( PATOLOGI KEBIDANAN )
Infeksi Herpes dan Varicella yang Menyertai Kehamilan dan Persalinan
Oleh:
Andri Lestari
(160106002)
UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
MARET 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat, taufik, dan hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat melaksanakan penyusunan Makalah Asuhan Kebidanan IV
(Patologi Kebidanan) yang berjudul Infeksi Herpes dan Varicella yang Menyertai Kehamilan
dan Persalinan. Tujuan makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pembaca
untuk mengetahui dan memahami materi tentang Infeksi Herpes dan Varicella yang Menyertai
Kehamilan dan Persalinan oleh dosen pembimbing Nunik Ningtiyasari, S.SiT., M.Kes.
Penyusun yakin bahwa makalah ini masih belum sempurna, untuk itu kritik dan saran
senantiasa penyusun harapkan, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Ibu hamil termasuk dalam kelompok orang dewasa yang rentan terhadap penyakit
chickenpox/varisela apabila di masa mudanya belum pernah mengalaminya. Bagi ibu hamil
dengan usia kehamilan 1 hingga 3 bulan, memang bisa terjadi komplikasi terhadap janin bayi,
seperti keguguran, kelahiran mati atau bayi terkena sindrom congenital varicella (infeksi pada
janin kuartal pertama kehamilan) yang cukup berbahaya baik bagi sang janin maupun si ibu.
Namun memang prevalensi ibu hamil penderita cacar air yang mendapat komplikasi ini masih
rendah (sekitar 2 dari 100 kasus). Kehamilan cenderung memperburuk perjalanan penyakit
varicella. Infeksi varicella pada kehamilan meningkatkan risiko kejadian komplikasi
pneumonia. Infeksi varicella pada trimester awal kehamilan memunculkan risiko kelainan
kongenital, sebesar 0,4 – 2%.
BAB II
PEMBAHASAN
Dua tipe-tipe dari virus-virus herpes berhubungan dengan luka-luka genital: herpes
simplex virus-1 (HSV-1) dan herpes simplex virus-2 (HSV-2). HSV-1 lebih sering
menyebabkan blisters dari area mulut sementara HSV-2 lebih sering menyebabkan luka-luka
genital pada area sekitar anus. Perjangkitan dari herpes berhubungan erat pada berfungsinya
sistim imun. Wanita-wanita yang mempunyai sistim-sistim imun yang ditekan, karena stress,
infeksi, atau obat-obat, mempunyai perjangkitan-perjangkitan (outbreaks) lebih seringkali dan
bertahan lebih lama.
Wanita hamil terserang herpes bayi mempunyai risiko tinggi tertular. Virus dapat
ditularkan kepada janin melalui placenta selama kehamilan atau selama persalinan vaginal.
Pada infeksi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran, ketuban penurunan
pertumbuhan. Sekitar 30-50% bayi yang lahir melalui vagina dengan seorang ibu yang
terinfeksi virus herpes. Bayi yang dilahirkan perempuan mengalami serangan pada saat lahir,
satu sampai empat persen menjadi terinfeksi dengan herpes-simplex virus. Setelah infeksi,
virus herpes membentuk suatu masa yang disebut latency, saat virus yang ada dalam tubuh dari
sel saraf dapat muncul (misalnya alat kelamin, mulut, dan bibir) virus menjadi aktif lagi.
Meskipun aktif, virus mulai kali (disebut peluruhan) dan menjadi transmittable lagi. Peluruhan
ini mungkin tidak disertai oleh gejala. Selama reaktivasi, virus berpindah dari dalam sel saraf
dan diangkut melalui saraf ke kulit. Kemampuan virus herpes menjadi laten dan reaktif
menjelaskan jangka panjang, sifat herpes infeksi yang berulang.
Infeksi ulang mungkin dipicu oleh haid, penyakit yang menyebabkan fevers, stres, sistem
kekebalan imbalances, dan penyebab lainnya yang tidak diketahui. Namun, tidak semua pasien
mengalami kejadian kedua.
Herpes genitalis primer timbul setelah masa laten yang lamanya bervariasi (Glasier, Anna,
2006)
1. Gejala sistemik sering terjadi, terutama pada wanita dan mencakup demam, nyeri kepala,
malese dan mialgia.
2. Nyeri yang mungkin parah, di vulva atau penis disuria dan peningkatan rabas vagina.
3. Pembesaran kelenjar linfe inguinal disertai nyeri tekan biasanya timbul lebih dari 1 minggu
setelah awitan penyakit.
4. Lesi awalnya bersifat popular tetapi cepat menjadi vesikel dan mengalami ulserasi. Lesi
menetap sampai 2 minggu sampai terjadi pembentukan krusta.
5. Pada wanita, dijumpai ulkus ekstensif di labia mayor, labia minora, kulit di sekitar
introitus, perineum, region periananal, vagina, dan serviks.
7. Pembentukan lesi baru dapat dijumpai pada 10 hari pertama. Radikulitis sacrum, yang
bermanifestasi sebagai konstipasi, retensi urin, dan parestesia dalam distribusi saraf sekralis
merupakan komplikasi yang jarang pada infeksi HSV 2 primer.
8. Gejala sistematik biasanya mereda dalam 7 sampai 10 hari dan lesi genital biasanya
sembuh dalam waktu sekitar 21 hari.
9. Gambaran klinis pada wanita cenderung lebih parah daripada pada pria.
10. Gambaran klinis episode pertama herpes genitalis pada orang yang pernah terpajan ke HSV
tampaknya lebih ringan daripada mereka yang menderita infeksi genital primer sejati.
2.3 Patofisiologi
Virus ini menginfeksi melalui dermis dan epidermis dari kulit atau mukosa yang
mengalami abrasi. Pada saat terjadi infeksi proses berlangsung secara subklinis. Infeksi
terjadi pada ujung saraf sensoris atau otonom. Proses penyebaran virus di tubuh dapat
terjadi secara lokal dan sistemik. Saat seseorang terinfeksi maka respon imun selular dan
humoral akan teraktivasi. Berat ringannya penyakit juga ditentukan oleh respon ini.
Seseorang yang memiliki efek pada respon imun dapat mengalami infeksi herpes berulang.
Demikian pula dengan kondisi kehamilan yang merupakan kondisi imunokompromis,
sehingga risiko untuk terkena infeksi herpes juga lebih tinggi. Infeksi virus herpes
simpleks tipe 1 (HSV-1) lebih sering ditransmisikan ke janin, dan lesi yang ditimbulkan
pada neonatus terbatas pada kulit, mata dan membran mukosa, sementara infeksi oleh
HSV-2 lebih menyebar dan dapat menginvasi sistem saraf pusat sehingga menyebabkan
gangguan perkembangan di kemudian hari.
Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan
tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain
(infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan
kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak
mandi, karena bisa menimbulkan shock.
Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-
obatan untuk menangani herpes genital adalah :
Asiklovir (Zovirus)
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari),
asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf
propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat
penyembuhan.
Valasiklovir (Valtres)
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap
berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir
sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat
dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah
dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis
episode awal.
Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi
HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinase virus
untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir.
Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga
memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari. Absorbsi peroral 70% dan
dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik.
Untuk ibu hamil
Ibu hamil yang menderita herpes simplek genitals primer dalam 6 minggu terakhir masa
kehamilannya dianjurkan untuk SC sebelum atau dalam 4 jam pecahnya ketuban.
Untuk bayi lahir dari ibu dengan herpes simplek
banyak runah sakit yang menganjurkan untuk mangisolasi bayi baru lahir dari ibu yang
mengalami herpes simplek. Bayi harus diawasi ketat selama 1 bulan pertama kehidupannya.
Untuk bayi dengan ibu herpes simplek dan melalui pervaginam harus diberikan profilaksis
asiklovir intravena selama 5-7 hari dengan dosis 3x10 mg/kgBB/hari.
Pengobatan varicella dibagi menjadi 2, yaitu pada penderita normal dan penderita dengan
imunokompromise atau penurunan system imun :
1) Normal
Bila terjadi pneumonia maka perawatan harus dilakukan di rumah sakit dan
diterapi dengan antiviral oleh karena perubahan dekompensasi akan sangat cepat terjadi.
Sindroma varicella kongenital dapat terjadi. Diagnosa sindroma didasarkan atas temuan
IgM dalam darah talipusat dan gambaran klinik pada neonatus antara lain :
Hipoplasia tungkai
Parut kulit
Korioretinitis
Katarak
Atrofi kortikal
mikrosepali
PJT simetrik
Resiko terjadinya sindroma fetal adalah 2% bila ibu menderita penyakit pada kehamilan antara
13 – 30 minggu ; dan 0.3% bila infeksi terjadi pada kehamilan kurang dari 13 minggu. Bila
infeksi pada ibu terlihat dalam jangka waktu 3 minggu pasca persalinan maka resiko infeksi
janin pasca persalinan adalah 24%. Bila infeksi pada ibu terjadi dalam jangka waktu 5 – 21
hari sebelum persalinan dan janin mengalami infeksi maka hal ini umumnya ringan dan “self
limiting” Bila infeksi terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan atau 2 hari pasca
persalinan, maka neonatus akan berada pada resiko tinggi menderita infeksi hebat
dengan mortalitas 30%.
2. Imunokompromise
Penyakit sedang –> Acyclovir IV 10mg/kgbb selama 7 hari atau lebih lama
Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka
yang ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah
mengkonsumsi obat. Konsumsi vitamin C placebo ataupun yang langsung dari buah-buahan
segar seperti juice jambu biji, juice tomat atau anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa
didapat dari placebo, minuman dari lidah buaya, ataupun runput laut
BAB III
PENUTUP
Penyakit infeksi yang dapat diderita oleh ibu hamil dan bersalin antara laib yaitu Herpes dan
Varicella. Herpes genitalis adalah infeksi yang menyerang vagina dan labia ( bibir kemaluan ).
Herpes ini paling sering ditularkan selama aktivitas seksual seseorang yang mempunyai luka
herpes aktif. Tidak ada pengobatan herpes, karena itu penyakit ini menjadi penyakit kambuhan
infeksi pertama kali muncul disebut infeksi primer.Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau
herpes virus hominis (HVH).
Sedangkan varicella adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster ini
pada dasarnya menyerang kepada tubuh orang yang belum pernah terserang oleh virus tersebut,
namun apabila tubuh orang tersebut pernah terinfeksi virus varicella zoster maka tubuh orang
tersebut akan membentuk anti body terhadap virus varicella zoster sehingga dimasa mendatang
tidak akan terserang penyakit tersebut lagi, namun jika kekebalan tubuh orang tersebut sedang
tidak baik dan ketika pengobatan tidak tuntas maka virus tersebut dapat hidup kembali dalam
tubuh penderitanya. Semua kemungkinan dapat terjadi baik kemungkinan terburuk maupun
kesembuhan terbaik maka dari itu menjaga kebersihan dan memeriksakan rutin pada masa
kehamilan merupakan salah satu bentuk pencegahan terbaik. Patuhi nasehat petugaskesehatan
dan berolahraga teratur ditemani dengan asupan gizi yang cukup.