Anda di halaman 1dari 24

BAB I

KONSEP DASAR WAHAM

A. DEFINISI
Waham adalah suatu kepercayaan yang salah yang menetap yang tidak sesuai
dengan fakta dan tidak bisa dikoreksi (Menkes, 2015). Waham adalah keyakinan
pasien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan dan tidak
dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran
pasien yang sudah kehilangan kontrol. (Fauziah & Kesumawati, 2021). Myers,
dkk. (2017) menyatakan bahwa waham adalah keyakinan atau persepsi palsu yang
tetap tidak dapat diubah meskipun ada bukti yang membantahnya. Gangguan
proses pikir waham mengacu pada suatu kondisi seseorang yang menampilkan
satu atau lebih khayalan ganjil selama paling sedikit satu bulan. Waham
merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Klien meyakini bahwa dirinya
adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya (Sutejo, 2017).
Waham juga merupakan keyakinan palsu, didasarkan kepada kesimpulan yang
salah tentang eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar
belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan. Defenisi ini
untuk memisahkan waham-waham yang merupakan indikator dari penyakit jiwa
dari jenis-jenis lain keyakinan yang dipegang kuat yang ditemukan diantara
orang-orang yang sehat. Jadi pikiran waham hanya dapat dimengerti atau
dievaluasi dengan sedikitnya beberapa pengetahuan dari hubungan interpersonal
pasien; seperti keterlibatan mereka terhadap agama atau kelompok politik.
B. RENTANG RESPON
Menurut Darmiyanti (2016), rentang respon waham sebagai berikut :

Respon Adaptif Respon


Maladaptif

Pikiran Logis : Disorientasi Pikiran : Gangguan


- Persepsi akurat - Ilusi pikiran/waham :
- Emosi konsisten - Reaksi Emosi Ber (+/-) - Sulit berespon
- Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak biasa - Perilaku kacau
- Berhubungan sosial - Menarik diri - Isolasi sosial
C. ETIOLOGI

Menurut Sutejo, 2017 faktor penyebab waham yaitu :

1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor biologis, faktor
psikologis, dan faktor sosial budaya.

a) Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan lindik. Abnormalitas otak yang
menyebabkan respons neurologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami.
Hal ini termasuk berikut :

 Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak


yang luas dan dalam perkembangan skizofrenia. Hal yang paling
berhubungan dengan perilaku psikotik adalah adanya lesi pada area
frontal, temporal, dan limbik.
 Beberapa senyawa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian menunjukkan hal-hal berikut ini: kadar dopamine
neurotransmitter yang berlebihan, ketidakseimbangan antara dopamin
dan neurotransmitter lain, masalah-masalah yang terjadi pada sistem
respons dopamine. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap
kembar identik, misalnya, ditemukan bahwa kembar identik yang
dibesarkan secara terpisah memiliki angka kejadian yang tinggi pada
skizofrenia daripada pasangan saudara kandung yang tidak identik.

2. Faktor psikologis

Teori psikodinamika yang mempelajari terjadinya respons neurobiologi yang


maladaptif belum didukung oleh penelitian. Teori psikologi terdahulu
menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini, sehingga
menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan
jiwa profesional). Waham ini juga dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan
dari keluarga. Misalnya sosok ibu adalah tipe pencemas, sedangkan sosok
ayah adalah tipe yang kurang atau tidak peduli.
3. Faktor sosial budaya

Secara teknis, kebudayaan merupakan ide atau tingkah laku yang dapat dilihat
maupun yang tidak terlihat. Kebudayaan turut mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian seseorang, misalnya melalui aturan-aturan
kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Unsur-unsur dari faktor
social budaya dapat mencakup kestabilan keluarga, pola mengasuh anak,
tingkat ekonomi, perumahan (perkotaan lawan pedesaan), masalah kelompok
minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan keagamaan (Yosep,
2009). Di sisi lain, timbulnya waham dapat disebabkan oleh perasaan terasing
dari lingkungannya dan kesepian (Direja, 2011).

4. Faktor biologis

Berbagai zat dan kondisi medis non-psikiatrik dapat menyebabkan waham,


sehingga menyatakan bahwa faktor biologis yang jelas dapat menyebabkan
waham. Akan tetapi, tidak semua orang dengan tumor memiliki waham. Klien
yang wahamnya disebabkan oleh penyakit neurologis serta yang tidak
memperlihatkan gangguan intelektual, cenderung mengalami waham
kompleks yang serupa dengan penderita gangguan waham. Sebaliknya,
penderita gangguan neurologis dengan gangguan intelektual sering mengalami
waham sederhana. Jenis waham sederhana ini tidak seperti waham pada klien
dengan gangguan waham. Timbulnya gangguan waham bisa merupakan
respons normal terhadap pengalaman abnormal pada lingkungan, sistem saraf
tepi, atau sistem saraf pusat. Jadi, jika klien mengalami pengalaman sensorik
yang salah, seperti merasa dikuti (mendengar langkah kaki), klien mungkin
percaya bahwa mereka sebenarnya diikuti. Hipotesis tersebut tergantung pada
pengalaman seperti halusinasi yang perlu dijelaskan. Sementara itu,
pengalaman halusinasi tersebut pada gangguan waham tidak terbukti.

5. Faktor psikodinamik

Banyak klien dengan gangguan waham memiliki suatu kondisi sosial


terisolasi dan pencapaian sesuatu dalam kehidupannya tidak sesuai dengan
apa yang mereka harapkan. Teori psikodinamik spesifik mengenai penyebab
dan evolusi gejala waham melibatkan anggapan seputar orang hipersensitif
dan mekanisme ego spesifik, pembentukan reaksi, proyeksi, dan
penyangkalan.

6. Mekanisme defense

Klien dengan gangguan waham menggunakan mekanisme defensi berupa


proyeksi, penyangkalan, dan pembentukan reaksi. Pembentukan reaksi
digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap agresi, kebutuhan untuk
bergantung, dan perasaan afeksi serta transformasi kebutuhan akan
ketergantungan menjadi ketidaktergantungan yang berkepanjangan. Untuk
menghindari kesadaran terhadap realita yang menurutnya menyakitkan, klien
menggunakan mekanisme penyangkalan (Sadock&Sadock, 2010). Ditimbun
oleh perasaan dendam, marah, dan permusuhan kepada orang lain, klien
menggunakan proyeksi untuk melindungi diri mereka sendiri dari pengenalan
impuls yang tidak dapat diterima dalam diri mereka.
D. KLASIFIKASI

1. Waham menurut konsep dasarnya

 Waham sistematis: Keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh


suatu tema atau peristiwa tunggal, melibatkan situasi yang menurut
pikiran dapat terjadi dikehidupan nyata.
 Waham yang kacau (Bizarre Delusion) : Keyakinan palsu yang aneh,
mustahil dan sama sekali tidak masuk akal tidak berasal dari
pengalaman hidup pada umumnya.

2. Waham berdasarkan klasifikasinya

Dalam definisi waham, menegaskan bahwa keyakinan harus dipegang teguh.


Namun keyakinan mungkin saja tidak benar-benar dipegang sebelum atau
sesudah waham telah terbentuk sepenuhnya. Walaupun beberapa waham telah
terbentuk sepenuhnya dalam pikiran pasien dan dengan keyakinan yang kuat
waham lainnya berkembang lebih secara berangsur-angsur. Dengan cara yang
sama selama proses penyembuhan dari penyakitnya seorang pasien mungkin
melewati tahap dimana peningkatan keraguan tentang keyakinannya sebelum
akhirnya menolak keyakinan itu sebagai suatu hal yang palsu. Fenomena ini
disebut waham parsial. Adalah cara yang sangat aman menggunakan istilah
waham parsial (hanya jika itu dikenali sebelumnya sebagai waham komplit
atau dengan melihat ke belakang) untuk mendapat perkembangan lebih lanjut
menuju waham komplit. Waham parsial terkadang ditemukan selama tingkat
dini skizofrenia.
3. Menurut Onsetnya

Waham juga dikategorikan dalam bentuk primer dan sekunder

 Waham Primer (autochthonous) Merupakan salah satu waham yang


muncul secara tiba-tiba dan dengan keyakinan penuh namun tanpa
peranan perilaku kejiwaan kearah itu. Contoh: Seorang pasien
mungkin secara tiba-tiba dan penuh keyakinan bahwa dia sedang
mengalami perubahan kelamin, tanpa pernah memikirkan hal itu
sebelumnya dan tanpa ada ide atau kejadian sebelumnya yang dapat
dimengerti atas kesimpulan tersebut. Keyakinan datang di dalam
pikiran secara tiba-tiba dibentuk penuh dan dalam bentuk keyakinan
sempurna. Agaknya hal tersebut merupakan ekspresi langsung dari
proses patologi penyebab penyakit jiwa-satu gejala primer. Tidak
semua waham primer dimulai dengan suatu ide, suatu mood waham
atau persepsi waham juga dapat muncul tiba-tiba dan tanpa
pendahuluan untuk menjelaskan hal tersebut. Tentu saja pasien untuk
mengingat saat-saat tepat dari sesuatu yang tidak biasa dan sering
mempengaruhi keadaan jiwa dan untuk alasan ini, merupakan hal yang
sulit untuk meyakini apa yang disebut primer.
 Waham Sekunder. Dimana keyakinan waham dapat dijelaskan atau
dinilai sebagai perluasan dari keyakinan kultur atau mood. Waham
sekunder dapat dimengerti saat diperoleh dari beberapa pengalaman
yang tidak wajar sebelumnya. Akhirnya mungkin menjadi beberapa
jenis, seperti halusinasi (Contoh seseorang yang mendengar suara-
suara mungkin akan menjadi percaya bahwa ia telah diikuti) suatu
mood (contoh seseorang yang sebelumnya mengalami depresi
mungkin percaya bahwa orang-orang berpikir ia tidak berharga) atau
existing delusion (contoh seseorang dengan waham bahwa ia telah
kehilangan seluruh uangnya akan mempercayai bahwa ia akan
dipenjara karena tidak bayar hutang). Beberapa waham sekunder
kelihatannya memiliki sebuah fungsi integratif membuat pengalam asli
menjadi lebih dapat dimengerti pasien seperti contoh pertama diatas.
Yang lainnya kelihatan sebaliknya menambah rasa penyiksaan atau
kegagalan seperti pada contoh ketiga.

4. Pengalaman Waham Lainnya

 Mood Waham

Saat seorang pasien pertama kali mengalami sebuah waham, ia juga


memiliki sebuah respon emosional dan mengartikan lingkungannya
dengan cara yang baru. Kadang-kadang kejadiannya terbalik.
Pengalaman pertama merupakan sebuah perubahan mood, seringkali
sebuah perasaan cemas dengan prasangka bahwa beberapa kejadian
menakutkan akan terjadi dan kemudian waham terjadi. Di Jerman,
perubahan mood ini disebut washtimmung, sebuah istilah yang
biasanya diartikan sebagai mood waham. Dengan kata lain mood
waham (Atmosfir waham) adalah suatu keadaan yang membibungkan,
suatu perasaan yang aneh atau gaib atau ganjil sedang terjadi
melibatkan pasien tapi dengan cara yang tidak spesifik.

 Persepsi Waham
Mengacu kepada pengalaman dari penafsiran sebuah persepsi yang
normal dengan pengertian waham, yang mana hal ini memiliki makna
pribadi yang begitu besar bagi pasien.1 Contoh waham fregoli; illusion
desosies sindrom capgras.

 Memori Waham

Adalah ingatan dari suatu kejadian adalah waham yang nyata.

5. Waham Berdasarkan Temanya

Waham dikelompokkan menurut temanya. Pengelompokan ini berguna karena


ada beberapa penyesuaian antara tema dan bentukbentuk utama penyakit jiwa.

 Waham Kejar

Sebuah waham dengan tema utama bahwa pasien diserang, diganggu,


ditipu, disiksa atau dilawan komplotan.
 Waham Referensi Keyakinan bahwa objek, kejadian atau orang
memiliki sebuah makna pribadi bagi pasien. Umumnya dalam bentuk
negatif diturunkan dari ide referensi, dimana seseorang secara salah
merasa bahwa ia sedang dibicarakan orang lain.
 Waham Kebesaran

Menunjukkan kepentingan, kemampuan, kekuatan, pengetahuan atau


identitas yang berlebihan atau hubungan khusus dengan dewa atau
orang terkenal.

 Waham rasa bersalah dan Ketidakberhargaan

Ditemukan lebih sering pada penyakit depresi dan terkadang disebut


waham depresi. Tema-tema yang khas adalah kesalahan yang kecil
dari hukum pada masa yang lalu akan ditemukan dan membawa malu
pada pasien, atau kesalahannya akan membawa ganti rugi pada
keluarganya.

 Waham Nihilistik

Merupakan keyakinan tentang ketiadaan beberapa orang atau sesuatu.


Tapi pengertian ini diperluas hingga termasuk ide-ide pesimis bahwa
karier pasien berakhir, ia akan mati, tidak memiliki uang atau bahwa
dunia adalah merupakan sebuah malapetaka. Waham nihilistik
dihubungkan dengan derajat ekstrim dari mood depresi.

 Waham Somatik

Keyakinan palsu yang menyangkut fungsi tubuh pasien. Dimana


pasien memiliki suatu cacat fisik atau kondisi medis umum.

 Waham Agama

Waham yang berisi nilai agama, Suatu keyakinan agama yang tidak
biasa dan dipegang dengan kuat ditemui diantara anggota kelompok
agama minoritas, dapat disarankan untuk berbicara kepada anggota
yang lain sebelum menentukan apakah ide-ide itu abnormal atau tidak.

 Waham Cemburu

Keyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa


kekasih pasien adalah tidak jujur.
 Waham Seksual atau Cinta (Erotomania)

Keduanya jarang terjadi namun jika terjadi hal ini sering terjadi pada
wanita. Waham mengenai hubungan seksual seringkali sekunder pada
halusinasi somatik yang dirasakan pada genital. Seorang wanita
dengan waham cinta percaya bahwa ia dicintai oleh pria yang biasanya
tak dapat digapai, dari golongan status sosial yang lebih tinggi dan
kepada siapa dia belum pernah bicara.

 Waham Pengendalian Keyakinan bahwa tindakan, perasaan dan


kemauan adalah benar-benar berasal dan dipengaruhi atau diatur oleh
orang atau kekuatan dari luar.

a) Penarikan Pikiran (thought witdrawal) Keyakinan bahwa


pikirannya telah ditarik keluar
b) Penanaman Pikiran (thought insertion) Keyakinan bahwa beberapa
pikirannya adalah bukan miliknya telah ditanamkan kedalam
pikirannya oleh kekuatan dari luar.
c) Penyiaran Pikiran (thought broadcasting) Keyakinan bahwa
pikirannya telah diketahui oleh yang lain, seolah-olah setiap orang
dapat membaca pikirannya.
d) Pengendalian pikiran (thought control) Keyakinan bahwa pikiran
pasien dikendalikan oleh orang atau tenaga lain.
6. Menurut Ciri Lainnya

- Waham Terbagi

Waham tidak hanya terdapat pada individu yang terisolasi, gangguan


waham dapat terjadi pada pasangan (folie a deux) dan pada famili
(folie en famille) Maradon de Montyel membagi folie a deux kedalam
tiga kelompok.
a. Folie impose yaitu bentuk gangguan yang paling sering dan klasik,
orang yang dominan mengembangkan suatu sistem waham dan
secara progresif menanamkan siswam waham tersebut kedalam
orang yang biasanya lebih muda dan lebih pasif.
b. Folie Simultanee yaitu sistem waham yang serupa dikembangkan
secara terpisah pada dua orang yang berhubungan erat. Perpisahan
kedua orang tersebut tidak menyebabkan perbaikan pada keduanya.

c. Folie communiquite yaitu orang yang dominan terlibat dalam


mengakibatkan sistem waham yang mirip pada orang yang tunduk,
tetapi orang yang tunduk mengembangkan sistem wahamnya
sendiri, yang tidak menghilang setelah perpisahan kedua pihak.
d. Folie Induite (Heinz Lehmann menambahkan yang keempat) Satu
orang dengan waham memperluas wahamnya dengan mengambil
waham dari orang kedua.
Waham terbagi biasanya terjadi dimana orang yang dominant biasanya
menderita skizofrenia atau gangguan psikotik simpleks. Pada 25%
orang yang tunduk memiliki kecacatan fisik termasuk ketulian,
penyakit serebrovaskuler atau kecacatan lain yang meningkatkan
ketergantungan orang yang tunduk terhadap yang dominan.
7. Kesesuaian antara Waham dengan Mood

 Waham sejalan dengan mood: Waham dengan isi yang sesuai dengan
mood.
 Waham yang tidak sejalan dengan mood: Waham dengan isi yang
tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood
netral

E. PATHWAY

Kerusakan Komunikasi Verbal Resiko tinggi mencederai diri orang lain


dan lingkungan

Perubahan isi pikir : Waham


Faktor Pencetus :
1. Prroses pengolahan informasi
yang berlebihan
Harga diri rendah
2. Mekanisme penghantaran listrik
yang abnormal
3. Adanya gejala pemicu
Faktor Penyebab :
1. Genetis
2. Neurobiologis
3. Neurotransmitter
F. TANDA DAN GEJALA

Menurut Sutejo, 2017 gejala gangguan waham dibagi menjadi beberapa kategori
yaitu kognitif, afektif, perilaku dan hubungan sosial serta gejala fisik.
a. Gejala kognitif waham :
1) Tidak mampu membedakan realita dan fantasi
2) Keyakinan yang kuat terhadap keyakinan palsunya
3) Mengalami kesulitan dalam berpikir realita
4) Tidak mampu dalam mengambil keputusan
b. Gejala afektif waham :
1) Situasi yang tidak sesuai dengan kenyataan
2) Afek tumpul (blunted affect)
c. Gejala perilaku dan hubungan sosial :

1) Hipersensitifitas
2) Depresi
3) Ragu-ragu
4) Hubungan interpersonal dengan orang lain bersifat dangkal
5) Mengancam secara verbal
6) Aktivitas tidak tepat
7) Impulsive
8) Curiga
9) Pola pikir stereotip

d. Gejala fisik :
1) Kebersihan diri kurang
2) Muka pucat
3) Sering menguap
4) Turunnya berat badan dan nafsu makan
5) Sulit tidur

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang disarankan untuk dilakukan hanya bila ada
kecurigaan penyebab organo-biologik. Pemeriksaan penunjang disesuaikan
dengan kecurigaan penyakit penyebabnya. Berikut pemeriksaa tambahan yaitu :

a.) Pemeriksaan berat badan (BMI), lingkaran pinggang, TD

b.) Pemeriksaan laboratorium, DPL, fungsi liver, profil lipid, fungsi ginjal,
glukosa sewaktu, kadar litium plasma

c.) PANSS, YMRS, MADRS.

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) penanganan pasien dengan gangguan jiwa
waham antara lain:
1) Psikofarmalogi

a) Litium karbonat
Jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar,
menyusul kemudian litium sitial. Litium masih efektif dalam menstabilkan
mood pasien dengan gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3
minggu setelah minum obat litium, obat ini juga digunakan untuk mencegah
atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat
mania.
b) Haloperidol
Obat antipsikotik pertama dari turunan butirofenol. Mekanisme kerjanya yang
pasti tidak diketahui. Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah
laku berat pada anak-anak yang sering membangkang dan eksplosif.
Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang
hiperaktif juga melibatkan aktivitas motoric berlebih disertai kelainan tingkah
laku, seperti : impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati
yang labil dan tidak tahan frustasi.
c) Karbamazepin
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor, serta
neuralgi trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan dengan
obat antikolvusan lain maupun obat-obat lain yang digunakan untuk
mengobati nyeri pada neuralgi trigeminal.

2) Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik low potensial


Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk
pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik
untuk pasien waham. a) Antipsikosis atipikal (olanzapine, risperidone) pilihan
awal Risperidone table 1 mg, 2 mg, 3 mg atau Clozapine tablet 25 mg, 100
mg.
b) Tipikal (Chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100 mg, efektif
untuk menghilangkan gejala positif

3) Penarikan diri high potensial

Selama seorang mengalami waham, dia cenderung menarik diri dari pergaulan
dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan
dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaannya
ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri
yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum
waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.

4) ECT tipe katatonik

ECT tipe katatonik Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur
dimana arus listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini
tampaknya menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat
mengurangi gejala penyebab mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik.
ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak
membantu meredakan katatonik episode.
5) Psikoterapi

Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun


psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua
orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi
yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi
adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi suportif.
BAB II

A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pada tahap ini ada beberapa
faktor yang perlu di eksploitasi baik pada klien yang berkenaan dengan kasus
halusinasi yang meliputi :

a. Faktor presdiposisi dan faktor prespitasi


b. Pemeriksaan fisik, memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan,
dan ada keluhan fisik yang dirasakan klien
c. Psikososial yang meliputi genogram minimal 3 generasi, konsep diri yang
terdiri dari gambaran diri, identitas diri, fungsi peran, ideal diri, dan harga
diri
d. Hubungan sosial, tanyakan siapa orang terdekat di kehidupan klien tempat
mengadu, berbicara, meminta bantuan serta dukungan.
e. Spiritual yaitu meliputi nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan
keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan
f. Status mental meliputi penampilan, pembicaraan, aktivitas motoric, afek
motoric, afek emosi, dan interaksi selama wawancara
g. Persepsi sensori meliputi jenis-jenis halusinasi, waktu, frekuensi, situasi
yang menyebabkan munculnya halusinasi, respons terhadap halusinasi,
proses berfikir, bentuk fikir, isi fikir, tingkat kesadaran, merori, tingkat
konsentrasi, dan kemampuan penilaian mengambil keputusan
h. Kebutuhan perencanaan pulang
i. Mekanisme koping
j. Masalah psikososial dan lingkungan
k. Aspek pengetahuan
Pada klien halusinasi kurang mengetahui tentang penyakit jiwa karena
tidak merasa hal yang di lakukan dalam tekanan(Azizah, Zainuri, & Amar,
2016).

l. Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang di derita: klien tidak menyadari gejala


penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu
minta pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya (Azizah,
Zainuri, & Amar, 2016).

m. Aspek Medis

Memberikan penjelasan tentang diagnostic medis dan terapi medis.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons individu,


keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
actual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil tempat perawat bertanggung jawab. Diagnosa keperawatan yang
muncul pada kasus ini yaitu :
a. Waham

Definisi : Keyakinan yang keliru tentang isi pikiran yang dipertahankan secara
kuat atau terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
 Mengungkapkan isi waham

 Menunjukkan perilaku sesuai


isi waham
 Isi pikir tidak sesuai realitas
 Isi pembicaraan sulit
dimengerti

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

Objektif

 Merasa sulit berkonsentrasi  Curiga berlebihan


 Merasa khawatir  Waspada berlebihan
 Bicara berlebihan
 Sikap menentang atau
permusuhan
 Wajah tegang
 Pola tidur berubah
 Tidak mampu mengambil
keputusan
 Flight of idea
 Produktuktifitas kerja
menurun
 Tidak mampu merawat diri
 Menarik diri
DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, A. (2022). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa. MENKES.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I Cetakan ke-2 DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi I Cetakan ke-2 DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi I Cetakan ke-2 DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai