Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN WAHAM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Jiwa II

Dosen pengampu : Ns. Evin Novianti, M.Kep., Sp.Kep.J

Disusun oleh:
KELAS TUTOR KEPERAWATAN JIWA II A
Elsa Fitri 1610711032
Selvy Juwita Sari 1610711042
Diana Febriyanti 1610711050

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASONAL ‘’VETERAN’’ JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah,
Karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam makalah ini kami membahas Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Waham.

Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi penilaian tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa II. Makalah ini juga kami susun dengan tujuan supaya para pembaca,
khususnya mahasiswa/i keperawatan dapat memahami tentang asuhan keperawatan yang
baik untuk setiap pasien di rumah sakit.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami sangat menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
kebaikkan makalah saya selanjutnya.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Sekian dan terima kasih.

Penyusun
1. Pengertian
Myers, dkk. (2017) menyatakan bahwa waham adalah keyakinan atau
persepsi palsu yang tetap tidak dapat diubah meskipun ada bukti yang
membantahnya. Gangguan proses pikir waham mengacu pada suatu kondisi
seseorang yang menampilkan satu atau lebih khayalan ganjil selama paling sedikit
satu bulan. Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat atau terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Klien
meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya.
Waham merupakan gejala spesifik psikosis. Psikosis sendiri merupakan
gangguan jiwa yang berhubungan dengan ketidakmampuan seseorang dalam
menilai realita dan fantasi yang ada di dalam dirinya. Terlepas dari khayalan
mereka, orang-orang dengan gangguan waham mungkin terus bersosialisasi,
bertindak secara normal, dan perilaku mereka tidak selalu tampak aneh.
Waham sering ditemui pada penderita gangguan jiwa berat. Selain itu,
beberapa bentuk waham yang spesifik, sering ditemukan pada penderita
skizofrenia. Akan tetapi, gangguan waham berbeda dengan skizofrenia. Jika
seseorang memiliki gangguan waham, fungsi umumnya tidak terganggu dan
perilaku tidak jelas aneh, kecuali khayalan. Selain itu, waham ini bukan merupakan
kondisi medis atau kondisi akibat penyalahgunaan zat.

2. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
Waham diyakini karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel
di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan lindik. Abnormalitas
otak yang menyebabkan respon neurologi yang maladaptif yang baru
mulai dipahami. Hal ini termasuk hal-hal berikut:
 Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan
keterlibatan otak yang luas dan dalam perkembangan
skizofrenia. Hal yang paling berhubungan dengan perilaku
psikotik adalah adanya lesi pada area frontal, temporal, dan
limbik.
 Beberapa senyawa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia.
Hasil penelitian menunjukkan hal-hal berikut ini:
a) Kadar dopamine neurotransmitter yang berlebihan
b) Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmitter
lain
c) Masalah-masalah yang terjadi pada sistem respon dopamin
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap kembar
identik, misalnya, ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan
secara terpisah memiliki angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia
daripada pasangan saudara kandung yang tidak identik.
b. Faktor psikologis
Teori psikodinamika yang mempelajari terjadinya respon
neurobiologi yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Teori
psikologi terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab
gangguan ini, sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya
(keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa professional). Waham ini
juga dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan dari keluarga.
Misalnya, sosok ibu adalah tipe pencemas, sedangkan sosok ayah
adalah tipe yang kurang atau tidak peduli.
c. Faktor sosial budaya
Secara teknis, kebudayaan merupakan ide atau tingkah laku
yang dapat dilihat maupun tidak terlihat. Kebudayaan turut
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
seseorang, misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku
dalam kebudayaan tersebut. Unsur-unsur dari faktor sosial budaya
dapat mencakup kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat
ekonomi, perumahan (perkotaan lawan pedesaan), masalah kelompok
minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, pendidikan,
dan kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan
keagamaan, serta nilai-nilai (Yosep, 2009). Di sisi lain, timbulnya
waham dapat disebabkan oleh perasaan terasing dari lingkungannya
dan kesepian (Direja, 2011).
2) Faktor Biologis
Berbagai zat dan kondisi medis non-psikiatrik dapat menyebabkan
waham, sehingga menyatakan bahwa faktor biologis yang jelas dapat
menyebabkan waham. Akan tetapi, tidak semua orang dengan tumor
memiliki waham. Klien yang wahamnya disebabkan oleh penyakit
neurologis serta yang tidak memperlihatkan gangguan intelektual,
cenderung mengalami waham kompleks yang serupa dengan penderita
gangguan waham. Sebaliknya, penderita gangguan neurologis dengan
gangguan intelektual sering mengalami waham sederhana. Jenis waham
sederhana ini tidak seperti waham pada klien dengan gangguan waham.
Timbulnya gangguan waham bisa merupakan respon normal terhadap
pengalama abnormal pada lingkungan sistem saraf tepi, atau sistem saraf
pusat. Jadi, jika klien mengalami pengalaman sensorik yang salah, seperti
merasa diikuti (mendengar langkah kaki), klien mungkin percaya bahwa
sebenarnya mereka diikuti. Hipotesis tersebut tergantung pada
pengalaman seperti halusinasi yang perlu dijelaskan. Sementara itu,
pengalaman halusinasi tersebut pada gangguan waham tidak terbukti.

3) Faktor Psikodinamik
Banyak klien dengan gangguan waham memiliki suatu kondisi sosial
terisolasi dan pencapaian sesuatu dalam kehidupannya tidak sesuai
dengan apa yang mereka harapkan. Teori psikodinamik spesifik
mengenai penyebab dan evolusi gejala waham melibatkan anggapan
seputar orang hipersensitif dan mekanisme ego spesifik, pembentukan
reaksi, proyeksi, dan penyangkalan.

3. Rentang respon
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses Persepsi
akurat menyimpang ilusi pikir: waham Emosi konsisten
Reaksi emosional Halusinasi dengan
berlebihan atau Kesulitan pengalaman
kurang memproses emosi Perilaku sesuai
Ilusi Ketidakteraturan Hubungan
Perilaku aneh atau dalam perilaku sosial
tak lazim Isolasi sosial
Menarik diri

(Sumber: Stuart, 2013)

4.Pengkajian keperawatan jiwa waham

A. . Faktor presdisposisi
 Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini
dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan presepsi, klien
menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif
 Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya waham
 Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan ansietas
dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan
.Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak atau
perubahan pada sel kortikal dan lindik
Faktor genetik

B. Faktor presipitasi
 Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di asingkan
dari kelompok.
 Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi penyebab
waham pada seseorang
 Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk mengatasi masalah
sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenagkan.

C. Penilaian stressor/tanda dan gejala


 Waham agama
Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan,
contoh : “ kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih setiap hari
“, atau klien mengatakan bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat mengendalikan mahkluk
nya
Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan
yang berbeda dengan orang lain, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh : “ saya ini pejabat di departemen kesehatan lhooooo........”
“ saya punya tambang emas !”

 Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai
diri nya, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka semua iri dengan kesuksesan yang di alami saya”.

Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau terserang penyakit,
di ucapkan berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan .
Contoh :” klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di lakukan
pemeriksaa laboraturium tidak di temuka ada nya sel kanker pada tubuh nya.

Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai denga kenyataan
Contoh :” ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.

Tanda dan gejala


a. Kognitif :
1) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
2) Individu sangat percaya pada keyakinannya
3) Sulit berpikir realita
4) Tidak mampu mengambil keputusan
5) Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
b. Afektif
1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2) Afek tumpul

Perilaku dan hubungan sosial


1) Hipersensitif,berbicara kasar
2) Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3) Depresi
4) Mengancam secara verbal
5) mudah tersinggung
d. Fisik
1) Higiene kurang,tidak ada perhatian perawatan diri
2) Muka pucat
3) Sering mengucap
4) Berat badan menurun karena menolak makan

D.sumber koping
PERSONAL ABILITY
1. Problem solving skill
• Kemampuan untuk mencari informasi
• Identifikasi masalah
• Mempertimbangkan alternatif
• Pelaksanaan dari rencana tindakan
2. Kesehatan dan energi
3. Sosial skill
4. Pengetahuan dan intelegensi individu
5. Identitas Ego yg kuat
SOSIAL SUPPORT
1. Hubungan antar : indiv, keluarga , kelp. masyarakat
2. Komitmen dg jaringan sosial
3. Budaya yg stabil

MATERIAL ASSETS
1. Penghasilan individu /finansial
2. Benda-benda atau barang yang dimiliki
3. Pelayanan kesehatan

POSITIVE BELIEFS
1. Keyakinan dan nilai
2. Motivasi
3. Orientasi kesehatan pada pencegahan

E.Mekanisme Koping
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme eg

o spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham menggunakan m

ekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi forma

si, digunakan sebagai pertahanan melawan agresif, kebutuhan, ketergantungan dan

perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi kemandir

ian yang kokoh.

Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang

menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang

tidak dapat diterima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas
telah dihipotesiskan telah menyababkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan s

uporioritas.

Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang me

nggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka.

(Dermawan, 2013)

F.Pohon masalah

5. Diagnosa Keperawatan
Data Masalah Keperawatan

DS: Waham
1. Klien mengatakan bahwa dia adalah
malaikat semua orang harus tunduk
kepadanya.
DO:
1. Klien terlihatsering mengamuk,
berteriak, berbicara dan tertawa
sendiri.
2. Klien sering melukai istrinya.
3. Klien marah jika ada orang lain yang
tidak percaya dengan apa yang
dikatakannya.
6. Intervensi
T Perencanaan Rasional
No
g Dx
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
l

Waham TUM:
Klien secara
bertahap mampu
berhubungan
dengan realitas
atau kenyataan.

1. Setelah … kali 1.1. Bina hubungan saling Hubungan saling


TUK: interaksi, klien percaya dengan meng- percaya
menunjukkan gunakan prinsip merupakan dasar
1. Klien dapat
eskpresi wajah komunikasi terapeutik untuk
membina
bersahabat, : kelancaran
hubungan
menun-jukkan hubungan
saling percaya  Sapa klien dengan
rasa senang, ada interaksi
dengan ramah baik verbal
kontak mata, mau selanjutnya
perawat. maupun non
berjabat tangan, verbal.
mau menyebutkan  Perkenalkan diri
nama, mau dengan sopan.
menjawab salam,  Tanyakan nama
klien mau duduk lengkap dan nama
berdampingan panggilan yang
dengan perawat, disukai klien.
mau  Jelaskan tujuan
mengutarakan pertemuan.
masalah yang  Jujur dan menepati
dihadapi. janji.
 Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya.
 Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien.
2. Klien dapat 2. Setelah … kali 2.1 Bantu klien Meningkatkan
mengidentifika interaksi klien : mengungkapkan orientasi klien
si perasaan peraaan dan pikirannya terhadap realita
o Klien  Diskusikan dengan serta
yang muncul
Menceeritaka klien pengalaman meningkatkan
secara berulang
n ide ide dan yang selama ini rasa
dalam pikiran perasaan yang percaya
klien dialami termasuk klien pada
muncul secara hubungan dengean
berulang perawat.
orang yang berarti,
dalam lingkunagn kerja,
pikirannya dsb.
 Dengarkan
pernyataan klien
dengan empati tanpa
mendukung
/menentang
pernyataan
wahamnya.
 Katakanalah
perawat dapat
memahami apa yang
diceritakan klien.
3. Klien dapat Setelah … kali 3.1. Bantu klien untuk Observasi dapat
mengidentifika interaksi klien : mengidentifikasi digunakan untuk
si kebutuhan yang tidak mengetahui
stressor/pencet  Dapat terpenuhi serta kebutuhan klien.
us wahamnya menyebutkan kejadian yang menjadi
kejadina-kejadian factor pencetus
sesuai urutan wahamnya.
4. Diskusikan dengan Denagan
waktu serta
klien kejadian- mengetahui
harapan atau
kejadian traumatic kebutuhan yang
kebutuhan dasar
yang menimbukan belum terpenuhi,
yang tidak
rasa takut , ansietas, perawat dapat
terpenuhi, seperti
maupun perasaan mengetahui
: Harga diri , rasa yang tidak dihargai. kebutuhan yang
aman , dsb. 5. Diskusikan harapan akan dibutuhkan
 Dapat yang belum oleh klien
menyebutkan terpenuhi. waham
hubungan antara 6. Diskusikan dengan
kejadian klien cara-cara
traumatis / mengatasi kbutuhan
kebutuhan tidak yang tidak
terpenuhi dengan terpenuhi.
wahamnya. 7. Diskusikan dengan
klien apakah ada
halusinasi yang
meningkatkan
pikiran/perasaan
yang terkait
wahamnya.
8. Diskusikan dengan
klien antara
kejadian –kejadian
tersebut dengan
wahamnya.

4. Klien dapat 4. Setelah … kali 4.1. Bantu klien Klien perlu


mengidentifika interaksi klien mengidentifikasi bertindak secara
si wahamnay menyebutkan keyakinannya yang realistis dalam
pengalaman nyata slah tentang situasi kehidupannya.
dengan yang nyata (blia klien
pengalaman sudah siap)
wahamnya.
2. Diskusikan dengan
klien pengalaman
wahamnya tanpa
beragumentasi.
3. Katakanlah kepada
klien keraguan
perawat terhadap
pernyataan klien
4. Diskuasikan
dengan klien respon
perasaan terhadap
wahamnya.
5. Diskusikan
frekuensi, intensitas
dan durasi terjadinya
waham.
6. Bantu klien
membedakan situasi
nyata dengan situasi
yang dipersepsikan
salah oleh klien.
d. Klien dapat 5. Setelah … kali a. 5.1 diskusikan Membuka
mengidentifik interaksi : klien dengan klien pengalaman- pikiran klien
asi menjelaskan pengalaman yang tidak bahwa waham
konsekuensi gangguan fungsi menguntungkan sebagai dapan
dari hidup sehari-hari akibat dari wahamnya mendatangkan
wahamnya. yang diakbitkan seperti : konsekuensi
ide-ide atau  Hambatan dalam yang merugikan
berinteraksi dengan
fikirannya yang bagi dirinya.
keluarag atau orang
tidak sesuai lain
dengan kenyataan  Hambatan dalam
seperti : melakukan aktivitas
d) Hubungan sehari-hari
dengan
b. 5.2. ajak klien
keluarga/orang
melihat bahawa waham
lain tersebut adalah masalah
e) Aktivitas yang membutuhkan bantuan
sehari-hari dari orang lain.
c.
4. Klien dapat 6. Setelah … kali 6.1 Diskusikan hobi atau  Dengan
melakukan interaksi klien aktifitas yang melakukan
teknis melakukan disukainya. aktivitas, klien
distraksi aktivitas yang tidak akan lagi
6.2. Anjurkan klien
sebagai cara konstruksif sesuai menggunakan
memilih dan
menghentikan dengan minatnya isi / ide
melakukan aktifitas
pikiran yang yang dapat wahamnya.
yang membutuhkan
terpusat pada mengalihkan  Klien
perhatian dan
wahamnya. focus klien dari terdorong
keterampilan fisik.
wahamnya dengan untuk memilih
: 6.3 ikut sertakan klien aktifitas ,
mengikuti aktifitas seperti
 Klien mengikuti
fisik yang sebelumnya
Terapi Aktifitas
membutuhkan tentang
Kelompok
perhatian sebagai aktifitas yang
(TAK)
pengisi waktu luang. pernah
dimiliki oleh
6.4 Libatkan klien dalam klien.
TAK orientasi realita.
 Penguatan
6.5 Bicara denga klien penting untuk
topic topic yang nyata meningakatka
n kesdaran
6.6 Anjurkan klien untuk klien akan
bertanggung jawab realitas.
secara personal dalam  Pujian dapat
mempertahankan menaikkan
/meningkatkan harga diri
kesehatan dan klien dan
pemulihannya. memotivasi
klien untk
6.7 Beri penghargaan bagi
meningkatkan
stiap upaya klien yang
kegiatan
positif.
postifnya

5. Klien Setelah…. Kali 7.1 dsikusikan pentingnya Perhatian dan


mendapat interaksi, keluarga peran keluarga sebagai pengertian
dukungan dari dapat menjelaskan pendukung mengatasi keluarga akan
keluarga tentang : waham. dapat
membatuklien
 Penegrtian, gejala 7.2 Diskusikan potensi
dalam
dan tindakan keluarga untuk
mengendalikan
merawat klien membantu klien
wahamnya.
dengan waham mengatasi waham.

Setelah … X 7.3 jelaskan kepada


interaksi, keluarga keluarga tentang :
dapat penegrtian, gejalan
mempraktekkan dan tindakan unuk
cara merawat merawat klien waham.
klien waham
7.4 Latih keluarga merawat
klien waham.
7.5 Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan.
7.6 Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien
dirumah sakit.

6. Klien dapat Setelah …. Kali 8.1 Diskusikan dengan Obat dapat


menggunakan interaksi klien klien tentang obat, mengontrol
obat dengan menyebutkan : dosis, efek samping waham klien dan
benar. obat dan efek terapi. dapat membantu
 Manfaat minum penyembuhan
obat klien
 Kerugian tidak
minum obat.
 Nama, warna , Mengontrol
dosis, serta efek
8.2 Pantau klien saat kegiatan klien
samping dan efek
penggunaan obat, beri minum obat dan
terapi .
pujian jika klien mencegah klien
menggunakan obat putus obat.
Setelah… kali dengan benar.
interaksi , klien
mendemonstrasikan
penggunaan obat 8.3 Diskusikan akibat
dengan benar. berhenti minum obat
tanpa konsultasi
dengan dokter,
Setelah.. kali anjurkan klien
interaksi klien dapat konsultasi dengan
menyebutkan akibat dokter atau perawat
berhenti minum obat jika terjadi hal-hal yang
tanpa konsultasi tidak diinginkan.
dokter.

8.Hasil Penelitian
PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP KEMAMPUAN
KLIEN MENGONTROL WAHAM DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI
SULAWESI SELATAN

Salmawati1, Faisal Asdar2, Rusli3

1STIKES Nani Hasanuddin Makassar


2STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3Poltekkes Kemenkes Makassar
ABSTRAK
Waham adalah Kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan dengan isi
pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Atau kepercayaan yang telah
terpaku/terpancang kuat dan tidak dapat dibenarkan berdasarkan fakta dan kenyataan tetapi
tetap dipertahankan. Jika disuruh membuktikan berdasar akal sehatnya.Atau disebut juga
kepercayaan yang palsu dan sudah tidak dapat dikoreksi (Baihaqi, 2009). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan asuhan keperawatan terhadap
kemampuan klien mengontrol waham Di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi ekperimental design: Non equivalen
control group desaign, Populasi dalam penelitian ini yaitu semua klien dengan gangguan
waham yang dirawat di Ruang Intermediat Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel
sebanyak adalah 178 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu
nonprobability sampling dengan cara porpusive sampling sebanyak 30 responden sesuai
dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan
kuisioner dan lembar observasi. Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan komputer program microsoft excel dan program statistik (SPSS) versi
16.0.Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis
bivariat dengan uji wilcoxon (p<0,05) untuk mengetahui hubungan antarvariabel. Hasil analisis
bivariat didapatkan ada pengaruh penerapan asuhan keperawatan terhadap kemampuan
klien mengontrol pengaruh yang bermakna penerapan asuhan keperawatan terhadap
Kemampuan mengontrol waham pada kelompok perlakuan (p<0,00). Kesimpulan penelitian
ini adalah terdapat pengaruh yang bermakna penerapan asuhan keperawatan terhadap
kemandirian kemampuan mengontrol waham Di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi
Sulawesi Selatan
Kata Kunci: Waham, asuhan, keperawatan
penyelesaian masalah secara sistematis
yang digunakan oleh perawat. Dimana
PENDAHULUAN. penerapan proses keperawatan dapat
meningkatkan otonomi, percaya diri, cara
Pembangunan kesehatan nasional berpikir logis, ilmiah dan sistematis,
salah satunya adalah gangguan jiwa memperlihatkan tanggung jawab dan
(mental disorder), yang merupakan salah tanggung gugat, serta pengembangan diri
satu dari empat masalah kesehatan utama perawat. Disamping itu, klien dapat
di negara-negara maju, modern, industri, merasakan mutu pelayanan keperawatan
dan termasuk Indonesia.Faktanya, potensi yang lebih baik dan berperan aktif dalam
seseorang terserang gangguan jiwa sangat perawatan diri, serta terhindar dari
tinggi. Dari data Badan Kesehatan Dunia malpraktik (Keliat, Panjaitan, Helena,
(WHO) hingga Oktober 2010 tercatat 2010).
penderita gangguan jiwa di Indonesia
Menurut data yang diperoleh dari
mencapai 26 juta orang dari sekitar 220
Medical Record Rumah Sakit Khusus Daerah
juta orang total jumlah penduduk Indonesia
Provinsi Sulawesi Selatan sejak bulan Januari
(Arief, 2011). Meskipun gangguan jiwa
sampai November tahun 2012,terhitung jumlah
bukanlah sebagai gangguan kesehatan
pasien dengan gangguan waham sebanyak
yang dapat menyebabkan kematian secara
5.264 orang pasien (49,52 %), menarik diri
langsung, namun beratnya gangguan
sebanyak 2.105 orang pasien (25%), dan
tersebut dalam arti ketidakmampuan serta
waham sebanyak 1.653 orang pasien (10%).
invaliditas baik secara individu maupun
Pasien rawat inap yang mengalami gangguan
kelompok akan menghambat
jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik
pembangunan bangsa dan negara, karena
dengan gejala curiga berlebihan, sikap
mereka tidak produktif dan tidak efisien
eksentrik, ketakutan, murung, bicara sendiri,
(Setyonegoro, 2008 dalam Hawari, 2011)
galak dan bersikap bermusuhan (Medical
Keperawatan jiwa dihadirkan sebagai Record, 2012).
upaya menuntaskan tujuankesehatan
Tindakan perawat dalam melaksanakan
nasional yang merupakan bagian dari
praktek keperawatan pada pasien waham
kesehatan jiwa, dan sebagai spesialisasi
memiliki beberapa terapi yang digunakan salah
praktik keperawatan yang menerapkan
satunya yaitu terapi modalitas, dimana terapi
teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
modalitas yang umum dilaksanakan adalah
penggunaan diri sendiri secara terapeutik
terapi bermain, terapi aktivitas kelompok (TAK),
sebagai kiatnya. Perawat jiwa dalam
terapi individual, terapi keluarga, terapi milieu,
bekerja memberikan stimulus konstruktif
terapi biologis, intervensi krisis, hipnosis, terapi
kepada klien (individu, keluarga, kelompok,
perilaku, terapi singkat dan terapi pikiran jasmani
dan komunitas) dan membantu berespon
rohani. Dalam terapi individual, tindakan praktek
secara konstruktif sehingga klien belajar
keperawatan pada pasien waham adalah
cara penyelesaian masalah. Selain
pembentukan hubungan yang terstruktur dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik,
satu persatu antara perawat dengan klien untuk
perawat juga menggunakan terapi
mencapai perubahan pada diri klien,
modalitas dan komunikasi terapeutik
mengembangkan suatu pendekatan yang unik
(Keliat, Panjaitan, Helena, 2010).
dalam rangka menyelesaikan konflik,dan
mengurangi penderitaan serta untuk memenuhi
Perawat jiwa menggunakan kebutuhan klien yaitu dengan pemberian asuhan
pendekatan pada pasien melalui suatu proses keperawatan (Erlinafsiah, 2012.
keperawatan yang merupakan metode ilmiah dalam
menjalankan asuhan keperawatan dan
tahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan
oleh perawat. Empat tahap tersebut yaitu tahap
Adapun standar asuhan prainteraksi, orientasi atau perkenalan, kerja dan
keperawatan yang diterapkan pada klien terminasi. Dalam membina hubungan teraupetik
dalam keperawatan jiwa yaitu strategi perawat- klien, diperlukan ketrampilan perawat dalam
pelaksanaan komunikasi teraupetik. Dalam berkomunikasi untuk membantu memecahkan
melakukan strategi pelaksanaan masalah klien. Perawat harus hadir secara utuh baik
komunikasi teraupetik perawat mempunyai fisik maupun psikologis terutama dalam penampilan
empat tahap komunikasi, yang setiap
maupun sikap pada saat berkomunikasi Setelah kuesioner diisi oleh
dengan klien (Riyadi, 2009). responden, kemudian dikumpulkan
dalam bentuk data, data tersebut
dilakukan pengecekan dan
BAHAN DAN METODE memeriksa kelengkapan data,
kesinambungan, dan memeriksa
Bentuk penelitian yang digunakan keseragaman data.
penulis adalah dengan rancangan quasi
ekperimental design: Non equivalen b. Koding
control group desaign, yaitu sejumlah Untuk memudahkan pengolahan data,
subjek yang diambil dari populasi tertentu semua data/jawaban disederhanakan
dikelompokkan dengan karakteristik yang dengan memberikan simbol untuk setiap
hampir sama. Kemudian kelompok jawaban.
tersebut dibagi dua yaitu kelompok
c. Tabulasi Data
eksperimen dan kelompok kontrol.
Kelompok perlakuan dan kelompok Dikelompokkan ke dalam suatu tabel
kontrol diberi pre-test. Kelompok menurut sifat-sifat yang dimiliki, kemudian
perlakuan dikenai perlakuan dalam waktu data dianalisa secara statistik.
tertentu namun tidak bersamaan. Untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh 2. Analisa data
treatment kedua kelompok harus diberi a. Analisa univariat
post-test. Analisa univariat dilakukan terhadap
setiap variabel dari hasil penelitian
Populasi terjangkau disebut pula yang menghasilkan distribusi dan
populasi sumber target yang dapat presentase dari tiap variabel yang
dijangkau peneliti (Sastroasmoro & diteliti
Ismael, 2008). Populasi terjangkau dalam
penelitian ini yaitu semua klien dengan b. Analisa bivariat
gangguan waham yang ada di Rumah Analisis bivariat dilakukan untuk
Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi melihat pengaruh variabel bebas
Selatan. terhadap variabel independen
dengan menggunakan uji statistik
Sampel adalah bagian (subset) Paitred T-Test dengan
dari populasi yang dipilih dengan cara menggunakan komputer program
tertentu hingga dianggap dapat mewakili SPSS 16.
populasinya jumlah sampel 30 orang, 15 HASIL PENELITIAN
orang sampel perlakuan dan 15 orang
sampel control.
Distribusi responden berdasarkan
1. Pengumpulan Data data demografi. Hasil data dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Dalam pengumpulan data ini
dilakukan dengan menggunakan Tabel 1. Distribusi frekuensi karateristik
teknik observasi dan wawancara. responden berdasarkan umur dengan
Lembar observasi penelitian masalah keperawatan waham di ruang
dikembangkan menjadi 15 item perawatan intermediated RSKD Provinsi
pengamatan dan setiap pengamatan Sul-Sel
diperlukan pilihan alternatif jawaban
(ya) dan (tidak), cara mengukur
kemampuan klien mengontrol waham
ini dengan memberi skor pada
jawaban responden. Adapun skor
jawaban (ya) = 1 dan (tidak) = 0,
kemudian dijumlahkan dan jumlah
merupakan petunjuk bagaimana
kemampuan klien mengontrol waham.

a. Editing
Kelompok Kelompok
Kelompok Kelompok Total 15 100 15 100
Karakteristik Perlakuan Kontrol
Karakteristik Perlakuan Kontrol
Umur Sumber : Data Primer 2013
Pendidikan n % n %
n % n % Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
jenis kelamin antara kelompok perlakuan dan
16 - 25 Thn 2 13,3 4 26,7 kelompok kontrol jumlahnya sama yaitu, laki-laki 10
SD 5 33,3 8 53,3 orang (66,7%) dan perempuan 5 orang (33,3%).
26 -35 Thn 8 53,3 7 46,7
SMP 6 40,3 2 13,3 Tabel 3. Distribusi frekuensi karateristik responden
35 - 45 Thn 5 33,3 3 20,0
SMA 3 20,3 4 26,7 berdasarkan pendidikan dengan masalah
46 - 55 Thn 0 0 1 6,7 keperawatan waham di ruang perawatan
Diploma 1 6,7 0 0 intermediated RSKD Provinsi Sul-Sel
Total 15 100 15 100
S1 0 0 1 6,7
Total 15 100 15 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
Sumber : Data Primer 2013 jenjang pendidikan responden kelompok perlakuan
terbanyak adalah SMP 6 orang (40,3%) dan terkecil
Berdasarkan tabel diatas Diploma 1 orang (6,7%), untuk kelompok kontrol
menunjukkan bahwa frekuensi terbanyak terbanyak adalah SD 8 orang (53,3%) dan terendah
menurut umur adalah responden pada adalah S1 1 orang (6,7%).
kelompok perlakuan dengan rentang
umur 26-35 tahun sebanyak 8 orang
(53,3%) dan terkecil rentang umur 16-25
tahun 2 orang (13,3%), pada kelompok Kelompok Kelompok
kontrol terbanyak dengan rentang umur Karakteristik Perlakuan Kontrol
26-35 tahun 7 orang (46,7%) terendah
adalah rentang umur 46-55 tahun Status
sebanyak 1 orang (6,7%) Tabel 2.
Distribusi frekuensi karateristik Perkawinan n % n %
responden berdasarkan jenis kelamin
dengan masalah keperawatan waham di
ruang perawatan intermediated RSKD Menikah 3 20,0 4 26,7
Provinsi Sul-Sel Cerai 5 33,3 1 6,7

Kelompok Kelompok Belum

Karakteristik Perlakuan Kontrol 7 46,7 10 66,7


Menikah
Jenis
Kelamin Total 15 100 15 100
n % n % Sumber : Data Primer 2013

Tabel 4. Distribusi frekuensi karateristik responden


Laki-laki 10 66,7 10 66,7 bedasarkan status perkawainan dengan masalah
keperawatan waham di perawatan intermediated
Perempuan 5 33,3 5 33,3 RSKD Provinsi Sul-Sel.

Berdasarkan tabel diatas dengan status perkawinan menikah


menunjukkan bahwa status perkawinan sebanyak 3 orang (20,0%), untuk kelompok
responden kelompok perlakuan terbanyak kontrol status perkawinan terbanyak adalah
adalah belum menikah dengan jumlah belum menikah sebanyak 10 orang (66,7%)
responden 7 orang (46,7%) dan terkecil dan terkecil cerai 1 orang (6,7 %)

Tabel 5. Distribusi frekuensi karateristik


responden berdasarkan lama rawat dengan
masalah keperawatan waham di ruang 15 100 14 93,3
perawatan intermediated RSKDProvinsi Sul- Mampu
Sel.
Mampu 0 0 1 6,7
Kelompok Kelompok
Jumlah 15 100 15 100
Karakteristik Perlakuan Kontrol
Lama
Distribusi responden pada
Rawat
kelompok kontrol berdasarkan
n % n %
kemanpuan mengontrol waham menunjukkan
bahwa pada kemampuan mengontrol waham
1-4 pre test dari 15 responden, kebanyakan
Minggu 1 6,7 4 26,7 responden memiliki kemampuan mengontrol
waham yang kurang mampu yaitu sebanyak 15
1 - 2 Bulan 0 0 4 26,7 responden (100%) dan tidak ada responden
yangmampu mengontrol waham. Sedangkan
> 2 Bulan 6 40,0 3 20,0 pada Post test dari 15 responden sebagian
besar responden masih tetap kurang mampu
3 - 4 Bulan 8 53,3 1 6,7
dalam hal mengontrol waham yaitu sebanyak
> 4 Bulan 0 0 3 20,0 14 responden (93,3%) dan yang mampu dalam
hal mengontrol waham yaitu sebanyak 1
Total 15 100 15 100 responden (6,7%)
Sumber : Data Primer 2013

b. Distribusi responden Kelompok


Berdasarkan tabel diatas menunjukkan Kemampua
bahwa lama dirawat responden terbanyak perlakuan berdasarkan n
kelompok perlakuan adalah lama rawat 3-4 bulan
mengontrol waham responden
dengan jumlah responden 8 orang (53,3%) terkecil
sebelum
lama rawat 1-4 minggu 1 orang (6,7%), untuk
kelompok kontrol terbanyak 1-4 minggu dan 1-2 dan setelah dilakukan Intervensi
bulan sebanyak 4 orang (26,7%) dan terkecil 3-4
bulan 1 orang (6,7%) Penerapa
n asuhan keperawatan di
RSKD Prov. Sul-Sel
1. Analisis Univariat
Tabel 7. Distribusi Responden kelompok
a. Distribusi responden kelompok control
berdasarkan Kemampuan mengontrol waham perlakuan berdasarkan Kemampuan
responden sebelum dan setelah dilakukan mengontrol waham sebelum dan
intervensi Penerapan asuhan keperawatan di
RSKD Prov. SulSel dilakukan
setelah intervensiasuhan
Tabel6.DistribusiRespondenkelompok control
berdasarkan Kemampuan mengontrol waham keperawatan di RSKD Prov. Sul-Sel
sebelum dan setelah dilakukan intervensi asuhan
keperawatan di RSKD Prov. Sul-Sel Kemampuan Mengontrol

Kemampuan Mengontrol Waham

Waham Kriteria Kelompok Perlakuan

Kelompok Pre Test Post Test


Kriteria Kontrol n % N %
Pre Test Post Test Kurang
N % n % 15 100 1 6,7
Kurang Mampu
Mampu 0 0 14 93,3 dapat diartikan bahwa Ha diterima atau ada
pengaruh penerapan asuhan keperawatan
Jumlah 15 100 20 100
terhadap kemandirian Kemampuan
Sumber : Data Primer 2013 mengontrol waham pada kelompok perlakuan.
PEMBAHASAN
Distribusi responden pada kelompok perlakuan Waham adalah suatu keyakinan kokoh
berdasarkan kemapuan mengontrol waham menunjukkan yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan
keyakinan
bahwa pada kemampuan mengontrol waham pre test dari 15 tersebut mungkin “aneh”
responden sebagaian besar responden (misalnya”saya adalah nabi yang menciptakan
memiliki
kemampuan mengontrol waham kurang mampu yaitu biji mata manusia”) atau biasa pula “tidak aneh”
sebanyak 15 responden (100%) dan tidak ada responden(hanya sangat tidak mungkin, contoh
yang memiliki kemampuan mengontrol waham mampu. masyarakat di surga selalu menyertai saya
kemanapun saya pergi”) dan tetap
Sedangkan pada kemampuan mengontrol waham Post test
dipertahankan meskipun telah diperlihatkan
dari 15 responden sebagian besar responden berubah
bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya
mampu dalam mengontrol waham yaitu sebanyak 14 (Purba dkk, 2010).
responden (93,3%) dan yang kurang mampu mengontrol
waham yaitu sebanyak 1 responden (6,7%)
Kemampuan seseorang untuk menilai
2. Analisis Bivariat realitas. Kemampuan ini akan menentukan
persepsi, respons emosi dan perilaku dalam
a. Pengaruh penerapan asuhan keperawatan terhadap berelasi dengan realitas kehidupan. Kekacauan
kemandirian Kemampuan mengontrol waham pada perilaku, waham, dan halusinasi adalah salah
kelompok kontrol satu contoh penggambaran gangguan berat
Tabel 8. Pengaruh penerapan dalam kemampuan menilai realitas. Daya nilai
asuhankeperawatan terhadap kemandirian adalah kemampuan untuk menilai situasi secara
Kemampuan mengontrol waham pada kelompok benar dan bertindak yang sesuai dengan situasi
kontrol di RSKD Prov. Sul-Sel. tersebut.(Kaplan dan Shadock, 2009)
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada
kelompok kontrol responden yang belum dilakukan Kemampuan menilai realita berkaitan
penerapan asuhan keperawatan (Pre) seluruh dengan kemampuan untuk menerima realitas,
responden kurang mampu dalam mengontrol waham. banyak sekali masalah-masalah kehidupan yang
Pada responden yang sudah dilakukan penerapan muncul. Perbedaan (discrepancy) antara impuls-
asuhan keperawatan (Post) sebagian besar masih impuls, harapan-harapan dan ambisi seseorang
kurang mampu mengontrol waham sebanyak 14 biasa dilihat dipihak lain, kesempatan dan
kemampuan yang bersifat aktual dipihak lainnya.
responden (93,3%) sedangkan responden yang
Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa pada
mampu mengontrol waham sebanyak 1 responden
dasarnya kita dapat menghadapi dua pihak yang
(6,7%). Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai hitung p
bertentangan antara keinginan dan kenyataan
= 0,334 lebih besar dari nilai α = 0,05. Dari analisis
(Wiramihardja, 2010).
tersebut dapat diartikan bahwa Ha ditolak atau tidak
ada pengaruh penerapan asuhan keperawatan Pada orang-orang yang tidak normal,
terhadap kemandirian Kemampuan mengontrol keinginan dan harapan seringkali terlalu jauh
waham pada kelompok kontrol waham pada kelompok dibandingkan dengan kenyataan. Hal ini
perlakuan di RSKD Prov. Sul-Sel. Tabel diatas disebabkan oleh orientaasi orang tersebut terlalu
menunjukkan bahwa pada responden yang belum bersifat subyektif atau terhadap dirinya sendiri
dilakukan penerapan asuhan keperawatan (Pre) saja. Orang-orang dewasa atau normal dalam
sebagian besar masih kurang mampu dalam membuat suatu keputusan bahkan merumuskan
mengontrol waham yaitu sebanyak 15 responden keinginan senantiasa memperhatikan mengenai
(100%) sedangkan responden yang mampu kemungkinan suatu keinginan tercapai. Artinya,
mengontrol waham tidak ada sama sekali. pada mempertimbangkan realitas, orientasi bukan
responden yang sudah dilakukan penerapan asuhan hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada pihak-
keperawatan (Post) sebagian besar masih telah pihak lain yang tersangkut. Sebaliknya, pada
mampu mengontrol waham sebanyak 14 responden mereka yang kurang sehat mental, antara
(93,3%) sedangkan responden yang kurang mampu keinginan dan kenyataan tidak banyak berbeda,
mengontrol waham sebanyak 1 responden (6,7%). sehingga tidak memperlihatkan adanya motivasi
dan usaha (Wiramihardja, 2011).
Berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai hitung p =
0,00 lebih kecil dari nilai = 0,05. Dari analisis tersebut
Pada mereka yang dinilai tidak mampu mengenali Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
realitas, sering melakukan apa yang disebut oleh Freud merupakan pasien kambuhan dengan dirawat
sebagai defends mechanism. Defends mechanism ini bukan hanya pertama kali, tetapi dengan siklus
bersifat alamiah dan timbul karena individu berkeinginan yang berulang yaitu klien yang dulunya
untuk mempertahankan diri dari ancaman-ancaman mengalami gejala waham setelah mendapatkan
yang timbul pengobatan dan perawatan kemudian gejala
dari Kemampuan realitas waham hilang akan tetapi beberapa waktu
yang Penerapan Mengontrol Total tidak kemudian klien mengalami waham. Hal ini
mampu dibuktikan dengan adanya kejadian klien yang
asuhan Waham
ia
sudah tenang, tiba-tiba kembali gelisah seperti
keperawata Kurang keadaan saat masuk rumah sakit sebelumnya.
Hal ini diakibatkan adanya sikap yang kurang
n Mampu Mampu
baik yang ditunjukan oleh keluarga untuk
n %
merawat pasien dengan menyerahkan
n % n 5% perawatan di rumah sakit dan enggan
menjenguk ataupun merawat di rumah
Pre 0 0 15 100 15 100 walaupun kondisi pasien sudah baik dan bisa
pulang. Mengingat keluarga merupakan sistem
pendukung utama yang memberikan perawatan
Post 1 6,7 14 93,3 15 100 langsung pada setiap keadaan sehat sakit
penderita, dengan tujuan untuk
Jumlah 1 6,7 29 46,6 30 100 mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan keluarga dalam mengatasi
kesehatan dalam keluarga tersebut (Keliat &
tanggulangi. Bentuk-bentuk defends mechanism
Akemat, 2004).
semakin hari semakin banyak, karena pada dasarny
manusia ingin bertahan dari jenis-jenis ancaman
tersebut. Kekambuhan pasien juga didukung
dengan terlalu tingginya stress yang dialami klien
Menurut Pender dalam Basford & Slevin (2006), dalam ruang perawatan seperti terlalu banyak
faktor yang mempengaruhi peningkatan kesehatan
pasien dengan masalah keperawatan yang
seseorang adalah faktor demografis (jenis kelamin, usia,
berbeda-beda, juga ditunjang dengan jumlah
pendapatan, status perkawinan), faktor biologis,
tenaga perawat yang tidak seimbang dengan
interpersonal, lingkungan, serta pengaruh lingkungan.
Namun dalam penelitian yang dilakukan peneliti, jumlah pasien dalam ruang perawatan sehingga
karakteristik responden seperti: usia, jenis kelamin, penerapan asuhan keperawatan tidak maksimal
pendidikan, ataupun status perkawinan responden dilakukan. Dari uraian di atas merupakan faktor
dijadikan sebagai distribusi karakteristik responden penghambat penerapan asuhan keperawatan
saja. Dimana peneliti saat mengobservasi responden pada pasien. Menurut Yuwono (1995) dalam
melakukan pengambilan sampel dengan cara porpusive Witojo & Widodo (2008) komunikasi adalah
sampling. keinginan mengajukan pengertian dari pengirim
pesan kepada penerima pesan dan menimbulkan
Dari hasil penelitian kelompok perlakuan perubahan tingkah laku. Teknik penerapan
didapatkan bahwa sebelum dilakukan penerapan
asuhan keperawatan salah satunya dengan
asuhan keperawatan pada pasien dengan waham
menggunakan teknik komunikasi terapeutik,
semua responden kurang mampu mengontrol waham,
dimana merupakan salah satu alat yang dipakai
dikarenakan untuk responden kelompok perlakuan
dalam penerapan asuhan keperawatan pada
belum mendapatkan penerapan asuhan keperawatan.
waham.
Dan dari observasi peneliti sebagian besar Dari hasil data yang telah diolah
responden kelompok kontrol bisa saja telah didapatkan perbedaan nilai antara kelompok
mendapatkan asuhan keperawatan selain peneliti perlakuan dan kelompok kontrol. Pada
namun tidak tuntas. Sedangkan untuk kelompok kelompok perlakuan terdapat perbedaan
perlakuan diberikan intervensi dari peneliti secara responden sebelum penerapan asuhan
tuntas. keperawatan, sedangkan pada kelompok
kontrol hampir tidak ada perubahan nilai. Dan
Dari hasil observasi peneliti sebagian besar pasien dari hasil pengamatan peneliti pada kelompok
rawat inap di ruang intermediated Rumah Sakit perlakuan, beberapa responden mengalami
peningkatan kemampuan mengontrol waham yang Berdasarkan hasil penelitian tentang
sangat cepat, dikarenakan sebagian responden pengaruh penerapan asuhan keperawatan pada
dilibatkan dalam terapi modalitas, yaitu terapi klien waham terhadap kemampuan klien
kelompok yang dilakukan oleh pendamping peneliti mengontrol waham di Rumah Sakit Khusus
(Dafrosia). Dimana kegiatan tersebut dapat membantu Daerah Dadi Makassar, dapat dibuat kesimpulan
anggotanya berhubungan, berkomunikasi dengan bahwa:
orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan
maladaptif (Keliat & Akemat, 2004). Ada perubahan nilai kemampuan
mengontrol waham pada kelompok perlakuan
Untuk mengetahui besar kemaknaan penerapan setelah dilakukan eksperiment, sedangkan pada
asuhan keperawatan diantara kedua kelompok yang kelompok kontrol tidak terjadi perubahan nilai
mendapat perlakuan dan kontrol dapat diuji dengan terhadap kemampuan klien mengontrol waham.
menilai nilai Independen TTest (Levane’s test for Dalam hal ini penerapan asuhan keperawatan
Equality of Mean) pada Independen Unpaired Samples memberikan hasil yang bermakna terhadap
Test dengan hasil nilai signifikan 0,00 kurang dari 0,05. kemampuan klien mengontrol waham.
Ini berarti mempunyai nilai kemaknaan yang signifikan. SARAN
Dengan nilai yang kurang dari 0,05 ini menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan antara penerapan
asuhan keperawatan terhadap kemampuan klien Untuk perawat sebaiknya melakukan
mengontrol waham. Dan membuktikan bahwa hipotesa penerapan asuhan keperawatan sesuai
kerja penelitian bahwa ada pengaruh penerapan intervensi protap keperawatan jiwa dari SP.1p-
asuhan keperawatan pada klien waham terhadap SP.3p pada masalah keperawatan dengan
peningkatan kemampuan klien mengontrol waham waham, karena hal ini telah terbukti pada
adalah benar atau terbukti. penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di
Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi
KESIMPULAN Selatan

Volume 2 Nomor 5 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-17


TAK ORIENTASI REALITA
Sesi I-II-III
Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita (TAK) : Orientasi realita adalah
upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri , orang
lain , lingkungan/ tempat , dan waktu . Klien dengan gangguan jiwa sikotik ,
mengalami penurunan daya nilai realitas .

A. TUJUAN

a. Umum
Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai dengan
kenyataan .

b. Tujuan Khusus

1. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada

2. Klien mengenal waktu dengan tepat

3. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan tepat

4. Klien dapat mengenal waktu dengan tepat

5. Klien dapat mengenal tanggal dengan tpat

6. Klien dapat mengenal hari dengan tepat

7. Klien dapat mengenal tahun dengan tepat

B. Aktivitas dan Indikasi


Aktivitas TAK Orientasi Realita dilakukan 3 sesi yang melatih kemampuan mengenali
orang,tempat,waktu. Klien yang mempunyai indikasi TAKOR adalah klien dengan
gangguan Halusinasi dan Waham sebagai berikut :

1. Klien yang mengalami ganggu


2. an orientasi orang,tempat,waktu.
3. Klien tidak membahayakan diri dan orang lain.
4. Klien sehat secara fisik dan bertoleransi terhadap aktivitas

C. Setting

1. Klien dan terapis duduk bersama dalam satu lingkaran.


2. Ruangan yang nyaman dan tenang.

Co

Keterangan :
L : Leader
Co : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observer
K : Klien
Petunjuk
Klien duduk melingkar bersama perawat.
D. Metode TAKS
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran atau stimulasi

E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Terapi Aktifitas Kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Jumat, 2 November 2018
Waktu : Pukul 09.30 WIB s.d selesai
Tempat : Ruang Flamboyan

A. Nama Klien dan Ruanga

F. N

1) Nn . suci: Berpenampilan bersih , salah dalam mengenal seseorang terutama salah


saat memanggil perawat , sering lupa waktunya sholat: Orientasi Realita

2) Nn . Luluk : Berpenampilan menarik tapi sering lupa waktu makan sering lupa
tanggal dan tempat tidur

3) Nn Siam : Berpenampilan rapi , kadang lupa namanya dan lupa dimana ruangan
kamar tidurnya , lupa kamar mandi , sudah terbina hubungan saling percaya dengan
perawat . Masalah : Halusinasi

4) Nn. Siska : Berpenampilan biasa namun bersih , mengontrol halusinasinya masih


minimal sekali , sering lupa tempat sholat dan nama perawat, masih suka mengamuk-
ngamuk bila terdengar suara yang tidak nyata . Masalah : Halusinasi , Resti mencederai
diri dan orang lain

5) Nn . Riva : Berpenampilan biasa namun bersih , mengontrol halusinasinya dalam


batas sedang , lupa tanggal, bulan dan tahun. Masalah : Halusinasi , Resti
mencederai diri dan orang lain
6.) Nn.Sefri : Bernampilan rapi dan menarik , sudah terjalin hubungan saling
percaya dengan perawat , sudah mampu mengontrol halusinasinya , sering lupa dan
tidak mengenali dirinya dan orang disekitarnya
B. Media dan Alat

1. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK

2. Bulpen

3. Boneka
4. Laptop

5. Lagu “Pop”
C. Susunan Pelaksana
Susunan TAKOR sebagai berikut
:

a. Leader : moh zahri

b. Co. Leader : eka

c. Fasilitator 1 : parwati

d. Fasilitator 2 : titin

e. Fasilitator 3 : kiki

f. Observer : sanatun

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


SESI 1

A. Jenis kegiatan : orientasi orang

B. Kriteria klien : Klien yang mengalami gangguan orientasi orang

C. TUJUAN

a) Klien mampu mengenal nama-nama perawat

b) Klien mampu mengenal nama-nama klien lain Setting

D. ALAT

- Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK

- Bulpen

- Boneka

- Laptop

- Lagu “Pop”

E. METODE

 Dinamika kelompok

 Diskusi dan Tanya jawab


F. LANGKAH KEGIATAN

1. PERSIAPAN

a) Persiapn alat : Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut
TAK, Bulpen, Boneka,Laptop, Lagu “Pop”

b) Persiapan klien : memilih klien sesuai kriteria,klien diberitahu untuk mengikuti


kegiatan TAK pada hari dan jam yang sudah ditentukan

c) Persiapan tempat : sediakan 1 ruangan yang tenang dan nyaman,tempat duduk


sediakan sejumlah peserta dan perawat yang akan ikut serta. Posisi duduk melingkar
saling beradapan.

2. FASE ORIENTASI

 Salam Terapeutik
Salam dari terapis kepada klien

 Evaluasi / Validasi
Menanyakan perasan klien saat ini

 Kontrak

1. Waktu : 45 menit

2. Tempat : ruang jiwa

3. Topic : orientasi orang

 Tujuan aktifitas: klien dapat menyebutkan jati dirinya

 Aturan main:

o Setiap peserta harus mengikuti permainan dari awal sampai dengan akhir

o Bila ingin kekamar kecil harus seizin pemimpin TAK


3. FASE KERJA

a) Terapis membagikan papan nama untuk masing-masing klien

b) Terapis meminta masing-masing klien menyebutkan nama lengkap , nama panggilan


, asal .

c) Terapis meminta masing-masing klien menuliskan nama panggilan di depan papan


nama yang dibagikan terapis meminta masing-masing klien memperkenalkan diri
secara berurutan , searah jarum jam dimulai dari terapis , meliputi menyebutkan :
nama lengkap , nama panggilan, asal , dan hobi
d) Terapis menjelaskan langkah berikutnya :
Musik akan dinyalakan saat terdengar , Boneka dipindahkan dari satu klien ke klien
lain . Saat musik dihentikan , klien yang sedang memegang boneka menyebutkan
nama lengkap , nama panggilan , asal , dan hobi dari klien yang lain (minimal nama
panggilan)

f) Terapis memutar dan menghentikan . saat musik berhenti , klien klien yang sedang
memegang boneka menyebutkan nama lengkap , nama panggilan , asal , dan hobi klien
yang lain

g) Ulangi langkah f sampai semua klien mendapatkan giliran

h) Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan mengajak klien
lain bertepuk tangan

4. FASE TERMINASI

a) Evaluasi

 terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

 terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b) Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien menyapa orang lain sesuai dengan nama panggilan

c) Kontrak yang akan datang

1. Waktu : 45 menit

2. Tempat : ruang jiwa

3. Topik/kegiatan :orientasi tempat

SESI II

A. Jenis kegiatan : orientasi tempat

B. Kriteria klien : Klien yang mengalami gangguan orientasi tempat


C. TUJUAN

1. Klien mampu mengenal nama rumah sakit


2. Klien mampu mengenal nama ruangan tempat dirawat
3. Klien mampu mengenal kamar tidur
4. Klien mampu mengenal tempat tidur
5. Klien mampu mengenal ruang perawatan , ruang istirahat , ruang makan , kamar
mandi , dan WC

D. ALAT
a. Laptop
b. Lagu “Pop”
c. Boneka

E. METODE

 Dinamika kelompok

 Diskusi dan Tanya jawab

G. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi / Validasi
Menanyakan perasan klien saat ini
c. Kontrak

 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal tempat yang biasa dilihat

 Terapis menjelaskan aturan main berikut :

o Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus minta izin kepada terapis
o Lama kegiatan 45 menit

o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai


3. Fase Kerja
a. Terapis menanyakan kepada klien nama rumah sakit, nama ruangan : klien diberi
kesempatan menjawab. Beri pujian pada klien yang mampu menjawab dengan tepat
b. Terapis menjelaskan dengan menyalakan lagu pop , sedangkan boneka
diedarkan satu persatu ke peserta yang lain searah jarum jam. Pada saat lagu
berhenti, klien yang sedang memegang bola tennis akan diminta menyebutkan nama
rumah sakit dan nama ruangan tempat klien dirawat
c. Terapis menyalakan menghentikan lagu , dan meminta klien memegang boneka
untuk menyebutkan nama ruangan dan nama rumah sakit . Kegiatan ini diulang
sampai semua peserta mendapat giliran
d. Terapis memberikan pujian saat klien telah menyebutkan dengan benar
e. Trapis mengajak klien berkeliling serta menjelaskan nama dan fungsi ruangan yang
ada. Kantor perawat , kamar mandi , WC , ruang istirahat, ruang TAK , dan ruangan
lainnya .
4. Fase Terminasi
a) Evaluasi

 Terapis mennyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok


b) Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menghapal nama-nama tempat
c) Kontrak

- Terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang, yaitu ”Mengenal waktu”

- Menyepakati waktu dan tempat.


SESI III

A. Jenis kegiatan : orientasi waktu


B. Kriteria klien : Klien yang mengalami gangguan orientasi waktu
C. TUJUAN
1. Klien mampu mengenal waktu pagi, siang ,malam
2. Klien mampu mengenal tanggal
D. ALAT
a) Jam tangan
b) Kalender
c) Boneka
d) Music

E. METODE

 Dinamika kelompok

 Diskusi dan Tanya jawab

F. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi / Validasi
Menanyakan perasan klien saat ini
c. Kontrak

 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal tempat yang biasa dilihat

 Terapis menjelaskan aturan main berikut :

o Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus minta izin kepada terapis

o Lama kegiatan 45 menit

o Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai


3. Fase Kerja
a. Terapismembagikan papan namakepada klien
b. Terapis menjelaskan proses permainan
c. Setelah operator memutar music,dan mengedarkan boneka,klien yang memegang
boneka diminta menuliskan waktu sekarang(sesuai jam dan,tanggal sekarang)
d. Terapis memberikan pujian saat klien telah menyebutkan dengan benar
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi

 Terapis mennyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok


b. Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk memahami tanggal sesuai harinya
b. Kontrak

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN WAHAM

SP 1 P : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi


dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya selvy, saya perawat yang dinas pagi ini di Ruang melati.
Saya dinas dari jam 07.00–14.00, saya yang akan membantu perawatan bapak hari ini. Nama bapak
siapa? senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?”
“Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”

KERJA :
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Malaikat tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya, karena setahu saya semua Malaikat tidak hidup didunia ini, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus pak?”
“Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R rasakan?”
“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur
diri pak R sendiri?”
“Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?”
“Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang lain?”
“Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?”
“Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.”
“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah sakit karena bosan
kalau dirumah sakit terus ya?”
TERMINASI :
“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
“Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”
“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?”
“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak R?”

SP 3 P : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekannya.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus”
“Apakah pak R sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran pak R?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?”
“Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”

KERJA :
“Apa saja hobi pak R? Saya catat ya pak, terus apa lagi?”
“Wah, rupanya pak R pandai main suling ya.”
“Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada pak R, dimana?”
“Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bermain suling yang baik itu.”
“Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan pak R ini. Berapa kali
sehari/seminggu pak R mau bermain suling?”
“Apa yang pak R harapkan dari kemampuan bermain suling ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan pak R yang lain selain bermain suling?”
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan kemampuan pak R?”
“Setelah ini coba pak R lakukan latihan bermain suling sesuai denga jadwal yang telah kita buat ya?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman saja, setuju pak?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minimum, setuju?”

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA


KELUARGA PASIEN DENGAN WAHAM

SP 1 KP : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga ; mengidentifikasi masalah;


menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat pasien.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak, pekenalkan nama saya Selvy, saya perawat yang dinas diruang melati ini.
Saya yang merawat Pak R selama ini. Kalau bisa saya tahu nma bapak siapa? Senangnya dipanggil
apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah pak R cara merawat pak R
dirumah.”
“Dimana bapak mau berbicara dengan saya? Bagaimana diruang wawancara?”
“Berapa lama bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 0 menit saja?”

KERJA :
“Pak S, apa masalah yang bapak rasakan dalam merawat pak R? apa yang sudah pak R lakukan
dirumah? Dalam menghadapi sikap pak R yang selalu mengaku-ngaku sebagi seorang malaikat tetapi
nyatanya bukan malaikat hanya merupak salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya
jelaskan sikap dan cara enghadapinya. Setiap kali pak R berkata bahwa ia seorang malaikat, pak S
dan ibu berikap dengan mengatakan;
Pertama: Pak S atau ibu mengerti bahwa pak R merasa seorang malaikat, tapi sulit bagi pak S dan ibu
untuk mempercayainya karena setahu kita semua nai tidak ada yang hidup didunia.
Kedua: Pak S atau ibu harus lebih sering memuji Pak R jika ia melakukan hal-hal yang baik”
Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi dengan pak R. Bapak
dan ibu dapat bercakap-cakap dengan Pak R tentang kebutuhan yang diinginkan oleh pak R, misalnya;
Pak S dan ibu percaya kalau pak R punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada kami, R
kan punya kemampuan”

Keempat: Pak S atau ibu mengatakan kepada pak R, Bagaimana kalau kemampuan untuk bermain
suling dengan baik dicoba sekarang” dan kemudian setelah dia melakukannya pak S dan ibu harus
memberikan pujian.
Pak S dan ibu jangn lupa, pak R ini perlu minum obat agar pikirannya jadi tenang.”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang
putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar
pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam,
jangn dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan Pak R bisa kambuh
kembali. Pak R sudah punya jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera berikan
pujian!”
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya tentang cara merawat
pak R dirumah nanti?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali berkunjung
kerumah sakit.”
“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba
melakukan langsung cara merawat pak R sesuai dengan pembicaraan kita tadi.”
“Baik kalau begitu pertemuan kita kali ini kita akhiri dulu, saya tunggu kedatangan bapak dan ibu lagi
kita ketemu ditempat ini ya pak,bu.”

SP 2 KP : Melatih kelurga cara merawat pasien.

ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, bu sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi.
Bagaimana pak, bu ada pertanyaan tentang cara merawat pasien seperti yang telah kita bicarakan
dua hari yang lalu?, sekarang kita akan latihan cara-cara merawat pasien tersebut ya pak, bu.”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada Pak R ya?”

KERJA:
“Sekarang anggap saja saya pak Ryang sedang mengaku malaikat, coba bapak dan ibu praktikkan
cara bicara yang benar bila pak R sedang dalam keadaan seperti ini!”
“Bagus,betul begitu caranya, sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian atas kemampuan
yang dimiliki oleh pak R. bagus !”
“Sekarang coba cara memotivasi pak R minum obat dan melakukan kegitan positifnya sesuai
jadwalnya!” Bagus sekali ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawata Pak R.”
“Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung kepada pak R.”

TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat pak R?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu
membesuk pak R!”
“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali ke sini dan kita akan mencoba
lagi cara merawat pak R sampai bapak dan ibu lancer elakukannya?”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” Baik, kita akan ketemu lagi di tempat ini ya pak,bu.”

SP 3 KP : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

ORIENRASI:
“Assalamualaikum pak, bu, karena pada hari ini pak R sudah boleh pulang, maka kita bicarakan
jadwal pak R selama dirmah.”
“Bagaimana pak, bu selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara merawat pak R?”
“Nah, sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di rumah? Mari bapak dan ibu ikut saya”
“Berapa lama bapak dan ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 30 menit saja?
Sebelum ibu dan bapak menyelesaikan administrasinya”
KERJA:
“Pak, bu, ini jadwal pak R selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa perhatikanpak R agar ia tetap melaksanakannya
dirumah dan jangan lupa member tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau
melaksanakannya).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilku yang ditampilkan oleh pak R selama
dirumah. Misalnya pak R mengaku sebagai seorang malaikat terus menerus dan tidak
memeperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi petugas rumah sakit, agar petugas rumah sakit dapat
memantaunya.”

TERMINASI:
“Apa yang ingin bapak dan ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak dan ibu? Sudah siap unutk
melanjutkan dirumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk bisa control lagi. Kalau ada apa-apa bapa dan ibu
segera menhubungi kami. Mungkin hanya ini yang bisa saya sampaikan mohon maaf bila ada kata-
kata saya yang menyinggung perasaan bap dan ibu mohon dimaafkan. Terimakasih atas kerjasamanya
pak,bu.”
“Silahkan ibu dan Bapak unutk dapat menyelesaikan administrasinya ke kantor depan

Anda mungkin juga menyukai