PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit dan kehamilan yang dipengaruhi dan mempengaruhi kehamilan yaitu penyakit traktus
digestivus merupakan yang menyebabkan perubahan fungsi alat pencernaan. Ada tiga faktor yang
menyebabkan perubahan tersebut yaitu perubahan hormonal, anatomik dan fisiologik kehamilan. Penyakit
hepar terbagi menjadi 2 yaitu penyakit hepar karena komplikasi kehamilan yang meliputi hepatitis infeksiosa,
penyakit hati karena obat. Ruptura hepatis, sirosis hepatis koleitiasis dan penyakit hepar akibat komplikasi
kehamilan meliputi uterus rekorrensgravidarum. Pankreas adalah suatu penyakit saluran empedu peminum
alkohol. Pemberian obat diuretika thiazide dan antibiotika tetrasiklin. SLE adalah merupakan penyakit kronis
(jangka panjang) sistemik dengan perubahan patologis pada jaringan dan sistem vascular yang berhubungan
dengan imunologis.
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami DMG
pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa.
Gangguan DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur
kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glokusa , 25%
kemungkinan akan berkembang menjadi DM. DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani
dengan professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan datang, juga saat
persalinan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui sedikit banyaknya tentang penyakit-penyakit
yang mempengaruhi kehamilan dan persalinan seperti penyakit jantung, Diabetes melitus, asma ginjal
dan Tuberkulosis Paru. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatdan hidayahnya yang
telah membantu kami, sehingga dapat menyusun dan menyelesaikanmakalah tentang
”.
Penjelasan dalammakalah ini merupakan jembatan bagi para mahasiswa untuk lebih dapat mengenali
tentangInfeksi yang menyertai kehamilan dan persalinan
Di dalam makalah ini, disertai dengandata-data yang berasal dari berbagai referensi yang telah kami
susun. Dan akhirnya penulisdapat menyelesaikan laporan ini dalam waktu yang telah ditentukan.Oleh
karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telahmembantu untuk tersusunnya
makalah ini, terutama pada dosen kami Bd. Dian Anggraini,S.Si.T. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kamimengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca. Kami berharapmudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan teman-temanmahasiswa pada umumnya.Bogor, Maret 2012Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama masa kehamilan, daya tahan seseorang cenderung mengalami penurunan.
Akibatnya, rentan terserang berbagai penyakit. Bahkan infeksi ringan , terkadang sulit untuk
dihindari. Padahal, selama kehamilan seorang calon ibu dituntut untuk menjaga stamina agar
tetap prima.
Sekalipun infeksi yang dialami oleh ibu hamil tidak selalu berpengaruh terhadap janin,
namun ceritanya akan lain bila terinfeksi virus herpes dan virus varisella Penyakit ini termasuk
TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes simpleks) dan varisella zoster .
Kelima penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakaan janin.Seorang ibu hamil hendaknya
mewaspadai terhadap serangan virus herpes dan virus varisella zoster, sebab infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual ini, bila mengenai janin akan mengakibatkan kematian.
Untuk mencegah agar bayi yang sistem kekebalannya masih sangat lemah, seorang
Dokter akan memberikan saran agar ibu hamil yang terindikasi virus herpes, melahirkan secara
caesar. Persalinan caesar memungkinkan bayi tidak perlu melewati saluran persalinan yang
menjadi persemaian berbagai virus.
Penyakit herpes muncul dalam bentuk gelembung atau lepuh-lepuh pada permukaan
kulit, disertai rasa sakit. Berdasarkan bagian tubuh yang diserang, dapat dibedakan sebagai
herpes genitalis, herpes gestationis, herpes simpleks dan herpes zoster.
Ibu hamil termasuk dalam kelompok orang dewasa yang rentan terhadap penyakit
chickenpox/varisela apabila di masa mudanya belum pernah mengalaminya. Bagi ibu hamil
dengan usia kehamilan 1 hingga 3 bulan, memang bisa terjadi komplikasi terhadap janin bayi,
seperti keguguran, kelahiran mati atau bayi terkena sindrom congenital varicella (infeksi pada
janin kuartal pertama kehamilan) yang cukup berbahaya baik bagi sang janin maupun si ibu.
Namun memang prevalensi ibu hamil penderita cacar air yang mendapat komplikasi ini masih
rendah (sekitar 2 dari 100 kasus). Kehamilan cenderung memperburuk perjalanan penyakit
varicella. Infeksi varicella pada kehamilan meningkatkan risiko kejadian komplikasi pneumonia.
Infeksi varicella pada trimester awal kehamilan memunculkan risiko kelainan kongenital, sebesar
0,4% – 2%.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah jenis-jenis penyakit yang menyertai kehamilan?
2. Apa pengertian dari setiap penyakit tersebut?
3. Apa penyebab dari setiap penyakit tersebut?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari setiap penyakit tersebut?
5. Bagaimana pencegahan dari setiap penyakit tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang menyertai kehamilan
2. Untuk mengetahui penyebab dari setiap penyakit tersebut
3. Untuk memahami tanda dan gejala dari setiap penyakit tersebut
4. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya dari setiap penyakit tersebut
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1) Untuk memberikan gambaran tentang jenis-jenis penyakit yang menyertai kehamilan
2) Sebagai bahan masukan untuk memperluas dan memperdalam pemahaman tentang jenis-jenis
penyakit yang menyertai kehamilan.
BAB II
PEMBAHASAN
Herpes masuk dalam kelompok penyakit TORCH. TORCH merupakan sebutan atau akronim
dari kelompok penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan janin, terdiri
dari:
1. Toxoplasmosis
2. Other (seperti syphilis, varicella, mumps, parvovirus dan HIV)
3. Rubella
4. Cytomegalovirus
5. Herpes simpleks
1. Tipe Herpes Simplex dan Penularannya
Pada pengkajian lebih lanjut, sebagaimana dilansirNYTimes.com, penyakit herpes dibagi
menjadi dua tipe yakni Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) dan Herpes Simplex Tipe 2 (HSV-2).
HSV-1 menyerang mulut dan bibir, berupa cold soreyakni semacam lepuhan-lepuhan kecil
yang kadang nampak seperti jerawat dengan warna kemerahan. Herpes tipe ini bisa ditularkan
dari organ genital ke mulut melalui hubungan seks oral (lewat mulut).
HSV-2 menyerang organ genital. Penularannya juga terjadi terjadi lewat kontak kulit antar
organ genital maupun dari organ genital ke mulut melalui seks oral. Penularan ini karena dalam
seks oral maupun intercourse (memasukkan Mr. P ke Mrs. V) terjadi pertukaran cairan.
Jika seseorang terinfeksi virus herpes, akan dengan mudah menularkan penyakit ini ke
siapapun yang menjalin kontak dengannya.
1. Penyebaran
Tidak ada vektor yang menjadi perantara. Penularan transmisi atau penularan. Transmisi dari
satu individu ke individu lain dapat terjadi melalui berbagai cara. Transmisi intrauterus terjadi
karena virus yang beredar dalam sirkulasi (viremia) ibu menular ke janin. Kejadian transmisi
seperti ini dijumpai pada kurang lebih 0,5 – 1% dari kasus yang mengalami reinfeksi atau
rekuren. 6 Viremia pada ibu hamil dapat menyebar melalui aliran darah (per hematogen),
menembus plasenta, menuju ke fetus baik pada infeksi primer eksogen maupun pada reaktivasi,
infeksi rekuren endogen,2,10 yang mungkin akan menimbulkan risiko tinggi untuk kerusakan
jaringan prenatal yang serius. Risiko pada infeksi primer lebih tinggi daripada reaktivasi atau ibu
terinfeksi sebelum konsepsi. Infeksi transplasenta juga dapat terjadi, karena sel terinfeksi
membawa virus dengan muatan tinggi. Transmisi tersebut dapat terjadi setiap saat sepanjang
kehamilan, namun infeksi yang terjadi sampai 16 minggu pertama, akan menimbulkan penyakit
yang lebih berat.
Transmisi perinatal terjadi karena sekresi melalui saluran genital atau air susu ibu. Kira-kira
2% – 28% wanita hamil dengan CMV seropositif, melepaskan CMV ke sekret serviks uteri dan
vagina saat melahirkan, sehingga menyebabkan kurang lebih 50% kejadian infeksi perinatal.
Transmisi melalui air susu ibu dapat terjadi, karena 9% – 88% wanita seropositif yang
mengalami reaktivasi biasanya melepaskan CMV ke ASI. Kurang lebih 50% – 60% bayi yang
menyusui terinfeksi asimtomatik, bila selama kehidupan fetus telah cukup memperoleh imunitas
IgG spesifik dari ibu melalui plasenta.8 Kondisi yang jelek mungkin dijumpai pada neonatus
yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah.
Transmisi postnatal dapat terjadi melalui saliva, mainan anak-anak misalnya karena
terkontaminasi dari vomitus. Transmisi juga dapat terjadi melalui kontak langsung atau tidak
langsung, kontak seksual, transfusi darah, transplantasi organ.
Penyebaran endogen di dalam diri individu dapat terjadi dari sel ke sel melalui desmosom
yaitu celah di antara 2 membran atau dinding sel yang berdekatan. Di samping itu, apabila
terdapat pelepasan virus dari sel terinfeksi, maka virus akan beredar dalam sirkulasi (viremia),
dan terjadi penyebaran per hematogen ke sel lain yang berjauhan, atau dari satu organ ke organ
lainnya.
Pada infeksi primer, IgG muncul kira-kira 2 minggu kemudian. Pada reaktivasi, reinfeksi,
IgG muncul lebih cepat disertai kadar yang lebih tinggi dan kekuatan mengikat yang lebih baik
(avidity), sehingga serokonversi dan IgG aviditydipakai untuk membedakan infeksi baru atau
lama. Metoda pemeriksaan laboratorium yang digunakan ialah ELISA (enzyme linked
immunosorbent assay) atau ELFA (enzyme linked immunofuorescent assay).
CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari famili virus Herpes sehingga memiliki
kemampuan latensi. Virus ditularkan melalui berbagai cara a.l tranfusi darah, transplantasi
organ , kontak seksual, air susu , air seni dan air liur ; transplansental atau kontak langsung saat
janin melewati jalan lahir pada persalinan pervaginam.
2. Diagnosis
Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau jaringan tubuh
lain. Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgMyang mencapai kadar puncak 3 – 6 bulan
pasca infeksi dan bertahan sampai 1– 2 tahun kemudian. IgG meningkat secara cepat dan
bertahan seumur hidup
Masalah dari interpretasi tes serologi adalah :
1. Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan saat infeksi yang tepat
2. Angka negatif palsu yang mencapai 20%
3. Adanya IgG tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi yang persisten
4. Pencegahan :
Belum didapatkan obat yang baik untuk mencegah terjadinya infeksi CMV pada ibu dan
janin yang dikandungnya.
Dapat diusahakan :
1. Memberikan penerangan cara hidup yang higienis, menjauhi kontak dengan cairan yang
dikeluarkan oleh penderita CMV : urine, saliva, semen dlsb.
2. Bagi ibu, terutama yang melahirkan bayi prematur untuk berhati-hati dalam memberikan ASI.
Bayi prematur imunitasnya masih rendah. ASI yang mengandung virus CMV, didinginkan
sampai –20oC selama beberapa hari dapat menghilangkan virus. Cara lain pasteurisasi cepat.
3. Hati-hati pada transfusi, darah harus dari donor sero-negatif.
4. Vaksinasi mempunyai harapan dimasa datang
C. Penyakit Varicella pada Kehamilan
Varicella / chickenpox atau sering disebut cacar air adalah suatu infeksi virus menular,
yang menyebabkan ruam kulit berupa sekumpulan bintik – bintik kecil yang datar maupun
menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal. Merupakan
infeksi akut menular, disebabkan oleh virus varisela-zoster.
Varicella merupakan penyakit anak-anak dan sangat jarang dijumpai dalam kehamilan
dan nifas. Walaupun umumnya cacar air itu suatu penyakit ringan, namun pada wanita
hamil kadang-kadang bisa menjadi berat dan dapat menyebabkan partus prematurus.
1. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah oleh infeksi dari virus Varicella-Zoster (VZV)
Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini
menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan reaktivasi (keadaan kambuh
setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves zoster.
Secara morfologis identik dengan virus Herpes Simplex. Virus ini dapat berbiak
dalam bahan jaringan embrional manusia. Virus yang infektif mudah dipindahkan
oleh sel-sel yang sakit. Virus ini tidak berbiak dalam binatang laboratorium. Pada
cairan dalam penderita, virus ini juga dapat ditemukan. Antibodi yang dibentuk
tubuh terhadap virus ini dapat diukur dengan tes ikatan komplemen, presipitasi gel,
netralisasi atau imunofluoresensi tidak langsung terhadap antigen selaput yang
disebabkan oleh virus.
2. Patofisiologi
Infeksi virus masuk bersama airborne droplet masuk ke traktus respiratorius, tidak tertutup
kemungkinan penularan juga lewat lesi kulit tapi penyebaran paling efektif melalui sistem
respirasi. Selanjutnya virus akan berkembang di dalam sistem retikuloendotelial, kemudian akan
terjadi virema disertai gejala konstitusi yang diikuti dengan munculnya lesi di permukaan virus.
Jalur transmisi varicella melalui inhalasi/droplet infection, yang dianggap mulai infeksius
sejak 2hari sebelum lesi kulit muncul. Kemungkinan lain penularan terjadi melalui lesi di kulit.
Lesi di kulit dianggap tidak infeksius setelah semua menjadi krusta, dengan kemungkinan
penularan terjadi sampai 10-21 hari (rata-rata 15 hari, sejak awal muncul lesi kulit).
Tanda awal varicella mungkin mirip gejala flu, dengan malaise dan demam, diikuti
munculnya lesi kulit yang khas. Pada suatu periode waktu didapatkan lesi berupa makula,
papula, vesikel/pustula, dan krusta, dengan lokasi tersebar/tidak berkelompok.
Penyebarannya :
Biasanya mulai dari badan (dada), menyebar ke wajah dan ekstremitas.
Bentuk makula, papula vesikuladan krusta dapat terjadi pada waktu yang sama.
Bila terjadi infeksi skunder, cairan vesikula yang jernih akan berubah menjadi nanah
lymfodenopati.
3. Tanda Gejala
a) Pada penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-
gejala ini khas untuk infeksi virus.
b) Pada kasus yang lebih berat, bisa di dapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Berapa hari
kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di
sekitar dada dan perut. Gejalanya mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi.
c) Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam
kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk secara tidak sengaja. Jika
lenting ini tidak dibiarkan maka akan segera membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan
terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-
kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Proses ini memakan waktu selama 6-8jam. Selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan
yang baru.
d) Pada bayi, misalnya bayi yang usianya belum genap satu tahun akan lebih menderita pada saat
terserang virus ini karena demamnya bisa sangat tinggi. Kulitnya pun akan bisa terinfeksi
bakteri. Mereka belum bisa mengeluarkan apa yang dirisaukannya kecuali menangis.
4. Efek Samping
1. Pada Kehamilan
5 – 10% wanita dewasa rentan terhadap infeksi virus varicella zoster.
Infeksi varicella akut terjadi pada 1 : 7500 kehamilan
Komplikasi maternal yang mungkin terjadi :
1) Persalinan preterm.
2) Ensepalitis
3) Pneumonia
Resiko terjadinya sindroma fetal adalah 2% bila ibu menderita penyakit pada kehamilan
antara 13 – 30 minggu ; dan 0.3% bila infeksi terjadi pada kehamilan kurang dari 13 minggu.
Bila infeksi pada ibu terlihat dalam jangka waktu 3 minggu pasca persalinan maka resiko infeksi
janin pasca persalinan adalah 24%. Bila infeksi pada ibu terjadi dalam jangka waktu 5 – 21 hari
sebelum persalinan dan janin mengalami infeksi maka hal ini umumnya ringan dan “self
limiting”
Bila infeksi terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan atau 2 hari pasca
persalinan, maka neonatus akan berada pada resiko tinggi menderita infeksi hebat dengan
mortalitas 30%.
Pada ibu hamil yang terpapar dan tidak jelas apakah sudah pernah terinfeksi dengan virus
varicella zoster harus segera dilakukan pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak dapat
segera diperoleh atau IgG negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu 6 minggu pasca
paparan. Imunisasi varciella tidak boleh dilakuykan pada kehamilan oleh karena vaksin terdiri
dari virus yang dilemahkan
2. Pada Persalinan
Bila infeksi terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan atau 2 hari pasca
persalinan, maka neonatus akan berada pada resiko tinggi menderita infeksi hebat dengan
mortalitas 30%.
Imunoglobulin varicella zoster (VZIG) harus diberikan pada neonatus dalam jangka
waktu 72 jam pasca persalinan dan di isolasi. Plasenta dan selaput ketuban adalah bahan yang
sangat infeksius.
Bila serangan Herpes Zoster sangat dekat dengan saat persalinan maka varicella dapat
ditularkan secara langsung pada janin sehingga hal ini harus dicegah.
5. Komplikasi
Pada ibu hamil yang terpapar dan tidak jelas apakah sudah pernah terinfeksi dengan virus
varicella zoster harus segera dilakukan pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak dapat
segera diperoleh atau IgG negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu 6 minggu pasca
paparan.
Imunisasi varciella tidak boleh dilakukan pada kehamilan oleh karena vaksin terdiri dari
virus yang dilemahkan. Varisela pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan
kongenital sedangkan infeksi ibu hamil menjelang melahirkan dapat terjadi varisela congenital.
Pada masa kehamilan angka kejadian Herpes Zoster tidak lebih sering terjadi dan bila
terjadi maka tidak menimbulkan resiko terhadap janin. Bila serangan Herpes Zoster sangat dekat
dengan saat persalinan maka varicella dapat ditularkan secara langsung pada janin sehingga hal
ini harus dicegah.
Untuk mengurangi risiko kerusakan akibat garukan, sebaiknya :
1. kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun menjaga kebersihan tangan
2. kuku dipotong pendek agar saat digaruk tidak terjadi infeksi
3. pakaian tetap kering dan bersih
4. diberi obat antibiotikan atau jika kasusnya berat diberi obat anti-virus asiklovir.
5. Isolasi untuk mencegah penularan
6. diet bergizi tinggi (tinggi kalori dan protein)
7. bila demam tinggi, kompres dengan air hangat
8. upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air mandi.
9. upayakan agar vesikel tidak pecah
6. Diagnosis
Diagnosa ditegakkan atas dasar gambaran klinik meskipun usaha diagnosa juga
dapat ditegakkan dengan melakukan biakan virus dari vesikel dalam jangka waktu 4
hari setelah munculnya ruam
Pada tes serologi IgM varicella zoster muncul pada minggu ke 2 melalui pemeriksaan
ELISA atau CFT. IgG juga meningkat dalam waktu 2 minggu setelah pemeriksaan IgM.
Pemeriksaan untuk menentukan imunitas seorang wanita adalah dengan menggunakan FAMA –
Fluorescent Antibody Membrane Antigen.
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah
mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan system kekebalan), bisa diberikan
immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varicella biasanya
diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.
Pencegahan varicella, selain dengan meningkatkan daya tahan tubuh, dapat ditempuh
dengan pemberian vaksinasi atau imunisasi immunoglobulin (IG) anti varicella. Vaksinasi
diberikan untuk mereka yang belum pernah terkena varicella. Immunoglobulin diberikan setelah
tejadi paparan (postexposure), terutama pada pasien dengan status imun rendah, bayi baru lahir
(BBL), dan ibu hamil. Bila sudah terjadi infeksi, prinsip terapi adalah suportif dan pemberian
anti viral sesuai indikasi. Anti viral terpilih adalah acyclovir, yang akan bekerja efektif bila
diberikan 72 jam pertama sesudah munculnya lesi. Indikasi mutlak pemberian terapi anti viral
meliputi status imun rendah, manifestasi klinis berat, serta kehamilan trimester ke-3. Pasien
dengan varicella perlu dirawat bila keadaan umum lemah, lesi luas, atau untuk keperluan isolasi.
D. Penyakit Toxoplasmasis pada Kehamilan
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira hanya
10-20% kasus infeksi.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan
sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang
mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus
spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada
Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelainan mata dan telinga,
retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis.
1. Gejala Toxo
Sekitar 80% - 90% dari orang yang terinfeksi Toxoplasma tidak menunjukkan gejala. Mereka
yang mengalami gejala biasanya mengalami pembengkakan kelenjar getah bening serviks dan
gejala mirip flu yang hilang dalam beberapa minggu atau bulan tanpa pengobatan. Organisme ini
sebenarnya masih berada di tubuh dalam kondisi laten dan dapat aktif kembali jika orang
tersebut menjadi immunodepressed. Sebagai contoh, pasien dengan AIDS dapat terkena lesi di
otak akibat reaktivasi Toxoplasma. Pasien kemoterapi dapat terserang pada organ mata, jantung
(miokarditis), paru-paru atau otak ketika parasit menjadi aktif kembali.
Infeksi bawaan Toxoplasma bisa menyebabkan masalah serius pada mata, telinga, dan
kerusakan otak pada saat lahir. Namun, infeksi bawaan mungkin asimtomatik sampai beberapa
tahun pertama kehidupan atau bahkan sampai dekade kedua atau ketiga ketika mata (penurunan
penglihatan atau kebutaan), telinga (pendengaran), atau gejala kerusakan otak (kejang,
perubahan status mental) terkena. Toxoplasmosis merupakan penyebab utama retinochoroiditis
(peradangan retina dan koroid mata) di Amerika Serikat.
2. Pengobatan Toxoplasma
Toxoplasmosis dapat ditangani secara medis. Ada beberapa obat, biasanya digunakan dalam
kombinasi, untuk mengobati infeksi oleh parasit ini. Tiga obat yang paling sering digunakan ke
pasien, termasuk orang dengan HIV adalah pirimetamin (Daraprim), sulfadiazin (Microsulfon),
dan asam folinic. Namun, pasien hamil diobati dengan spiramisin (Rovamycine) dan leucovorin
(Wellcovorin) di samping obat yang tercantum di atas. Pasien dengan HIV biasanya
membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menjaga parasit tetap ditekan. Obat lain kadang-
kadang digunakan adalah klindamisin (Cleocin), azitromisin (Zithromax), atau atovakuon
(Mepron). Obat ini digunakan terutama ketika pasien alergi terhadap pirimetamin atau
sulfadiazin. Dosis bervariasi, cara terbaik untuk menentukan perawatan medis individu adalah
didasarkan pada situasi kesehatan pasien.
Sayangnya, pirimetamin (Daraprim) dan sulfadiazin (Microsulfon) dapat menyebabkan efek
samping yang signifikan, terutama pada janin. Dua dari efek samping utama adalah penekanan
sumsum tulang (pengobatan leucovorin dapat mengurangi penekanan ini) dan toksisitas hati
untuk pirimetamin. Untuk sulfadiazin, efek samping bisa mual, muntah, toksisitas hati, kejang,
dan gejala lainnya. Obat ini digunakan pada wanita hamil karena risiko infeksi oleh Toxoplasma
biasanya lebih parah daripada efek samping obat. Dokter yang merawat harus diberitahu cepat
jika efek samping terjadi.
3. Pencegahan Toxoplasma
Pencegahan Toxoplasmosis utamanya adalah untuk menghindari masuknya parasit. Berikut
ini disarankan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terinfeksi Toxoplasmosis:
a. Benar-benar memasak semua daging (daging beku selama beberapa hari juga mengurangi
kemungkinan Toxoplasma).
b. Mencuci tangan dengan benar setelah menyentuh daging mentah.
c. Cuci buah dan sayuran sebelum dikonsumsi
d. Jangan minum susu yang tidak dipasteurisasi atau minum air mentah.
e. Beri makan kucing dengan makanan yang dimasak dengan matang.
f. Jangan mengadopsi atau memegang kucing liar.
g. Jangan memelihara kucing baru saat hamil.
h. Wanita hamil harus memakai sarung tangan saat berkebun, benar-benar mencuci tangan mereka
setelah itu, dan menghindari kontak dengan kotoran kucing, dan sebaiknya meminta orang lain
untuk membersihkan kotak kotoran kucing (bersihkan kotak kotoran kucing setiap hari).
i. Taruh kotak pasir kotoran kucing di luar ruangan saat tidak digunakan.
b. Perawatan
1) Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien harus tetap
berbaring sampai minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari untuk mencegah terjadinya
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus.
2) Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan posisi berbaring untuk menghindari
komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus
3) Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta.
4) Perawatan yang baik untuk menghindarkan komplikasi mengikat sakit yang lama, lemah dan
anoreksia dll.
5) Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu istirahat mutlak,
berbaring terus ditempat tidur. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri
dan berjalan.
6) Diet makanan harus cukup mengandung kalori, cairan dan tinggi protein. Bahan makanan tidak
boleh mengandung banyak serat, tidak meragsang dan tidak banyak menimbulkan gas.
7) Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai.
8) Obat terpilih adalah kloramferikol 100 mg/kg BB/hari dai bagi dalam 4dosis selama 10 hari.
Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari. Bla pasien tidak serasi/alergi dapat diberikan golongan
obat lain misalnya penisilin atau kortimoksazol.
9) Pengobatan dengan kloramfenikol atau tiamfenikol (Urfamycin) biasanya cukup manjur. Waktu
ada wabah, semua wanita hamil perlu diberi vaksinasi. Walaupun kuman-kuman tifus
abdominalis tidak di keluarkan melalui air susu, namun sebaiknya penderita tidak menyusui
bayinya karena keadaan umum ibu biasanya tidak mengizinkan, dan karena kemungkinan
penuluaran oleh ibu melalui jalan lain tetap ada. Tifus abdominalis tidak merupakan indikasi bagi
abortus buatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Herpes disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks. Virus herper ini tidak dapat
disembuhkan, tetapi dapat diobati. Obat yang biasa diberikan untuk genital herpes adalah
Acyclovir. Karena cara kerjanya menetap dalam system saraf tubuh, virus tersebut tidak dapat
disembuhkan atau dihilangkan selama-lamanya. Herpes dapat juga ditularkan selama masa
kehamilan dan kelahiran.
CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari famili virus Herpes sehingga
memiliki kemampuan latensi. Virus ditularkan melalui berbagai cara tranfusi darah, transplantasi
organ , kontak seksual, air susu , air seni dan air liur
Varicella merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus varisella sozter, biasanya
sering terjadi pada anak-anak dan sangat jarang dijumpai dalam kehamilan dan nifas.
Walaupun umumnya cacar air itu suatu penyakit ringan, namun pada wanita hamil kadang-
kadang bisa menjadi berat dan dapat menyebabkan partus prematurus, atau kematian janin.
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi. Jika wanita
hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau
keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan
kesadaran. Penyakit ini mempunyai pengaruh buruk terhadap kehamilan. Dalam 60-80 % hasil
konsepsi keluar secara spontan : lebih dini terjadinya infeksi dalam kehamilan, lebih besar
kemungkinan berakhirnya kehamilan.
Hepatitis dapat disebabkan oleh kondisi non-infeksi seperti obat-obatan, alkohol, dan
penyakit autoimun, atau oleh adanya infeksi seperti hepatitis virus.
Infeksi traktus urinalis atau infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri yang paling
sering dijumpai selama kehamilan. Walaupun bakteriuria asimtomatik merupakan hal biasa,
infeksi simtomatik dapat mengenai saluran bawah yang menyebabkan sistitis atau menyerang
kaliks, pelvis, dan parenkin ginjal sehingga menyebabkan pielonefritis.
Bahwa penyebaran penyakit infeksi dalam kehamilan telah sangat menghawatirkan dan
perlu penanganan yang serius. Penyakit infeksi dalam kehamilan sangat berpengaruh pada
tingkat kesehatan seseorang dan kondisi kesehatan reproduksi. Penanggulangan Penyakit infeksi
dalam kehamilan dapat lebih efektif dengan dilakukannya upaya pencegahan dengan
pemeriksaan khusus sedini mungkin sebelum terlambat.
B. Saran
1. Bagi ibu yang sedang hamil
a) Sebaiknya selama masa kehamilan selalu menjaga daya tahan tubuh atau stamina sehingga
tidak rentan terserang berbagai penyakit.
b) Diharapkan agar lebih menjaga kebersihan diri terutama pada bagian Genital (alat kelamin),
karena hal itu dapat mencegah timbulnya jamur atau virus pada bagian genital yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit seperti Herpes Genitalis dan varicella.
c) Jika ibu mengalami gejala – gejala seperti nafsu makan berkurang, demam, terdapat ruam pada
bagian tubuh, dan terasa gatal ibu harus segera datang ketenaga kesehatan untuk mendapatkan
pengobataan.
2. Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak. Serta dapat memberikan penyuluhan
dengan penekanan pada aspek perubahan perilaku.
3. Bagi teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien dengan professional
DAFTAR PUSTAKA
Reaksi:
Label: Kesehatan, Makalah
0 komentar:
Poskan Komentar
~*~ Setelah membaca jangan lupa meninggalkan komentarnya, untuk kemajuan blog ini. Terima kasih atas
kunjungannya ~*~
SEARCH
Top of Form
Cari
TRANSLATE
Pilih Bahasa ▼
SAHABAT UFHI
LABEL
Agama (6) Artikel (80) Bahasa
Jawa (3) Bukti (8) Cara (30) Ceritaku(13) Contoh (16) Diagram (1) Download (4)Kesehatan (25) Makalah (23) P
idato(4) Popads (5) PTCku (4) Resep Masakan(6) Sinopsis (3) Siskom (Sistem Komputer) (9) Survey
Online (5) Tajwid (2)Tempat Wisata (3) Wattpad (7)
SAHABAT GOOGLE+
ARSIP BLOG
► 2016 (2)
► 2015 (25)
► 2014 (27)
▼ 2013 (59)
o ▼ Desember (19)
Presentasi Vitamin dan Efeknya Bagi Kesehatan
Contoh PPT : Presentasi Gizi Anak Usia Sekolah
2 Contoh Pidato dalam Bahasa Jawa Tentang Lingkung...
Contoh Syair Bahasa Indonesia : Syair Abdul Muluk
Contoh Pidato Bahasa Indonesia Singkat Tentang Nar...
Menganalisa Unsur Intrinsik pada Sebuah Cerpen
2 Contoh Cerita Rakyat dalam Basa Jawa
Makalah Sejarah Kondifikasi Al-Quran
Contoh Teks Drama Singkat Bahasa Indonesia
Makalah TIK dalam Bidang Pendidikan
Makalah Lingkungan Hidup
12 Cerita Rakyat dalam Bahasa Inggris dan Terjemah...
Makalah Elemen Statistik
Makalah Klasifikasi Data
Makalah Penyakit Yang Menyertai Kehamilan dan Pers...
Makalah Mineral dan Efeknya Bagi Kesehatan
Makalah Gizi Anak Usia Sekolah
Makalah Karbohidrat dan Efeknya Bagi Kesehatan
makalah vitamin dan efeknya
o ► November (1)
o ► Agustus (1)
o ► Februari (1)
o ► Januari (37)