Ulser yang terjadi pada rongga mulut dapat merupakan manifestasi dari
penyakit sistemik, infeksi atau faktor lokal. Faktor lokal tersebut antara lain
adalah ulser yang disebabkan oleh trauma yang dikenal dengan ulser
traumatik. Terdapat bermacam–macam trauma yang menyebabkan ulcer
yaitu mekanik, termal, dan kimiawi.
1. Ulser traumatik mekanik dapat terjadi akibat kontak dengan makanan tajam,
tergigit pada saat makan, berbicara atau tidur.
2. Ulser traumatik termal terjadi akibat konsumsi makanan panas atau
penggunaan bahan cetak thermoplastik.
3. Ulserasi traumatik bahan kimia dapat terjadi karena prosedur dental, antara
lain penggunaan etsa, bonding, formokresol, dan paraformaldehid. Ulserasi
dapat juga terjadi akibat penggunaan clorheksidine dan aspirin bubuk yang
digunakan sendiri oleh pasien dengan cara mengaplikasikan obat tersebut ke
dalam kavitas gigi.
Imunopatogenesis
Sistem imun alami merupakan sistem imun perlindungan awal untuk melawan
infeksi atau inflamasi. Sistem imun alami berfungsi juga untuk pengaktifan sel
imun adaptif. Sel sel imun alami yaitu sel-sel fagosit seperti polimorfonuklear
neutrofil, monosit, dan makrofag yang memicu pelepasan mediator-mediator
kimia seperti sitokin tumor necrosis factor (TNF-α), Interleukin (1β).
Sedangkan sel imun adaptif seperti sel-sel limfosit T dan B. Interleukin 1β
dihasilkan sebagai respon terhadap mikroorganisme, bakteri toksin,
komponen komplemen atau injuri jaringan. IL-1β memiliki peran penting salah
satunya adalah menginduksi sitokin inflamasi lain, menstimulasi fibroblas
untuk menghasilkan enzim kolagenase, menginduksi proses demineralisasi
tulang dalam menstimulasi resorpsi tulang terutama dalam mengubah matriks
jaringan ikat.
Sel sel seperti fibroblas dan makrofag berperan dalam meresorpsi
sementum yang telah termineralisasi dengan memicu diferensiasi
preodontoblas dan preosteoklas. Sel-sel mononu klear juga te rpicu untuk
berdiferensiasi menjadi odontoklas. Peningkatan jumlah odontoklas akan
meningkatkan resorpsi dan terbukanya permukaan akar yang termineralisasi
Sumber: Dyke, T.E. Van & Kornman, K.S., 2008. Inflammation and Factors That
May Regulate Inflammatory Response. J Periodontal, 79(8), pp.1503–1507.
National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP). 2009. Prevention and
Treatment of Pressure Ulcers: Clinical Practice Guideline. NPUAP. Washington
DC.
Herawati, E. dan Dwiarie, T. A. 2019. Temuan Klinis Dan Manajemen Kasus
Ulserasi Rongga Mulut Terkait Trauma Iatrogenik. Sumedang: JKG Unpad Vol.
31 No. 2.
Source:
Aloyuny, AY. Albagieh, HN. Al-Serwi, RH. 2021. Oral and perioral herpes simplex
virus infection type I in a five-month-old infant: A case report. World J Clin
Cases ; 9(3)
Sumber: Herawati, E. dan Dwiarie, T. A. 2019. Temuan Klinis Dan Manajemen Kasus
Ulserasi Rongga Mulut Terkait Trauma Iatrogenik. Sumedang: JKG Unpad Vol. 31 No.
2.
Aplikasi anestesi topikal atau pemberian obat kumur anestetik dapat digunakan
untuk mengurangi rasa nyeri pada lesi. dalam. Rasa nyeri pada lesi dapat dikurangi
dengan pemberian obat kumur anestetik. Pemberian antiseptik kumur seperti
clorhexidine terbukti dapat mengurangi nyeri walaupun tidak begitu nyata. Antibiotik
broad spectrum seperti penisilin dapat digunakan untuk mencegah infeksi sekunder
oleh bakteri terutama jika lesi ulkus parah dan dalam.
Bila penyebab ulkus dekubitus adalah gigi maloklusi atau supraposisi, dapat
dilakukan ekstraksi gigi penyebab sesuai prosedur tetap sebagai berikut:
a. Anestesi lokal
b. Pencabutan
c. pemberian tampon, digigit selama 1/2 jam
d. antibiotika, analgetika
1. Apabila pasien anak tidak kooperatif bisa dilakukan pemotongan ujung akar,
supaya tidak tajam lagi dan melukai bibir
2. Apabila pasien anak kooperatif bisa dilakukan pencabutan, karena
pencabutannya menggunakan bius suntik
Anamnesis
Anamnesis pada pasien ulkus dekubitus harus dilakukan secara komprehensif, hal ini
disebabkan oleh karena ulkus dekubitus tidak selalu terlihat secara superfisial. Secara
umum, jaringan otot lebih mudah mengalami nekrosis dibandingkan kulit. Sehingga
diagnosis dari ulkus dekubitus terkadang susah untuk dilakukan.
Beberapa informasi yang perlu ditanyakan terkait terjadinya risiko ataupun terjadinya
luka tekan yang sedang berlangsung adalah:
Kesehatan fisik dan mental pasien secara keseluruhan, untuk melihat tingkat
mobilisasi dari pasien
Adanya bau atau cairan yang tidak sedap
Faktor risiko terjadinya malnutrisi (diet dan penurunan berat badan)
Status kontinensia
Riwayat pengobatan dan operasi
Riwayat penyakit : riwayat ulkus sebelumnya, multiple sclerosis,
Riwayat konsumsi alkohol, rokok dan obat-obatan terlarang
Riwayat penyakit neurologi penyerta seperti quadriplegia, paraplegia, spina
bifida.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diawali dengan melakukan pemeriksaan fisik secara umum terlebih
dahulu yang kemudian difokuskan pada lokasi terjadinya ulkus. Predileksi terjadinya
ulkus adalah lokasi-lokasi dengan penonjolan tulang yang jelas.
7. Mengapa gigi depan atas pasien sisa akar, sudah goyah, namun pasien tidak
merasakan sakit?
Karena derajat kegoyangan gigi parah sehingga adanya kerusakan alveolar.
Dan giginya sisa akar jadi kondisi pulpanya sudah tidak vital yang mana
pulpa merupakan terminal saraf dan pembuluh darah. Jika kondisinya sudah
tidak vital, saraf-saraf sensorisnya tidak mengalami ekspansi maupun
kontraksi sehingga tidak bisa merasakan sakit apapun.
. Apa penyebab munculnya lesi pada gingiva anterior dan mukosa anterior rahang atas pada pasien?
1. Faktor Tekanan
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan
kulit.
2. Faktor Kelembaban
Kelembaban dapat mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan
yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembaban juga
mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan perobekan jaringan
(shear).
3. Pergesekan ( friction)
Pergesekan terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang berlawanan.
Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit.
4. Nutrisi
Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi
sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya ulkus decubitus.
5. Tekanan arteriolar yang rendah
Tekanan arteriolar yang rendah akan mengurangi toleransi kulit terhadap tekanan
sehingga dengan aplikasi tekanan yang rendah sudah mampu mengakibatkan jaringan
menjadi iskemia. Studi yang dilakukan menemukan bahwa tekanan sistolik dan tekanan
diastolik yang rendah berkontribusi pada perkembangan luka tekan.
Sumber: Mahmuda, I. N. N. 2019. PENCEGAHAN DAN TATALAKSANA DEKUBITUS PADA
GERIATRI. Surakarta: Jurnal Biomedika Vol. 11 No. 1.