Anda di halaman 1dari 10

NOTULENSI DESENSITISASI

Multia Ranum Sari, drg., M.Med.Ed

Hari/Tanggal : Jumat, 21 Mei 2021


Nama Kelompok :
1. Gaudensius George Tas’au (40620100)
2. Hepy Ezra VP (40620104)
3. Kartika Candrasari (40620114)
4. Layly Nur Hariadi (40620116)
5. Primada Ramadhani (40620132)
6. Rafii Rizky Ramadhan (40620133)
7. Ria Ayu Arrohmah (40620136)
8. Rif'atir Rizqiyah (40620137)
9. Silma Vanessa Syauqilla (40620140)

DESENSITISASI

1. Apa itu Desensitisasi ?


Desensitisasi merupakan perawatan untuk mengatasi kondisi dentin yang
hipersensitif akibat terbukanya tubuli dentin (Carranza dkk., 2006).

2. Apa saja metode desensitisasi ?


Ada beberapa metode yang digunakan untuk merawat, menghilangkan
dan menangani hipersensitif dentin. Perawatan akan lebih berhasil bila faktor
yang memperparah hipersensitif dapat dihilangkan atau dikurangi. Perawatan
hipersensitif dentin ada dua, yaitu secara invasif dan non-invasif. Perawatan
invasif termasuk bedah gingiva, aplikasi resin dan pulpektomi. Perawatan non-
invasif dengan menggunakan bahan-bahan topikal dan pasta gigi yang terdiri
dari bahan-bahan desensitisasi aktif (Tresnahadi, 2016).
3. Aplikasi Bahan Desensitisasi ?
Aplikasi bahan desensitasi biasa berbeda-beda untuk setiap bahannya.
a. Bahan Pasta Pasta kemudian digosok-gosokkan menit ke permukaan akar
gigi yang sensitif dengan burnisher atau brush, selama 1-2 menit.
Permukaan gigi dibilas dengan air hangat atau larutan salin.
b. Fluocal® atau Cairan Pengaplikasian menggunakan cotton pellet fluokal
dioleskan ke bagian gigi tersebut selama 1-3 menit.
c. Kalsium Hidroksida Kalsium hidroksida diaplikasikan ke permukaan akar
gigi yang hipersensitif, kemudian ditutup dengan pembalut periodontal
selama satu minggu.

4. Prosedur Desensitisasi ?
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Mempersiapkan diri (mencuci tangan dan menggunakan alat pelindung
diri)
c. Mengatur posisi kerja
d. Isolasi daerah kerja
e. Menentukan elemen gigi yang akan dilakukan desensitasi dengan
menggunakan semprotan angin dari chip blower/ three way syringe atau
dengan taktil dengan perabaan menggunakan sonde halfmoon
f. Membersihkan daerah kerja dari dental deposit dengan menggunakan
brush
g. Mengeringkan gigi dengan udara
h. Mengaplikasikan daerah dentin yang terbuka dengan bahan desensitasi /
Bahan desensitisasi gigi Stannous Fluoride (SnF)
i. Mengeringkan kembali dengan semprotan udara
j. Memeriksa gigi yang telah didesensitasi dan mengulangi jika masih ada
pain (Kemenkes RI, 2014 ; UB, 2017).
5. Tambahan Anatomi Gigi
Gigi tersusun atas mahkota yang meliputi enamel, dentin dan ruang
pulpa, dan bagian akar yang meliputi saluran akar, dentin, dan sementum.
a. Enamel merupakan lapisan luar berwarna putih yang merupakan pelindung
mahkota anatomis. Enamel terdiri atas 95% kalsium hidroksiapatit yang
terkalsifikasi, 5% air dan matriks email. Sel- sel pembentuk email disebut
ameloblast.
b. Sementum merupakan lapisan luar berwarna kuning suram dari akar gigi
dan sangat tipis terutama di bagian servikal dengan ketebalan 50-100 µm.
enamel terdiri atas 65% kalsium hidroksiapatit, 35% bahan organic, dan
12% air, dan dihasilkan oleh sel-sel sementoblas. Diantara enamel dan
sementum terdapat CEJ/cementooenamel junction yang merupakan batas
antara enamel dan sementum yang juga dikenal dengan garis servikal.
c. Dentin merupakan jaringan keras kekuningan di bawah email dan
sementum yang tersusun atas 70% kalsium hidroksiapatit, 18% bahan
organic, dan 12% air. Hal ini yang menyebabkan dentin lebih keras dari
sementum akan tetapi lebih lunak daripada enamel. Sel-sel pembentuk
dentin ini disebut dengan sel odontoblast. Diantara enamel dan dentin
terdapat DEJ/ dentinoenamel junction yang merupakan pertemuan antara
enamel dan dentin.
d. Ruang pulpa merupakan jaringan jaringan lunak pada ruang tengah
mahkota dan akar gigi yang dinamakan kamar pulpa yang berada didaerah
mahkota dan saluran akar di daerah akar gigi. Pada apeks gigi terdapat
lubang kecil yang dinamakan foramen apical yang merupakan tempat
masuknya saraf dan pembuluh darah.
Mahkota anatomis merupakan bagian gigi yang dilapisi oleh enamel,
sedangkan akar anatomis adalah bagian gigi yang dilapisi oleh sementum.
sedangkan mahkota klinis adalah bagian gigi yang terlihat di rongga mulut.
Jaringan periodonsium merupakan jaringan pendukung gigi di dalam mulut
seperti tulang alveolar, gingiva, ligament periodontal, dan juga sementum. pada
gingiva terdapat stippling yang khususnya terdpat di attacherd gingiva yaitu
gingiva yang melekat dengan tulang alveolar. Bagian lain dari gingiva terdapat
margin gingiva yang merupakan tepi ngingiva, free gingiva yaitu gingiva bebas
yang tidak melekat ke tulang alveolar, dan juga ada sulkus gingiva. Gingiva
normal adalah gingiva yang berwarna coral pink. Pada pemeriksaan radiografi
akan terlihat gambaran radiopak dentin, dan enamel yang lebih radiopak
daripada dentin. Saluran akar dan ruang pulpa yang memiliki gambaran
radiolusen di bagian dalam gigi, dan ligament periodontal yang juga memiliki
gambaran radiolusen di sepanjang akar gigi. Pada pemeriksaan radiografi juga
akan terlihat tulang alveolar.

6. Hipersensitif dentin
Nyeri / ngilu gigi dapat disebabkan oleh adanya permukaan dentin yang terkena
rangsangan dari luar. Gangguan tersebut dapat dikategorikan sebagai nyeri tanpa
kavitas atau dengan kavitas.

a. Nyeri / ngilu dengan kavitas karena ada karies, atau misalnya karena
abrasi, atrisi, erosi atau abfraksi. Perawatan pada dentin hipersensitif
karena adanya kavitas memerlukan restorasi yang sesuai, semisal melapisi
dengan semen ionomer kaca, bahan adesif atau komposit.
b. Nyeri / ngilu tanpa kavitas, umumnya karena terjadi resesi gingiva yang
menyebabkan permukaan akar terbuka, ngilu setelah perawatan bleaching,
scaling dan root planing. Perawatan pada dentin hipersensitif tanpa kavitas
dilakukan dengan terapi desensitisasi.

Klas I : Karies yang terdapat pada permukaan pit dan fissure gig
Klas II : Karies yang terdapat pada gigi posterior yang meliputi
permukaan mesial, distal, maupun oklusal
Klas III : Karies yang terdapat pada gigi anterior yang melibatkan
sisi mesial atau distal gigi tanpa melibatkan permukaan
insisal
Klas IV : Karies yang terdapat pada gigi anterior yang melibatkan
sisi mesial atau distal gigi yang
Klas V : Karies yang terdapat pada permukaan labial, bukal, atau
lingual gigi dan dapat terjadi pada gigi anterior maupun
posterior.
Klas VI : Karies yang terdapat pada permukaan insisal gigi insisivus
ataupun pada tonjol bukal gigi posterior.

Superficial : Karies yang hanya mengenai enamel.


Media : Karies dengan kedalaman sudah mengenai dentin namun
belum melebihi setengah dentin.
Profunda : Karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin,
hingga pulpa.

7. Etiologi

a. Erosi
Kerusakan yang parah pada jaringan keras gigi akibat dari proses
kimia tetapi tidak disebabkan oleh aktivitas bakteri

Gambaran Klinis
 Bentuk lesi cekung yang luas dan permukaan enamel yang licin
 Permukaan oklusal yang melekuk(insisal yang beralur) dengan
permukaan dentin terbuka
 Rusaknya karaakteristik enamel pd gigi anak anak
 Terbukanya pulpa pada gigi residui
b. Atrisi
Atrisi merupakan kerusakan pada permukaan gigi atau restorasi
akibat kontak antar gigi selama pengunyahan atau karena adanya
parafungsi/ kelainan fungsi seperti bruxism

Gambaran Klinis

 Kerusakan terjadi sesuai dengan permukaan gigi yang berkontak


 Permukaan enamel yang rata dengan dentin
 Kemungkinan terjadinya frajktur pada tonjol gigi atau restorasi

c. Abrasi
Abrasi juga penyebab terkikisnya enamel dan akhirnya
menyebabkan terpaparnya dentin. Atau erusakan jaringan gigi akibat
benda asing seperti sikat gigi dan pasta gigi
Gambaran Klinis
 Biasanya terdapat pada servikal gigi
 Lesi cenderung melebar dan dalam
 Gigi yang sering terkena C dan P
d. Abfraksi
Abfraksi merupakan kerusakan permukaan gigi pada daerah
servikal akibat tekanan tensile dan kompresif selama gigi mengalami
flexure atau melengkung
Gambaran Klinis
 Kelainan ditemukan pada daerah servikal labial/bukal gigi
 Lesi berbentuk cekungan yang dalam dan sempit berbentuk huruf
V
 Pada umumnya hanya terjadi pada satu gigi yang mengalami
tekanan eksentrik pada oklusal yang berlebihanatau adanya
halangan yang mengganggu oklusi (Chu C,2010).

8. Hipersensitif dentin
Nyeri / ngilu gigi dapat disebabkan oleh adanya permukaan dentin
yang terkena rangsangan dari luar. Gangguan tersebut dapat dikategorikan
sebagai nyeri tanpa kavitas atau dengan kavitas.

a. Nyeri / ngilu dengan kavitas karena ada karies, atau misalnya karena
abrasi, atrisi, erosi atau abfraksi. Perawatan pada dentin hipersensitif karena
adanya kavitas memerlukan restorasi yang sesuai, semisal melapisi dengan
semen ionomer kaca, bahan adesif atau komposit.
b. Nyeri / ngilu tanpa kavitas, umumnya karena terjadi resesi gingiva yang
menyebabkan permukaan akar terbuka, ngilu setelah perawatan bleaching,
scaling dan root planing. Perawatan pada dentin hipersensitif tanpa kavitas
dilakukan dengan terapi desensitisasi.

Klas I : Karies yang terdapat pada permukaan pit dan fissure gig
Klas II : Karies yang terdapat pada gigi posterior yang meliputi permukaan
mesial, distal, maupun oklusal
Klas III: Karies yang terdapat pada gigi anterior yang melibatkan sisi
mesial atau distal gigi tanpa melibatkan permukaan insisal
Klas IV : Karies yang terdapat pada gigi anterior yang melibatkan sisi
mesial atau distal gigi yang
Klas V : Karies yang terdapat pada permukaan labial, bukal, atau lingual
gigi dan dapat terjadi pada gigi anterior maupun posterior.
Klas VI : Karies yang terdapat pada permukaan insisal gigi insisivus
ataupun pada tonjol bukal gigi posterior.

Superficial : Karies yang hanya mengenai enamel.


Media : Karies dengan kedalaman sudah mengenai dentin namun
belum melebihi setengah dentin.
Profunda : Karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin, hingga
pulpa.
DAFTAR PUSTAKA

Carranza, F.A., Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R. 2006. Clinical
Periodontology 10th Edition, Saunders : Elsevier
Chu, C., 2010. Management of dentine hypersensitivity. Dental Bulletin Maret
Kemenkes Ri. 2014. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Gigi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Ri
Tresnahadi. 2016. Laporan Pendalaman Materi Pracoass Ix Desensitisasi .
Purwokerto : Kementerian Riset, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi
Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Kedokteran Jurusan Kedokteran
Gigi
UB. 2017. Sop Desensitisasi. Malang: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Brawijaya
Walters Pa. 2005. Dentinal Hypersensitivity: A Review. J Contemp Dent Pract;
(6)2: 107-17.

Anda mungkin juga menyukai