Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

( Herpes Zoster dan Herpes Simpleks )


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMESTER IV

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

DOSEN PENGAMPU : Ns. Ulfa Husnul Fata, M. Kep.

Disusun Oleh :

1. AYU RAHMAWATI ( 1911012 )


2. DAHLIA VANLESDIAN PUTRI ( 1911015 )
3. SALMAN ROZIQ ( 1911031 )
4. TRI INTAN NURJANAH ( 1911034 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES PATRIA HUSADA BLITAR

Tahun Akademik 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Herpes Zoster dan Herpes Simpleks.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Ulfa Husnul Fata pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis..

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Blitar, 29 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................6
2.1 Definisi.........................................................................................................................................6
2.2 ETIOLOGI......................................................................................................................................7
TANDA GEJALA..................................................................................................................................7
2) Gejala Herpes Genital..............................................................................................................8
2.4 PATOFISIOLOGI............................................................................................................................8
2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK........................................................................................................9
2.6 PENATALAKSANAAN MEDIS.......................................................................................................10
BAB III..................................................................................................................................................11
KASUS SEMU........................................................................................................................................11
3.1 Kasus..........................................................................................................................................11
3.2 Pengkajian.................................................................................................................................11
3.3 NURSING CARE PLAN.................................................................................................................14
BAB IV..................................................................................................................................................17
PENUTUP.............................................................................................................................................17
4.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................17
4.2 SARAN........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi varicella
zoster virus (VZV) yang memiliki double-stranded DNA dan bereplikasi di nukleus sel,
sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi laten pada ganglion sel saraf sensori manusia
selama seumur hidup (Weinberg, 2007). Herpes zoster menyebabkan morbiditas yang cukup
tinggi karena menyerang saraf sensori sehingga mengakibatkan rasa yang sangat nyeri, selain
itu penyakit ini juga menyebabkan ketidaknyamanan karena vesikel yang muncul mengikuti
dermatom saraf pada bagian-bagian yang dapat menganggu aktivitas sehari-hari, misalkan
pada pinggang, punggung, dan lengan. Rekarensi penyakit herpes zoster menyebabkan
tingkat kesakitan semakin tinggi. Virus ini dapat bereplikasi di kemudian hari dengan cara
menjalar mengikuti saraf sensori menuju kulit sehingga muncul penampakan klinis berupa
vesikel terutama saat kekebalan tubuh menurun. Kasus herpes zoster semakin meningkat
seiring semakin meningkatnya kasus imunodefisiensi seperti HIV dan keganasan. Herpes
zoster bisa dijadikan pertanda awal HIV/AIDS, dengan meningkatnya risiko herpes zoster 20
kali lebih besar dibandingkan dengan orang tanpa imunodefisiensi (Manfred, 1999).

Herpes Simplex Virus merupakan salah satu virus yang menyebabkan penyakit
herpes pada manusia. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit
herpes pada manusia yaitu Herpes Simplex Virus, Varizolla Zoster Virus (VZV),
Cytomegalovirus (CMV), Epstein-Barr Virus (EBV), dan Human Herpes Virus tipe 6 (HHV-
6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang
sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel. Herpes Simplex Virus sendiri dibagi
menjadi dua tipe, yaitu Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1) yang menyebabkan infeksi
padaalat kelamin (genital). Tetapi, bagaimanapun kedua tipe virus tersebut
dapatmenyebabkan penyakit dibagian tubuh manapun. HSV-1 menyebabkan
munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah dan
sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan
menyebabkan vagina terlihat seperti bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan
kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan
bernapas atau kejang.

4
Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling
berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4 - 6 hari. Gejala yang timbul meliputi nyeri,
inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan pembentukan
gelembung - gelembung yang berisi cairan bening yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang (scab).
Setelah infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik untuk bermigrasi
sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai
diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan
penurunan daya tahan tubuh, stres, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada
mukosa genital, menstruasi, kurang tidur dan sinar ultraviolet.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien dengan Virus Herpes?
2) Berapakah prevalensi dan insiden herpes zoster?
3) Bagaimanakah gambaran karakteristik pasien herpes zoster?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui prevalensi dan insiden herpes zoster.
2) Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien herpes zoster.
3) Untuk mengetahui definisi Virus Herpes
4) Untuk mengetahui klasifikasi Virus Herpes
5) Untuk mengetahui etiologi Virus Herpes
6) Untuk mengetahui manifestasi klinis Virus Herpes
7) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Virus Herpes
8) Untuk mengetahui penatalaksanaan medis Virus Herpes.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
1. Virus Herpes Simpleks
a) Herpes simpleks adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh
adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan
eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens.
b) Herpes simpleks adalah penyakit kulit/ selaput lendiur yang disebabkan
oleh virus herpes simpleks. Virus ditularkan melalui udara( aerogen) dan
sebagian kecil memalui kontak kulit langsung (termasuk disini melalui
hubungan badaniah/ koitus).
c) Herpes simpleks disebabkan oleh virus DNA. Partikel DNA penular
masuk kedalam nukleus sel dan memanfaatkan mesin reproduksi sel
untuk replikasinya sendiri.
2. Virus Hepes Zoster
a) Herpes zoster ( Dampa, Cacar air ) adalah penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa,
infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
Kadang – kadang infeksi primer berlangsung subklinis. Frekueni pada
pria dan wanita sama, lebih sering mengenai orang dewasa.
b) Herpes zoster adalah peradangan akut pada kulit dan mukosa yang
disebabkan oleh virus varicella zoster.
c) Herpes zoster adalah Peradangan kulit akut dengan sifat yang khas, yaitu
terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan
sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral

6
2.2 ETIOLOGI
a. Etiologi herpes zoster adalah infeksi varicella-zoster virus (VZV). Virus ini dapat
menyebabkan dua jenis penyakit yang berbeda yaitu varicella (cacar air) dan herpes
zoster (cacar ular).
Varicella Zoster Virus
Varicella-zoster virus (VZV) merupakan virus DNA bagian dari famili
herpesviridae seperti herpes simpleks virus (HSV), Epstein Barr virus (EBV), dan
human herpes virus (HHV). Genom virus sebesar 125.000 bp, memiliki selubung dan
berdiameter 80 -120 nm. VZV dapat mengkode 70 -80 protein. VZV menginfeksi sel
limfosit T teraktivasi, sel epitel, sel epidermal, dan sel neuron. VZV juga dapat
membentuk sel sinsitia dan menyerang secara langsung dari sel ke sel.
b. Etiologi herpes simpleks adalah Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 dan tipe 2.
Umumnya virus tipe 1 diasosiasikan dengan infeksi diatas pinggang (upper belt
infection) yaitu bagian mata dan mulut,biasa dikenal dengan orolabial herpes.
Sedangkan HSV tipe 2 berasosiasi terhadap infeksi di bawah pinggang (lower belt
infection) yaitu di bagian genital, disebut dengan herpes genitalis. Namun, saat ini
kedua tipe virus mulai menampakkan infeksi yang saling tumpang tindih satu sama
lain, dengan peningkatan secara signifikan genital herpes akibat HSV tipe 1. Hal ini
diduga disebabkan praktek orogenital seks pada pasien

2.3 TANDA GEJALA

1) Gejala utama herpes zoster adalah timbulnya bintil berisi air pada kulit, dengan ciri-
ciri sebagai berikut:
a) Bintil yang muncul seperti cacar air di salah satu sisi tubuh (kanan atau kiri).
b) Bintil tersebut hanya setempat.
c) Jaringan sekitar bintil menjadi bengkak.
d) Bintil akan berkembang menjadi luka lepuh.
e) Luka lepuh akan pecah dan menjadi luka berkerak, lalu menghilang secara
perlahan.
f) Bintil yang timbul di area mata dapat mengganggu penglihatan.

7
Bintil herpes pada kulit tersebut terasa nyeri seperti terbakar, kaku, dan
kesemutan, yang semakin parah bila tersentuh. Rasa nyeri ini sebenarnya sudah
timbul 2-3 hari sebelum bintil muncul, dan masih akan terus terasa bahkan setelah
bintil sudah hilang.

Selain bintil dan nyeri, gejala lain yang dirasakan oleh penderita herpes zoster adalah:

a) Demam
b) Sakit kepala
c) Lemas
d) Silau terhadap cahaya

2) Gejala Herpes Genital

Herpes genital sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun jika muncul,
gejala yang terlihat berupa luka lepuh di area kelamin. Luka tersebut biasanya terasa
sakit dan gatal. Gejala ini dapat kambuh beberapa kali dalam setahun. Namun seiring
terbentuknya sistem kekebalan tubuh terhadap virus herpes, frekuensi
kekambuhannya akan berkurang.

2.4 PATOFISIOLOGI
a. Patofisiologi herpes zoster adalah melalui infeksi laten dan reaktivasi varicella-
zoster virus (VZV).
Infeksi Primer VZV
Infeksi VZV primer menyebabkan varicella atau cacar air (chickenpox) yang
ditandai dengan ruam kulit dan vesikel, yang umumnya bersifat ringan dan self
limiting. VZV ditularkan melalui droplet (airborne) atau kontak langsung dengan lesi.
Virus menginfeksi sel epitel dan limfosit di orofaring dan saluran napas atas
serta konjungtiva. Virus kemudian masuk ke kulit melalui darah dan menyebar ke sel
epitel untuk membentuk ruam dan vesikel. Lesi vesikuler akan berubah menjadi
pustular setelah infiltrasi sel radang, kemudian lesi dapat terbuka, kering dan menjadi
krusta. Masa inkubasi VZV adalah 10-20 hari (dengan rata-rata waktu 14 hari.
b. Patofisiologi herpes simpleks dimulai dengan infeksi virus, namun cara transmisi
virus sedikit berbeda antara Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 dan tipe 2. Infeksi
virus HSV tipe 1 terutama ditularkan melalui kontak langsung dengan saliva yang

8
terkontaminasi atau sekret tubuh  orang yang terinfeksi. Sementara HSV Tipe 2
terutama menular saat hubungan seksual.
Virus HSV sangat pandai mengelabui sistem imun tubuh manusia melalui
beberapa mekanisme. Salah satunya adalah dengan menginduksi terakumulasinya
molekul CD1d pada antigen presenting cells. Normalnya, molekul-molekul CD1d
akan ditransportasikan ke permukaan sel, dimana antigen dipresentasikan sebagai
reaksi dari stimulasi natural killer T-cells yang kemudian memediasi respon imun.
Ketika molekul CD1d terkumpul di dalam sel, respon imun menjadi terhalang.
HSV juga memiliki beberapa mekanisme lain yang dapat menurunkan regulasi
berbagai macam sel imun dan sitokin. HSV mampu menyebabkan infeksi cytolytic,
sehingga terjadi perubahan patologis  karena nekrosis sel dan reaksi inflamasi. Cairan
berkumpul di antara lapisan epidermis dan dermis, sehingga terjadi pembentukan
vesikel. Cairan kemudian diabsorbsi dan meninggalkan keropeng. Penyembuhan
dapat terjadi tanpa meninggalkan parut. Dapat pula terbentuk ulkus dangkal akibat
ruptur vesikel pada membran mukosa.

2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


a. Diagnosis penyakit herpes zoster utamanya dapat ditegakkan dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang seperti tes Tzanck dan PCR dapat
membantu menegakkan diagnosis bila gejala klinis meragukan.
Penyakit herpes zoster dapat memberikan gejala prodromal dan gejala erupsi kulit
b. Diagnosis herpes simpleks dapat ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang
dapat dipertimbangkan untuk mengkonfirmasi diagnosis pada kasus dimana lesi
atipikal. Gejala akan muncul antara tiga hari sampai satu minggu setelah
terpajan herpes simplex virus (HSV). Pasien umumnya akan mengalami gejala
prodromal khas virus, seperti malaise, anoreksia, demam, limfadenopati, nyeri yang
terlokalisasi, rasa terbakar, atau berdenyut sebelum munculnya lesi.

9
2.6 PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan herpes zoster adalah menggunakan antiviral disertai terapi untuk
nyeri akut dan post herpetik neuralgia.
Strategi Penatalaksanaan Herpes Zoster
Strategi tatalaksana menggunakan strategi 6A yaitu attract patient early, assess
patient fully, antiviral therapy, analgetic, antidepressant/anticonvulsant, dan allay
anxiety-counselling.
b. Penatalaksanaan lini pertama herpes simpleks adalah obat antivirus, seperti acyclovir,
valacyclovir dan famsiklovir. Terapi ini tidak dapat mengeradikasi virus yang laten
pada sel neuron, sehingga tidak dapat mencegah terjadinya reaktivasi virus baik dalam
tingkat keparahan ataupun frekuensi reaktivasi.

Acyclovir

Saat ini acyclovir masih menjadi modalitas terapi utama pada infeksi HSV tipe
1 dan 2. Hanya saja, bioavailabilitas nya hanya sekitar 15-30% dengan pemberian per
oral. Umumnya herpes simpleks diterapi dengan preparat oral, kecuali pada infeksi
HSV berat dan pasien imunokompromais dimana acyclovir diberikan melalui jalur
intravena.

10
BAB III

KASUS SEMU

3.1 Kasus
Bpk. S berumur 62 tahun, mengalami plenting-plenting di dahi dan kelopak mata kiri
sejak 3 hari yang lalu. Mulanya muncul merah dan plenting sedikit di dahi kiri lalu bertambah
banyak sampai ke kelopak mata kiri. Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika digerakkan.
Penderita juga merasakankan nyeri dikulit daerah muncul plenting. Sehari sebelumnya
penderita mengeluh tidak enak badan dan demam ringan. Belum pernah berobat untuk
keluhan ini.

3.2 Pengkajian
A. Anamnesis
1. Identitas Klien :
Nama : Bpk. S
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Mulyosari
Pekerjaan : Pensiunan Guru
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama Plenting plenting dan nyeri pada dahi dan kelopak
mata kiri
b) Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 3 hari yang lalu, muncul plenting-
plenting di dahi dan kelopak mata kiri. Mulanya muncul merah dan
plenting sedikit di dahi kiri lalu bertambah banyak sampai ke kelopak
mata kiri. Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika digerakkan.
Penderita juga merasakankan nyeri dikulit daerah muncul plenting.
Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak enak badan dan demam
ringan. Belum pernah berobat untuk keluhan ini. Pasien minum
paracetamol untuk menurunkan demamnya.

11
c) Riwayat Penyakit dahulu Riwayat cacar air waktu kecil tidak
diketahui. Tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya dan tidak
pernah di rawat di RS.
d) Riwayat Penyakit keluarga Tidak ada anggota keluarga yang memiliki
keluhan serupa.
e) Kebiasaan/ Lingkungan Penderita mempunyai kebiasaan jalan santai 1
jam setiap hari. Penderita tidak merokok dan minum alkohol

3. Analisa Data

DS : DO :
a. Pasien mengatakan a. TD = 120/80 mmHg
mengalami plenting-plenting b. HR = 102x/menit
di dahi dan kelopak mata kiri RR = 24x/menit
sejak 3 hari yang lalu. c. Suhu = 37,80C
b. Pasien mengeluh mulanya
muncul merah dan plenting
sedikit di dahi kiri lalu
bertambah banyak sampai ke
kelopak mata kiri.
c. Pasien mengatakan kelopak
mata terasa nyeri dan berat
jika digerakkan.
d. Penderita juga merasakankan
nyeri dikulit daerah muncul
plenting.
e. Sehari sebelumnya penderita
mengeluh tidak enak badan
dan demam ringan.
f. Belum pernah berobat untuk
keluhan ini.

12
4. Masalah Keperawatan yang muncul
1) Nyeri Akut
2) Integritas Kulit

B. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breath) Tidak ada keluhan batuk, pilek, sesak napas.
2) B2 (Blood) Leukositosis
3) B3 (Brain) Demam ringan, suhu : 37,8°C
4) B4 (Bladder) Tidak ada keluhan.
5) B5 (Bowel) Tidak ada keluhan
6) B6 (Bone) Nyeri di daerah munculnya plenting.

C. Pemeriksaan Penunjang
1) Tzanck Smear Mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex.
2) Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody: digunakan untuk membedakan
diagnostic herpes virus.
3) Immunoflourorescent: mengidentifikasi varicella di sel kulit.
4) Pemeriksaan histopatologik
5) Kultur virus
6) Identifikasi Antigen / asam nukleat VVZ.

13
3.3 NURSING CARE PLAN

N DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


O
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Intervensi Observasi :
Keperawatan selama 3 x 24
jam, maka tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil,sebagai berikut : frekuensi, kualitas,
Ekspetasi : Menurun intensitas Nyeri.
Muntah : Menurun 2. Identifikasi skala
Mual : Menurun nyeri.
Meringis : Menurun 3. Identifikasi respons
Keluhan Nyeri : Menurun nyeri non verbal.
4. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri.

Terapeutik :

1. Berikan teknik non


farmakologis unuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.

14
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
3. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

2 Gangguan Setelah dilakukan Intervensi Observasi :


Integritas Keperawatan selama 3 x 24 1. Identifikasi penyebab
Kulit jam, maka tingkat integritas gangguan integritas kulit.
kulit membaik dengan kriteria
hasil,sebagai berikut : Terapeutik :
Ekspetasi : Meningkat 1. Ubah posisi 2 jam jika tirah
Kemerahan : Membaik baring.
Nyeri : Membaik 2. Lakukan pemijatan pada area
Kerusakan lapisan kulit : penonjolan tulang, jika perlu.
Membaik 3. Bersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama
periode diare.
4. Hindari produk berbahan
dasar alcohol pada kulit
kering.

Edukasi :

15
1. Anjurkan menggunakan
pelembab.
2. Anjurkan minum air yang
cukup.
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.
4. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem.
5. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya. (PPNI, 2018)

BAB IV

PENUTUP

16
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Herpes simpleks adalah
infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes Hominis) tipe I dan tipe IIyang ditandai
dengan vesikel berkelompok diatas kulit yang eritematosa di daerah mukokutan.2. Penyakit
herpes simpleks di sebabkan oleh virus herpes simpleks.3. Secara umum gejala klinik infeksi
virus herpes simpleks dapat dibagi dalam 2 bentuk yaitu Infeksi primer dan infeksi rekuren.4.
Secara klinis bila didapatkan lesi yang khas maka dapat dicurigai infeksi virus herpes
simpleks, tetapi diagnosis yang paling baik adalah ditemukannya virus dalam kultur
jaringan.5.Virus herpes simpleks menyebar melalui kontak tubuh secara langsung dan
sebagian besar dengan kontak seksual.6. Konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
Herpes Simpleks

4.2 SARAN
Dengan adanya pembahasan mengenai Herpes Zoster dan Simpleks ini, diharapkan
para pembaca dapat mengerti tentang Herpes Simpleks, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, diagnosis, dan konsep asuhan keerawatan serta pencegahan yang mungkin
dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

Penatalaksanaan Herpes Simpleks - Alomedika. (n.d.). Retrieved March 30, 2021, from
https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/herpes-
simpleks/penatalaksanaan
17
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.).

Penatalaksanaan Herpes Simpleks - Alomedika. (n.d.). Retrieved March 30, 2021, from
https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/herpes-
simpleks/penatalaksanaan

PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).

(Penatalaksanaan Herpes Simpleks - Alomedika, n.d.)Penatalaksanaan Herpes Simpleks -


Alomedika. (n.d.). Retrieved March 30, 2021, from
https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/herpes-
simpleks/penatalaksanaan

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.).

18

Anda mungkin juga menyukai