A. DEFINISI
Waham adalah suatu kepercayaan yang salah yang menetap yang tidak sesuai
dengan fakta dan tidak bisa dikoreksi (Menkes, 2015). Waham adalah keyakinan
pasien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak
dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran
pasien yang sudah kehilangan kontrol. (Fauziah & Kesumawati, 2021). Myers,
dkk. (2017) menyatakan bahwa waham adalah keyakinan atau persepsi palsu yang
tetap tidak dapat diubah meskipun ada bukti yang membantahnya. Gangguan
proses pikir waham mengacu pada suatu kondisi seseorang yang menampilkan
satu atau lebih khayalan ganjil selama paling sedikit satu bulan. Waham
merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Klien meyakini bahwa dirinya
adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya (Sutejo, 2017).
Waham juga merupakan keyakinan palsu, didasarkan kepada kesimpulan yang
salah tentang eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar
belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan. Defenisi ini
untuk memisahkan waham-waham yang merupakan indikator dari penyakit jiwa
dari jenis-jenis lain keyakinan yang dipegang kuat yang ditemukan diantara
orang-orang yang sehat. Jadi pikiran waham hanya dapat dimengerti atau
dievaluasi dengan sedikitnya beberapa pengetahuan dari hubungan interpersonal
pasien; seperti keterlibatan mereka terhadap agama atau kelompok politik.
B. RENTANG RESPON
Menurut Darmiyanti (2016), rentang respon waham sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor biologis, faktor
psikologis, dan faktor sosial budaya.
a) Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan lindik. Abnormalitas otak yang
menyebabkan respons neurologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami.
Hal ini termasuk berikut :
2. Faktor psikologis
Secara teknis, kebudayaan merupakan ide atau tingkah laku yang dapat dilihat
maupun yang tidak terlihat. Kebudayaan turut mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian seseorang, misalnya melalui aturan-aturan
kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Unsur-unsur dari faktor
social budaya dapat mencakup kestabilan keluarga, pola mengasuh anak,
tingkat ekonomi, perumahan (perkotaan lawan pedesaan), masalah kelompok
minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan keagamaan (Yosep,
2009). Di sisi lain, timbulnya waham dapat disebabkan oleh perasaan terasing
dari lingkungannya dan kesepian (Direja, 2011).
4. Faktor biologis
5. Faktor psikodinamik
6. Mekanisme defense
Mood Waham
Persepsi Waham
Mengacu kepada pengalaman dari penafsiran sebuah persepsi yang
normal dengan pengertian waham, yang mana hal ini memiliki makna
pribadi yang begitu besar bagi pasien.1 Contoh waham fregoli; illusion
desosies sindrom capgras.
Memori Waham
Waham Kejar
Waham Nihilistik
Waham Somatik
Waham Agama
Waham yang berisi nilai agama, Suatu keyakinan agama yang tidak
biasa dan dipegang dengan kuat ditemui diantara anggota kelompok
agama minoritas, dapat disarankan untuk berbicara kepada anggota
yang lain sebelum menentukan apakah ide-ide itu abnormal atau tidak.
Waham Cemburu
Keduanya jarang terjadi namun jika terjadi hal ini sering terjadi pada
wanita. Waham mengenai hubungan seksual seringkali sekunder pada
halusinasi somatik yang dirasakan pada genital. Seorang wanita
dengan waham cinta percaya bahwa ia dicintai oleh pria yang biasanya
tak dapat digapai, dari golongan status sosial yang lebih tinggi dan
kepada siapa dia belum pernah bicara.
- Waham Terbagi
Waham sejalan dengan mood: Waham dengan isi yang sesuai dengan
mood.
Waham yang tidak sejalan dengan mood: Waham dengan isi yang
tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood
netral
E. PATHWAY
Menurut Sutejo, 2017 gejala gangguan waham dibagi menjadi beberapa kategori
yaitu kognitif, afektif, perilaku dan hubungan sosial serta gejala fisik.
a. Gejala kognitif waham :
1) Tidak mampu membedakan realita dan fantasi
2) Keyakinan yang kuat terhadap keyakinan palsunya
3) Mengalami kesulitan dalam berpikir realita
4) Tidak mampu dalam mengambil keputusan
b. Gejala afektif waham :
1) Situasi yang tidak sesuai dengan kenyataan
2) Afek tumpul (blunted affect)
c. Gejala perilaku dan hubungan sosial :
1) Hipersensitifitas
2) Depresi
3) Ragu-ragu
4) Hubungan interpersonal dengan orang lain bersifat dangkal
5) Mengancam secara verbal
6) Aktivitas tidak tepat
7) Impulsive
8) Curiga
9) Pola pikir stereotip
d. Gejala fisik :
1) Kebersihan diri kurang
2) Muka pucat
3) Sering menguap
4) Turunnya berat badan dan nafsu makan
5) Sulit tidur
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang disarankan untuk dilakukan hanya bila ada
kecurigaan penyebab organo-biologik. Pemeriksaan penunjang disesuaikan
dengan kecurigaan penyakit penyebabnya. Berikut pemeriksaa tambahan yaitu :
b.) Pemeriksaan laboratorium, DPL, fungsi liver, profil lipid, fungsi ginjal,
glukosa sewaktu, kadar litium plasma
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) penanganan pasien dengan gangguan jiwa
waham antara lain:
1) Psikofarmalogi
a) Litium karbonat
Jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar,
menyusul kemudian litium sitial. Litium masih efektif dalam menstabilkan
mood pasien dengan gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3
minggu setelah minum obat litium, obat ini juga digunakan untuk mencegah
atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat
mania.
b) Haloperidol
Obat antipsikotik pertama dari turunan butirofenol. Mekanisme kerjanya yang
pasti tidak diketahui. Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah
laku berat pada anak-anak yang sering membangkang dan eksplosif.
Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang
hiperaktif juga melibatkan aktivitas motoric berlebih disertai kelainan tingkah
laku, seperti : impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati
yang labil dan tidak tahan frustasi.
c) Karbamazepin
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor, serta
neuralgi trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan dengan
obat antikolvusan lain maupun obat-obat lain yang digunakan untuk
mengobati nyeri pada neuralgi trigeminal.
Selama seorang mengalami waham, dia cenderung menarik diri dari pergaulan
dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan
dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaannya
ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri
yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum
waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.
ECT tipe katatonik Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur
dimana arus listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini
tampaknya menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat
mengurangi gejala penyebab mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik.
ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak
membantu meredakan katatonik episode.
5) Psikoterapi
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pada tahap ini ada beberapa
faktor yang perlu di eksploitasi baik pada klien yang berkenaan dengan kasus
halusinasi yang meliputi :
m. Aspek Medis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Definisi : Keyakinan yang keliru tentang isi pikiran yang dipertahankan secara
kuat atau terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.
Subjektif Objektif
Mengungkapkan isi waham
Subjektif
Objektif
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I Cetakan ke-2 DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi I Cetakan ke-2 DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi I Cetakan ke-2 DPP PPNI