Anda di halaman 1dari 21

1. Apa diagnosis dari kasus pada scenario?

Ulkus dekubitus adalah area jaringan nekrosis yang muncul ketika


jaringan lunak tertekan antara tulang yang menonjol dan permukaan
eksternal dalam waktu yang lama. Luka tekan atau pressure ulcer
mengganggu proses pemulihan pasien, mungkin juga diikuti dengan nyeri
dan infeksi sehingga menambah panjang lama perawatan, bahkan adanya
luka tekan dapat menjadi penanda prognosis yang buruk untuk pasien.
Ulkus dekubitus dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
kelembaban. Akibat kelembaban yang intensitasnya bertambah akan terjadi
resiko pembentukan dekubitus 5 kali lebih besar.
Penanganan yang dilakukan pada pasien ulkus dekubitus terdiri menjadi dua,
yaitu operatif dan non-operatif. Cara operatif yang dilakukan adalah dengan
intervensi bedah, sedangkan cara non operatif adalah dengan melakukan
perawatan luka.
Sumber : Levina Mutia, Kuswan Ambar Pamungkas, Dewi Anggraini. 2015.
PROFIL PENDERITA ULKUS DEKUBITUS YANG MENJALANI TIRAH
BARING DI RUANG RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2013. JOM FK Volume 2 No. 2
Oktober

2. Bagaimana etiopatogenesis dari kasus pada scenario ?

Dekubitus terjadi sebagai hubungan antara waktu dengan tekanan.


Semakin besar tekanan, maka semakin besar pula insiden terbentuknya luka.
Kulit dan jaringan subkutan dapat mentoleransi beberapa tekanan. Tetapi
pada tekanan eksternal terbesar daripada tekanan dasar kapiler akan
menurunkan atau menghilangkan aliran darah ke dalam jaringan
sekitarnya.Jaringan ini menjadi hipoksi sehingga terjadi iskemia. Jika tekanan
ini lebih besar dari 32mmHg dan tidak dihilangkan dari tempat yang
mengalami hipoksia maka pembuluh darah akan kolaps dan thrombosis. Jika
tekanan yang besar dihilangkan maka sirkulasi pada kulit dibawahnya normal
kembali

Ulser yang terjadi pada rongga mulut dapat merupakan manifestasi dari
penyakit sistemik, infeksi atau faktor lokal. Faktor lokal tersebut antara lain
adalah ulser yang disebabkan oleh trauma yang dikenal dengan ulser
traumatik. Terdapat bermacam–macam trauma yang menyebabkan ulcer
yaitu mekanik, termal, dan kimiawi.
1. Ulser traumatik mekanik dapat terjadi akibat kontak dengan makanan tajam,
tergigit pada saat makan, berbicara atau tidur.
2. Ulser traumatik termal terjadi akibat konsumsi makanan panas atau
penggunaan bahan cetak thermoplastik.
3. Ulserasi traumatik bahan kimia dapat terjadi karena prosedur dental, antara
lain penggunaan etsa, bonding, formokresol, dan paraformaldehid. Ulserasi
dapat juga terjadi akibat penggunaan clorheksidine dan aspirin bubuk yang
digunakan sendiri oleh pasien dengan cara mengaplikasikan obat tersebut ke
dalam kavitas gigi.
Imunopatogenesis
Sistem imun alami merupakan sistem imun perlindungan awal untuk melawan
infeksi atau inflamasi. Sistem imun alami berfungsi juga untuk pengaktifan sel
imun adaptif. Sel sel imun alami yaitu sel-sel fagosit seperti polimorfonuklear
neutrofil, monosit, dan makrofag yang memicu pelepasan mediator-mediator
kimia seperti sitokin tumor necrosis factor (TNF-α), Interleukin (1β).
Sedangkan sel imun adaptif seperti sel-sel limfosit T dan B. Interleukin 1β
dihasilkan sebagai respon terhadap mikroorganisme, bakteri toksin,
komponen komplemen atau injuri jaringan. IL-1β memiliki peran penting salah
satunya adalah menginduksi sitokin inflamasi lain, menstimulasi fibroblas
untuk menghasilkan enzim kolagenase, menginduksi proses demineralisasi
tulang dalam menstimulasi resorpsi tulang terutama dalam mengubah matriks
jaringan ikat.
Sel sel seperti fibroblas dan makrofag berperan dalam meresorpsi
sementum yang telah termineralisasi dengan memicu diferensiasi
preodontoblas dan preosteoklas. Sel-sel mononu klear juga te rpicu untuk
berdiferensiasi menjadi odontoklas. Peningkatan jumlah odontoklas akan
meningkatkan resorpsi dan terbukanya permukaan akar yang termineralisasi

Karies-pulpitis-ganggren-nekrosis-inflamasi-il -1b meingkat-resopsi


berkurang-tekanan gigi permanen(mekanik)-gigi kelar dari gingiva

Sumber: Dyke, T.E. Van & Kornman, K.S., 2008. Inflammation and Factors That
May Regulate Inflammatory Response. J Periodontal, 79(8), pp.1503–1507.
National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP). 2009. Prevention and
Treatment of Pressure Ulcers: Clinical Practice Guideline. NPUAP. Washington
DC.
Herawati, E. dan Dwiarie, T. A. 2019. Temuan Klinis Dan Manajemen Kasus
Ulserasi Rongga Mulut Terkait Trauma Iatrogenik. Sumedang: JKG Unpad Vol.
31 No. 2.

3. Bagaimana manifestasi klinis dari kasus pada scenario?

Size and shape Single moderate size, irregular shape


Apex gigi keluar
robekan pada mukosa gingiva dan labial atau muccobuccal fold
Surface and Tepi lesi terdapat kemerahan yang tidak kunjung hilang
margin
lokasi Daerah yang tertekan
Gingiva, muccolabial fold
Seringkali di gigi anterior bagian labial
gejala Nyeri palpasi
Rasa tidak nyaman
Source:

 Wong, J. Lee, AHC. Zhang, C. 2021. ‘Diagnosis and Management of Apical


Fenestrations Associated with Endodontic Diseases: A Literature Review’.
European Endodontic Journal. Vol. 6
 Glick, M. Greenberg, MS. Lockhart, PB. Challacombe, SJ. 2021. Burket’s Oral
Medicine. Hoboken: Wiley Blackwell

KLASIFIKASI ULKUS DEKUBITUS


Derajat pengertian Gambaran Klinis
Derajat I Eritema tidak pucat pada kulit
utuh,lesi luka kulit yang
diperbesar. Kulit tidak
berwarna,hangat atau keras
juga dapat menjadi indikator

Derajat Hilangnya sebagian ketebalan


II kulit meliputi epidermis dan
dermis. Luka superficial dan
secara klinis terlihat seperti
abrasi,lecet atau lubang yang
dangkal (Hockenberry &
Wilson, 2009).

Derajat Hilangnya seluruh ketebalan


III : kulit meliputi jaringan
subkutan atau nekrotik yang
mungkin akan melebar ke
bawah tapi tidak melampaui
fascia yang berada
dibawahnya. Luka secara
klinis terlihat seperti lubang
yang dalam atau tampa
merusak jaringan sekitarnya
(Hockenberry & Wilson,
2009).
. Derajat Hilangnya seluruh ketebalan
IV kulit disertai destruksi
ekstensif, nekrosis jaringan
atau kerusakan otot, tulang,
atau struktur penyangga

Gambaran klinis ulkus traumatikus akibat trauma mekanik bervariasi, sesuai


dengan intensitas dan ukuran dari penyebabnya. Biasanya berupa ulser
tunggal yang berbentuk oval dan cekung. Bagian tengah ulkus biasanya
kuning-kelabu atau berwarna putih/abu-abu dengan pinggir eritematosus

MANIFESTASI KLINIS (Djuanda, 2013)

1. Riwayat pengobatan sebelumnya


2. Riwayat operasi
3. Riwayat rawat inap
4. Status gizi dan perubahan berat badan
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, 2010, Anatomi kulit . Dalam: Buku Ilmu
Penyakit Kulit & Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta; Penerbitan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, p. 3-4.
Khairiati.dkk. 2014. ULKUS TRAUMATIKUS DISEBABKAN TRAUMA
MEKANIK DARI SAYAP GIGI TIRUAN LENGKAP (LAPORAN KASUS)
Jurnal B-Dent, Vol 1, No. 2, Desember 2014 : 112- 117 112
4. Apa diagnosis banding dari kasus di scenario?

NAMA Gambaran Klinis Persamaaan pengertian


ginginstomati Terdapat  Gusi membengkak
tis lesi dan memerah
Peradan  Adanya luka atau
gan lenting di gusi, bibir,
berwarn lidah, bagian dalam
a merah pipi, dan langit-
langit mulut
 Demam
 Produksi air liur
meningkat
 Bau mulut
 Nafsu makan
menurun

Nerotizing  Terda Pada penderita GUNA


ulcerative pat umumnya dijumpai
gingivitis ulsera beberapa gejala antara
si lain:
• Adanya nyeri lokal atau
luas dengan onset yang
cepat atau tiba-tiba
• Interdental papila yang
membesar, merah terang,
dan tumpul dengan
daerah nekrosis berbentuk
kawah. Nekrosis dan
ulserasi dapat pula terjadi
di free gingiva margin
• Daerah ulserasi ditutupi
dengan pseudomembran
yang keabuabuan
• Sering disertai oleh plak
gigi dan kalkulus
• Perdarahan secara
spontan dengan sedikit
provokasi
• Terkadang ada
perluasan proses penyakit
ke dalam jaringan lunak
yang berdekatan • Dapat
disertai limfadenopati,
nafas berbau busuk,
demam, dan malaise.
SAR SAR adalah suatu
penyakit ulseratif yang
paling umum terjadi di
mukosa mulut. Gambaran
lesinya yaitu bentukan
ulkus dangkal, berbentuk
bulat, nyeri, bagian tengah
ditutupi pseudomembran
warna kuning
keabuabuan,dan memiliki
batas kemerahan yang
jelas. Biasanya terletak
dibagian mukosa bukal,
labial dan jarang terjadi
pada mukosa yang
berkeratin
Ulkus Ulkus traumatikus sering
traumatiks terjadi pada mukosa
bagan labial dan bukal
karena posisi tersebut
terletak berdekatan
dengan daerah kontak
oklusi gigi sehingga lebih
sering mengalami gigitan
pada waktu gerakan
pengunyahan. Insidensi
dari ulkus traumatikus
dapat ditemukan pada
mukosa rongga mulut,
antara lain pada gingiva,
lidah, bibir, lipatan mukosa
bukal, palatum, mukosa
labial, mukosa bukal dan
dasar mulut

1) Recurrent Aphtous Stomatitis


Perbedaan Recurrent Aphtous Stomatitis Ulcus Decubitus
Bentuk lesi Terdapat papula dan tertutup Ulser berupa mukosa gingiva
pseudomembran berwarna putih yang rupture dikelilingi
kekuningan dengan eritema, terdapat
gambaran berwarna putih
yang merupakan akar gigi
yang keluar
Gejala  Simtomatik (nyeri pada daerah  Bisa asimtomatik
ulserasi, terkadang pasien maupun tidak
merasakan demam ringan)  Tidak ada rekurensi
 Terjadi rekurensi
Etiologi Genetic, dengan predisposisi seperti Tekanan dari jaringan keras
defisiensi nutrisi, reaksi yang berlebihan pada
hipersensitivitas, hormone, stress, jaringan
trauma
Tatalaksana Akan sembuh sendiri jika RAS minor, Debridement, perawatan
bisa diberi terapi supportive berupa saluran akar, dan Tindakan
pemberian multivitamin bedah seperti flap
replacement atau graft,
reseksi akar yang keluar.

2) Primary Herpetic Gingivostomatitis


Perbedaan Primary Herpetic Gingivostomatitis Ulcus Decubitus
Bentuk lesi Vesikel yang rupture menjadi ulser Ulser berupa mukosa gingiva
kecil, bulat, ditutupi pseudomembran yang rupture dikelilingi
putih kekuningan dengan eritema, terdapat
gambaran berwarna putih
yang merupakan akar gigi
yang keluar
Gejala  Simtomatik (rasa terbakar pada  Bisa asimtomatik
ulserasi, demam, limfadenopati) maupun tidak
Etiologi Virus herpes simplex tipe I (HSV 1) Tekanan dari jaringan keras
yang berlebihan pada
jaringan
Tatalaksana Obat-obatan antivirus sistemik Debridement, perawatan
(acyclovir, calacyclovir, famciclovir) saluran akar, dan Tindakan
bedah seperti flap
replacement atau graft,
reseksi akar yang keluar.

Source:

 Aloyuny, AY. Albagieh, HN. Al-Serwi, RH. 2021. Oral and perioral herpes simplex
virus infection type I in a five-month-old infant: A case report. World J Clin
Cases ; 9(3)
Sumber: Herawati, E. dan Dwiarie, T. A. 2019. Temuan Klinis Dan Manajemen Kasus
Ulserasi Rongga Mulut Terkait Trauma Iatrogenik. Sumedang: JKG Unpad Vol. 31 No.
2.

5. Bagaimana tatalaksana kasus pada scenario?


Perawatan komprehensif .
 penghapusan agen peyebab
 Tramnisolon asetonid
 Control nyeri diclon hidrokoloid 0,1 %

Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal, sistemik ataupun


dengan tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi penyembuhan terjadi
lebih cepat.
a. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus Secara umum sama dengan
tindakan pencegahan yang sudah dibicarakan di atas. Pengurangan tekanan
sangat penting karena ulkus tidak akan sembuh selama masih ada tekanan yang
berlebihan dan terus menerus.
b. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya Keadaan tersebut
akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik. Untuk hal
tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan
pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan NaC10,9%, larutan H202 3%,
larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan antiseptik lainnya. Pranarka
(2001) menyatakan bahwa pada dekubitus Stadium I, kulit yang tertekan dan
kemerahan harus dibersihkanmenggunakan air hangat dan sabun, lalu diberi
lotion dan dipijat 2-3 x/hari untukmemperlancar sirkulasi sehingga iskemia
jaringan dapat dihindari.
c. Mengangkat jaringan nekrotik Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan
menghambat aliran bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga
menghambat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu
pengangkatan jaringan nekrotik akan mempercepat proses penyembuhan ulkus.
Terdapat 3 metode yang dapat dilakukan antara lain: Sharp debridement
(dengan pisau, gunting dan lain-lain), enzymatic debridement (dengan enzim
proteolitik, kolageno-litik, dan fibrinolitik), mechanical debridement (dengan
tehnik pencucian, pembilasan, kompres dan hidroterapi)
d. Mengatasi infeksi Antibiotika sistemik dapat diberikan bila penderita mengalami
sepsis, selulitis. Ulkus yang terinfeksi harus dibersihkan beberapa kali sehari
dengan larutan antiseptik seperti larutan H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat
0,5%. Radiasi ultraviolet (terutama UVB) mempunyai efek bakterisidal. Dilakukan
pemeriksaan kultur sensitivitas untuk menentukan antibiotika spesifik
e. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Hal
ini dapat dicapai dengan pemberian antara lain : bahan-bahan topikal misalnya :
salep asam salisilat 2%, preparat seng (Zn 0, Zn SO), oksigen hiperbarik; selain
mempunyai efek bakteriostatik terhadap sejumlah bakteri, juga mempunyai efek
proliferatif epitel, menambah jaringan granulasi dan memperbaiki keadaan
vaskular, radiasi infra merah; short wave diathermy, dan pengurutan dapat
membantu penyembuhan ulkus karena adanya efek peningkatan vaskularisasi,
terapi ultrasonik; sampai saat ini masih terus diselidiki manfaatnya terhadap
terapi ulkus dekubitus.
f. Tindakan bedah selain untuk pembersihan ulkus juga diperlukan untuk
mempercepat penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus
stadium III & IV dan karenanya sering dilakukan tandur kulit ataupun
myocutaneous flap (Suriadi, 2004).
g. Mengkaji status nutrisi Pasien dengan luka tekan biasanya memiliki serum
albumin dan hemoglobin yang lebih rendah bila dibandingkan dengan mereka
yang tidak terkena luka tekan. Mengkaji status nutrisi yang meliputi berat badan
pasien, intake makanan, nafsu makan, ada tidaknya masalah dengan
pencernaan, gangguan pada gigi, riwayat pembedahan atau intervensi
keperawatan/medis yang mempengaruhi intake makanan.(Mahmuda, 2019)

Penatalaksanaan terhadap ulkus bergantung pada penyebab ulkus, ukuran,


tingkat keparahan dan lokasinya. Terapi ulkus yang disebabkan oleh trauma secara
umum adalah menghilangkan faktor penyebab. Pada ulkus yang disebabkan trauma
mekanik atau trauma suhu, biasanya akan sembuh sendiri dalam 10-14 hari. Lesi
traumatik pada mukosa oral dapat diatasi dengan menghilangkan faktor penyebab.
Trauma kimia dan suhu menyebabkan nyeri yang hebat pada mukosa oral, sehingga
memerlukan analgesik selama penyembuhan. Terapi suportif seperti memperbaiki oral
higiene dan penggunaan obat kumur sangat disarankan. Modalitas terapi untuk ulkus
traumatik adalah :
 Hindari faktor penyebab
 Gunakan pelindung mulut.
 Konsumsi diet lunak
 Kumur dengan NaCl hangat

Aplikasi anestesi topikal atau pemberian obat kumur anestetik dapat digunakan
untuk mengurangi rasa nyeri pada lesi. dalam. Rasa nyeri pada lesi dapat dikurangi
dengan pemberian obat kumur anestetik. Pemberian antiseptik kumur seperti
clorhexidine terbukti dapat mengurangi nyeri walaupun tidak begitu nyata. Antibiotik
broad spectrum seperti penisilin dapat digunakan untuk mencegah infeksi sekunder
oleh bakteri terutama jika lesi ulkus parah dan dalam.

Bila penyebab ulkus dekubitus adalah gigi maloklusi atau supraposisi, dapat
dilakukan ekstraksi gigi penyebab sesuai prosedur tetap sebagai berikut:
a. Anestesi lokal
b. Pencabutan
c. pemberian tampon, digigit selama 1/2 jam
d. antibiotika, analgetika

1. Apabila pasien anak tidak kooperatif bisa dilakukan pemotongan ujung akar,
supaya tidak tajam lagi dan melukai bibir
2. Apabila pasien anak kooperatif bisa dilakukan pencabutan, karena
pencabutannya menggunakan bius suntik

SUMBER: SURYANA, A., & SOS, S. PENATALAKSANAAN TINDAKAN


PENCABUTAN SISA AKAR GIGI SULUNG PADA PASIEN ANAK AN N DENGAN
KASUS PERSISTENSI DISERTAI ULKUS DEKUBITUS DI PUSKESMAS KARANG
SETRA BANDUNG TAHUN 2015.
Apriyono, D. (2010) ‘KEDARURATAN ENDODONSIA Dwi Kartika Apriyono Bagian Ilmu
Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember’, STOMATOGNATIC-
Jurnal Kedokteran Gigi, 7(1), pp. 45–50.
Mahmuda, I.N.N. (2019) ‘Pencegahan Dan Tatalaksana Dekubitus Pada Geriatri’,
Biomedika, 11(1), p. 11. doi:10.23917/biomedika.v11i1.5966.
Violeta, B. V. and Hartomo, B.T. (2020) ‘Tata Laksana Perawatan Ulkus Traumatik
pada Pasien Oklusi Traumatik: Laporan Kasus’, e-GiGi, 8(2), pp. 86–92.
doi:10.35790/eg.8.2.2020.30633.

6. Bagaimana pemeriksaan utama maupun penunjang dari kasus pada


scenario?

Anamnesis
Anamnesis pada pasien ulkus dekubitus harus dilakukan secara komprehensif, hal ini
disebabkan oleh karena ulkus dekubitus tidak selalu terlihat secara superfisial. Secara
umum, jaringan otot lebih mudah mengalami nekrosis dibandingkan kulit. Sehingga
diagnosis dari ulkus dekubitus terkadang susah untuk dilakukan.
Beberapa informasi yang perlu ditanyakan terkait terjadinya risiko ataupun terjadinya
luka tekan yang sedang berlangsung adalah:
 Kesehatan fisik dan mental pasien secara keseluruhan, untuk melihat tingkat
mobilisasi dari pasien
 Adanya bau atau cairan yang tidak sedap
 Faktor risiko terjadinya malnutrisi (diet dan penurunan berat badan)
 Status kontinensia
 Riwayat pengobatan dan operasi
 Riwayat penyakit : riwayat ulkus sebelumnya, multiple sclerosis,
 Riwayat konsumsi alkohol, rokok dan obat-obatan terlarang
 Riwayat penyakit neurologi penyerta seperti quadriplegia, paraplegia, spina
bifida.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diawali dengan melakukan pemeriksaan fisik secara umum terlebih
dahulu yang kemudian difokuskan pada lokasi terjadinya ulkus. Predileksi terjadinya
ulkus adalah lokasi-lokasi dengan penonjolan tulang yang jelas.

Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) telah mengklasifikasikan ulkus dekubitus


menjadi 6 bagian berdasarkan kedalamannya.
Luka Tekan Derajat I (non blanchable erythema)
Kulit yang umumnya terlokalisir pada daerah penonjolan tulang akan tampak
kemerahan. Daerah ini akan teraba nyeri, lunak, serta perubahan suhu lebih hangat
atau lebih dingin dibandingkan jaringan sekitarnya.
Luka Tekan Derajat II (partial thickness skin loss)
Pada derajat II, bagian kulit dermis akan hilang yang bermanifestasi sebagai
ulkus dangkal terbuka dengan warna kemerahan pada dasar luka tanpa
adanya slough dan memar. Manifestasi lainnya juga terdapat blister yang berisi serum
yang masih intak atau ruptur.
Luka Tekan Derajat III (full thickness skin loss)
Hilangnya kulit akan membuat lemak subkutan menjadi terlihat, namun pada
derajat ini tulang, tendon maupun jaringan otot tidak terlihat. Pada derajat ini mungkin
terdapat slough, yang disertai dengan undermining dan tunnelling.
Luka Tekan Derajat IV (full thickness tissue loss)
Pada derajat IV jaringan yang terpapar adalah tulang, tendon dan otot. Eskar
dan slough akan tampak pada bagian dasar luka yang disertai
dengan tunnelling dan undermining.
Luka Tekan Unstageable (kedalaman tidak dapat ditentukan)
Luka tekan ini merupakan luka tekan yang dasar luka tidak dapat terlihat akibat
adanya slough  dan/atau eskar pada dasar luka. Luka tekan akan diklasifikasikan
sebagai unstageable selama slough atau eskar belum dihilangkan sehingga kedalaman
luka belum dapat ditentukan.
Suspected Deep Tissue Injury
Luka tekan dengan suspek kerusakan jaringan dalam akan tampak kulit yang
masih intak berwarna berwarna keunguan atau maroon terlokalisir. Manifestasi lainnya
adalah blister yang berisi darah akibat kerusakan jaringan lunak di dalamnya. Area ini
akan terasa nyeri, lunak dan berair, serta perubahan suhu dibandingkan jaringan
sekitarnya. [3]

Pemeriksaan lanjutan : radiologi biopsy, dan bakteria culture


 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk melihat tanda-tanda infeksi dan
status nutrisi dari pasien. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan darah lengkap, albumin, prealbumin. transferin, dan
serum protein.
Tanda-tanda infeksi dapat dilihat dari pemeriksaan darah lengkap,
peningkatan leukosit diatas 15,000/ uL dan erythrocyte sedimentation
rate (ESR) diatas 120 mm/jam dapat menandakan terjadinya infeksi seperti
osteomyelitis. Pemeriksaan albumin, prealbumin, transferin dan serum
protein dilakukan untuk melihat status nutrisi pasien.
 Biopsy test
Biopsy penting pada keadaan luka yang tidak mengalami perbaikan dengan
pengobatan yang intensif atau pada ulkus decubitus kronik untuk melihat
apakah terjadi proses yang mengarah pada keganasan. Selain itu, biopsy
beryujuan untuk melihat jenis bakteri yang menginfeksi ulkus decubitus.
 Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kerusakan jaringan yang ditimbulkan
dari tekanan eksternal serta tanda-tanda osteomyelitis. Pemeriksaan radiologi
yang umumnya dilakukan adalah gambaran radiografi polos, computed
tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI). [10]
 Kultur Jaringan
Kultur jaringan tidak rutin dilakukan pada pasien ulkus dekubitus.
Pemeriksaan ini dilakukan hanya apabila tanda-tanda penyembuhan tidak
terlihat atau terjadi tanda-tanda infeksi yang persisten. Kultur bakteri
dikatakan positif apabila terdapat bakteri lebih dari 10 5 CFU/gram pada
jaringan
 Bacteria culture > apabila ada invansi aerob
Digunakan apabila terdapat invasi bakteri aerob. Mikroorganisme yang
paling sering terlibat dalam kolonisasi ulkus dekubitus adalah kokus Gram
positif seperti Staphylococcus aureus, Enterobacteriaceae, dan basil Gram
negatif seperti Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis dan
Acinetobacter baumannii. Bakteri genus Acinetobacter adalah bakteri aerob,
kokobasil Gram negatif, dan banyak terdapat pada tanah dan air.
Acinetobacter dapat juga diisolasi dari kulit, mukosa atau cairan tubuh.
Dibersihkan jaringan nekrotik > diberi triamcinolone acetonide > control pain
dg antibiotik, topikal, dll

Sumber : Dian Ariningrum, Jarot Subandono, Ida Bagus Metria, Nunik


Agustriani, Muthmainah , Lilik Wijayanti, Krisna Yarsa Putra, Sri Mulyani.
2018. Buku manual keterampilan klinik topik manajemen luka. Juli. Surakarta

7. Mengapa gigi depan atas pasien sisa akar, sudah goyah, namun pasien tidak
merasakan sakit?
Karena derajat kegoyangan gigi parah sehingga adanya kerusakan alveolar.
Dan giginya sisa akar jadi kondisi pulpanya sudah tidak vital yang mana
pulpa merupakan terminal saraf dan pembuluh darah. Jika kondisinya sudah
tidak vital, saraf-saraf sensorisnya tidak mengalami ekspansi maupun
kontraksi sehingga tidak bisa merasakan sakit apapun.

Sumber: Apriyono, D. (2010) ‘KEDARURATAN ENDODONSIA Dwi Kartika Apriyono


Bagian Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember’,
STOMATOGNATIC- Jurnal Kedokteran Gigi, 7(1), pp. 45–50.
Mahmuda, I.N.N. (2019) ‘Pencegahan Dan Tatalaksana Dekubitus Pada Geriatri’,
Biomedika, 11(1), p. 11. doi:10.23917/biomedika.v11i1.5966.
Violeta, B. V. and Hartomo, B.T. (2020) ‘Tata Laksana Perawatan Ulkus Traumatik
pada Pasien Oklusi Traumatik: Laporan Kasus’, e-GiGi, 8(2), pp. 86–92.
doi:10.35790/eg.8.2.2020.30633.

8. Apa jenis lesi pada scenario?


Lesi kulit adalah bagian pada kulit yang memiliki kerusakan, pertumbuhan
jaringan abnormal, atau penampilan yang berbeda dibandingkan permukaan
kulit di sekitarnya. Lesi mungkin muncul dalam bentuk benjolan, bercak, luka,
dan sebagainya.
Ulkus adalah luka yang terjadi lebih dari 3 hari akibat adanya kerusakan
epitelium dan membran basalis. Ulkus mukosa mulut yang sering ditemukan
disebabkan karena trauma yang kemudian disebut ulkus traumatikus .Ulkus
traumatik yang disebabkan oleh trauma mekanik dapat diakibatkan oleh
kontak gigi yang melukai bagian gusi, makanan berstruktur tajam, serta
tergigitnya jaringan lunak rongga mulut pada saat makan atau
berbicara(Violeta and Hartomo, 2020)Apriyono, D. (2010) ‘KEDARURATAN
Sumber:
Violeta, B. V. and Hartomo, B.T. (2020) ‘Tata Laksana Perawatan Ulkus Traumatik
pada Pasien Oklusi Traumatik: Laporan Kasus’, e-GiGi, 8(2), pp. 86–92.
doi:10.35790/eg.8.2.2020.30633.

. Apa penyebab munculnya lesi pada gingiva anterior dan mukosa anterior rahang atas pada pasien?

1. Faktor Tekanan
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan
kulit.
2. Faktor Kelembaban
Kelembaban dapat mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan
yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembaban juga
mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan perobekan jaringan
(shear).
3. Pergesekan ( friction)
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang berlawanan.
Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit.
4. Nutrisi
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi
sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya ulkus decubitus.
5. Tekanan arteriolar yang rendah
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap tekanan
sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu mengakibatkan jaringan
menjadi iskemia. Studi yang dilakukan menemukan bahwa tekanan sistolik dan tekanan
diastolik yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka tekan.
Sumber: Mahmuda, I. N. N. 2019. PENCEGAHAN DAN TATALAKSANA DEKUBITUS PADA
GERIATRI. Surakarta: Jurnal Biomedika Vol. 11 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai