Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

STOMATITIS Apthosa rekuren ( Sariawan )


A. DEFINISI
Sariawan atau stomatitis merupakan radang yang terjadi pada mukosa ( pipi
bagian dalam ) mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Bercak itu dapat
berupa bercak tunggal maupun berkelompok. sariawan dapat menyerang selaput
lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam
rongga mulut. Meskipun tidak tergolong berbahaya, tapi sariawan sangat
mengganggu. Penyakit ini tergoloong ringan, hanya akan mengurangi selera makan
pada anak, lantaran rasa perih yang dialami akibat sentuhan makanan pada
sariawannya. Umumnya lokasi sariawan di bibir, lidah, pipi bagian dalam
(mukosa ), dan tenggorokan. Jarang terjadi pada gusi (Febry, 2010).
Stomatitis apthosa rekuren atau SAR juga dikenal sebagai
apthae/cankersores/reccurent aphthous ulcerations ( RAU ). Merupakan suatu
peradangan jaringan lunak mulut yang di tandai oleh ulkus yang rekuren tanpa
disertai gejala penyakit lain oleh penderita sebegai rasa terbakar.(Mahmudah et al.,
2018)
B. Etiologi
Penyebab terjadinya stomatitis dapat berbeda tergantung dari jenisnya,
dibawah ini beberapa penyebab terjadinya stomatitis menurut (Yuniar & Putri,
2019) :
 Rongga mulut yang kering akibat kebiasaan bernafas melalui mulut
sehingga mempermudah timbulnya iritasi pada area rongga mulut.
 Luka kecil akibat perawatan gigi, ketidaksengajaan menggigit pipi, serta
akibat adanya bagian gigi yang tajam.
 Hipersensitivitas terhadap beberapa jenis makanan seperti stroberi, jeruk,
kopi, telur, coklat, kacang, maupun keju.
 Penyakit sisitim kekebalan tubuh yang menyerang sel pada rongga mulut.
 Sistem kekebalan yang lemah.
 Kekurangan vitamin B12, asam folat, zat besi, maupun zinc.
 Konsumsi beberapa jenis obat seperti kemoterapi.
 Infeksi jamur ( canadida albicans )
 Stress
 Virus herpes simplek 1 / HSV-1 ( penyebab herpes stomatitis ).

C. Klasifikasi stomatitis

1. Stomatitis aftosa rekuren

Ulserasi multipel, ulang kambuh, nyeri, pada mukosa mulut, umumnya mukosa yang tidak
berkeratin, ada beberapa tipe SAR menurut (Sasanti, n.d.) yaitu :

a. Tipe minor

17-85%, ukuran ulser < 1 cm, jumlah 1-5, sembuh dalam 7-10 hari.

b. Tipe mayor

10-15%, besar & dalam, >1cm sembuh lebih lama dan meninggalkan parut

c. Tipe herpetiformis

5-10%, kecil & banyak 1-3mm, 5-100 ulser, mirip lesi herpes, sembuh 10-14 hari

2. Herpes intra-oral rekuren

Lebih adri 90% sub klinis, dan menjadi laten pada saraf sensoris, 40-150 % remaja dan 60-
90% dewasa

3. Kandiasis oral

Disebabkan oleh jamur komensal di mulut 10% populasi dewasa dan 50% anak
4. Lichen planus oral

Radang kronis mukokutan karena gangguan pada sistem imun.

D. Patofisiologi

Pato fisiologis stomatitis menurut (Bernardus Ryan Hartanto, 2017) ada dua yaitu :

1. Mekanisme langsung

Sel – sel epitel pada mukosa rongga mulut mengalami pergantian sel yang cepat,
biasanya setiap 7-14 hari. Hal ini membuat sel-sel epitel pada mukosa rongga mulut
menjadi mudah terpengaruh oleh efek dari terapi sitotoksik yang targetnya merupakan
sel yang sedang aktif membalah. Kemoterapi dapat mengganggu maturitas dan
pertumbuhan seluler dari sel epitel, menyebabkan perubahan pada pergantian sel
bahkan kematian sel

2. Mekanisme tak langsung

Mikositis oral ( stomatitis ) dapat juga disebabkan karena invasi tak langsung dari
bakteri garam negatif dan jamur. Saat mendapatkan terapi sitotoksik yang mempunyai
efek samping stomatotoksik, biasanya pasien mengalami neutropenia. Kondisi
neutropenia meningkatkan resiko infeksi pada rongga mulut. Stomatitis biasanya
muncul 10-21 hari setelah kemoterapi dilakukan, saat neutrofil rendah dan sedang pada
titik terendahnya.

E. Manifestasi klinis

Stomatitis adalah kondisi yang secara umum menyebabkan rasa sakit, demam, rasa
lelah, sakit kepala, dan hilangnya nafsu makan. Biasanya, penderita memiliki satu atau
lebih luka kecil pada bagian bibir, gusi, lidah, atau bagian dalam pipi. Berikut adalah
tanda dan gejala stomatitis menurut (Shylma, 2019)
1. Stomatitis aftosa

Berikut adalah gejala-gejala yang muncul apabila anda menderita peradangan mulut
jenis aftosa :

 Muncul rasa nyeri


 Luka sariawan berbentuk lingkaran bergaris merah, dengan warna putoh atau
kuning di tengah
 Berlangsung selama 5 hingga 10 hari
 Dapat muncul Kembali lain waktu.
2. Stomatitis herpes

Sedikit berbeda dengan stomatitis aftosa, berikut adalah gejala dari stomatitis herpes :

 Demam hingga 40 derajat Celsius


 Demam muncul beberapa hari sebelum luka muncul
 Kesulitan menelan
 Tidak dapat minum dan makan dengan normal
 Pembengkakan gusi
 Rasa sakit
 Produksi air liur berlebih
 Nafas berbau tidak sedap
 Dehidrasi
F. Pathway

Imunitas Agen infeksius:


Dx: Resiko menurun: bakteri, jamur,
Infeksi rentan virus

Dx: Hambatan Dx: Gangguan


Isolasi proses Infeksi lokal
interaksi integritas kulit
perawatan pada mukosa
oral

Dx: Gangguan
Perubahan flora norma
proses
keluarga
Lesi berwarna
merah
kekuningan

Dx: nyeri akut Dx: Resiko


Kurasakan dan
Sulit Bau mulut pada rongga ketidakseimban
inflamasi mulut gan nutrisi
berkomunikasi membran
kumosa

Citra dan hara


diri menurun Kurangnya Nyeri tidak Nafsu makan
Perawatan terkontrol menurun
kesehatan
Dx: Gangguan mmenurun
konsep diri Gejala Dx: Gangguan Perubahan
meningkat pola tidur pola maakan

Kurang informasi konstipasi


Stress

Dx: Pola
Dx: Gangguan eleminasi
Dx: Kurangnya
pertumbuhan terganggu
pengetahuan orang tua
dan
perkembangan

Tubuh lemah
Dx: Defisit
perawatan diri
G. Komplikasi

Dampak gangguan pada kebutuhan dasar manusia

1. Pola nutrisi : nafsu makan menjadi berkurang, pola makan menjadi tidak teratur
2. Pola aktivitas : kemampuan untuk berkomunikasi menjadi sulit
3. Pola Hygiene : kurang menjaga kebersihan mulut
4. Terganggunya rasa nyaman : biasanya yang sering dijumpai adalah rasa perih akibat
stomatitis.

H. Penatalaksanaan

 Hindari makanan yang semakin memperburuk kondisi seperti cabai


 Sembuhkan penyakit atau keadaan yang mendasarinya.
 Pelihara kebersihan mulut dan gigi serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup,
terutama makanan yang mengandung vitamin 12 dan zat besi.
 Hindari stress
 Pemberian anti biotik

Pada kasus yang lebih berat dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon acetonide
in oral base 0,1% 3 kali / hari dan obat kumur klorheksin 3 kali / hari selama 7 hari
(Nurdiana & Jusri, 2011).

I. Pemeriksaan penunjang

Anda mungkin juga menyukai