SKIZOFRENIA PARANOID
DISUSUN OLEH:
AGUSTINA SURYANTI
NIM 92022040144
Mengetahui:
SKIZOFRENIA PARANOID
A. PENGERTIAN
Skizofrenia paranoid yaitu pada tipe ini adanya pikiran-pikiran yang
absurd (tidak ada pegangannya) tidak logis, dan delusi yang berganti-ganti.
Sering diikuti halusinasi dengan akibat kelemahan penilaian kritis (critical
judgement)nya dan aneh tidak menentu, tidak dapat diduga, dan kadang-
kadang berperilaku yang berbahaya. Orang-0rang dengan tipe ini memiliki
halusinasi dan delusi yang sangat mencolok,yang melibatkan tema-tema
tentang penyiksaan dan kebesaran.
Skizofrenia merupakan kelompok gangguan psikosis atau psikotik yang
ditandai oleh distorsi-distorsi mengenai realitas, adanya perilaku menarik diri
dari interaksi social serta disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi,
pikiran dan kognisi.
B. ETILOGI
1. Faktor biologis
a. Faktor herediter
1) Kontribusi gen terhadap skizofrenia
Studi terhadap keluarga, anak kembar dan anak adopsi
melengkapi bukti-bukti bahwa gen terlibat dalam transmisi
(penyebaran) skizofrenia. Beberapa peneliti berpendapat bahwa
banyak gen (polygenic) model tambahan, yang membentuk jumlah
dan konfigurasi gen abnormal untuk membentuk skizofrenia.
Adanya lebih banyak gen yang terganggu meningkatkan
kemungkinan berkembangnya skizofrenia dan meningkatkan
kerumitan gangguan tersebut. Individu yang lahir dengan beberapa
gen tetapi tidak cukup untuk menunjukkan simtom-simtom bertaraf
sedang atau ringan skizofrenia, seperti keganjilan dalam pola
bicara atau proses berpikir dan keyakinan-keyakinan yang aneh.
b. Pembesaran Ventrikel
Struktur utama otak yang abnormal sesuai dengan skizofrenia
adalah pembesaran ventrikel. Ventrikel adalah ruang besar yang berisi
cairan dalam otak. Perluasan mendukung atropi (berhentinya
pertumbuhan), deteriorasi di jaringan otak lainnya. Orang-orang
skizofrenia dengan pembesaran ventricular cenderung menunjukkan
penirinan secara social, ekonomi, perilaku, lama sebelum mereka
mengembangkan simtom utama atau inti dati skizofrenia. Mereka juga
cenderung untuk memiliki simtom yang lebih kuat dari pada orang
skizofrenialainnya dan kurang responsive terhadap pengobatan karena
dianggap sebagai pergantian yang buruk dalam pemfungsian otak,
yang sulit untuk ditangani/dikurangi melalui treatment. Perbedaan
jenis kelamin mungkin juga berhubungan dengan ukuran ventricular.
Beberapa studi menemukan bahwa laki-laki dengan skizofrenia
memiliki pelebaran ventrikel yang lebih kuat.
c. Faktor Anatomis Neuron
Abnormalitas neuron secara otomatis pada skizofrenia memiliki
beberapa penyebab, termasuk abnormalitas gen yang spesifik (khas),
cedera otak berkaitan dengan cedera waktu kelahiran, cedera kepala,
infeksi virus defisiensi (penurunan) dalam nutrisi dan defisiensi dalam
stimulus kognitif.
d. Komplikasi Kelahiran
Komplikasi serius selama prenatal dan masalah-masalah berkaitan
dengan kandungan pada saat kelahiran merupakan hal yang lebih
sering dala sejarah orang-orang dengan skizofrenia dan mungkin
berperan dalam membuat kesulitan-kesulitan secara neurologist.
Komplikasi dalam pelepasan berkombinasi dengan keluarga beresiko
terhadap terjadinya karena menambah derajad pembesaran ventricle.
Penelitian epidemiologi telah menunjukkan angka yang tinggi dari
skizofrenia dikalangan orang-orang yang memiliki ibu terjangkit virus
influenza ketika hamil.
e. Neurotransmitter
Neurotransmiter dopamine dianggap memainkan peran dalam
skizpfrenia. Teori awal dari dopamine menyatakan bahwa simtom-
simton skizofrenia disebabkan oleh kelebihan jumlah dopamine di
otak, khususnya di frontal labus dan system limbic. Aktivitas
dopamine yang berlebihan / tinggi dalam system mesolimbik dapat
memunculkan simtom positif skizofrenia : halusinasi, delusi, dan
gangguan berfikir. Karena atipikal antipsikotis bekerja mereduksi
simtom-simtom skizofrenia dengan mengikat kepada reseptor D4
dalam system mesolimbik. Sebaliknya jika aktivitas dopamine yang
rendah dapat mendorong lahirnya simtom negative seperti hilangnya
motivasi, kemampuan untuk peduli pada diri sendiri dalam aktivitas
sehari-hari. Dan tidak adanya responsivitas emosional. Hal ini
menjelaskan bahwa phenothiazines, yang mereduksi aktivitas
dopamine, tidak meredakan atau mengurangi simtom.
2. Faktor Psikososial
a. Teori Psikodinamika
Ahli-ahli teori psikodinamika berpendapat bahwa skizofrenia
merupakan hasil dari paksaan atau tekanan kekuetan biologis yang
mencegah atau menghalangi individu untuk mengembangkan dan
mengintegrasikan persaan atau pemahaman atas dirinya. Berargumen
bahwa jika ibu secara ekstrim atau berlebihan kasar dan terus-menerus
mendominasi, anak akan mengalami taraf regresi dan kembali ke taraf
perkembangan bayi dalam hal pemfungsiannya, sehingga ego akan
kehilangan kemampuannya dalam membedakan realita.
b. Pola-Pola Komunikasi
Orangtua (khususnya ibu) pada anak-anak sklizofrenia
menempatkan anak mereka dalam situasi ikatan ganda (double binds)
yang secara terus menerus mengkomunikasikan pesan-pesan yang
bertentangan pada anak-anak. Yang dimaksud ikatan ganda adalah
pemberian pendidikan dan informasi yang nilainya saling
bertentangan. Dalam teori doble-bind tentang pola-pola komunikasi
dalam keluarga orang-orang dengan skizofrenia, menampakkan
keganjilan. Keganjilan-keganjilan itu membentuk lingkungan yang
penuh ketegangan yang membuat lebih besar kemungkinan seorang
anak memiliki kerawanan secara biologis terhadap skizofrenia akan
mengembangkan sindrom skizofrenia sepenuhnya atau bahwa
seseorang dengan skizofrenia akan memiliki frekuensi kekambuhan
psikotis yang lenih tinggi.
c. Tampilan Emosi
Berdasarkan beberapa penelitian bahwa gaya interaksi penderita
skizofrenia dapat dilihat dari ekspresi emosinya. Keluarga-keluarga
yang pengekspresian emosinya kuat terlalu melibatkan diri dengan
setiap anggota keluarga lainnya, Overprotekif terhadap anggota
keluarganya terganggu dan bersikap mengorbankan diri bagi anggota
keluarganya yang terganggu tetapi juga suka mengkritik, bermusuhan
dan memarahi anggota keluarga yang terganggu.
d. Stres dan Kekambuhan
Keadaan sekitar atau lingkungan yang penuh stress (stresfull)
mungkin tidak menyebabkan seseorang terjangkit skizofrenia, tetapi
keadaan tersebut dapat memicu episode baru pada orang-orang yang
mudah terkena serangan atau rawan terhadap skizofrenia. Berdasarkan
penelitian bahwa lebih dari 50 % orang yang mengalami kekambuhan
skizofrenia adalah mereka yang dalam kehidupannya telah mengalami
kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh. Banyak kejadian
dalam hidup orang-orang skizofrenia alami dalam beberapa miggu
sebelum mereka kambuh mungkin secara actual disebabkan oleh
simtom-simtom prodormal yang muncul sebelum kambuh kedalam
psikotis. Sebagai contoh, satu dari simtom-simtom prodormal dari
kekambuhan skizofrenia adalah menarik diri dari lingkungan social
yang pada gilirannya kejadian-kejadian buruk dalam kehidupannya
sebagian besar mendahului sebuah kekambuhan, seperti
pecah/hancurnya jalinan atau hubungan (relation ship) atau hilangnya
sebuah pekerjaan.
3. Faktor Kesalahan Belajar
Yang dimaksud kesalahan belajar adalah tidak tepatnya mempelajari
yang benar atau dengan tepat mempelajari yang tidak benar. Dalam hal ini
penderita mempelajari dengan baik perilaku orang-orang skizofrenia atau
perilaku yang baik dengan cara yang tidak baik
Teori Psikososial
Gangguan konsep
diri/menang diri
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Isolasi sosial b/d Tujuan Jangka Panjang: 1. Atur setiap hari untuk menyusun 1. Struktur menolong klien
ketidakberdayaan, dan Klien dapat secara sukarela rencana waktu untuk berinteraksi mengatur waktu untuk
keputusan terhadap meluangkan waktu bersama dan beraktivitas dengan klien. berinteraksi dengan yang lain
anteraksi social pasien lain dan perawat dalam dan mengatakan bahwa
masyarakat aktivitas kelompok 2. Identifikasi faktor signifikan partisipasi klien diharapakan dan
Tujuan Jangka Pendek: support individu klien dan diharapkan dan anggota yang
Setelah dilakukan asuhan mendorong mereka untuk berguna dalam komunitas.
keperawatan dalam waktu berinteraksi dengan klien,
tertentu klien diharapkan: percakapan ditelepon, 2. Jaringan pendukung yang kuat
Klien dapat beraktivitas dan menambah kontak social klien,
mendemonstrasikasikan mengunjunginya. mempertinggi kemampuan
keinginan dan hasrat untuk social, meningkatkan harga diri
bersosialisasi dengan orang 3. Bantu klien membedakan antara dan memfasilitasi hubungan
lain isolasi sosial dan hasrat untuk yang positif.
Klien dapat mengikuti menyendiri.
aktivitas kelompok tanpa 3. Klien kadang memilih untuk
disuruh. 4. Bantu klien menemukan klien menyendiri diwaktu yang tepat
lain untuk sosialisasi dengan dan seharusnya diberi
Pasien melakukan
orang yang memiliki kesempatan untuk itu.
pendekatan interaksi satu-
kesukaan yang sama.
satu dengan orang lain
4. Berbagi atau kesukaan yang
dengan cara yang sesuai/
5. Perlihatkan sikap menerima sama meningkatkan rasa percaya
dapat diterima
dengan cara melakukan kontak pada orang lain.
KH:
yang sering tapi singkat.
Klien dapat 5. Sikap menerima orang lain akan
mendemonstrasikasikan 6. Perlihatkan penguatan positif meningkatkan harga diri klien
keinginan dan hasrat untuk kepada klien. dan memfasilitasi rasa
bersosialisasi dengan orang percaya pada orang lain.
lain 7. Temani klien untuk
Klien dapat mengikuti memperlihatkan dukungan 6. Hal ini akan membuat pasien
aktivitas kelompok tanpa selama aktivitas kelompok yang merasa menjadi seseorang
disuruh. mungkin merupakan hal yang yang berguna.
Pasien melakukan menakutkan atau sulit bagi klien.
pendekatan interaksi satu- 7. Kehadiran seseorang yang
satu dengan orang lain dipercaya akan memberikan rasa
dengan cara yang sesuai/ aman kepada klien.
dapat diterima.
2 Gangguan konsep diri Tujuan Jangka Panjang: 1. Bantu klien untuk 1. Mengungkapkan perasaan dari
b.d perasaan tidak Mengembalikan rasa percaya membangkitkan perasaan, awal sampai tindakan yang
berguna dan harga diri diri pasien. terutama perasaan marah saat membangun
rendah. Tujuan Jangka Pendek: klien tidak punya kekuatan.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan dalam waktu 2. Beri klien umpan balik positif 2. Keinforsemen dan keinginan
tertentu klien diharapkan: sehingga klien siap untuk besar perilaku yang membantu
Pasien dapat mengidentifikasi area yang sulit untuk meningkatkan perilaku
mengaktualisasikan dirinya untuk dirinya. tersebut.
pada orang lain.
KH: 3. Tanya klien untuk 3. Klarifikasi menghindari
Pasien dapat mengklarifikasi dan merasakan kesalahpahaman terhadap apa
mengaktualisasikan dirinya yang diekspresikan secara yang disampaikan klien
pada orang lain. samar.
4. Suatu saat klien akan merasa
4. Jika klien bingung saat sangat dapat mengekspresikan
mendiskusikan topik yang
sensitif atau tidak sanggup dirinya dengan terapeutik dan
mengekspresikan dirinya, produktif. Ini merupakan bagian
kembalikan klien kea rah topik dari proses perubahan organik.
yang netral, atau ajak klien untuk
melakukan aktivitas yang tidak
perlu tenaga dan menyenangkan.
10. Klien yang tidak bisa 10. Kesadaran klien akan harga diri
menyelesaikan latihan jangan dan kesejahteraan akan
terburu-buru meminta klien bertambahn.
untuk mencoba.
11. Bantu klien saat klien 11. Jika pasien bersih, harum,
membutuhkan untuk menjaga terlihat menyenangkan dan
kelangsungan fungsi sehari-hari mengalami kemajuan.
dan personal hygiene yang
adekuat.
12. Pilihan-pilihan pengambilan 12. Penting untuk mengambil
alihan bantuan dan supervise keuntungan tertentu.
klien untuk merawat diri. Penghargaan positif
meningkatkan kemungkinan
yang akan datang.
13. Puji klien untuk aktivitas yang
lengkap dari kehidupan sehari-
hari untuk perawatan diri di
awal.
DAFTRA PUSTAKA
Baihaqi, M.I.F, Sunardi, dkk. 2005. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-
gangguan), Bandung : PT. Refika Aditama
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Maramis, W. F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press
Stuart, Gall. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC