Disusun oleh:
WAHAM
A. Definisi
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja,
2011). Waham merupakan gangguan proses pikir yaitu keyakinan yang salah yang
secara kokoh dipertahankan Analisis praktik, walaupun tidak diyakini oleh orang
lain dan bertentangan dengan realitas sosial. Ada beberapa jenis waham yaitu
internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu
keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas.
Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu
Dari ketiga definisi diatas disimpulkan bahwa waham adalah hal yang tidak
1. Kognitif
2. Afektif
b. Afek tumpul
a. Hipersenditif
c. Depresif
d. Ragu-ragu
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Higiene Kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
B. Klasifikasi
yaitu :
diucapkan berulang-ulang
Kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap suatu “ Saya adalah tuhan
kenyataan.
Waham curiga Keyakinan seseorang atau “ Saya tahu mereka
diucapkan berulang-ulang
kenyataan.
Waham somatik Keyakinan seseorang “Saya menderita
kenyataan.
Waham nihlistik Keyakinan seseorang “ ini saya berada di
kenyataan.
C. Rentang Respon
pengalaman, perilaku sesuai dan dapat berhubungan sosial. Bila individu berespon
antara respon adaptif dan maladaptif maka akan menimbulkan pemikiran kadang –
ganjil dan menarik diri. Namun bila individu berespon maladaptif maka cenderung
D. Faktor Predisposisi
a. Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas otak yang
menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami, ini
yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada area frontal,
b. Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif
c. Sosial budaya
E. Faktor Presipitasi
a. Biologi
termasuk:
informasi
rangsangan.
b. Stres lingkungan
1) Pemicu gejala
F. Mekanisema Koping
Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri
3. Menarik diri
fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
span history )
2. Fase lack of self esteem
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang
klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi
5. Fase comforting
6. Fase improving
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
sesuai kenyataan.
Contoh :
b. Data Objektif :
(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat
tersinggung.
Contoh :
I. MASALAH KEPERAWATAN
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. perubahan isi pikir: waham curiga
DAFTAR PUSTAKA
Direja, S.A.H 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogjakarta : Nuha Medika
Kusumawati & Hartono 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : Salemba Medika
Purba, dkk 2008, Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa, Medan : USU Pres
A. Definisi
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri
disampaikan oleh Rujescu (2012), bahwa risiko perilaku bunuh diri dipengaruhi
ekspresi orang yang penuh stress dan tidak mampu menolong dirinya sendiri.
orang melakukan bunuh diri karena dia kehilangan makna hidupnya. Orang
kehilangan makna hidup bisa karena sakit jiwa atau karena masalah yang tidak
bisa diatasinya.
1. Data Subjektif
2. Data Objektif
C. Tingkatan
langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak -
anak karena saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa
saya.”
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.
marah / putus asa / tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal - hal
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan
diri. Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri,
diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba
bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau
D. Klasifikasi
Resiko Bunuh Diri menurut Yosep (2010), terbagi menjadi tiga klasifikasi :
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam
E. Rentang Respon
meningkatkan langsung
pertumbuhan
Keterangan :
perilaku.
3. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak
sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk
F. Faktor Predisposisi
1. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat klien berisiko untuk bunuh diri
2. Sifat kepribadian
3. Lingkungan psikososial
4. Biologis
yang tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa ada
bahwa perilaku bunuh diri merupakan bawaan lahir, dimana orang yang suci
sama.Walaupun demikian, hingga saat ini belum ada faktor biologis yang
5. Psikologis
Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengidentifikasi tiga
bentuk penjelasan psikologis mengenai bunuh diri. Penjelasan yang pertama
dirinyadengan orang yang hilang tersebut. Dia merasa marah terhadap objek
jugaditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku destruktif diri terjadi
6. Sosiokultural
memandang perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan
G. Faktor Presipitasi
seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media
perilaku bunuh diri. Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri
H. Mekanisme Koping
a. Penyangkalan
tentang kenyataan, maka ia akan beranggapan jika hal tersebut tidak ada
dirinya sendiri
b. Rasionalisasi
berusaha untuk mencari alasan yang baik demi menjelaskan ego dan jenis
c. Intelektualisasi
situasi tersebut akan menjadi pelajaran atau karena individu tersebut ingin
mengetahui apa yang sebenarnya sehingga tidak terlalu terlibat dalam
stres dan depresi dan sekaligus memberikan kesempatan untuk dirinya agar
d. Regresi
Regresi adalah respon umum untuk individu yang sedang berada dalam
frustasi anak atau juga bisa terjadi jika individu mendapat tekanan yang
kembali ke metode perilaku khas untuk individu yang lebih muda. Nantinya,
Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap
melakukannya.
a. Keluhan utama
d. Alam perasaan
- Sedih
- Ketakutan
- Putus asa
- Gembira berlebihan
- Bermusuhan
- Tidak kooperatif
- Mudah tersinggung
- Defensive
- Curiga
f. Afek
- Datar
- Tumpul
- Labil
- Tidak sesuai
- Reaksi lambat
- Bekerja berlebihan
- Menghindar
- Mencederai diri
K. MASALAH KEPERAWATAN
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
A. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri, dan sering juga disertai dengan kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak
rapi, selera makan menurun, tidak berani bertatap muka dengan lawan bicara, lebih
banyak menundukkan kepala, berbicara lambat dan nada suara lemah (Keliat dalam
Suerni,2013).
Dapat disimpulkan harga diri rendah adalah kurangnya rasa percaya diri
sendiri yang dapat mengakibatkan pada perasaan negatif pada diri sendiri,
kemampuan diri dan orang lain. Yang mengakibatkan kurangnya komunikasi pada
orang lain.
Data Mayor
Subyektif
1) Mengeluh hidup tidak bermakna
3) Merasa jelek
Obyektif
Data Minor
Subyektif
1) Mengatakn malas
2) Putus asa
3) Ingin mati
Obyektif
1) Tampak malas-malasn
2) Produktivitas menurun
C. Klasifikasi
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri
sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang dirawat dapat
terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan
fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/penyakit,
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi ini
pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa. (Makhripah
D. Rentang Respon
1. Respon Adaptif
yang dihadapinya.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
a) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya
b) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga
lain secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina
E. Faktor Predisposisi
jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis.
mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap
dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya
dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga
pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusan dandihantui rasa bersalah ketika akan melakukan
sesuatu.
d. Faktor biologis Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja
berdaya.
F. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi
mempengaruhi komponen :
Stressor pencetus dapat berasal dari internal daneksternal:
Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
G. Mekanisema Koping
Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-
keagamaan, politik.
kontes popularitas.
penyalahgunaanobat-obatan.
Jangka Panjang :
potensidiri sendiri
harapanmasyarakat.
H. PROSES TERJADI MASALAH
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu
tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu
berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak
mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu
terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi
harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau
justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan
1. Konsep diri
Kaji pengetahuan klien tentang perilaku Harga diri rendah dan tanda-tandanya
d. Citra tubuh
e. Identitas
f. Peran diri
g. Ideal diri
h. Harga diri
J. MASALAH KEPERAWATAN
Fitria, N.(2009),Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
PelaksanaanTindakan Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika
Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).
Jakarta: EGC.
Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC.Yosep Iyus.
2011. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
A. Definisi
Isolasi social adalah suatu sikap individu menghindari diri dari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilanngan hubungan akrab dan tidak
(Yosep, 2010).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida, 2012).
dialami oleh individu dan dirasakan mengganggu oleh orang lain dan sebagai
Definisi diatas menyimpulkan bahwa Isolasi sosial terjadi saat seseorang tidak
orang lain.
Data subyektif
Menarik diri
Tidak komunikatif
C. Rentang Respon
ketergantungan Targantung
(depeden)
1. Respon Adaptif
yang dihadapinya.
a. Solitude
b. Otonomi
pikiran.
c. Kebersamaan
d. saling ketergantungan
interpersonal.
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptive adalah respon yang diberikan individu ketika dan tidak
a. Menarik Diri
b. Manipulasi
Adalah hubungan social yang terdapat pada individu yang menganggap orang
lain sebagai objek dan merorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan
berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan social
secara mendalam.
c. Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang
dimiliki.
d. Impulsive
e. Narkisisme
(Eko prabowo,2014)
D. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu / pengasuh
kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat
mengancam dan menjelek – jelekkan anak. Ekspresi emosi yang tinggi. Orang
tua atau anggota keluarga sering berteriak, marah untuk persoalan kecil / spele,
isolasi sosial
4. Faktor biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden tertinggi
skizofrenia.
E. Faktor Presipitasi
Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor Internal
dicintai kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh,
3. Stressor psikologis
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Ego pada klien psikotik
F. Mekanisema Koping
Mekanisme pertahanan diri yang di gunakan pada gangguan hubungan sosial
Regresi
Yaitu menghadapi stress dengan perilaku, perasaan dan cara berfikir mundur
Represi
Yaitu pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran atau memori yang
Isolasi
Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
klien lain/perawat.
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang
ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, kurang percaya diri,
d. Masalah keperawatan
I. MASALAH KEPERAWATAN
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby Company.
Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. Jakarta : EGC.
PERILAKU KEKERASAN
A. Definisi
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah
terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep,
2010). Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu
kekerasan)
a. Fisik
- Tangan mengepal
- Rahang mengatup
- Jalan mondar-mandir
b. Verbal
- Bicara kasar
- Suara keras
- Ketus
c. Perilaku
- Merusak lingkungan
- Amuk/agresif
d. Emosi
- Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
2015) :
C. Klasifikasi
1. Perilaku kekerasan
D. Rentang Respon
Ke
terangan :
perasaannya
teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural (Eko Prabowo, 2014) adalah:
a. Teori Biologik
perilaku:
1. Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem
limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada
gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial
perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak
mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan
2. Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan
tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan
b. Teori Psikologik
1. Teori Psikoanalitik
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan
dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
harga diri.
2. Teori Pembelajara
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang
tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai
prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang
positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap
mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya
ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak
setelah dewasa.
c. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial
terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima
bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif.
Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk
perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan
F. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2013) Faktor presipitasi terdiri dari sifat stressor, asal stressor,
lamanya terpapar stressor yang dialami dan banyaknya berbagai stressor. Sifat
psikologis dan sosial budaya. Stressor biologis seperti kelemahan fisik, penyakit
kelemahan fisik, penyakit infeksi dan penyakit kronis. Segala proses fisik dan
pada pengobatan.
hubungan ketergantuan individu dengan orang lain serta suport system yang
didalamnya ada proses memberi dan menerima dengan orang lain dan
lingkungan.
Asal stresor terdiri dari internal dan eksternal. Stresor internal berasal dari diri
dll. Jumlah stresor menggambarkan berapa banyak stressor yang dialami individu
dalam suatu waktu, baik berupa stressor biologis, psikologis dan sosialkultural.
Waktu menggambarkan kapan, berapa lama, dan berapa kali individu terpapar
stressor (Stuart, 2009). Jumlah dan frekuensi stresor juga mempengaruhi individu
G. Mekanisme Koping
5. Displacement
7. Depresi
8. Reaksi formasi,
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa
oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal. Stressor internal seperti
penyakit, hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor ekternal bisa berasal dari
dan sebagainya, hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada
sistem individu (disruption and loss). Terpenting adalah bagaimana seorang individu
Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, dan
1. Aniya Fisik
2. Aniaya seksual
3. Penolakan
5. Tindakan kriminal
6. Aktivitas motorik
a. Lesu
b. Gelisah
c. Tik
d. Tremor
e. Agitasi
f. Tegang
g. Grimasen
h. Kompulsif
a. Bermusuhan
b. Tidak kooperatif
c. defensive
d. mudah tersinggung
f. Curiga
J. MASALAH KEPERAWATAN
K. ANALISA DATA
Data Masalah
Data Subyektif : Resiko mencederai diri, orang lain dan
seseorang.
Data Objektif :
pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang
Data Subyektif : Perilaku kekerasan / amuk
seseorang.
Data Obyektif
menguasai.
pandangan tajam.
Data obyektif:
hidup.
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
DAFTAR PUSTAKA
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta.
EGC.
Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby Company.
Yosep Iyus, 2009, Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung : Refika Aditama
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
A. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh pasien gangguan jiwa, pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penciuman tanpa stimulus yang nyata. Keliat (2011) .
indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
2014). Sedangkan menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan
kedewasaan kepribadiannya.
kemampuan manusia dalam membedakan pikiran dan dunia luar. Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata.
Data subjektif :
melihat bayangan).
1. Mudah tersinggung.
yang kompleks)
C. Klasifikasi
orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa
gambaraan geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan
amis, dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang-kadang
terhidu bau harum. Biasnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis,
dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
g. Halusinasi Viseral
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan
D. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
menyimpang
Persepsi akurat Halusinasi
Menarik diri
Berhubungan Isolasi sosial
sosial
terima akal.
2. Respon maladaptive
kenyataan sosial.
1) Faktor Perkembangan
mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi akan merasa
3) Faktor Biokimia
berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat yang dapat
4) Faktor Psikologi
pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyataa menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang
1) Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
2) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stresosor
3) Sumber Koping
(Prabowo, 2014)
4) Perilaku
tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian,
tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan
tidak.
a. Dimensi fisik
lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
dapat berupa peritah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
c. Dimensi intelektual
d. Dimensi sosial
sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia
e. Dimensi spiritual
(Damaiyanti, 2012)
G. Mekanisema Koping
(Prabowo, 2014)
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase memiliki karakteristik
Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Di sini pasien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah
tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas kendali dan
tanda-tanda vital ( denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah), asyik dengna
dengan reaita.
Fase III
halusinasi tersebut. Di sini pasien sukar berhubungan dengan orang ain, berkeringat,
tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang ain dan berada dalam kondisi
Fase IV
Di sni terjadi perikalu kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
Fokus pengkajian klien dengan kasus halusinasi berada pada status mental yaitu :
Pendengaran
Penghindu
Pengecapan
Perabaan
Pengelihatan
J. MASALAH KEPERAWATAN
K. ANALISA DATA
menyuruh melakukan
listrik
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Maramis, W. F., 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya
Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 2006
Stuart, G.W. dan Sundden, S.J. ( 2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC
A. Definisi
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
sehari – hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur,
tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan
tidak rapi. Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan dir,
makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
2. Psikologis
d. Sosial
e. Interaksi kurang
f. Kegiatan kurang
C. Klasifikasi
79 ).
D. Rentan Respon
Adaptif Maladaptif
1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu
ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan
E. Faktor Predisposisi
Menurut (Depkes, 2010), faktor predisposisi terjadinya deficit perawatan diri
adalah :
1. Perkembangan
inisiatif terganggu.
2. Biologis
diri.
diri.
4. Social
F. Faktor Presipitasi
perawatan diri.
Menurut Stuart (2012), faktor presipitasi terjadinya deficit perawatan diri adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
2. Stress Lingkungan
3. Sumber Koping
G. Mekanisme Koping
a. Regresi
b. Penyangkalan
menjadi 2 yaitu :
dan iskandar, 2012 yaitu berawal dari kurangnya atau penurunan motivasi,
berpikir tentang seseorang atau sesuatu), cemas, lelah atau lemas yang
rasa nyaman, gangguan kebutuhan harga diri dan gangguan interaksi sosial.
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
secara mandiri, dan toileting (buang air besar [BAB]atau buang air kecil
1. Status mental
a. Penampilan tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara pakai tidak
seperti biasanya
b. Kebutuhan sehari-hari
1) Makan
2) Mandi
3) Defekasi/berkemih
4) Berpakaian/berhias
J. MASALAH KEPERAWATAN
K. ANALISA DATA
O
1. Data Subyektif: Defisit perawatan diri
1. Mayor
baik
baik
baik
2. Minor
penampilan
Data Obyektif
1. Mayor
Badan kotor
makan berantakan
bab/bak sembarang tempat
2. minor
kebersihan
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).
Jakarta: EGC.
Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC.
Yosep Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama