Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

“WAHAM”

Dosen Pembimbang :

DR. HJ. LILIK MA’RIFATUL AZIZAH, S. KEP. NS., M. KES

Disusun Oleh :
VIDIA AULIA RISTIANINGSIH
201804021

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Waham”
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Keperawatan Jiwa.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan mendapatkan bantuan dari
beberapa sumber dan literatur sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
menambah wawasan untuk pembaca.

Mojokerto, 21 April 2021

Penyusun

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental
dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut UU Kesehatan RI no.
23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.
Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah
system biologis dan kondisi penyesuaian.  
Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan social yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,
konsep diri yang positif, dan kestabilan emosionl (Videbeck, 2008)
Gangguan jiwa didefenisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting secara
klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitakan dengan adanya distress (misalnya gejala
nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) (Videbeck,
2008)
Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak
sesuai dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu
dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau
kesalahannya atau tidak benar secara umum

1.2 Rumusan Masalah


I. Tinjuan Teori:
1. Apa definisi dari Waham dan sebutkan jenis-jenis waham!
2. Apa saja tanda dan gejala waham?
3. Bagaimana proses terjadinya waham?
a. Etiologi
b. Fase-fase waham
c. Patofisiologi
3
d. Rentang respon
4. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien waham?
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas Praktik Mata Kuliah Keperawatan Jiwa dengan Asuhan
Keperawatan pada klien Waham.

2. Tujuan Khusus

I Tinajuan Teori:

1. Definisi dari Waham dan jenis-jenis waham


2. Tanda dan gejala waham
3. Proses terjadinya waham
a. Etiologi
b. Fase-fase waham
c. Patofisiologi
d. Rentang respon
4. Konsep asuhan keperawatan pada klien waham
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Waham


Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sunden,
1998). Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah,
keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya.
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari
pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 2000). Waham adalah suatu
keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak
konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespons
stimulus internal dan eksternal melalui proses interaksi/informasi secara akurat.
Waham adalah suatu keyakinan yangs alah yang dipertankan secara kuat dan terus-
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah termasuk gangguan isi
pikiran. Klien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya.
Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik
sering ditemukan pada penderita Skizofrenia.
Jenis-Jenis Waham:

Jenis Waham Pengertian Perilaku klien


Waham kebesaran Keyakinan secara berlebihan “Saya ini pejabat di
bahawa dirinya memiliki kementrian semarang!”
kekuatan khusus atau kelebihan “Saya punya perusahaan
yang berbeda dengan orang lain, paling besar lho “.
diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap suatu agama “Saya adalah tuhan yang bisa
secara berlebihan, diucapkan menguasai dan mengendalikan
berulang-ulang tetapi tidak semua makhluk”.
sesuai dengan kenyataan.

5
Waham curiga Keyakinan seseorang atau “Saya tahu mereka mau
sekelompok orang yang mau menghancurkan saya, karena
merugikan atau mencederai iri dengan kesukses an saya”.
dirinya, diucapkan berulang-
ulang tetapai tidak sesuai dengan
kenyataan.
Waham somatik Keyakinan seseorang bahwa “Saya menderita kanker”.
tubuh atau sebagian tubuhnya Padahal hasil pemeriksaan lab
terserang penyakit, diucapkan tidak ada sel kanker pada
berulang-ulang tetapi tidak tubuhnya.
sesuai dengan kenyataan.
Waham nihlistik Keyakinan seseorang bahwa “ini saya berada di alam kubur
dirinya sudah meninggal dunia, ya, semua yang ada
diucapkan berulangulang tetapi disini adalah roh-roh nya”
tidak sesuai dengan kenyataan.

2.2 Tanda dan Gejala Waham


1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berpikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan.
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Perilaku dan hubungan sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktivitas tidak tepat

6
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga.
4. Fisik
a. Kebersihan kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur.

Tanda dan gejala yang lain yang bisa terjadi pada waham yaitu sebagai berikut:

1. Menolak makan
2. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
3. Mudah tersinggung
4. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
5. Menghindar dari orang lain
6. Mendominasi pembicaraan.

2.3 Proses Terjadinya Waham


1. Etiologi
Salah satu penyebab dari perubahan proses fikir: waham yaitu gangguan konsep diri:
harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai ideal diri.
Waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit
untuk dikoreksi. Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Isi waham
dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan reigiusnya bahwa
apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

7
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang.
Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan
persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif.
2) Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya
waham.
3) Faktor Psikologis
a) Ibu pengasuh yang cemas/ over protektif, dingin, tidak sensitif
b) Hubungan dengan ayah tidak dekat/ perhatian yang berlebihan
c) Konflik perkawinan
d) Komunikasi “double blind”
e) Sosial budaya
f) Kemiskinan
g) Ketidakharmonisan sosial
h) Stres yang menumpuk.
4) Faktor Biologis
a) Gangguan perkembangan otak frontal dan temporal
b) Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik
c) Gangguan tumbuh kembang
d) Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur.
5) Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan Skizofrenia.
b. Faktor Precipitasi
1) Faktor Sosial Budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpiahan dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor Biokimia

8
Penelitian tentang pengaruh dopamin, nerepineprin, dan zat halusinogen lainnya
diduga berkaitan dengan orientasi realita.
3) Faktor Psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertasi terbatasanya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realita.
2.4 Fase-Fase Waham
a. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorong untuk
melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan antara
kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup dengan ideal diri (self
ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan, seperti mobil, rumah atau
telepon genggam. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara reality dan self ideal sangat tinggi.
b. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjanagan antara self ideal
dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi sedangkan standart lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaaan yang luas,
seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self
reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh
support system semuanya sangat rendah.

9
c. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil
secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar tetapi hal ini dilakukan secara adekuat
karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan
pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
d. Fase dukungan ligkungan (environment support)
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan menyebabkan
klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsi normal (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase nyaman (comforting)
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya
klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
f. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak ada kontroversi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakianan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

10
2.5 Patofisiologi

Fase-fase:
Kebutuhan tidak terpenuhi
a. Fase lack of human need
b. Fase lack of self esteem
c. Fase environment support
d. Fase comforting
Gangguan ideal tidak sama realitas
e. Fase improving
dan tidak disetujui oleh pemikiran

Rentang Respon Ada support lingkungan


a. Kadang proses pikir
terganggu
b. Ilusi
c. Emosi berlebihan Nyaman berbohong
d. Berperilaku yang
tidak biasa
e. Menarik diri

Perubahan isi pikir: Waham Curiga berlebihan,


dosa

Hygiene kurang, Muka


Mengasingkan diri
Resiko tinggi menciderai pucat, BB menurun
dirinya sendiri orang
lain, lingkungan

Defisit perawatan diri ISOS

11
2.6 Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Respon maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang proses pikir 1. Gangguan isi pikir/


2. Persepsi akurat terganggu delusi: waham
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 2. Perubahan proses
dnegan pengalaman 3. Emosi berlebihan emosi
4. Perilaku sesuai 4. Berperilaku yang 3. Perilaku tidak
5. Hubungan sosial tidak biasa/ aneh terorganisasi
harmonis 5. Menarik diri 4. Isolasi sosial

Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon secara
adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila indvidu berada pada keadaan
diantara adaptif dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi
pikir terganggu. Bila individu tidak mampu berfikir logis dan pikiran individu mulai
menyimpang maka ia akan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan
isi pikir: waham curiga.

Agar individu tidak berespon secara maladaptif maka setiap individu harus mempunyai
mekanisme pertahanan koping yang baik. Mekanisme koping dapat dibedakan menjadi
2:

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realistic tuntunan situasi stress.
a. Perilaku menyerang, digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri, digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.

12
c. Perilaku kompromi, digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang
2. Mekanisme pertahanan ego, merupakan mekanisme yang membantu mengatasi cemas
ringan dan sedang, jika berlangsung pada tingkat dasar dan melibatkan penipuan diri
dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif
terhadap stress. (Anonymus, 2009).

2.7 Konsep askep


2.7.1 Pengkajian
Selama pengkajian wajib untuk mendengarkan dan memperhatikan semua informasi
yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling
percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak atau menerima keyakinan
pasien.
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
a. Identitas pasien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan no RM, tanggal pengkajian
serta sumber yang didapat
b. Alasan masuk
Apa yang memyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang lain), komunikasi kurang atau
tidak ada, berdiam diri di kamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari-hari dependent,perasaan kesepian,merasa tidak aman
berada dekat orang lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu,tidak mampu
berkonsentrasi,merasa tidak berguna dan merasa tidak yakin dalam melangsungkan
hidup. Apakah sudah tau penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah in. Umumnya klien yang mengalami waham dibawa ke
rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat,terganggu karena perilaku

13
klien dan hal lain, gejala yang ditampakkan dirumah sehingga klien dibawa ke rumah
sakit untuk mendapat perawatan.
c. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa,bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami kehilangan, perpisahan,
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan atau frustasi
berulang,tekanan dari kelompok sebaya,perubahan struktur sosial,terjadi trauma yang
tiba-tiba misalnya harus dioprasi,kecelakaan,perceraian,putus sekolah,PHK,perasaan
malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan,dituduh KKN,dipenjara tiba-
tiba), mengalami kegagalan dalam pendidikan maupun karir,perlakuan orang lain
yang tidak menghargai klien atau perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berangsur lama.
d. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stres seperti
kehilangan,didikan yang keras dari keluarga yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk memiliki perasaan egois serta menyebabkan ansietas.pada pasien
waham tingkat emosional yang tinggi akan kepercayaan bahwa dirinya adalah sesuatu
yang pantas untuk ditirukan dan diyakini akan menimbulkan berbagai masalah dalam
kehidupannya.
e. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda- tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada
keluhan fisik yang dirasakan.
f. Psikososial
1) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien terhadap bagian tubuh yang tidak di sukai dan bagian yang disukai.
b) Identitas diri

14
Klien dengan waham mengalami ketidakpastian memandang diri, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Fungsi peran
Pada klien dengan waham bisa berubah atau berhenti fungsi peran yang di
sebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan di rawat.
d) Ideal diri
Mengunggkapkan keputusasaan karena penyakitnya :
e) Harga diri
Adanya gangguan harga diri rendah karena perasaan relatif negatif terhadap
diri sendiri, hilangnya rasa percaya diri dan merasa gagal mencapai tujuan.
3) Hubungan sosial
Pasien dengan waham memiliki hubungan sosial sesuai dengan jenis waham yang
dialami. Misalnya waham curiga, klien menghindari orang lain.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan kegiatan ibadah/ menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan kewajiban.
g. Status mental
1) Penampilan
Pada pasien waham penampilannya sesuai dengan waham yang dialami. Misalnya
pada waham agama berpakaian seperti ustadz
2) Pembicaraan
Pada pasien waham cenderung pembicaraanya selalu mengarah ke wahamnya,
bicara cepat, jelas tapi berpindah-pindah, isi pembicaraan tiak sesuai dengan
kenyataan.
3) Aktivitas motorik
Klien waham cenderung bersikap anneh
4) Afek dan emosi
Euforia : rasa senang, riang gembira bahagia yang berlebihan tidak sesuai keadaan.
Kesepian : merasa dirinya ditinggalkan/ dipisahkan dari atau yang lainnya.
5) Interaksi selama wawancara

15
Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
6) Persepsi-sensori
a) Tidak ada halusinasi
b) Tidak ada ilusi
c) Tidak ada depersonalisasi
d) Tidak ada realisasi
e) Tidak ada gangguan stomatusensorik
7) Proses pikir
a) Arus pikir dan bentuk pikir
Derreistik: bentuk pemikiran tidak sesuai kenyataan yang ada atau tidak
mengikuti logika secara umum.
b) Isi pikir
Pada pasien waham isi pikirnya sesuai wahamnya.
1. Waham agama yaitu keyakinan bertema tentang agama atau kepercayaan
yang berlebihan.
2. Waham somatik/ hipokondrik yaitu keyakinan klien terhadap tubuhnya ada
sesuatu yang tidak beres, seperti ususnya busuk, otaknya mencair,
perutnya ada kuda.
3. Waham kebesaran yaitu keyakinan klien terhadap suatu kemampuan,
kekuatan, pendidikan, kekayaan/ kekuasaan secara luar biasa, seperti “saya
ini ratu adil, nabi, superman, dll”.
4. Waham curiga/ kejaran yaitu kelainan klien terhadap seseorang/ kelompok
secara berlebihan yang berusaha merugikan, mencederai, menganggu,
mengancam, memata-matai dan membicarakan kejelekan dirinya.
5. Waham nihilistik yaitu keyakinan klien terhadap dirinya/ orang lain sudah
meninggal/ dunia sudah hancur dan sesuatunya tidak ada apa-apanya lagi.
6. Waham dosa yaitu keyakinan klien terhadap dirinya telah/ selalu salah/
berbuat dosa/ perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
7. Waham bizar terdiri dari:
a. Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pemikiran orang lain di
sisipkan kedalam pikiran dirinya.

16
b. Siar pikir/ broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinya dipakai
oleh/ disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang ia pikirkan
meskipun ia tidak pernah secara nyata mengatakan pada orang tersebut.
c. Kontrol pikir/ waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa pikiran,
emosi dan perbuatannya selalu dikontrol/ dipengaruhi oleh kekuatan
diluar dirinya yang aneh.
8) Tingkat Kesadaran
Kesadaran berubah: kesadaran yang tidak menurun, tidak meninggi, tidak normal,
bukan disosiasi, hal ini karena kemampuan untuk mengadakan (relasi) dan
pembatasan (limitasi) terhadap dunia luar (diluar dirinya) sudah terganggu dan
secara kualitas pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan.
9) Memori
Konfabulasi : ingatan yang keliru ditandai dengan pembicaraan tidak sesuai
kenyataan, memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
10) Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien waham mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung.
11) Kemampuan Penilaian
a) Gangguan ringan
b) Gangguan bermakna
12) Daya Tilik
Hal-hal diluar dirinya, bila mana ia cenderung menyalahkan orang lain/ lingkungan
dan ia merasa orang lain/ lingkungan diluar dirinya yang menyebabkan ia seperti
ini.

1.7.2 Pohon Masalah

Effect Risiko tinggi perilaku


kekerasan

Core Problem Perubahan proses pikir; waham

17
Causa Harga diri rendah kronis

1.7.3 Diagnosa Keperawatan


a. Perubahan proses pikir; waham
b. Resiko perilaku kekerasan: resiko mencederai diri, orang lain
c. Harga diri rendah; kronis
1.7.4 Nursing Care Plan (NCP)
Tabel
Perencanaan Keperawatan pada Klien dengan Waham

Perencanaan
Intervensi Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi
Tujuan umum:
Klien dapat
berkomunikasi
dengan baik dan
terarah.
TUK 1: Kriteria Evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling
Klien dapat 1. Ekspresi wajah percaya dengan percaya menjadi
membina bersahabat menggunakan perinsip dasar interaksi
hubungan saling 2. Ada kontak mata komunikasi terapeutik. selanjutnya
percaya 3. Mau berjabat tangan a. Sapa klien dengan sehingga dapat
4. Mau menjawab ramah baik verbal terbina hubungan
salam maupun nonverbal saling percaya dan
5. Klien mau duduk b. Perkenalkan diri klien lebih terbuka
berdampingan dengan sopan merasa aman dan
6. Klien mau c. Tanyakan nama mau berinteraksi
mengutarakan lengkap dan nama
perasaannya panggilan yang
disukai
d. Jelaskan tujuan
pertemuan

18
e. Jujur dan menepati
janji
f. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien apa
adanya
1.2 Jangan membantah dan
mendukung waham
klien.
a. Katakan perawat
menerima keadaan
keyakinan klien.
“Saya menerima
keyakinan anda”.
b. Katakan perawat
tidak mendukung.
“Sukar bagi saya
untuk dapat
mempercayainya”.
1.3 Yakinkan klien dalam
keadaan aman dan
terlindung.
a. “Anda berada di
tempat aman dan
terlindung”
b. Gunakan
keterbukaan dan
kejujuran, jangan
tinggalkan klien
sendirian.

19
TUK 2: Kriteria Evaluasi: 2.1 Beri pujian pada Meningkatkan
Klien dapat 1. Klien mampu penampilan dan orientasi klien pada
mengidentifikasi mempertahankan kemampuan klien yang realita dan
kemampuan aktivitas sehari-hari realistis. meningkatkan rasa
yang dimiliki 2. Klien dapat 2.2 Diskusikan dengan percaya klien pada
mengontrol klien kemampuan yang perawat
wahamnya dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang
realistis. (hari-hari
terlibat diskusi dengan
waham).
2.3 Tanyakan apa yang
bisa dilakukan (kaitkan
dengan aktivitas sehari-
hari dan perawatan diri)
kemudian anjurkan
untuk melakukan saat
ini.
2.4 Jika klien selalu bicara
tentang wahamnya
dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak
ada. (perawat perlu
memperhatikan bahwa
klien penting).
TUK 3: Kriteria Evaluasi: 3.2 Observasi kebutuhan Reinforcement
Klien dapat 1. kebutuhan klien klien sehari-hari adalah penting
mengidentifikasi terpenuhi 3.3 Diskusikan kebutuhan untuk
kebutuhan yang 2. klien dapat klien yang tidak meningkatkan
tidak tepenuhi melakukan aktivitas terpenuhi selama kesabaran diri
3. klien tidak dirumah maupun klien. Mengetahui

20
menggunakan/ dirumah sakit. penyebab curiga
membicarakan 3.4 Hubungan kebutuhan dan intervensi
wahamnya yang tidak terpenuhi selanjutnya.
dengan timbulnya
waham
3.5 Tingkatkan ativitas
yang dapat memenuhi
kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan
tenaga.
3.6 Atur situasi agar klien
tidak mempunyai
waktu untuk
menggunakan
wahamnya
TUK 4: Kriteria Evaluasi : 2.8 Berbicara dengan klien Dengan
Klien dapat 1. Klien mampu dalam konteks realitas meningkatkan
berhubungan berbicara secara (realitas diri, realitas aktivitas tidak akan
dengan realitas. realitas orang lain, waktu dan mempunyai waktu
2. Klien mengikuti tempat) untuk mengikuti
terapi aktivitas 2.9 Sertakan klien dalam wahamnya.
kelompok terapi aktivitas
kelompok: orientasi
realitas
2.10 Berikan pujian pada
tiap kegiatan positif
yang dilakukan klien.
TUK 5: Kriteria Evaluasi: 5.1 Diskusikan dengan Reinforcement
Klien dapat 1. Keluarga dapat keluarga tentang : adalah penting
dukungan membina hubungan  Gejala waham untuk
keluarga saling percaya  Cara merawatnya meningkatkan
dengan perawat  Lingkungan keluarga kesadaran klien

21
2. Keluarga dapat  Follow up dan obat akan realitas.
menyebutkan
pengertian, tanda 5.2 Anjurkan keluarga
dan tindakan untuk melaksanakan dengan
merawat klien bantuan perawat
dengan waham.
TUK 6: Kriteria Evaluasi: 6.1 Diskusikan dengan Perhatian keluarga
Klien dapat 1. Klien menyebutkan klien dan keluarga dan pengertian
menggunakan manfaat, dosis, efek tentang obat, dosis keluarga akan
obat dengan samping obat frekuensi, efek dan dapat membantu
benar 2. Klien dapat akibat perhentian klien dalam
mendemonstrasikan 6.2 Diskusikan perasaan mengendalikan
penggunaan obat klien setelah minum wahamnya
dengan benar obat
3. Klien memahami 6.3 Berikan obat dengan Obat dapat
akibat berhentinya prinsip 5 benar dan mengontrol waham
obat tanpa observasi setelah yang dialami klien.
konsultasi minum obat
4. Klien dapat
menyebutkan
prinsip dalam
penggunaan obat

22
1.7.5 Implementasi Keperawatan
Masalah
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Keperawatan
Waham SP 1 Pasien:
a. Mengidentifikasi kebutuhan.
b. Klien bicara konteks realita.
c. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
d. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.
SP 2 Pasien:
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
b. Identifikasi potensi/ kemampuan yang dimiliki.
c. Pilih dan latih potensi kemampuan yang dimiliki.
d. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.
SP 3 Pasien:
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 2).
b. Memilih kemampuan lain yang dapat dilakukan.
c. Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki.
d. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.

1.7.6 Evaluasi Keperawatan


a. Pasien mampu melakukan hal berikut:
1) Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan.
2) Berkomunikasi sesuai kenyataan.
3) Mampu melakukan kegiatan dan kemampuan positif yang dimiliki

23

Anda mungkin juga menyukai