Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

NAMA : BELLA MELINDA

ANGKATAN : 2013

1. Pengertian Karies dari D1-D6


Klasifikasi karies yang menggunakan D1-D6 adalah menggunakan pedoman ICDAS
(International Caries Detection and Assessment System). ICDAS mengklasifikasikan karies
berdasarkan tingkat keparahannya. Pembagian karies dari D1-D6 adalah:
· 1 : perubahan awal pada email yang tampak secara visual. Biasa dilihat dengan cara
mengeringkan permukaan gigi, dan tampak adanya lesi putih di gigi tersebut.
· 2 : perubahan pada email yang jelas tampak secara visual. Terlihat lesi putih pada gigi,
walau gigi masih dalam keadaan basah.
· 3 : kerusakan email, tanpa keterlibatan dentin (karies email).
· 4 : terdapat bayangan dentin (tidak ada kavitas pada dentin). Karies pada tahap ini sudah
menuju dentin, berada pada perbatasan dentin dan email (dentino-enamel junction).
· 5 : kavitas karies yang tampak jelas dan juga terlihatnya dentin (karies sudah mencapai
dentin).
· 6 : karies dentin yang sudah sangat meluas (melibatkan pulpa).
2.Perjalanan nervus gigi dari awal sampai ke tiap gigi
Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior. Nervus
alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi molar
sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan sebuah cabang
besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih besar yang membentuk plexus dimana
cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi.
Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada persarafan
mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa pipi, saraf ini juga
memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal di area
molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari caninus sampai
ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang
mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid, terkadang dapat
melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot mylohyoid dan memasuki mandibula
melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada beberapa individu, nervus ini
berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral dan ligament periodontal.

3. Perjalanan Karies Gigi mulai dari gigi sehat sampai gigi mati

plak Media yang baik Dekalsifikasi Iritasi pulpa Karies


untuk pertumbuhan superficialis
bakteri
enamel

Pulpitis akut Pelebaran pembuluh Karies media Hiperemia Menembus


darah di pulpa dan
iritasi sel-sel pulpa lapisan dentin
inflamasi

Inflamasi Pulpitis kronik Terus-menerus Gangren pulpa Kematian akar


resisten tidak diobati gigi

Abses Membesar dan granuloma Kompensasi


periapikal terjadi okulasi tubuh
4. Pengertian, tatalaksana, dan cara diagnosis dari :
a. White spot
White spot adalah suatu daerah yang kepadatannya berkurang pada bagian bawah permukaan
enamel, sedangkan permukaan atas atau luar lapisan enamel masih utuh. Hal ini disebabkan
karena terjadi pelepasan ion kalsium dan fosfat dari prisma enamel.
White spot dibagi menjadi dua, yaitu white spot kering dan white spot basah.Pada white spot
kering dapat dilakukan inspeksi gigi dengan menggunakan chip blower/puspus untuk
mengeringkan gigi dan white spot basah dilakukan dengan inspeksi gigi tanpa dikeringkan.
Pada tahap ini, kerusakan masih bisa diatasi dengan memberikan aplikasi fluor pada gigi.

b. Karies email
Karies email adalah karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar dan
terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau coklat pada
enamel. Pemeriksaan gigi yang mengalami karies email dapat dilakukan menggunakan sonde
dan sonde tampak seperti menyangkut. Pasien belum merasakan ngilu/sakit. Tatalaksana
yang dapat diberikan adalah remineralisasi dengan fluor, konsul diet dan faktor risiko lain,
serta aplikasi penutupan fissure.

c. Karies dentin
Karies dentin adalah perkembangan dari karies email yang sudah mencapai pertengahan
antara permukaan gigi dan pulpa. Pemeriksaan menggunakan sonde dan dirasakan
menyangkut. Pasien sudah merasakan ngilu, karena pada dentin terdapat tubulus-tubulus
yang dapat menghantarkan rasa sakit/ngilu. Tatalaksana dari karies dentin adalah pembuatan
ragangan restorasi yang diinginkan, pertimbangan resistensi dan retensi, pembuangan karies
dentin dan penempatan restorasi, penyingkiran karies dentin, penghalusaan bagian dalam
kavitas, dan penghalusan tepi preparasi.

d. Iritasi pulpa
Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami kerusakan sampai
batas dentino enamel junction. Pada pemeriksaan dapat dilakukan inspeksi yang
menunjukkan adanya karies kecil. Dengan sonde tidak memberikan reaksi dan tes thermis
dengan chlor etil terasa ngilu. Tatalaksana yang dapat diberikan adalah dilakukan
penumpatan sesuai indikasi.
e. Hiperemia pulpa
Hiperemia pulpa adalah keadaan dimana lapisan dentin mengalami kerusakan, terjadi
peningkatan sirkulasi darah karena terjadi pelebaran pembuluh darah halus di dalam pulpa.
Pada hiperemia pulpa, dilakukan tes dengan chlor etil terasa ngilu, tes menggunakan sonde
terasa ngilu, sedangkan pada perkusi tidak ada rasa apa-apa. Tatalaksana yang diberikan
adalah penumpatan sesuai indikasi, bila karies sudah mencapai profunda, maka dilakukan
pulp capping.

f. Pulpitis reversibel
Pulpitis reversibel adalah keadaan dimana terjadinya inflamasi pada pulpa akibat jejas yang
dapat menimbulkan infeksi, namun pulpa masih mampu kembali pada keadaan tidak
terinflamasi setelah jejas ditiadakan. Diagnosis dapat ditegaskan oleh pemeriksaan visual,
taktil, termal, dan pemeriksaan radiograf. Pulpitis reversibel akut berhasil dirawat dengan
prosedur paliatif yaitu aplikasi semen seng oksida eugenol sebagai tambalan sementara, rasa
sakit akan hilat dalam beberapa hari. Bila sakit tetap bertahan atau menjadi lebih buruk, maka
lebih baik pulpa diekstirpasi. Bila restorasi yang dibuat belum lama mempunyai titik kontak
prematur, memperbaiki kontur yang tinggi ini biasanya akan meringankan rasa sakit dan
memungkinkan pulpa sembuh kembali. Bila keadaan nyeri setelah preparasi kavitas atau
pembersihan kavitas secara kimiawi atau ada kebocoran restorasi, maka restorasi harus
dibongkar dan aplikasi semen seng oksida eugenol. Perawatan terbaik adalah pencegahan
yaitu meletakkan bahan protektif pulpa dibawah restorasi, hindari kebocoran mikro, kurangi
trauma oklusal bila ada, buat kontur yang baik pada restorasi dan hindari melakukan injuri
pada pulpa dengan panas yang berlebihan sewaktu mempreparasi atau memoles restorasi
amalgam.

g. Pulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibel adalah suatu infeksi jaringan pulpa yang merupakan proses lanjut dari
karies yang bersifat kronis yang akan berakhir dengan nekrosis. Diagnosa dapat ditegakkan
melalui beberapa cara, yaitu:
Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar.
Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit), nyeri
lama sampai berjam-jam.
Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan tekan
kadang-kadang ada keluhan.
Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan vital.
Perawatan gigi pada pulpitis irreversibel dilakukan dengan pulpektomi. Pulpektomi adalah
pembuangan seluruh jaringan nekrotik pada ruang pulpa dan saluran akar diikuti pengisian
saluran akar dengan bahan semen yang dapat diresorbsi.

h. Nekrosis pulpa
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya. Gigi ditemukan sudah
berubah warna menjadi abu-abu kehitaman, terdapat lubang gigi yang dalam. Saat dilakukan
sondenasi tidak ada rasa apa-apa dan tidak sakit. Ketika sudah sampai tahap nekrosis pulpa,
dapat dilakukan perawatan saluran akar pada gigi nekrosis
i. Periodontitis
Periodontitis adalah peradangan pada jaringan yang menyelimuti gigi dan akar gigi. Pada
pemeriksaan ditemukan gusi bengkak, merah dan keluar nanah atau darah diantara gusi dan
gigi dan gusi terasa nyeri. Tatalaksana yang dapat diberikan yaitu scalling, root planning, dan
pemberian antibiotik.

5. Trepanasi Gigi
Trepanasi gigi adalah tindakan pembongkaran gigi untuk menciptakan drainase melalui
saluran akar atau tulang untuk mengeluarkan sekret luka/nanah agar menghilangkan rasa
sakit.
6. Pengertian, tatalaksana, dan cara diagnosis dari ludwig angina
Ludwig angina adalah infeksi ruang submandibula berupa selulitis atau flegmon yang
progresif dengan tanda khas berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak
membentuk abses dan tidak ada limfadenopati, sehingga keras pada perabaan submandibula.
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis yang didapatkan pasien mempunyai riwayat
perawatan hygine mulut atau baru saja melakukan ekstraksi gigi, mengorek dan sakit gigi.
Pada pemeriksaan tanda vital pasien merasa demam, takipnea,dan takikardi.
Tatalaksana yang dapat diberikan menggunakan 4 prinsip utama, yaitu:
1. Proteksi dan kontrol jalan napas

2. Pemeberian antibiotik yang adekuat

3. Insisi dan drainase abses

4. Hidrasi dan nutrisi adekuat

7. Antibiotik dan analgesik sakit gigi untuk wanita hamil


Berikut Daftar Obat Antibiotik yang aman untuk Ibu Hamil/Kehamilan & Menyusui :
Lactation Risk Categories Pregnancy Risk Categories
 L1 (safest)  A (controlled studies show no risk)
 L2 (safer)  B (no evidence of risk in humans)
 L3 (moderately safe)  C (risk cannot be ruled out)
 L4 (possibly hazardous)  D (positive evidence of risk)
 L5 (contraindicated)  X (contraindicated in pregnancy)
NR: Not Reviewed. This drug has not yet been reviewed by Hale.

Antibiotika [contents]
Amoxicillin Larotid, Amoxil Approved B L1
Aztreonam Azactam Approved B L2
Cefadroxil Ultracef, Duricef Approved B L1
Cefazolin Ancef, Kefzol Approved B L1
Cefotaxime Claforan Approved B L2
Cefoxitin Mefoxin Approved B L1
Cefprozil Cefzil Approved C L1
Ceftazidime,
Ceftazidime Approved B L1
Fortaz, Taxidime
Ceftriaxone Rocephin Approved B L2
Ciprofloxacin [more] Cipro Approved C L3
Clindamycin Cleocin Approved B L3
E-Mycin, Ery- L1
Erythromycin tab, ERYC, Approved B L3 early
Ilosone postnatal
Fleroxacin – Approved – NR

Gentamicin Garamycin Approved C L2


Kanamycin Kebecil, Kantrex Approved D L2
Moxalactam Moxam Approved – NR

Nitrofurantoin Macrobid Approved B L2


Ofloxacin Floxin Approved C L2
Penicillin – Approved B L1
Streptomycin Streptomycin Approved D L3
Sulbactam – Approved – NR

Gantrisin, Azo-
Sulfisoxazole Approved C L2
Gantrisin
Achromycin,
Tetracycline Sumycin, Approved D L2
Terramycin
Ticarcillin,
Ticarcillin Approved B L1
Ticar, Timentin
Proloprim,
Trimethoprim/sulfamethoxazole Approved C L3
Trimpex

Anda mungkin juga menyukai