Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Tentang

HERPES

Di Susun Oleh :

1. RAUDATUL MU'MIN (1420122095)


2. SA'ADATUL MARDIANI (1420122105)
3. YUNITA RAHMAYANTI (1420122130)
4. WAHYU NUYA AIDIR CANDRA (1420122118)
5. TUTI ASTIANA (1420122114)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini di waktu yang tepat. Makalah
ini buat untuk memenuhi tugas mata kuliah dengan judul “Herpes”. Kami
berharap dengan disusunnya makalah ini dapat membantu mahasiswa dan yang
membaca mendapat informasi terbaru dan memudahkan dalam pembelajaran mata
kuliah. Kami juga mengharapkan makalah ini sudah tersusun dengan baik dan
benar. Kami sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik pada masa yang akan datang. Kami harap, semoga
makalah sederhana ini, dapat menjadi pengetahuan dan informasi baru yang
dikemas dalam bentuk singkat, padat dan jelas.

Tidak lupa juga kami ucapkan Terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam proses pengajaran makalah ini.

Bagu, 22 September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4

2.1 Definisi Herpes..............................................................................4

2.2 Klasifikasi Herpes..........................................................................4

2.3 Etiologi, Pathogenesis dan Epidemiologi Herpes..........................6

2.4 Gejala Herpes.................................................................................10

2.5 Cara Pencegahan Herpes ..............................................................11

2.6 Pengobatan Herpes........................................................................12

BAB III PENUTUP.........................................................................................14

3.1 Kesimpulan....................................................................................14

3.2 Saran..............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Herpes simplex virus (HSV) merupakan salah satu virus
penyebab infeksi menular seksual yang meluas di seluruh dunia. HVS sendiri
dibagi menjadi dua tipe yakni HVS tipe 1 dan HVS tipe 2. Penyakit herpes
genitalis disebabkan oleh HSV anggota keluarga herpesviridae. Herpes
simplek/herpes genitalis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus simplek tipe 2 di mukosa alat kelamin.
HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari
ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin
dan infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan
perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli
kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV
lebih berat dan mempunyai riwayat yang berbeda dengan infeksi rekuren.
Setelah terjadinya infeksi primer virus mengalami masa laten atau stadium
dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang
kemudian menimbulkan kelainan pada kulit.
Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili
herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai
kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah
infeksi primer. Virus yang berada dalam keadaan laten dapat bertahan untuk
periode yang lama bahkan seumur hidup penderita. Virus tersebut tetap
mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga
dapat terjadi infeksi yang rekuren.
Yang beresiko terkena virus herpes adalah ibu hamil, bayi, dan orang
yang suka bergonta ganti pasangan seksual. Pada wanita hamil, bayi sangat
beresiko terkena virus herpes. Virus dapat ditularkan dari ibu ke bayinya
melalui plasenta selama kehamilan atau secara persalinan secara normal.
Sekitar 30-50% bayi yang lahir melalui vagina seorang ibu yang terinfeksi
virus herpes

1
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi
yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada
otak, kulit atau mata. Wanita hamil dengan herpes dapat mengakibatkan
herpes neonatal disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) atau
herpes virus tipe simpleks 2 jenis virus (HSV-2) sebagai salah dapat
menyebabkan herpes genital pada ibu. Sekitar 50% dari neonatal herpes
disebabkan HSV-1 dan 50% karena HSV-2. Sebagian besar kasus herpes
neonatal terjadi sebagai akibat dari kontak langsung dengan sekret ibu yang
terinfeksi, meskipun dalam 25% kasus kemungkinan sumber Infeksi postnatal
diidentifikasi, biasanya kerabat dekat dari infeksi Postnatal mother terjadi
sebagai akibat dari paparan infeksi herpes oro-labial.(Foley et all, 2014)
Untuk mencegah agar bayi yang sistem kekebalannya masih sangat
lemah, seorang Dokter akan memberikan saran agar ibu hamil yang
terindikasi virus herpes, melahirkan secara caesar. Persalinan caesar
memungkinkan bayi tidak perlu melewati saluran persalinan yang menjadi
persemaian berbagai virus. Penyakit herpes muncul dalam bentuk gelembung
atau lepuh-lepuh pada permukaan kulit, disertai rasa sakit.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan
dibahas pada makalah ini adalah :
1. Definisi herpes ?
2. Apa saja klasifikasi herpes ?
3. Bagaimana Etiologi, Pathogenesis dan Epidemiologi herpes ?
4. Bagaimana gejala herpes?
5. Bagaimana cara pencegahan herpes ?
6. Bagaimana pengobatan herpes?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah :
1. Dapat mengetahui definisi herpes.
2. Dapat mengetahui klasifikasi herpes
3. Dapat mengetahui Etiologi, Pathogenesis dan Epidemiologi herpes
4. Dapat mengetahui gejala herpes
5. Dapat mengetahui cara pencegahan herpes
6. Dapat mengetahui pengobatan herpes

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Herpes


Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat
menginfeksi manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan munculnya
lepuhan kulit dan kulit kering. Jenis virus herpes yang paling terkenal adalah
herpes simplex virus atau HSV. Herpes simplex dapat menyebabkan infeksi
pada daerah mulut, wajah, dan kelamin (herpes genitalia). Herpes merupakan
kondisi jangka Panjang. Akan tetapi, banyak orang yang tidak memunculkan
gejala herpes padahal mereka memiliki virus herpes di dalam tubuhnya.
(Monica Shendy, 2016)
Herpes kemaluan (genital herpes) adalah lepuhan atau sores pada
kemaluan. Ini disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) Tipe I atau Tipe
II. HSV Tipe I lebih banyak di mulut (cold sores) dan HSV Tipe II di
kemaluan. Kedua virus ini dapat menginfeksi mulut dan daerah kemaluan.
(Monica Shendy, 2016)

2.2 Klasifikasi Herpes


2.2.1 Herpes Zoster /Varicella Zoster Virus (VZV)
Herpes zoster yang sering disebut dengan istilah shingles
adalah penyakit yang disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV),
dengan manifestasi klinis berupa nyeri disertai blister yang muncul
mengikuti dermatom saraf dan sering terbatas pada area di satu sisi
tubuh dan membentuk garis. Infeksi awal herpes zoster adalah
varicella atau cacar air yang biasanya menyerang pada usia anak
hingga remaja. Setelah varicella sembuh, virus ini akan dalam
keadaan dorman di ganglion saraf dan dapat teraktivasi menimbulkan
herpes zoster apabila imunitas menurun (CDC,2008).
Varicella zoster virus (VZV) adalah virus yang menyebabkan
cacar air (chicken pox) dan herpes zoster (shingles). Herpes zoster
Varicella zoster adalah virus yang hanya dapat hidup di manusia dan

4
primata ;(simian). Pertikel virus (virion) varicella zoster memiliki
ukuran 120-300 nm. Virus ini memiliki 69 daerah yang mengkodekan
gen-gen tertentu sedangkan genom virus ini berukuran 125 kb
(kilobasa). Komposisi virion adalah berupa kapsid, selubung virus,
dan nukleokapsid yang berfungsi untuk melindungi inti berisi DNA
double stranded genom. Nukleokapsid memiliki bentuk ikosahedral,
memiliki diameter 100-110 nm, dan terdiri dari 162 protein yang
dikenal dengan istilah kapsomer. Virus ini akan mengalami inaktivasi
pada suhu 56-60 °C dan menjadi tidak berbahaya apabila bagian
amplop virus ini rusak. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui
pernapasan dan melalui vesikel pada kulit pada penderita .
2.2.2 Herpes Simplex Virus 1 (HSV 1)
Infeksi Herpes Simpleks Virus 1 (HSV 1) pada rongga mulut
merupakan suatu penyakit yang diawali gejala prodromal yaitu
demam diikuti munculnya vesikel pada wajah, mukosa mulut, dan
bibir. HSV 1 bersifat laten di dalam tubuh dan dapat rekuren yang
dipicu oleh paparan sinar matahari, stres emosional, kondisi
imunosupresi, kelainan hormonal dan trauma saraf. Herpes Simpleks
Keratitis (HSK) merupakan salah satu penyebab kerusakan kornea.
HSK terjadi akibat infeksi Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1).
HSK memiliki manifestasi klinik dari epitel sampai endotel.
Diagnosis didukung dengan penurunan sensibilitas kornea,
pemeriksaan Giemsa dan Papaniculou. ( Raihana Rustam, 2018)
2.2.3 Herpes Simplex Virus 2 (HSV 2)
Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan
pada daerah orolabial atau herpes orolabialis serta daerah genital dan
sekitarnya atau herpes genitalis, dengan gejala khas berupa adanya
vesikel berkelompok di atas dasar makula eritematosa. Herpes
simpleks genitalis merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual
(IMS) yang paling sering menjadi masalah karena sukar disembuhkan,
sering berulang (rekuren), juga karena penularan penyakit ini dapat
terjadi pada seseorang tanpa gejala atau asimtomatis. Kata herpes

5
dapat diartikan sebagai merangkak atau maju perlahan (creep or
crawl) untuk menunjukkan pola penyebaran lesi kulit infeksi herpes
simpleks genitalis.Gejala herpes meliputi lecet, bisul, nyeri saat buang
air kecil, dan keputihan. (Laissa Bonita, 2017)

2.3 Etiologi, Pathogenesis dan Epidemiologi Herpes


2.3.1 Etiologi Herpes
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 3 tipe virus herpes :
1. Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)
Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya
disebut herpes simpleks saja, atau dengan nama lain herpes
labialis, herpesfebrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada
usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak
langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai baju/handuk
mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas
termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu,
dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat
koitusoro genital (oral sex).
2. Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat
juga terjadi tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi
dan tenaga medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di
bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat
pula terjadi akibat hubungan seksualorogenital.
HSV tipe 1 dan 2 merupakan virus hominis yang
merupakan virus DNA. Pembagian tipe 1 dan 2 berdasarkan
karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker,
dan lokasi klinis yaitu tempat predileksi.
Terdapat tumpang tindih yang cukup besar antara HSV-1
dan HSV-2, yang secara klinis tidak dapat dibedakan. HSV-1
Kontak manusia melalui mulut, orofaring, permukaan mukosa,
vagina, dan serviks tampak merupakan sumber penting untuk

6
tertular penyakit. Tempat lain yang rentan adalah laserasi pada
kulit dan konjungtiva. Biasanya virus mati pada ruangan akibat
kekeringan. Saat replikasi virus tidak terjadi , virus naik ke saraf
sensori perifer dan tetap tidak aktif dan ganglia saraf. Wabah lain
terjadi ketika hospes menderita stres. Pada wanita hamil dengan
herpes aktif, bayi yang dilahirkan pervagina dapat terinfeksi oleh
virus. Terdapat resiko morbiditas dan mortalitas janin.
3. Varisella Zoster Virus
Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang
mempunyai kapsid tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk
simetri ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya
berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang
bersifat infeksius. Virus varisela dapat menjadi laten di badan sel
saraf, sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus kranialis dan
ganglio autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada individu yang
immunocompromise, beberapa tahun kemudian virus akan keluar
dari badan saraf menuju ke akson saraf dan menimbulkan infeksi
virus pada kulit yang dipersarafi. Virus dapat menyebar dari satu
ganglion ke ganglion yang lain pada satu dermatom.
2.3.2 Pathogenesis Herpes
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili
herphesviridae, sebuah grup virus DNA rantai ganda lipid-enveloped
yang berperanan secara luas pada infeksi manusia. Kedua serotipe
HSV dan virus varicella zoster mempunyai hubungan dekat sebagai
subfamili virus alpha-herpesviridae. Alfa herpes virus menginfeksi
tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan
sel host dan infeksi pada sel host. Infeksi pada natural host ditandai
oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan
penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten
pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi
infeksi HSV seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien
yang dapat menularkan virus lewat permukaan mukosa.

7
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus
menyebar melalui droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung
dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2 biasanya ditularkan secara
seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi
penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi
serta menimbulkan kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes itu
sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan
timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat.
Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion
saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi
orofaring HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal,
sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten di
ganglion sakral. Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger
factor), virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali
sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes
sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala
konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer.
Faktor pencetus antara lain adalah trauma atau koitus, demam,
stres fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi
makanan dan obat-obatan dan beberapa kasus tidak diketahui dengan
jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul
baik genito genital, ano genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV
dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung
jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai
dari kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva)
atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis daan
dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.
Lalu pada Herpez zoster disebabkan oleh varicello zoster
(VZV). Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh
hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus
dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga
menimbulkan kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui

8
serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen
dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap
di ganglion sensori setelah infeksi chickenpox pada masa anak – anak.
Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.
2.3.3 Epidemiologi Herpes
Data World Health Organization (WHO) diperkirakan usia 15-
49 tahun yang hidup dengan infeksi HSV-2 di seluruh dunia pada
tahun 2003 sejumlah 536 juta. Wanita lebih banyak yang terinfeksi
dibanding pria, dengan perkiraan 315 juta wanita yang terinfeksi
dibandingkan dengan 221 juta pria yang terinfeksi. Jumlah yang
terinfeksi meningkat sebanding dengan usia terbanyak pada 25-39
tahun. Sedangkan, jumlah infeksi HSV-2 baru pada kelompok usia
15-49 tahun di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 236 juta, di
antaranya 12,8 juta adalah wanita dan 10,8 juta adalah pria. (Lisa
Bonita, 2017)
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi
bergantung pada faktor-faktor seperti negara, kelas sosial ekonomi
dan usia. HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah oral pada masa
kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang.
Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2. HSV-
2 prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering
ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual.
Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan
lebih tinggi Amerika Serikat dari pada Eropa dan kelompok etnik kulit
hitam dibanding kulit putih.
Pada Varicella zoster virus (VZV), level infektifitasnya tinggi
dan memiliki prevalensi yang terjadi di seluruh dunia. Herpes zoster
tidak memiliki kaitan dengan musim dan tidak terjadi epidemik.
Hubungan yang kuat terdapat pada peningkatan usia, yaitu 1,2 sampai
3,4 per 1000 penduduk per tahun pada orang sehat berusia muda, dan
meningkat menjadi 3,9 sampai dengan 11,8 per 1000 penduduk pada
usia di atas 65 tahun (Long MD dkk., 2013).

9
2.4 Gejala Herpes
Gejala genital HSV adalah kondisi seumur hidup yang dapat ditandai
dengan sering gejala kekambuhan. Sebagian besar infeksi awal tidak
menunjukkan gejala atau atipikal, karena mayoritas orang dengan HSV-2
infeksi belum didiagnosis. Meskipun HSV-1 dan HSV-2 biasanya ditularkan
melalui rute yang berbeda dan mempengaruhi area tubuh yang berbeda,
tanda-tanda dan gejala tumpang tindih. Episode pertama dari gejala dari
genital HSV-1 infeksi tidak dapat klinis dibedakan dari infeksi HSV-2; hanya
melalui tes laboratorium yang infeksi ini dapat dibedakan. Ketika vesikel
tidak hadir, konfirmasi laboratorium mungkin diperlukan untuk
menyingkirkan penyebab lain ulkus genital. Kebanyakan orang akan
mengalami satu atau lebih gejala kekambuhan dalam waktu satu tahun setelah
gejala pertama episode infeksi HSV-2. Dengan genital HSV-1 infeksi,
episode gejala yang jauh lebih kecil kemungkinan kambuh. Kekambuhan
gejala umumnya kurang parah dari pertama. HSV-2 infeksi biasanya
menyebabkan pelepasan virus intermiten dari mukosa genital, bahkan dalam
ketiadaan gejala. Akibatnya, HSV-2 sering ditularkan oleh orang yang tidak
menyadari infeksi mereka atau yang asimtomatik pada saat kontak seksual.
Gejala pada Herpes HSV 1 ( Herpes Simplex) diawali dengan demam,
nyeri otot, dan lemas. Lalu muncul rasa nyeri, gatal, rasa terbakar atau
ditusuk pada tempat infeksi. Kemudian timbul blister, yaitu lesi kulit seperti
melepuh yang pecah dan mengering dalam beberapa hari. Blister yang pecah
tersebut mengakibatkan luka dengan rasa nyeri.
Gejala pada HSV 2 ( Herpes Genetial) contohnya gatal sekitar alat
kelamin. Lalu sakit pada saat buang air kecil. Keluarnya cairan dari vagina.
Munculnya benjolan di selangkangan dan koreng yang menyakitkan pada
kemaluan, pantat, anus, atau paha. Pada pria, herpes dapat menyebabkan kulit
penis kering, perih, dan gatal.
Pada VZV (Varicella-zoster virus) gejala yang ditimbulkan ruam kulit
berisi cairan (vesikel) yang terasa gatal,demam, hilangnya nafsu makan,sakit
kepala, rasa nyeri, panas pada kulit di salah satu sisi bagian tubuh.

10
2.5 Cara Pencegahan Herpes
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV.
Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat
terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus.
Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi
inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak
oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
- Pencegahan Tertularnya Herpes
1. Menghindari kontak fisik dengan orang lain, terutama kontak dari koreng
yang muncul akibat herpes.
2. Mencuci tangan secara rutin.
3. Mengoleskan obat antivirus topikal menggunakan kapas agar kulit tangan
tidak menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
4. Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus,
seperti gelas, cangkir, handuk, pakaian, make up, dan lip balm.
5. Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama
munculnya gejala penyakit herpes

2.6 Pengobatan Herpes


Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis,
tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Pengobatan yang
diberikan dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Pengobatan profilaksis, meliputi penjelasan kepada pasien tentang
penyakitnya, proteksi individual, menghindari faktor pencetus, psikoterapi.
2. Pengobatan non spesifik, yaitu yang bersifat simtomatis.
3. Pengobatan spesifik, yaitu pengobatan antivirus terhadap virus herpes.
Tiga obat virus yang efektif yaitu asiklovir, valasiklovir dan famsikolovir.
Efek obat antivirus tersebut mengurangi viral shedding, memperpendek
lama sakit dan memperpendek rekurensi.
Untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh herpes, tips-tips
berikut ini dapat dilakukan selama masa penyembuhan herpes, antara lain
yaitu:

11
1. Mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen sebagai obat pereda nyeri.
2. Mandi dengan menggunakan air suam
3. Kompres dengan air hangat atau atau air dingin pada kulit yang
terkena.
4. Menggunakan pakaian dalam berbahan katun.
5. Menggunakan pakaian longgar.
6. Menjaga area koreng tetap kering dan bersih.
Khusus ibu hamil, jika sedang atau pernah menderita herpes genital
harus berkonsultasi dengan dokter. Virus herpes dapat menular dari ibu
kepada bayi selama masa persalinan, terutama ketika sedang infeksi aktif,
serta dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya bagi bayi.
1. Paracetamol atau aspirin dapat mengurangi rasa sakit dan soreness.
2. Betadine akan mengeringkan lepuhan & mencegah sores terinfeksi.
3. Cuci sores dengan air garam 2 sendok the garam dalam 1 liter air, atau
1 cup garam dalam air mandi) dapat menolong penyembuhan.
4. Olesan salep atau krim penghilang rasa sakit dapat mengurangi rasa
sakit, terutama ketika mengeluarkan air seni.
5. Bila sakit sewaktu kencing , Anda dapat mengeluarkan air seni
sewaktu duduk dalam air mandi yang hangat.
Selain obat utama diatas, ada obat-obatan lain yang biasanya diberikan
untuk orang dengan herpes zoster.
1. Obat antiradang
Antiradang termasuk obat tambahan yang diresepkan sebagai salah
satu cara untuk mengobati herpes zoster. Ibuprofen atau obat-obatan
NSAID lainnya mampu mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.
2. Analgesik (obat pereda nyeri)
3. Antihistamin
Antihistamin seperti diphenhydramine (Benadryl) sering kali ikut
diresepkan untuk mengatasi rasa gatal. Ini karena rasa gatal akibat herpes
zoster biasanya tak tertahankan. Menggaruk ruam dan luka bisa membuat
penyakit menyebar luas. Untuk itu, antihistamin menjadi salah satu cara
efektif untuk mengobati rasa gatal akibat herpes zoster.

12
4. Capsaicin (Zostrix)
Capsaicin merupakan obat yang ditujukan untuk mengurangi risiko
nyeri saraf pasca pulih dari herpes zoster. Kondisi ini biasanya sangat
menyiksa karena menyerang serabut saraf dan kulit. Kulit akan terasa
seperti terbakar dalam waktu yang cukup lama.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
mukokutan.Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah
kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan
oleh virus herpes simpleks. Herpes zoster disebut juga shingles/cacar air.
Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma dan
saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster. Pengobatan dari herpes secara
umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor
pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani herpes genital adalah
asiklovir, valasiklovir, famsiklovir.

3.2 Saran
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah
kesehatan dengan cara pola hidup sehat. Diharapkan ibu yang sedang hamil
agar lebih menjaga kebersihan diri terutama pada bagian Genital, karena hal
itu dapat mencegah timbulnya jamur/virus pada bagian genital yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit seperti Herpes Genitalis dan varicella. Jika
ibu mengalami gejala – gejala seperti nafsu makan berkurang, demam,
terdapat ruam pada bagian tubuh, dan tersa gatal ibu harus segera datang
ketenaga kesehatan untuk mendapatkan pengobataan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bonita, Laissa. Dwi Murtiastutik. 2017. Penelitian Retrospektif: Gambaran Klinis


Herpes Simpleks Genitalis. Diakses di
https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/viewFile/4149/2797
Brazier,Yvett. 2017. “Symptoms, causes, and treatment for herpes “
https://www.medicalnewstoday.com/articles/151739.php
Foley E, Clarke E, Beckett VA, Harrison S, Pillai A, FitzGerald M, Owen P,
Low-Beer N, Patel R, 2014. Management of Genital Herpes in Pregnancy.
Long MD, Martin C, Sandler RS, Kappelman MD. 2013. Increased risk of herpes
zoster among 108 604 patients with inflammatory bowel disease. Aliment
Pharmacol Ther. 2013;37(4):420–429.
Rustam, Raihana. 2018. Manifestasi Klinis dan Manajemen Keratitis Herpes
Simpleks di RS. Dr. M. Djamil pada Januari 2012 – Desember 2013. Jurnal
Kesehatan Andalas Vol 7. No 3. Hal 37-38. Diakses di
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/871/711
Shendy,Monica. 2016. “Terapi Pada Pasien Lanjut Usia dengan Herpes Zoster”.
Jurnal Medula Unila Vol. 4 No. 3 Hal 110.
Tjin Willy. 2017.Herpes.Alodokter. diakses pada 17 oktober 2019
https://www.alodokter.com/herpes

15

Anda mungkin juga menyukai