alat indera yang
bersangkutan
Perasaan ada sesuatu tanpa adanya reangsangan sensorik,
misalnya penglihatan, rasa, bau, atau sensorium yang sepenuhnya
merupakan imajinasi
Mengalami dunia seperti dalam mimpi
c. Kerusakan proses emosi
Luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu
singkat
Keadaan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan
Marah, amuk, depresi, tidak berespon
d. Perilaku yang tidak terorganisir
Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan /
lingkungan yang tidak teratur
Kehilangan kendali terhadap impuls
e. Isolasi sosial
Menarik diri secara sosial
Menyendiri / mengasingkan diri dari kelompok.
2. Perilaku yang berhubungan dengan respon biologis adaptif :
a. Menyendiri / solitude merupakan respon yang dibutuhkan seseorang
untuk merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya serta
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi merupakan kemampuan individu yang menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan social.
c. Kebersamaan merupakan suatu kondisi dalam hubungan interpersonal
dimana individu mampu saling member dan saling menerima.
d. Saling ketergantungan merupakan suatu hubungan saling tergantung
antar individu dengan orang lain dalam rangka membinahubungan
interpersonal.
6
G. PATOFISIOLOGI
Perilaku kekerasan
Waham
Menarik Diri
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
2. Waham
3. Menarik Diri
4. Harga Diri Rendah
I. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Dx.1: Waham Curiga
SP 1p:
1. Membina hubungan saling percaya
2. Jangan membantah atau mendukung waham klien
3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung
4. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-harinya.
SP 2p :
1. Mengidentifikasi kemampuan positif pasien
2. Beri pujian pada penampilan klien yang dimiliki pada masa lalu dan
saatini.
3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai
wahamnyatidak ada.
SP 3p:
1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, dan efek
samping obat dan akibat penghentian.
7
2. Diskusikan perasaan klien setelah minum obat.
3. Berikan obat dengan prinsip lima benar dan observasi setelah minum
obat
SP 1K:
1. Membina hubungan saling percaya pada keluarga.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien.
3. Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang tepat untuk klien.
SP2K:
1. Klien dapat dukungan dari keluarga
2. Diskusikan dengan keluarga tentang gejala waham yang dialami klien.
3. Berikan latihan pada keluarga tentang cara merawat klien waham.
4. Anjurkan pada keluarga untuk mengikuti waham klien dan jangan
membantah.
SP3K:
1. Beritahu keluarga cara menggunakan obat dengan benar dan patuh untuk
klien.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang tindakan tindak lanjut dan
pengobatan yang teratur.
3. Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien dirumah.
4. Menyusun rencana pulang klien bersama keluarga.
5. Dx 2 : Menarik Diri
SP 1P :
1. Mengidentifikai penyebab isolasi sosial pasien.
2. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
3. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
4. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang.
5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
SP 2P :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih.
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
SP 3P :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok.
8
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga
SP 1K :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami
pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien isolasi sosial
SP 2K :
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah
isolasi sosial langsung dihadapan pasien.
SP 3K :
1. Menjelaskan perawatan lanjutan.
2. Dx 3 :Harga Diri Rendah
SP 1P :
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan.
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengankemampuan klien.
4. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan.
5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
SP 2P :
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai
kemampuan.
3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
harianKeluarga
SP 1K :
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang
dialamipasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien harga diri rendah
SP 2K :
9
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi
sosial.
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien
isolasisosial
SP 3K :
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk
minumobat (discharge planing).
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
10
yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan.
b. Faktor prediposisi
1) Faktor perkembangan terlambat
Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa
aman.
Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi peran ganda
Tidak ada komunikasi
Tidak ada kehangatan
Komunikasi dengan emosi berlebihan
Komunikasi tertutup
Orangtu yang membandingkan anak-anaknya, orangtua yang
otoritas dan konflik dalam keluarga
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
lingkungan yang terlalu tinggi.
4) Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal
diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran,
gambaran diri negatif dan koping destruktif.
5) Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran
vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
6) Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui
kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor
enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak
kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar
11
50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote
peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya
mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia,
sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya
menjadi 35 %.
c. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
1) Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme
penerimaan abnormal).
3) Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif
adalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.
1) Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian,
kelelahan dan infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat, kurangnya
latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
2) Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,
kehilangan kebebasab hidup dalam melaksanakan pola aktivitas
sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial,
kurangnya dukungan sosialm tekanan kerja, dan ketidakmampuan
mendapat pekerjaan.
3) Sikap
Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya
kekuatan berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan
sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan gejala.
4) Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara sendiri.
12
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada
jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adannya tanda-
tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus
dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja.
Validasi informasi tentang halusinasi yang iperlukan meliputi :
Isi halusinasi
Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan.
Waktu dan frekuensi
Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali sehari.
Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Perawat bisa mengobservasi apa yang dialami
klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi
pertanyaan klien.
Respon klien
Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa dikaji
dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami
pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa mengontrol stimulus
halusinasinya atau sebaliknya.
d. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan
darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.
1) Status mental
Penampilan : tidak rapi, tidak serasi
Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belit
Aktivitas motorik : meningkat/menurun
Afek : sesuai/maladaprif
Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus
yang ada sesuai dengan nformasi
Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak
berfungsi dengan baik dan dapat mempengaruhi proses pikir
Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian
realistis
13
Tingkat kesadaran
Kemampuan konsentrasi dan berhitung
2) Mekanisme koping
Regresi : malas beraktifitas sehari-hari
Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengalihkan tanggungjawab kepada oranglain.
Menarik diri : mempeecayai oranglain dan asyik dengan
stimulus internal
3) Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan
ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau pemukiman
2. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan
halusinasi menurut Keliat (2006) yaitu:
a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik
diri.
b. Resiko Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
2. Intervensi keperawatan
15
mengontrol ( Jelaskan 6 benar : jenis,
halusinasinya guna, dosis, frekuensi,
5. Klie cara, kontinuitas minum
n obat)
3. Anjurkan Klien
dapat minum
memasukkan dalam jadwal
obat dengan
kegiatan untuk latihan
bantuan
menghardik dan minum
minimal
obat
6. Men
SP III
gungkapkan
1. Evaluasi kegiatan
halusinasi
latihan menghardik dan
sudah hilang
minum obat. Beri pujian
atau
2. Latih cara mengontrol
terkontrol
halusinasi dengan bercakap
—cakap saat terjadi
halusinasi
3. Anjurkan Klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
dan bercakap-cakap
SP IV
1. Evaluasi jadwal
kegiatan latihan
menghardik, obat dan
bercakap- cakap. Beri
pujian
2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegiatan )
3. Anjurkan Klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan untuk latihan
16
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan
kegiatan harian
SP 1 Keluarga
1. Diskusikan masalah
yang dirasakn keluarga
dalam merawat Klien
2. Jelaskan pengertian
tanda dan gejala, dan jenis
halusinasi yang dialami
Klien serta proses
terjadinya
3. Jelaskan dan latih cara-
cara merawat Klien
halusinasi
4. Latih keluarga
melakukan cara merawat
Klien halusinasi secara
langsung
5. Discharge planning :
jadwal aktivitas dan
minum obat
17
2. Resiko Perilaku TUM: Selama Tindakan Psikoterapi
kekerasan berhubu perawatan a. Pasien
ngan dengan diruangan, pasien BHSP
Ajarakan SP I:
halusinasi tidak
1. Identifikasi penyebab,
pendengaran. memperlihatkan
tanda dan gejala PK yang
perilaku kekerasan,
dilakukan dan akibat PK
dengan criteria
yang dilakukan pasien
2. Jelaskan cara mengontrol
hasil (TUK): PK : fisik, obat, verbal,
1. Dapat membina spritual
3. Latih cara mengontrol PK
hubungan saling
dengan cara: fisik 1 (tarik
percaya
2. Dapat nafas dalam & memukul
mengidentifikasi bantal dan kasur)
4. Masukkan dalam jadwal
penyebab, tanda
kegiatan untuk latihan fisik
dan gejala,
Ajarkan SP II:
bentuk dan
1. Evaluasi kegiatan latihan
akibat PK yang
fisik 1 dan 2. Beri pujian
sering dilakukan
2. Latih pasien mengntrol PK
3. Dapat
dengan obat (jelaskan 6
mendemonstrasi
benar : jenis, guna, dosis,
kan cara
frekuensi, cara, kontinuitas
mengontrol PK
minum obat
dengan cara :
3. Masukkan dalam jadwal
Fisik
Social dan kegiatan untuk latihan
verbal fisik dan minum obat
Spiritual
Ajarkan SP III:
Minum obat
1. Evaluasi kegiatan latihan
teratur
4. Dapat fisik 1 dan 2 dan obat. Beri
menyebutkan pujian
2. Latih cara mengontrol PK
dan
secara verbal (3 cara
mendemonstrasi
yaitu : mengungkapkan,
kan cara
meminta, menolak, dengan
mencegah PK
18
yang sesuai benar
5. Dapat memelih 3. Masukkan dalam jadawal
cara mengontrol kegiatan untuk latihan
PK yang efektif fisik, minum obat, dan
dan sesuai verbal
6. Dapat
Ajarkan SP IV
melakukan cara
1. Evaluasi kegiatan latihan
yang sudah
latihan fisik 1 dan 2, obat
dipilih untuk
dan verbal. Beri pujian
mengontrl PK 2. Latih cara mengontrol PK
7. Memasukan cara
secara spritual (2 kegiatan)
yang sudah 3. Masukkan dalam jadwal
dipilih dalam kegiatan harian untukn
kegitan harian latihan fisik, minum obat,
8. Mendapat
verbal dan spritual
dukungan dari
SP 1 Keluarga
keluarga untuk
1. Diskusikan masalah yang
mengontrol PK
dirasakan keluarga dalam
Dapat terlibat
merawat pasien PK
dalam kegiatan 2. Jelaskan pengertian tanda
diruangan dan gejala PK yang
dialami pasien serta proses
terjadinya
3. Jelaskan dan latih cara-
cara merawat pasien PK
4. Latih keluarga melakukan
cara merawat pasien PK
secara langsung
5. Discharge planning :
jadwal aktivitas dan
minum obat
19
BAB 3
LAPORAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama :tn. w Tanggal dirawat : 18-04-2018
Umur : 57 tahun Tanggal pengkajian : 24-04-2018
Pendidikan : S1 Ruang rawat : kasuari
Agama : Kristen protestan Sumber Informasi : Pasien
Status : menikah
Pekerjaan : wiraswasta
Jenis kel. : laki-laki
No. RM : 403xx
20
Pasien mengatakan pernah mengalami penoakan pada usia 56 tahun, klien
mengatakan ingin membuat warung tetapi belum ada persetujuan dari ibu
K, sehingga klien sering mendengar suara ibu K
b. Pernah melakukan upaya/percobaan/bunuh diri
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri.
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan tidak ada masalah yang tidak menyenangkan
d. Pernah mengalami penyait fisik
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit fisik.
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat napza.
2. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya
Klien mengatakan tidak pernah dibawa ke RSJ Lawang
Diagnose keperawatan: penatalaksanaan segimen terapeutik in efektik..
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa ? Tidak.
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram
: Perempuan
: Laki – laki
: Meninggal
: Perkawinan
: Klien
: tinggal serumah
Jelaskan :
Klien anak pertama dari 3 bersaudara sekarang tinggal dengan istrinya dan
kedua orang anaknya laki-laki dan perempuan. Kedua orang tua klien dan istrinya
sudah meninggal karena factor usia.
2. Konsep diri
21
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan bersyukur dengan tubuh yang dimiliki, tidak ada bagian
tubuh yang tidak disukai bagian tubuh yang paling disukai
b. Identitas :
Pasien mengatakan berjenis kelamin laki-laki
c. Peran :
Pasien mengatakan di RSJ dia sebagai pasien dan dirumah pasien
mengatakan sebagai suami
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang, karena klien
ingin berkumpul di rumah dengan keluarganya
e. Harga diri :
Pasien mengatakan tidak malu dengan kondisi penyakit sekarang ini
Diagnosa Keperawatan : tidak ada
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Orang yang dekat dengan pasien adalah istriinya
b. peran serta dalam kegiatan kelompok
pasien mengatakan mengikuti kegiatan dilingkungan masyarakat seperti kerja
bakti
c. hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
pasien tidak memiliki hambatan
Diagnosa Keperawatan : tidak ada
4. Spiritual
a. Agama
Pasien mengatakan bahwa dirinya beragama Kristen protestan
b. Pemandangan terhadap gangguan jiwa
Pasien mengatakan penyakitnya bisa disembuhkan
Diagnosa Keperawatan: tidak ada
2. Kesadaran ( Kuantitas)
Kesehatan pasien composmentis GCS, E:4 V:5 M:6
3. Tanda vital:
TD : 100/70 mm/Hg
N : 86x/menit
S : 36oC
RR : 20x/menit
4. Ukur:
Berat badan: 63 kg
Tinggi badan: 172 cm
5. Keluhan fisik:
Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik
22
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan klien cukup rapi menggunakan baju yang disediakan oleh RSJ
dengan sesuai. Rambut kotor, kuku pendek dan bersih, gigi kotor terdapat sisa
makanan
Masalah keperawatan: deficit perawatan diri
2. Pembicaraan
Pasien berbicara jelas, frekuensi sedikit bicara,kalau ditanya baru mau
menjawab volume sedang
Masalah keperawatan : tidak ada
3. Aktifitas Motorik/Psikomotor
Pasien tampak duduk dengan posisi tidak berubah dan menatap mata perawat
saat berbicara
Peningkatan:
Pasien tidak memiliki masalah dengan hal – hal seperti grimace, Tik, dll.
4. Mood dan afek
Mood : khawatir
Klien mengatakan khawatir dengan istri dan orang dirumahnya
Afek : sesuai, dibuktikan dengan raut wajah pasien tampak cemas ketika
bercerita tentang keluarganya.
Masalah Keperawatan: tidak ada
Jelaskan :
5. Persepsi – sensorik
Pendengaran
Jelaskan : klien mengatakan mendengar suara bisikan perempuan suara ibu K
6. Persepsi sensorik
Pendengaran: klien mengatakan mendengar suara ibu K, pada waktu sendiri,
1x dalam satu minggu ini. pada saat mendengar pasien langsung melanjutkan
aktifitasnya untuk menghindari suara tersebut.
7. Proses pikir
Pembicaraan pasien lancar,dapat dipahami tetapi terkadang pasien main-main
dengan kata-kata yang diucapkan.
a. Arus pikir : koheren
Dibuktikan dengan komunikasi klien lancar saat diwawancara, jawaban
klien sesua dengan pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan.
23
b. Isi pikir : Obsesi
Dibuktikan dengan klien memiliki keinginan yangn berlebihan untuk
membuka usaha pribadi.
c. Bentuk pikir : realistik
Klien berbicara sesuai dengan realita yang ada.
8. Kesadaran
a. Orientasi (waktu, tempat, orang)
Klien mengatakan hari ini selasa 24-04-2018 , klien mengatakan berada di
RSJ Lawang saat ini, klien juga tau nama-nama temannya di ruang kasuari.
9. Memori
Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang (kurang lebih 1
bulan) dibuktikan dengan klien mengingat siapa yang membawa klien ke RSJ
yaitu klien dianter oleh pak mantra dan istrinya. Pasien tidak mengalami
gangguan daya ingat jangka menengah dibuktikan 1 minggu yang lalu dya
bertemu dengan istrinya, Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka
pendek dibuktikan 15 menit yang lalu klien bersih-bersih dengan teman-
temannya.
Masalah Keperawatan : tidak ada
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsetrasi: mudah beralih
Saat ditanya tentang ibu K pasien selalu menjawab kalimat lain.
Berhitung
Pasien mampu menghitung dengan baik dibuktikan dengan klien mampu
berhitung 30:2=15X3=45-7=38
11. Kemampuan penilaian
Klien mengatakan mendengar suara ibu K, tetapi dia menyadari bahwa orang
lain tidak mendenngar suara itu.
12. Daya tillik diri
Pasien menyadari bahwa klien mengalami gangguan jiwa namun klien
menganggap klien tidak perlu dirawat di RSJ karena perlu dikontrol saja
Masalah Keperawatan : tidak ada
24
klien mengatakan mandi 2 kali sehari, sikat gigi dan keramas jarang (tanpa
bantuan orang lain)
Berpakaian, berhias dan berdandan
klien selalu berpakaian yang telah disediakan di RSJ Lawang, pasien
mengatakan sering menyisir rambut setelah berpakaian.
Makan
klien mengatakan makan 3 kali sehari,porsi setiap kali makan selalu
dihabiskan
Toileting (BAK, BAB)
Pasien mengatakan BAK dan BAB dikamar mandi tanpa bantuan orang lain
3. Istirahat dan tidur
Pasien mengatakan tidur siang jam 13.00 sampai 14.30 sore. Tidur malam jam
19.00 sampai 04.30 pagi. Pasien mengatakan aktivitas sebelum tidur adalah
merokok, makan.
Gangguan tidur
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan saat tidur.
4. Kemampuan lain-lain
Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien mampu membuat keputusan
Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Pasien mengatakan jika memiliki keinginan selalu dibantu oleh istrinya.
Keluarga Ya Tidak
Terapis Ya Tidak
25
Masalah dengan dukungan kelompok
Pasien mengatakan mendapat dukungan dari teman dan perawatnya
Masalah berhubungan dengan lingkungan
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam berhubungan dengan lingkungan
Masalah dengan pendidikan
Pasien mengatakan tidak ada masalah pada saat sekolah dulu .
Masalah dengan pekerjaan
Pasien mengatakan dirumahnya tidak ada masalah dalam bekerja.
Masalah dengan perumahan
Pasien mengatakan tidak ada masalah di rumahnya
Masalah dengan ekonomi
Pasien menyatakan klien memiliki penghasilan cukup
Masalah dengan pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan jika sakit klien langsung periksa ke dokter
Masalah lainnya
Tidak ada masalah lain.
VI. ASPEK PENGTAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
Penyakit/gangguan jiwa
Sistem pendukung
Faktor presipitasi
Penatalaksanaan
Lain-lain, jelaskan
Jelaskan : klien mengatakan tidak tau penyebab sakit jiwa dan tau penyakitnya
harus disembuhkan.
Masalah Keperawatan : kurang pengetahuan tentang gangguan jiwa
27
Resiko mencederai diri orang laindan
lingkungan
Halusinasi pendengaran
28
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
...............................................................................................................................................
29
TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
30
datang?” “kalau disini saat suara itu muncul, apa yang A : Pasien mampu mengidentifikasi, jenis, waktu, isi, frekuensi, situasi,
bapak lakukan?” Jika suara itu dibiarkan apakah bisa dan respon terhadap halusinasinya. Pasien belum mau
hilang? memperagakan cara menghardik halusinasi
8. Mengajarkan klien
menghardik halusinasi : P:
“Saya akan mengajarkan bapak cara menghardik Klien : anjurkan klien latihan mengontrol halusinasi dengan cara
halusinasi” menghardik bila halusinasi muncul
31
32
33
FORMAT
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS : klien mengatakan kadang-kadang sering mendengar suara-suara
Do : ada kontak mata
2. Diagnose keperawatan
Halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
a. Pasien opt membina hubungan saling percaya
a) Ekspresi wajah bersahabat
b) Menunjukkan rasa senang
c) Perkenalan diri dengan sopan
d) Jujur dalam menepati janji
e) Menerima klien apa adanya
b. Membantu klien menganl halusinasi
c. Mengajarkan klien cara mengontrol halusinasi
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubugan saling percaya
a) Menyapa klien dengan ramah
b) Perkenalan diri dengan sopan
c) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan
d) Jujur dan menepati janji
e) Menerima klien apa adanya
b. Membantu klien untuk mengenal halusinasinya meliputi, isi, waktu,
kejadian, frekuensi, situasi dan perasaan
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
Assalamu’alaikum bapak, saya mahasiswa dari Stikes Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong, kalau bapak namanya siapa? Bapak senangnya dipanggil
siapa?. Bapak disini saya akan merawat bapak selama 2 minggu kedepan
2. Evaluasi / validasi
Baik bapak disini kita akan berbincang-bincang kalau boleh tau kenapa bapak
bias sampai dirawat disini?
3. Kontrak
Topik : bapak disini akan membahas tentang bagaimana bapak dibawa kesini?
Waktu : bapak menginginkan berapa lama untuk berbinbang-bincang saat ini
Tempat : menurut bapak kita enaknya ngobrol dimana?
b. Fase kerja
Bapak sekarang disini saya akan merawat bapak selama 2 minggu ini. Bapak
asalnya dari mana? Apa yang bapak rasakan saat ini? Saya mengerti yang bapak
rasakan sekarang namun alangkah baiknya jika bapak ada yang sedang bapak
rasakan diungkapkan saja pada orang lain jadi bapak tidak memendam sendiri,
bapak tinggal dengan siapa dirumah?
c. Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subyektif (klien)
34
Bagaimana perasaan bapak sekarang setelah menceritakan apa yang telah
bapak rasakan saat ini?
Evaluasi obyektif
Tadi bapak sudah kenalan dengan saya, apakah bapak masih ingat dengan
nama saya?
2. Rencana tindak lanjut
Bapak jika mengalami kesuitan atau ada sesuatu yang ingin ditanyakan bias
memanggil saya
3. Kontrak yang akan dating
Topik : besok kita akan membicarakan tentang… ya bapak?
Waktu : untuk besok kita akan bertemu lagi dijam yang sama ya bapak?
Tempat : bapak besok menginginkan bicara dimana? Ditempat lain atau
tempat disini
FORMAT
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS : klien mengatakan mendengar suara ibu K
DO : klien tampak tenang
2. Diagnosa keperawatan
Halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain
4. Tindakan keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
bersama dengan orang lain.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
a. Fase orientasi
1. Salam terapeutik
35
Selamat pagi bapak, bagaimana kabarnya hari ini bapak? Kemarin kita
sudah bercakap-cakap tentang halusinasi apakah bapak bias menjelaskan
kepada saya tentang bunyi-bunyi yang bapak dengar? Apakah bapak bias
mempraktikkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
2. Evaluasi / validasi
3. Kontrak
Topik: sesuai kontrak kita kemarin kita akan berbincang-bincang ditaman
mengenai cara mengontrol suara-suara yang sering bapak dengar agar
suara itu tidak terdengar lagi, caranya yaitu dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
Waktu : bapak berapa lamakita bias berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?
Apakah bapak setuju?
Tempat : dimana tempat yang cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau ditaman? Apa bapak setuju?
b. Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
evaluasi subyektif (klien)
sudah tidak terasa kita berbincang-bincang lama, saya senang sekali
bapak mau berbincang-bincang dengan saya, bagaimana perasaan bapak
setelah berbincang dengan saya?
Evaluasi obyektif (perawat)
Jadi seperti yang bapak katakana cara yang bapak pilih untuk mengontrol
halusinasi
2. Rencana tindak lanjut
Kalau suara itu muncul lagi bapak harus mempraktikkan cara yang sudah
saya ajarkan agar suara-suara tersebut tidak menguasai pikiran bapak
3. Kontrak yang akan datang
Topik : bagaimana besok kalau berbincang-bincang tentang cara
mengontrol halusinasinya agar cara ketiga yaitu dengan menyibukkan diri
dengan kegiatan yang bermanfaat
Waktu : bapak jam berapa ada waktu? Bagaimana kalau jam 10> apa
bapak setuju?
Tempat : bapak maunya besok kita berbincang-bincang dimana? Ditempat
ini atau ditempat yang lain? Terima kasih bapak sudah mau berbincang-
bincang dengan saya? Sampai ketemu besok iya bapak.
36
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perencanaan disusun sesuai dengan teori yang telah ditetapkan dan disesuaikan
dengan keadaan dalam kasus. Masalah diprioritaskan berdasarkan core problem atau
masalah utama yang telah diangkat dalam masalah ini adalah gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran.
B. SARAN
37
DAFTAR PUSTAKA
Hawari. 2006. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Jakarta: FKUI
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.
38