Diajukan oleh:
RIAN ISWARDANU
J530170014
2017
BAB I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
yang sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi dari alveolus menggunakan alat-alat
ekstraksi. Pencabutan gigi yang ideal harusnya tanpa rasa sakit dan dengan trauma
minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga soket setelah pencabutan dapat
sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah pada masa yang akan datang.
rasa sakit pada saat proses pencabutan. Anastesi yang dapat digunakan diantaranya
terminal dari saraf dan akan terifiltrasi di sepanjang jaringan untuk mencapai
serabut saraf dan menimbulkan efek anestesi dari daerah terlokalisir yang disuplai
1. Suntikan submukosa
suntikan ini sering digunakan baik untuk menganestesi saraf bukal panjang sebelum
2. Suntikan supraperiosteal
Dengan cara ini, anestesi pulpa gigi dapat diperoleh dengan penyuntikan di
sepanjang apeks gigi. Suntikan ini merupakan suntikan yang paling sering
kortikal. Tekhnik ini digunakan apabila tidak ada alternative lain karena akan terasa
sangat sakit. Tekhnik ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila
4. Suntikan intraoseous
mukoperiosteum pada daerah suntikan yang sudah ditentukan untuk mendapat jalan
masuk bur dan reamer kecil pada perawatan endodontic. Dewasa ini, tekhnik
5. Suntikan intraseptal
digunakan bila anestesi yang menyeluruh sulit diperoleh atau bila dipasang gigi
geligi tiruan imediat serta bila tekhnik supraperiosteal tidak mungkin digunakan.
sumbu panjang gigi. Jarum ditahan dengan jari untuk mencegah pembengkokan dan
didorong ke penetrasi maksimal sehingga terletak antara akar-akar gigi dan tulang
interkrestal.
Pada kasus pencabutan sisa akar gigi (radix) gigi anterior rahang atas, larutan
anastesi dapat diniinjeksikan secara supraperiosteal pada bagian bukal dan palatal.
Pada bagian bukal suntikan terletak pada lipatan mukobukal. Bahan anastetikum
dideponirkan sedikit di atas apeks akar gigi dan selanjutnya dideponirkan secara
perlahan sebanyak 1-2cc. Pada bagian palatal titik suntikan terletak pada bagian yang
sudah ditentukan pada apeks gigi yang sudah dianatesi. Bahan anastetikum
dideponirkan sedikit di atas apeks akar gigi dan selanjutnya dideponirkan secara
Teknik pencabutan pada radix molar pertama rahang atas dapat dilakukan
dengan mengunakan tang cabut radix rahang atas. Langkah pertama dengan
karena sisa akar yang ada hanya kecil sehingga tidak memerlukan bein. Tujuan
elevasi untuk memisahkan sisa akar gigi dengan jaringan periodontalnya. Apabila
sisa akar sudah terlepas dari jaringan periodontalnya letakkan tang hingga
memengang akar gigi kemudian dengan tekanan lateral dan gerakkan kearah bukal-
lingual secara perlahan kemudian sesekali rotasional agar akar bisa tercabut.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI PENYAKIT
hilangnya mahkota gigi sepenuhnya dan menyisakan akar (sisa akar) . selain itu
radices juga dapat diartikan sebagai bagian dari gigi yang tertanam di dalam gingiva
Adanya sisa akar gigi ( radix/ radices) sehingga harus dicabut dapat disebabkan
oleh:
1. Kerusakan gigi akibat karies gigi : Karies gigi terjadi karena adanya Sisa akar gigi
yang disebabkan oleh karies terjadi karena ada bakteri yang menempel dalam biofilm
karbohidrat menjadi suatu zat yang bersifat asam yang mengakibatkan demineralisasi
email. Karies yang pada proses awalnya hanya terlihat bercak putih pada email lama
kelamaan akan berubah jadi coklat dan berlubang. Jika kebersihan mulut tidak
dipelihara lubang bisa menjadi luas dan dalam menembus lapisan dentin. Pada tahap
ini jika tidak ada perawatan gigi lubang bertambah luas dan dalam sampai daerah
pulpa gigi yang banyak berisi pembuluh darah, limfe dan syaraf. Pada akhirnya gigi
akan mati, giginya kropos sampai mahkotanya habis dan tinggal sisa akar gigi (Ryan
2. Trauma
Mahkota gigi bisa patah karena adanya benturan akibat kecelakaan, jatuh, berkelahi
atau sebab lainnya. Seringkali seluruh mahkota mengalami fraktur dan menyisakan
akar gigi saja. Trauma ini membuat pulpa gigi menjadi non vital.
Pada tindakan pencabutan gigi yang tidak berhasil tercabut secara utuh akan
menyebabkan mahkota gigi mengalami fraktur dan sisa akar masih tertinggal di dalam
gingiva. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain struktur gigi yang rapuh,
akar gigi yang bengkok, kalsifikasi gigi, aplikasi forceps yang kurang tepat dan
tekanan yang berlebihan pada waktu tindakan pencabutan. Sisa akar gigi tertinggal
ukurannya bervariasi mulai dari kurang dari 1/3 akar gigi sampai akar gigi sebatas
gingiva. Sisa akar gigi yang tidak dilakukan perawatan dapat menyebabkan sisa akar
gigi keluar dari gingiva setelah beberapa waktu, hilang sendiri karena teresorbsi oleh
3. PATOFISIOLOGI
Proses demineralisasi pada email yang disebabkan karena sisa makanan yang
bergula (termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email akan
terakumulasi menjadi plak, dan menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri.
Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan menghasilkan asam
Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies pada email dan apabila
proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak bisa berhenti sendiri,
(penambalan) pada permukaan gigi yang terkena karies oleh dokter gigi. Selanjutnya
lesi karies yang tidak dilakukan perawatan akan menyebabkan karies yang dalam
mencapai ruang pulpa dan menyebabkan terjadinya nekrosis pulpa. Pada gigi dengan
nekrosis pulpa, struktur mahkota rapuh dan keropos yang terus menerus tidak
dirasakan hingga seluruh bagian mahkota hilang dan menyisakan sisa akar pada
jaringan gingiva.
4. GEJALA
Pada kondisi sisa akar tidak memiliki gejala tertertentu karena kondisi ini gigi
sudah nonvital. Gejala yang dapat ditimbulkan sebelum adanya sisa akar adalah
2. Halitosis
3. Inflamasi gingiva
5. Trismus
5. TANDA KLINIS
1. Terdapat sisa akar gigi dengan sebagian mahkota atau tanpa mahkota
Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan bedah untuk mengeluarkan gigi yang
sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi dari alveolus menggunakan alat-alat
ekstraksi. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sangat kompleks karena melibatkan
struktur tulang dan jaringan lunak dalam rongga mulut. Pencabutan gigi yang ideal
harusnya tanpa rasa sakit dan dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi,
sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah
maupun terhadap operator beserta staff. Resiko yang sering terjadi adalah kontaminasi
mikroorganisme baik bakteri maupun virus. Penularan dapat melalui darah, saliva dan
instrumen bedah. Oleh karena hal tersebut, persiapan yang dapat dilakukan sebelum
kelainan pada tulang, kelainan pada ujung akar dan posisi anatomi.
3. Informed consent. Persetujuan atas dasar informasi selalu diperlukan untuk setiap
tindakan medis dan diberikan setelah pasien mendapatkan informasi yang adekuat
4. Pemilihan anastesi. Pada pasien usia dewasa , dapat digunakan anastesi lokal untuk
5. Persiapan alat. Untuk mendapatkan alat dengan keadaan steril dapat digunakan
1. Karies yang parah. Alasan yang paling umum dan yang dapat diterima secara luas
untuk pencabutan gigi adlah karies yang tidak dapat dihilangkan. Sejauh ini gigi
yang karies merupakan alasan yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk
2. Nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa atau pulpitis irreversibel yang tidak diindikasikan
unutk pencabutan.
3. Penyakit periodontal yang parah. Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada
selama beberapa waktu, maka akan nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan
mobilitas gigi yang irreversibel. Dalam situasi ini, gigi yang mengalami mobilitas
pencabutan. Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak
akan optimal karena ruang yang tidak memadai, maka harus dilakuakan bedah
6. Faktor ekonomi. Pasien yang tidak mau atau tidak mampu secara finansial untuk
pencabutan gigi.
1. Kontraindikasi sistemik
- Kelainan jantung
- Kelainan darah. Pasien yang mengidap kelainan darah seperti leukimia, hemofili
dan anemia.
- Radang akut
- Infeksi akut
- Malignancy oral
Teknik anastesi pada radix molar satu rahang rahang atas dapat dilakukan dengan
i. Pada bagian bukal jarum spuit injeksi terletak pada lipatan mukogingival
diregio distal dari gigi M1 kanan atas. Lakukan aspirasi untuk memastikan apakah
terdapat darah yang masuk ke spuit atau tidak, deponir secara perlahan sebanyak 0,5-1cc.
ii. Pada bagian palatal titik suntikan terletak pada bagian yang sudah ditentukan
pada apeks gigi yang sudah dianatesi. Bahan anastetikum dideponirkan sedikit di atas
apeks akar gigi dan selanjutnya dideponirkan secara perlahan sebanyak 1-2cc.
Pada kunjungan selanjutnya dilakukan pada 4-5 hari pasca pencabutan. Pada
waktu pasien datang kembali, pasien ditanyakan daerah mana yang terasa sakit.
pemeriksaan apakah terdapat bekuan darah atau tidak. Apabila ditemukan dry socet,
dicari penyebab terjadinya, apakah karena masih terdapat sisa akar didalam soket atau
Setelah itu lakukan irigasi larutan Salin. Apabila kondisi pasien ditemukan banyak
Hal ini biasanya berhubungan dengan teknik yang salah atau dosis obat anestesi
Tang dan elevator harus diletakkan dan sebab kesulitan segera dicari jika
Sering pada pasien dengan penyakit hati, misalnya seorang alkoholik yang
menderita sirosis, pasien yang menerima terapi antikoagulan, pasien yang minum
aspirin dosis tinggi atau NSAID lain sedangkan pasien dengan gangguan
pembekuan darah yang tidak terdiagnosis sangat jarang. Komplikasi ini dapat
iv. Fraktur
Fraktur dapat terjadi pada mahkota gigi, akar gigi, gigi tetangga atau gigi
terbaik untuk mengindari fraktur selain tekanan yang terkontrol adalah dengan
antara lain :
1. Perdarahan
Perdarahan ringan dari alveolar adalah normal apabila terjadi pada 12-24 jam
pembentukan bekuan darah yang stabil. Perdarahan bisa diatasi dengan tampon
keduanya.
2. Rasa sakit
Rasa sakit pada awal pencabutan gigi, terutama sesudah pembedahan untuk gigi
erupsi maupun impaksi, dapat sangat mengganggu. Orang dewasa sebaiknya mulai
meminum obat pengontrol rasa sakit sesudah makan tetapi sebelum timbulnya rasa
sakit.
3. Edema
Edema adalah reaksi individual, yaitu trauma yang besarnya sama, tidak selalu
Reaksi obat – obatan yang relative sering terjadi segera sesudah pencabutan gigi
adalah mual dan muntah karena menelan analgesik narkotik atau non narkotik.
Reaksi alergi sejati terhadap analgesik bisa terjadi, tetapi relative jarang. Pasien
i. Alveolitis
Komplikasi yang paling sering, paling menakutkan dan paling sakit sesudah
2. Infeksi
Pencabutan suatu gigi yang melibatkan proses infeksi akut, yaitu perikoronitis atau
abses, dapat mengganggu proses pembedahan. Penyebab yang paling sering
dan berkumur dengan larutan saline diperlukan jika terbukti ada infeksi yaitu
1. IDENTITAS
Usia : 22 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Golongan Darah : B
A. Pemeriksaan Subjektif
CC :
Pasien datang dengan keluhan gigi belakang kanan atas tinggal sisa akar dan ingin
PI :
- Pasien mengaku gigi tersebut untuk saat ini tidak terasa sakit dan belum pernah
- Pasien mengaku pernah menderita typus saat SMA dan dirawat di klinik
PDH :
- Pasien pernah melakukan penambalan gigi belakang kiri bawah saat SMA
- Pasien pernah melakukan perawatan pembersihan karang gigi setahun yang lalu
FH :
Umum :
a. Ayah : menurut keterangan pasien ayah tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
SH :
- Memiliki kebiasaan menggosok gigi32x sehari (pagi, sore dan malam hari)
- Pasien sering mengkonsumsi teh dan sering konsumsi makanan yang manis
B. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Ekstraoral
Jasmani : Sehat.
Nadi : 76 x / menit
Pernafasan : 18 x / menit
Suhu : 37 0C
Berat Badan : 60 kg
Gangguan
TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Fungsi
Bentuk muka : Persegi, simetris
Profil : cembung
Bibir : Sedang
Pemeriksaan Intraoral
- Orofaring : T.A.K
- Frenulum
- Lidah : Makroglosia
- Alveolus
2,4 : Terdapat bekas gigitan setinggi oklusal gigi 38,48, sewarna dengan mukosa
30,31: terdapat lesi putih berbentuk irreguler dibagian lateral D/ Crenated tongue
Pemeriksaan OHI
kedalaman email
Palpasi : -
Black
Perkusi :- Black
Palpasi :-
Sondasi :-
CE : +
Perkusi :- Black
Palpasi :-
Sondasi :-
CE :-
kedalaman email
kedalaman email
email
C. Pemeriksaan Penunjang :
- Radiografi Periapikal
D. Diagnosis
D/ 16 Radices
E. Rencana Perawatan
2. Ekstraksi
3. KIE + Medikasi
4. Kontrol
Foto Rongent
C. TAHAPAN PERAWATAN
Tahapan Perawatan
Alat:
1. Diagnostic set
2. Bengkok
4. Bein lurus
5. Spuit injeksi
6. Tampon
Bahan:
1. Cotton pelet
4. Povidone Iodine
5. Saline
- Posisi pasien duduk di atas kursi gigi, kepala pasien diatur agar bila pasien
penyuntikan
rahang atas bagian distal dari akar M1. Sebelum bahan anastetikum
secara perlahan sebanyak 1cc. Hal ini akan menganastesi gigi molar satu kanan
rahang atas, gingiva dan membran mukosa yang berkaitan dengan gigi
tersebut.
- Melakukan penyuntikan pada bagian palatal gigi molar satu kanan rahang atas.
Titik penyuntikan terletak pada bagian yang sudah ditentukan pada apeks gigi.
Bahan anastetikum dideponirkan sedikit di atas apeks akar gigi dan selanjutnya
dideponirkan secara perlahan sebanyak 0,5 cc. Hal ini akan menganastesi gigi
dan permukaan palatal gigi olar satu kanan rahang atas serta membran mukoa
pasien sudah merasa tebal pada bagian palatum dan mukosa labial gigi yang
berwarna lebih pucat) dan lakukan tes menggunkan ekskavator dengan cara
menggoreskan pada gingiva disekitar akar molar satu kanan rahang atas.
- Melakukan luksasi menggunakan ekskavator juga dari sisi mesial dan distal
- Jika dirasa sudah cukup / akar gigi telah luksasi dan rongga yang terbuka bisa
radix rahang atas yaitu dengan memegang tang dengan pinch graps dan
arah mesial.
- Mengecek kembali soket untuk memastikan tidak ada sisa akar/ tulang yang
- Setelah sisa akar tercabut dari soketnya, melakukan reposisi soket gigi dengan
iodine
∫ 3 dd tab 1 p.c
1. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang untuk kontrol setelah 7 hari dilakukan pencabutan pada gigi
mengkonsumsi obat anti nyeri. Obat antibiotik diminum secara teratur hingga
habis. Pasien menggaku tidak ada reaksi alergi terhadap obat yang diberikan.
2. Pemeriksaan Objektif
Inspeksi : Soket setelah pencabutan sudah mulai menutup dan terbentuk jendalan
berwarna putih. Gingiva masih sedikit kemerahan
Palpasi -
BAB III
HASIL PERAWATAN
A. HASIL PERAWATAN
B. PEMBAHASAN
Sisa akar gigi (radix) adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam gingiva
dan melekat pada jaringan periodontal, biasanya ditemukan dalam keadaan sudah
mati, dan tentu saja sudah tidak bermanfaat lagi. Sisa akar gigi dapat diakibatkan
adanya karies gigi, trauma (patah atau terbentur) atau tindakan pencabutan gigi yang
tidak sempurna. Rencana perawatan pada kasus radix gigi 16 yaitu dengan ekstraksi
Ekstraksi dengan anastesi infiltrasi dipilih karena sisa akar yang kecil dan sisa
akar sudah tidak didukung oleh tulang alveolar. Penggunaan larutan anastesi pada
kasus ini dipilih dengan mengunakan larutan anastesi pehacain karena memiliki onset
yang cepat dan durasi yang lama, penambahan vasokonstriktor pada pehacain juga
mampu mengurangi terjadinya perdarahan pasca pencabutan. Anastesi dilakukan
sebanyak 1 cc pada lipatan mukolabial dan 0,5 cc pada bagian palatal setinggi apeks
gigi 16.
sehari selama 5 hari diminum setelah makan dan Paracetamol yang diminum 1 tablet
bila terasa sakit dan diminum setelah makan) untuk membantu mengurangi rasa sakit
beberapa fase. Fase tersebut terdiri dari fase hemostasis yaitu penutupan luka pada
saat mulai terbentuk pembekuan darah, fase peradangan yaitu terbentuknya benang
fibrin yang mengawali proses penutupan luka, fase proliferasi yaitu sudah terjadi
penutupan luka seluruhnya pada bekas pencabutan, fase maturasi yaitu proses
penyembuha secara sempurna yang melibatkan regenarasi jaringan parut (Khan dkk,
2015).
Pada saat kontrol pasien datang 7 hari setelah dilakukan pencabutan. Pasien
tidak mengeluhkan adanya rasa sakit, tidak mengeluhkan adanya perdarahan, tidak
A. KESIMPULAN
Ekstraksi gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau akar
gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas
pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di
masa mendatang.
B. SARAN
baik alat maupun operator sehingga tidak terjadi infeksi silang pada pasien ke dokter
dan sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA