Disusun oleh:
KELAS TUTOR KEPERAWATAN JIWA II A
Elsa Fitri 1610711032
Selvy Juwita Sari 1610711042
Diana Febriyanti 1610711050
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah,
Karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam makalah ini kami membahas Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Waham.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi penilaian tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa II. Makalah ini juga kami susun dengan tujuan supaya para pembaca,
khususnya mahasiswa/i keperawatan dapat memahami tentang asuhan keperawatan yang
baik untuk setiap pasien di rumah sakit.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami sangat menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
kebaikkan makalah saya selanjutnya.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Sekian dan terima kasih.
Penyusun
1. Pengertian
Myers, dkk. (2017) menyatakan bahwa waham adalah keyakinan atau
persepsi palsu yang tetap tidak dapat diubah meskipun ada bukti yang
membantahnya. Gangguan proses pikir waham mengacu pada suatu kondisi
seseorang yang menampilkan satu atau lebih khayalan ganjil selama paling sedikit
satu bulan. Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat atau terus menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Klien
meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya.
Waham merupakan gejala spesifik psikosis. Psikosis sendiri merupakan
gangguan jiwa yang berhubungan dengan ketidakmampuan seseorang dalam
menilai realita dan fantasi yang ada di dalam dirinya. Terlepas dari khayalan
mereka, orang-orang dengan gangguan waham mungkin terus bersosialisasi,
bertindak secara normal, dan perilaku mereka tidak selalu tampak aneh.
Waham sering ditemui pada penderita gangguan jiwa berat. Selain itu,
beberapa bentuk waham yang spesifik, sering ditemukan pada penderita
skizofrenia. Akan tetapi, gangguan waham berbeda dengan skizofrenia. Jika
seseorang memiliki gangguan waham, fungsi umumnya tidak terganggu dan
perilaku tidak jelas aneh, kecuali khayalan. Selain itu, waham ini bukan merupakan
kondisi medis atau kondisi akibat penyalahgunaan zat.
2. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
Waham diyakini karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel
di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan lindik. Abnormalitas
otak yang menyebabkan respon neurologi yang maladaptif yang baru
mulai dipahami. Hal ini termasuk hal-hal berikut:
Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan
keterlibatan otak yang luas dan dalam perkembangan
skizofrenia. Hal yang paling berhubungan dengan perilaku
psikotik adalah adanya lesi pada area frontal, temporal, dan
limbik.
Beberapa senyawa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia.
Hasil penelitian menunjukkan hal-hal berikut ini:
a) Kadar dopamine neurotransmitter yang berlebihan
b) Ketidakseimbangan antara dopamine dan neurotransmitter
lain
c) Masalah-masalah yang terjadi pada sistem respon dopamin
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap kembar
identik, misalnya, ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan
secara terpisah memiliki angka kejadian yang tinggi pada skizofrenia
daripada pasangan saudara kandung yang tidak identik.
b. Faktor psikologis
Teori psikodinamika yang mempelajari terjadinya respon
neurobiologi yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Teori
psikologi terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab
gangguan ini, sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya
(keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa professional). Waham ini
juga dapat disebabkan oleh perbedaan perlakuan dari keluarga.
Misalnya, sosok ibu adalah tipe pencemas, sedangkan sosok ayah
adalah tipe yang kurang atau tidak peduli.
c. Faktor sosial budaya
Secara teknis, kebudayaan merupakan ide atau tingkah laku
yang dapat dilihat maupun tidak terlihat. Kebudayaan turut
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
seseorang, misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku
dalam kebudayaan tersebut. Unsur-unsur dari faktor sosial budaya
dapat mencakup kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat
ekonomi, perumahan (perkotaan lawan pedesaan), masalah kelompok
minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, pendidikan,
dan kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan
keagamaan, serta nilai-nilai (Yosep, 2009). Di sisi lain, timbulnya
waham dapat disebabkan oleh perasaan terasing dari lingkungannya
dan kesepian (Direja, 2011).
2) Faktor Biologis
Berbagai zat dan kondisi medis non-psikiatrik dapat menyebabkan
waham, sehingga menyatakan bahwa faktor biologis yang jelas dapat
menyebabkan waham. Akan tetapi, tidak semua orang dengan tumor
memiliki waham. Klien yang wahamnya disebabkan oleh penyakit
neurologis serta yang tidak memperlihatkan gangguan intelektual,
cenderung mengalami waham kompleks yang serupa dengan penderita
gangguan waham. Sebaliknya, penderita gangguan neurologis dengan
gangguan intelektual sering mengalami waham sederhana. Jenis waham
sederhana ini tidak seperti waham pada klien dengan gangguan waham.
Timbulnya gangguan waham bisa merupakan respon normal terhadap
pengalama abnormal pada lingkungan sistem saraf tepi, atau sistem saraf
pusat. Jadi, jika klien mengalami pengalaman sensorik yang salah, seperti
merasa diikuti (mendengar langkah kaki), klien mungkin percaya bahwa
sebenarnya mereka diikuti. Hipotesis tersebut tergantung pada
pengalaman seperti halusinasi yang perlu dijelaskan. Sementara itu,
pengalaman halusinasi tersebut pada gangguan waham tidak terbukti.
3) Faktor Psikodinamik
Banyak klien dengan gangguan waham memiliki suatu kondisi sosial
terisolasi dan pencapaian sesuatu dalam kehidupannya tidak sesuai
dengan apa yang mereka harapkan. Teori psikodinamik spesifik
mengenai penyebab dan evolusi gejala waham melibatkan anggapan
seputar orang hipersensitif dan mekanisme ego spesifik, pembentukan
reaksi, proyeksi, dan penyangkalan.
3. Rentang respon
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses Persepsi
akurat menyimpang ilusi pikir: waham Emosi konsisten
Reaksi emosional Halusinasi dengan
berlebihan atau Kesulitan pengalaman
kurang memproses emosi Perilaku sesuai
Ilusi Ketidakteraturan Hubungan
Perilaku aneh atau dalam perilaku sosial
tak lazim Isolasi sosial
Menarik diri
A. . Faktor presdisposisi
Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini
dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan presepsi, klien
menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif
Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya waham
Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan ansietas
dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan
.Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak atau
perubahan pada sel kortikal dan lindik
Faktor genetik
B. Faktor presipitasi
Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di asingkan
dari kelompok.
Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi penyebab
waham pada seseorang
Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk mengatasi masalah
sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenagkan.
Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai
diri nya, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh : “ saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena
mereka semua iri dengan kesuksesan yang di alami saya”.
Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau terserang penyakit,
di ucapkan berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan .
Contoh :” klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di lakukan
pemeriksaa laboraturium tidak di temuka ada nya sel kanker pada tubuh nya.
Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai denga kenyataan
Contoh :” ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.
D.sumber koping
PERSONAL ABILITY
1. Problem solving skill
• Kemampuan untuk mencari informasi
• Identifikasi masalah
• Mempertimbangkan alternatif
• Pelaksanaan dari rencana tindakan
2. Kesehatan dan energi
3. Sosial skill
4. Pengetahuan dan intelegensi individu
5. Identitas Ego yg kuat
SOSIAL SUPPORT
1. Hubungan antar : indiv, keluarga , kelp. masyarakat
2. Komitmen dg jaringan sosial
3. Budaya yg stabil
MATERIAL ASSETS
1. Penghasilan individu /finansial
2. Benda-benda atau barang yang dimiliki
3. Pelayanan kesehatan
POSITIVE BELIEFS
1. Keyakinan dan nilai
2. Motivasi
3. Orientasi kesehatan pada pencegahan
E.Mekanisme Koping
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme eg
ekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi forma
menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang
tidak dapat diterima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas
telah dihipotesiskan telah menyababkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan s
uporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang me
nggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka.
(Dermawan, 2013)
F.Pohon masalah
5. Diagnosa Keperawatan
Data Masalah Keperawatan
DS: Waham
1. Klien mengatakan bahwa dia adalah
malaikat semua orang harus tunduk
kepadanya.
DO:
1. Klien terlihatsering mengamuk,
berteriak, berbicara dan tertawa
sendiri.
2. Klien sering melukai istrinya.
3. Klien marah jika ada orang lain yang
tidak percaya dengan apa yang
dikatakannya.
6. Intervensi
T Perencanaan Rasional
No
g Dx
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
l
Waham TUM:
Klien secara
bertahap mampu
berhubungan
dengan realitas
atau kenyataan.
8.Hasil Penelitian
PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP KEMAMPUAN
KLIEN MENGONTROL WAHAM DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI
SULAWESI SELATAN
a. Editing
Kelompok Kelompok
Kelompok Kelompok Total 15 100 15 100
Karakteristik Perlakuan Kontrol
Karakteristik Perlakuan Kontrol
Umur Sumber : Data Primer 2013
Pendidikan n % n %
n % n % Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
jenis kelamin antara kelompok perlakuan dan
16 - 25 Thn 2 13,3 4 26,7 kelompok kontrol jumlahnya sama yaitu, laki-laki 10
SD 5 33,3 8 53,3 orang (66,7%) dan perempuan 5 orang (33,3%).
26 -35 Thn 8 53,3 7 46,7
SMP 6 40,3 2 13,3 Tabel 3. Distribusi frekuensi karateristik responden
35 - 45 Thn 5 33,3 3 20,0
SMA 3 20,3 4 26,7 berdasarkan pendidikan dengan masalah
46 - 55 Thn 0 0 1 6,7 keperawatan waham di ruang perawatan
Diploma 1 6,7 0 0 intermediated RSKD Provinsi Sul-Sel
Total 15 100 15 100
S1 0 0 1 6,7
Total 15 100 15 100 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
Sumber : Data Primer 2013 jenjang pendidikan responden kelompok perlakuan
terbanyak adalah SMP 6 orang (40,3%) dan terkecil
Berdasarkan tabel diatas Diploma 1 orang (6,7%), untuk kelompok kontrol
menunjukkan bahwa frekuensi terbanyak terbanyak adalah SD 8 orang (53,3%) dan terendah
menurut umur adalah responden pada adalah S1 1 orang (6,7%).
kelompok perlakuan dengan rentang
umur 26-35 tahun sebanyak 8 orang
(53,3%) dan terkecil rentang umur 16-25
tahun 2 orang (13,3%), pada kelompok Kelompok Kelompok
kontrol terbanyak dengan rentang umur Karakteristik Perlakuan Kontrol
26-35 tahun 7 orang (46,7%) terendah
adalah rentang umur 46-55 tahun Status
sebanyak 1 orang (6,7%) Tabel 2.
Distribusi frekuensi karateristik Perkawinan n % n %
responden berdasarkan jenis kelamin
dengan masalah keperawatan waham di
ruang perawatan intermediated RSKD Menikah 3 20,0 4 26,7
Provinsi Sul-Sel Cerai 5 33,3 1 6,7
A. TUJUAN
a. Umum
Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai dengan
kenyataan .
b. Tujuan Khusus
3. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan tepat
C. Setting
Co
Keterangan :
L : Leader
Co : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observer
K : Klien
Petunjuk
Klien duduk melingkar bersama perawat.
D. Metode TAKS
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran atau stimulasi
F. N
2) Nn . Luluk : Berpenampilan menarik tapi sering lupa waktu makan sering lupa
tanggal dan tempat tidur
3) Nn Siam : Berpenampilan rapi , kadang lupa namanya dan lupa dimana ruangan
kamar tidurnya , lupa kamar mandi , sudah terbina hubungan saling percaya dengan
perawat . Masalah : Halusinasi
2. Bulpen
3. Boneka
4. Laptop
5. Lagu “Pop”
C. Susunan Pelaksana
Susunan TAKOR sebagai berikut
:
c. Fasilitator 1 : parwati
d. Fasilitator 2 : titin
e. Fasilitator 3 : kiki
f. Observer : sanatun
C. TUJUAN
D. ALAT
- Bulpen
- Boneka
- Laptop
- Lagu “Pop”
E. METODE
Dinamika kelompok
1. PERSIAPAN
a) Persiapn alat : Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut
TAK, Bulpen, Boneka,Laptop, Lagu “Pop”
2. FASE ORIENTASI
Salam Terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
Evaluasi / Validasi
Menanyakan perasan klien saat ini
Kontrak
1. Waktu : 45 menit
Aturan main:
o Setiap peserta harus mengikuti permainan dari awal sampai dengan akhir
f) Terapis memutar dan menghentikan . saat musik berhenti , klien klien yang sedang
memegang boneka menyebutkan nama lengkap , nama panggilan , asal , dan hobi klien
yang lain
h) Terapis memberikan pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan mengajak klien
lain bertepuk tangan
4. FASE TERMINASI
a) Evaluasi
b) Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien menyapa orang lain sesuai dengan nama panggilan
1. Waktu : 45 menit
SESI II
D. ALAT
a. Laptop
b. Lagu “Pop”
c. Boneka
E. METODE
Dinamika kelompok
G. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi / Validasi
Menanyakan perasan klien saat ini
c. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal tempat yang biasa dilihat
o Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus minta izin kepada terapis
o Lama kegiatan 45 menit
- Terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang, yaitu ”Mengenal waktu”
E. METODE
Dinamika kelompok
F. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi / Validasi
Menanyakan perasan klien saat ini
c. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal tempat yang biasa dilihat
o Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus minta izin kepada terapis
ORIENTASI :
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya selvy, saya perawat yang dinas pagi ini di Ruang melati.
Saya dinas dari jam 07.00–14.00, saya yang akan membantu perawatan bapak hari ini. Nama bapak
siapa? senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?”
“Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”
KERJA :
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Malaikat tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya, karena setahu saya semua Malaikat tidak hidup didunia ini, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus pak?”
“Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R rasakan?”
“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur
diri pak R sendiri?”
“Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?”
“Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang lain?”
“Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?”
“Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.”
“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah sakit karena bosan
kalau dirumah sakit terus ya?”
TERMINASI :
“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
“Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”
“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?”
“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak R?”
ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak R, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus”
“Apakah pak R sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran pak R?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi pak R tersebut?”
“Berapa lama pak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
KERJA :
“Apa saja hobi pak R? Saya catat ya pak, terus apa lagi?”
“Wah, rupanya pak R pandai main suling ya.”
“Bisa pak R ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main Suling, siapa yang dulu
mengajarkannya kepada pak R, dimana?”
“Bisa pak R peragakan kepada saya bagaiman bermain suling yang baik itu.”
“Wah, bagus sekali pak. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan pak R ini. Berapa kali
sehari/seminggu pak R mau bermain suling?”
“Apa yang pak R harapkan dari kemampuan bermain suling ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan pak R yang lain selain bermain suling?”
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan pak R setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan kemampuan pak R?”
“Setelah ini coba pak R lakukan latihan bermain suling sesuai denga jadwal yang telah kita buat ya?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman saja, setuju pak?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus pak R minimum, setuju?”
ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak, pekenalkan nama saya Selvy, saya perawat yang dinas diruang melati ini.
Saya yang merawat Pak R selama ini. Kalau bisa saya tahu nma bapak siapa? Senangnya dipanggil
apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah pak R cara merawat pak R
dirumah.”
“Dimana bapak mau berbicara dengan saya? Bagaimana diruang wawancara?”
“Berapa lama bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 0 menit saja?”
KERJA :
“Pak S, apa masalah yang bapak rasakan dalam merawat pak R? apa yang sudah pak R lakukan
dirumah? Dalam menghadapi sikap pak R yang selalu mengaku-ngaku sebagi seorang malaikat tetapi
nyatanya bukan malaikat hanya merupak salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya
jelaskan sikap dan cara enghadapinya. Setiap kali pak R berkata bahwa ia seorang malaikat, pak S
dan ibu berikap dengan mengatakan;
Pertama: Pak S atau ibu mengerti bahwa pak R merasa seorang malaikat, tapi sulit bagi pak S dan ibu
untuk mempercayainya karena setahu kita semua nai tidak ada yang hidup didunia.
Kedua: Pak S atau ibu harus lebih sering memuji Pak R jika ia melakukan hal-hal yang baik”
Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi dengan pak R. Bapak
dan ibu dapat bercakap-cakap dengan Pak R tentang kebutuhan yang diinginkan oleh pak R, misalnya;
Pak S dan ibu percaya kalau pak R punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada kami, R
kan punya kemampuan”
Keempat: Pak S atau ibu mengatakan kepada pak R, Bagaimana kalau kemampuan untuk bermain
suling dengan baik dicoba sekarang” dan kemudian setelah dia melakukannya pak S dan ibu harus
memberikan pujian.
Pak S dan ibu jangn lupa, pak R ini perlu minum obat agar pikirannya jadi tenang.”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang
putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar
pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam,
jangn dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan Pak R bisa kambuh
kembali. Pak R sudah punya jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera berikan
pujian!”
TERMINASI :
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya tentang cara merawat
pak R dirumah nanti?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali berkunjung
kerumah sakit.”
“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba
melakukan langsung cara merawat pak R sesuai dengan pembicaraan kita tadi.”
“Baik kalau begitu pertemuan kita kali ini kita akhiri dulu, saya tunggu kedatangan bapak dan ibu lagi
kita ketemu ditempat ini ya pak,bu.”
ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, bu sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi.
Bagaimana pak, bu ada pertanyaan tentang cara merawat pasien seperti yang telah kita bicarakan
dua hari yang lalu?, sekarang kita akan latihan cara-cara merawat pasien tersebut ya pak, bu.”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada Pak R ya?”
KERJA:
“Sekarang anggap saja saya pak Ryang sedang mengaku malaikat, coba bapak dan ibu praktikkan
cara bicara yang benar bila pak R sedang dalam keadaan seperti ini!”
“Bagus,betul begitu caranya, sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian atas kemampuan
yang dimiliki oleh pak R. bagus !”
“Sekarang coba cara memotivasi pak R minum obat dan melakukan kegitan positifnya sesuai
jadwalnya!” Bagus sekali ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawata Pak R.”
“Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung kepada pak R.”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat pak R?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu
membesuk pak R!”
“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali ke sini dan kita akan mencoba
lagi cara merawat pak R sampai bapak dan ibu lancer elakukannya?”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” Baik, kita akan ketemu lagi di tempat ini ya pak,bu.”
ORIENRASI:
“Assalamualaikum pak, bu, karena pada hari ini pak R sudah boleh pulang, maka kita bicarakan
jadwal pak R selama dirmah.”
“Bagaimana pak, bu selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara merawat pak R?”
“Nah, sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di rumah? Mari bapak dan ibu ikut saya”
“Berapa lama bapak dan ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 30 menit saja?
Sebelum ibu dan bapak menyelesaikan administrasinya”
KERJA:
“Pak, bu, ini jadwal pak R selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa perhatikanpak R agar ia tetap melaksanakannya
dirumah dan jangan lupa member tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau
melaksanakannya).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilku yang ditampilkan oleh pak R selama
dirumah. Misalnya pak R mengaku sebagai seorang malaikat terus menerus dan tidak
memeperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi petugas rumah sakit, agar petugas rumah sakit dapat
memantaunya.”
TERMINASI:
“Apa yang ingin bapak dan ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak dan ibu? Sudah siap unutk
melanjutkan dirumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk bisa control lagi. Kalau ada apa-apa bapa dan ibu
segera menhubungi kami. Mungkin hanya ini yang bisa saya sampaikan mohon maaf bila ada kata-
kata saya yang menyinggung perasaan bap dan ibu mohon dimaafkan. Terimakasih atas kerjasamanya
pak,bu.”
“Silahkan ibu dan Bapak unutk dapat menyelesaikan administrasinya ke kantor depan