Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRESENTASI HASIL PERAWATAN

MODUL BEDAH MULUT


EKSTRAKSI GIGI 16 DENGAN ANASTESI INFILTRASI

Diajukan oleh:
RIAN ISWARDANU
J530170014

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017
BAB I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan bedah untuk mengeluarkan gigi

yang sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi dari alveolus menggunakan alat-alat

ekstraksi. Pencabutan gigi yang ideal harusnya tanpa rasa sakit dan dengan trauma

minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga soket setelah pencabutan dapat

sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah pada masa yang akan datang.

.Sebelum dilakukan pencabutan gigi, akan dilakukan anastesi untuk menghilangkan

rasa sakit pada saat proses pencabutan. Anastesi yang dapat digunakan diantaranya

adalah anastesi blok mandibular atau anastesi infiltrasi.

Pada anastesi infiltrasi larutan anestesi didepositkan di dekat serabut

terminal dari saraf dan akan terifiltrasi di sepanjang jaringan untuk mencapai

serabut saraf dan menimbulkan efek anestesi dari daerah terlokalisir yang disuplai

oleh saraf tersebut. Tekhnik infiltrasi dibagi menjadi:

1. Suntikan submukosa

Istilah ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat di balik membrane

mukosa. Walaupun cenderung tidak menimbulkan anestesi pada pulpa gigi,

suntikan ini sering digunakan baik untuk menganestesi saraf bukal panjang sebelum

pencabutan molar bawah atau operasi jaringan lunak.

2. Suntikan supraperiosteal

Dengan cara ini, anestesi pulpa gigi dapat diperoleh dengan penyuntikan di

sepanjang apeks gigi. Suntikan ini merupakan suntikan yang paling sering

digunakan dan sering disebut sebagai suntikan infiltrasi.


3. Suntikan subperiosteal

Tekhnik ini, larutan anestesi didepositkan antara periosteum dan bidang

kortikal. Tekhnik ini digunakan apabila tidak ada alternative lain karena akan terasa

sangat sakit. Tekhnik ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila

suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi walaupun biasanya

pada situasi ini lebih sering digunakan suntikan intraligamen.

4. Suntikan intraoseous

Suntikan ini larutan didepositkan pada tulang medularis. Setelah suntikan

supraperiosteal diberikan dengan cara biasa, dibuat insisi kecil melalui

mukoperiosteum pada daerah suntikan yang sudah ditentukan untuk mendapat jalan

masuk bur dan reamer kecil pada perawatan endodontic. Dewasa ini, tekhnik

suntikan ini sudah sangat jarang digunakan.

5. Suntikan intraseptal

Merupakan modifikasi dari tekhnik intraoseous yang kadang-kadang

digunakan bila anestesi yang menyeluruh sulit diperoleh atau bila dipasang gigi

geligi tiruan imediat serta bila tekhnik supraperiosteal tidak mungkin digunakan.

Tekhnik ini hanya dapat digunakan setelah diperoleh anestesi superficial.

6. Suntikan intraligamen atau ligament periodontal

Jarum diinsersikan pada sulkus gingival dengen bevel mengarah menjauhi

gigi. Jarum kemudian didorong ke membrane periodontal bersudut 30° terhadap

sumbu panjang gigi. Jarum ditahan dengan jari untuk mencegah pembengkokan dan

didorong ke penetrasi maksimal sehingga terletak antara akar-akar gigi dan tulang

interkrestal.
Pada kasus pencabutan sisa akar gigi (radix) gigi anterior rahang atas, larutan

anastesi dapat diniinjeksikan secara supraperiosteal pada bagian bukal dan palatal.

Pada bagian bukal suntikan terletak pada lipatan mukobukal. Bahan anastetikum

dideponirkan sedikit di atas apeks akar gigi dan selanjutnya dideponirkan secara

perlahan sebanyak 1-2cc. Pada bagian palatal titik suntikan terletak pada bagian yang

sudah ditentukan pada apeks gigi yang sudah dianatesi. Bahan anastetikum

dideponirkan sedikit di atas apeks akar gigi dan selanjutnya dideponirkan secara

perlahan sebanyak 1-2cc.

Teknik pencabutan pada radix molar pertama rahang atas dapat dilakukan

dengan mengunakan tang cabut radix rahang atas. Langkah pertama dengan

melakukan separasi dengan menggunkan ekskavator selanjutnya dilakukan elevasi

dengan menggunakan ekskavator juga dengan tujuan agar meminimalisir trauma

karena sisa akar yang ada hanya kecil sehingga tidak memerlukan bein. Tujuan

elevasi untuk memisahkan sisa akar gigi dengan jaringan periodontalnya. Apabila

sisa akar sudah terlepas dari jaringan periodontalnya letakkan tang hingga

memengang akar gigi kemudian dengan tekanan lateral dan gerakkan kearah bukal-

lingual secara perlahan kemudian sesekali rotasional agar akar bisa tercabut.

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI PENYAKIT

Radices adalah Karies yang meluas dan tidak dirawat mengakibatkan

hilangnya mahkota gigi sepenuhnya dan menyisakan akar (sisa akar) . selain itu

radices juga dapat diartikan sebagai bagian dari gigi yang tertanam di dalam gingiva

dan melekat pada jaringan periodontal (Yuwono, 2010).


2. ETIOLOGI PENYAKIT

Adanya sisa akar gigi ( radix/ radices) sehingga harus dicabut dapat disebabkan

oleh:

1. Kerusakan gigi akibat karies gigi : Karies gigi terjadi karena adanya Sisa akar gigi

yang disebabkan oleh karies terjadi karena ada bakteri yang menempel dalam biofilm

plak bakteri tersebut yaitu Streptococci (Streptococcus salivarius, Streptococcus

sanguis, Streptococcus sobrinus), Lactobacilli (Lactobacillus acidophilus,

Lactobacillus casei), dan Actinomycetes (Actinomyces viscosus, dan Actinomyces

naeslundii)).Bakteri di dalam mulut akan mengeluarkan toksin yang akan mengubah

karbohidrat menjadi suatu zat yang bersifat asam yang mengakibatkan demineralisasi

email. Karies yang pada proses awalnya hanya terlihat bercak putih pada email lama

kelamaan akan berubah jadi coklat dan berlubang. Jika kebersihan mulut tidak

dipelihara lubang bisa menjadi luas dan dalam menembus lapisan dentin. Pada tahap

ini jika tidak ada perawatan gigi lubang bertambah luas dan dalam sampai daerah

pulpa gigi yang banyak berisi pembuluh darah, limfe dan syaraf. Pada akhirnya gigi

akan mati, giginya kropos sampai mahkotanya habis dan tinggal sisa akar gigi (Ryan

dan Ray, 2010).

2. Trauma

Mahkota gigi bisa patah karena adanya benturan akibat kecelakaan, jatuh, berkelahi

atau sebab lainnya. Seringkali seluruh mahkota mengalami fraktur dan menyisakan

akar gigi saja. Trauma ini membuat pulpa gigi menjadi non vital.

3. Tindakan pencabutan gigi yang tidak sempurna.

Pada tindakan pencabutan gigi yang tidak berhasil tercabut secara utuh akan

menyebabkan mahkota gigi mengalami fraktur dan sisa akar masih tertinggal di dalam
gingiva. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain struktur gigi yang rapuh,

akar gigi yang bengkok, kalsifikasi gigi, aplikasi forceps yang kurang tepat dan

tekanan yang berlebihan pada waktu tindakan pencabutan. Sisa akar gigi tertinggal

ukurannya bervariasi mulai dari kurang dari 1/3 akar gigi sampai akar gigi sebatas

gingiva. Sisa akar gigi yang tidak dilakukan perawatan dapat menyebabkan sisa akar

gigi keluar dari gingiva setelah beberapa waktu, hilang sendiri karena teresorbsi oleh

tubuh atau bisa berkembang menjadi kista.

3. PATOFISIOLOGI

Proses demineralisasi pada email yang disebabkan karena sisa makanan yang

bergula (termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email akan

terakumulasi menjadi plak, dan menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri.

Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan menghasilkan asam

dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses demineralisasi.

Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies pada email dan apabila

proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak bisa berhenti sendiri,

kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan dilakukan penumpatan

(penambalan) pada permukaan gigi yang terkena karies oleh dokter gigi. Selanjutnya

lesi karies yang tidak dilakukan perawatan akan menyebabkan karies yang dalam

mencapai ruang pulpa dan menyebabkan terjadinya nekrosis pulpa. Pada gigi dengan

nekrosis pulpa, struktur mahkota rapuh dan keropos yang terus menerus tidak

dirasakan hingga seluruh bagian mahkota hilang dan menyisakan sisa akar pada

jaringan gingiva.
4. GEJALA

Pada kondisi sisa akar tidak memiliki gejala tertertentu karena kondisi ini gigi

sudah nonvital. Gejala yang dapat ditimbulkan sebelum adanya sisa akar adalah

1. Nyeri kepala berkepanjangan

2. Halitosis

3. Inflamasi gingiva

4. Terdapat pus / fistula

5. Trismus

5. TANDA KLINIS

Terdapat beberapa tanda klinis yang ditimbulkan adanya radices yaitu:

1. Terdapat sisa akar gigi dengan sebagian mahkota atau tanpa mahkota

2. Dapat disertai dengan pembengkakan gingiva atau tidak

3. Terlihat warna kecoklatan pada sisa akar gigi

6. DEFINISI PENCABUTAN GIGI (EKSTRAKSI GIGI)

Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan bedah untuk mengeluarkan gigi yang

sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi dari alveolus menggunakan alat-alat

ekstraksi. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sangat kompleks karena melibatkan

struktur tulang dan jaringan lunak dalam rongga mulut. Pencabutan gigi yang ideal

harusnya tanpa rasa sakit dan dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi,

sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah

pada masa yang akan datang.

7. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SEBELUM TINDAKAN EKSTRAKSI


Tindakan pembedahan merupakan tindakan yang beresiko baik terhadap pasien

maupun terhadap operator beserta staff. Resiko yang sering terjadi adalah kontaminasi

mikroorganisme baik bakteri maupun virus. Penularan dapat melalui darah, saliva dan

instrumen bedah. Oleh karena hal tersebut, persiapan yang dapat dilakukan sebelum

tindakan pencabutan, sebagai berikut:

1. Persiapan pasien. Melakukan pemeriksaan lengkap kepada pasien seperti

anamnesis untuk mengetahui riwayat medis dan keadaan fisik pasien.

2. Pemeriksaan radiografi. Pemeriksaan tersebut diperlukan untuk mengetahui adanya

kelainan pada tulang, kelainan pada ujung akar dan posisi anatomi.

3. Informed consent. Persetujuan atas dasar informasi selalu diperlukan untuk setiap

tindakan medis dan diberikan setelah pasien mendapatkan informasi yang adekuat

tentang perlunya tindakan medis dan resiko yang dapat ditimbulkan.

4. Pemilihan anastesi. Pada pasien usia dewasa , dapat digunakan anastesi lokal untuk

tindakan pembedahan yang ringan.

5. Persiapan alat. Untuk mendapatkan alat dengan keadaan steril dapat digunakan

sterilisator dengan autoklaf.

8. INDIKASI EKSTRAKSI GIGI

1. Karies yang parah. Alasan yang paling umum dan yang dapat diterima secara luas

untuk pencabutan gigi adlah karies yang tidak dapat dihilangkan. Sejauh ini gigi

yang karies merupakan alasan yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk

dilakukan tindakan pencabutan.

2. Nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa atau pulpitis irreversibel yang tidak diindikasikan

untuk perawatan endodontik. Mungkin dikarenakan perawatan endodontik saluran


akar yang berliku-liku. Dengan kondisi ini, perawatan endodontik yang telah

dilakukan ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan

unutk pencabutan.

3. Penyakit periodontal yang parah. Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada

selama beberapa waktu, maka akan nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan

mobilitas gigi yang irreversibel. Dalam situasi ini, gigi yang mengalami mobilitas

tinggi harus dicabut.

4. Alasan ortodontik. Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering

membutuhkan pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi.

gigi yang paling sering diekstraksi adalah premolar RA dan RB.

5. Gigi impaksi. Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan

pencabutan. Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak

akan optimal karena ruang yang tidak memadai, maka harus dilakuakan bedah

pengangkatan gigi impaksi tersebut

6. Faktor ekonomi. Pasien yang tidak mau atau tidak mampu secara finansial untuk

mendukung keputusan dalam mempertahankan gigi tersebut, ketidakmampuan

pasien untuk membayar prosedure tersebut memungkinkan untuk dilakukan

pencabutan gigi.

9. KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI GIGI

1. Kontraindikasi sistemik

- Kelainan jantung

- Kelainan darah. Pasien yang mengidap kelainan darah seperti leukimia, hemofili

dan anemia.

- Diabetes mellitus tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka.

- Kehamilan, pada trimester 1 dan trimester 3


2. Kontraindikasi Lokal

- Radang akut

- Infeksi akut

- Malignancy oral

10. TEKNIK ANASTESI RADIX 16

Teknik anastesi pada radix molar satu rahang rahang atas dapat dilakukan dengan

melakukan injeksi supraperiosteal pada bagian bukal dan palatal.

i. Pada bagian bukal jarum spuit injeksi terletak pada lipatan mukogingival

diregio distal dari gigi M1 kanan atas. Lakukan aspirasi untuk memastikan apakah

terdapat darah yang masuk ke spuit atau tidak, deponir secara perlahan sebanyak 0,5-1cc.

Lakukan hal yang sama di mukogingival regio mesial M1 kanan atas

ii. Pada bagian palatal titik suntikan terletak pada bagian yang sudah ditentukan

pada apeks gigi yang sudah dianatesi. Bahan anastetikum dideponirkan sedikit di atas

apeks akar gigi dan selanjutnya dideponirkan secara perlahan sebanyak 1-2cc.

11. TINDAKAN LANJUTAN

Pada kunjungan selanjutnya dilakukan pada 4-5 hari pasca pencabutan. Pada

waktu pasien datang kembali, pasien ditanyakan daerah mana yang terasa sakit.

Selanjutnya dilakukan peeriksaan pada bekas luka pencabutan dan dilakukan

pemeriksaan apakah terdapat bekuan darah atau tidak. Apabila ditemukan dry socet,

dicari penyebab terjadinya, apakah karena masih terdapat sisa akar didalam soket atau

dikarenakan adanya tulang alveolar yang tajam, kemudian hilangkan penyebabnya.

Setelah itu lakukan irigasi larutan Salin. Apabila kondisi pasien ditemukan banyak

nanah maka pasien diperlukan peresepan antibiotik (Pederson, 2012).


12. KOMPLIKASI SELAMA EKSTRAKSI GIGI

i. Kegagalan Pemberian Anestesi

Hal ini biasanya berhubungan dengan teknik yang salah atau dosis obat anestesi

yang tidak cukup.

ii. Kegagalan mencabut gigi dengan tang atau elevator

Tang dan elevator harus diletakkan dan sebab kesulitan segera dicari jika

terjadi kegagalan pencabutan dengan instrument tersebut.

iii. Perdarahan selama pencabutan

Sering pada pasien dengan penyakit hati, misalnya seorang alkoholik yang

menderita sirosis, pasien yang menerima terapi antikoagulan, pasien yang minum

aspirin dosis tinggi atau NSAID lain sedangkan pasien dengan gangguan

pembekuan darah yang tidak terdiagnosis sangat jarang. Komplikasi ini dapat

dicegah dengan cara menghindari perlukaan pada pembuluh darah da

melakukan tekanan dan klem jika terjadi perdarahan.

iv. Fraktur

Fraktur dapat terjadi pada mahkota gigi, akar gigi, gigi tetangga atau gigi

antagonis, restorasi, processus alveolaris dan kadang – kadang mandibula. Cara

terbaik untuk mengindari fraktur selain tekanan yang terkontrol adalah dengan

menggunakan pemeriksaan penunjang sebelum melakukan pembedahan.

13. KOMPLIKASI SEGERA SETELAH EKSTRAKSI GIGI

Komplikasi yang mungkin terjadi segera setelah ekstraksi gigi dilakukan

antara lain :

1. Perdarahan

Perdarahan ringan dari alveolar adalah normal apabila terjadi pada 12-24 jam

pertama sesudah pencabutan atau pembedahan gigi. Penekanan oklusal dengan


menggunakan kasa adalah jalan terbaik untuk mengontrolnya dan dapat merangsang

pembentukan bekuan darah yang stabil. Perdarahan bisa diatasi dengan tampon

(terbentuknya tekanan ekstravaskuler lokal dari tampon), pembekuan, atau

keduanya.

2. Rasa sakit

Rasa sakit pada awal pencabutan gigi, terutama sesudah pembedahan untuk gigi

erupsi maupun impaksi, dapat sangat mengganggu. Orang dewasa sebaiknya mulai

meminum obat pengontrol rasa sakit sesudah makan tetapi sebelum timbulnya rasa

sakit.

3. Edema

Edema adalah reaksi individual, yaitu trauma yang besarnya sama, tidak selalu

mengakibatkan derajat pembengkakan yang sama. Usaha – usaha untuk mengontrol

edema mencakup termal (dingin), fisik (penekanan), dan obat – obatan.

4. Reaksi terhadap obat

Reaksi obat – obatan yang relative sering terjadi segera sesudah pencabutan gigi

adalah mual dan muntah karena menelan analgesik narkotik atau non narkotik.

Reaksi alergi sejati terhadap analgesik bisa terjadi, tetapi relative jarang. Pasien

dianjurkan untuk menghentikan pemakaian obat sesegera mungkin jika

diperkirakan berpotensi merangsang reaksi alergi.

14. KOMPLIKASI JAUH SESUDAH EKSTRAKSI GIGI

i. Alveolitis

Komplikasi yang paling sering, paling menakutkan dan paling sakit sesudah

pencabutan gigi adalah dry socket atau alveolitis (osteitis alveolar).

2. Infeksi

Pencabutan suatu gigi yang melibatkan proses infeksi akut, yaitu perikoronitis atau
abses, dapat mengganggu proses pembedahan. Penyebab yang paling sering

adalah infeksi yang termanifestasi sebagai miositis kronis. Terapi antibiotik

dan berkumur dengan larutan saline diperlukan jika terbukti ada infeksi yaitu

adanya pembengkakan, nyeri, demam, dan lemas.


BAB II. KASUS

1. IDENTITAS

Nama Lengkap : Doly Hasonangan

Tempat / Tanggal Lahir : Sungai Liat, 5 Oktober 1995

Usia : 22 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Tegal Ayu rt 3/2 Kel.Bumi, Laweyan

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

2. DATA MEDIK UMUM

Golongan Darah : B

Alergi : Tidak Ada

Penyakit Sistemik : Tidak Ada

Operator : Rian Iswardanu

A. Pemeriksaan Subjektif

CC :

Pasien datang dengan keluhan gigi belakang kanan atas tinggal sisa akar dan ingin

mencabutkan gigi tersebut.

PI :

- Pasien merasakan keluhan tersebut sejak kelas 3 SMA

- Pasien mengaku gigi tersebut untuk saat ini tidak terasa sakit dan belum pernah

diminumi obat sebelumnya


PMH :

- Pasien mengaku pernah menderita typus saat SMA dan dirawat di klinik

- Pasien mengaku menderita penyakit tonsilitis dan sering mengalami kekambuhan

- Saat ini pasien sedang tidak mengkonsumsi obat

- Pasien mengaku tidak memiliki alergi terhadap obat dan makanan

PDH :

- Pasien pernah melakukan penambalan gigi belakang kiri bawah saat SMA

- Pasien pernah melakukan perawatan pembersihan karang gigi setahun yang lalu

FH :

Umum :

a. Ayah : menurut keterangan pasien ayah tidak memiliki riwayat penyakit sistemik

b. Ibu : menurut keterangan pasien ibu memiliki riwayat hipertensi

Gigi dan Mulut :

a. Ayah : memiliki keluhan gigi berlubang dan sudah ditumpat

b. Ibu : tidak memiliki keluhan gigi dan mulut

SH :

- Memiliki kebiasaan menggosok gigi32x sehari (pagi, sore dan malam hari)

- Pasien sering mengkonsumsi teh dan sering konsumsi makanan yang manis

- Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol

- Pasien tinggal di kos dengan lingkungan bersih.

B. Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan Ekstraoral

 Kesan Umum Kesehatan Penderita

Jasmani : Sehat.

Mental : Sehat (komunikatif dan kooperatif)


 Vital Sign

Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg (Normal)

Nadi : 76 x / menit

Pernafasan : 18 x / menit

Suhu : 37 0C

Berat Badan : 60 kg

Tinggi Badan : 170 cm

 Kesehatan Umum Berdasarkan Sistem Tubuh

o Sistem Endokrin : Tidak Ada Kelainan

o Sistem Gastrointestinal : Tidak Ada Kelainan

o Sistem Hepatopoetik : Tidak Ada Kelainan

o Sistem Kardiovaskuler : Tidak Ada Kelainan

o Sistem Muskuloskeletal : Tidak Ada Kelainan

o Sistem Neurologik : Tidak Ada Kelainan

o Sistem Respirasi : Tidak Ada Kelainan

o Sistem Urogenital : Tidak Ada Kelainan

 Pemeriksaan Ekstra Oral

Fasial Neuromuskular Kelenjar Kelenjar Tulang TMJ

Ludah Limfe Rahang

Deformitas TAK TAK TAK TAK TAK TAK

Nyeri TAK TAK TAK TAK TAK TAK

Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK

Gangguan
TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Fungsi
Bentuk muka : Persegi, simetris

Profil : cembung

Bibir : Sedang

Deskripsi lesi / kelainan yang ditemukan : -

 Pemeriksaan Intraoral

- Mukosa bibir : T.A.K

- Mukosa Pipi : Terdapat bekasgigitan setinggi oklusal gigi 38 dan 48

- Dasar Mulut : T.A.K

- Gingiva : Terdapat peradangan pada gingiva regio gigi

37,33,32,31,41,42,43 pada bagian bukal.

- Orofaring : T.A.K

- Oklusi : Normal bite

- Torus palatinus : Tidak Ada

- Bentuk palatum : U, tinggi

- Frenulum

Frenulum Labialis RA : Rendah

Frenuum Labialis RB : Sedang

Frenulum Lingualis RA : Sedang

Frenulum Lingualis RB : Sedang

Frenulum Bukalis RA : Sedang

Frenulum Bukalis RB : Sedang

- Lidah : Makroglosia

- Alveolus

Rahang Atas : tinggi

Rahang Bawah : tinggi


- Supernumerary teeth : Tidak Ada

- Diastema : Tidak Ada

- Gigi Anomali : Tidak Ada

- Gigi Tiruan : Tidak Ada

- Oral Hygiene : 3,6 (sedang)

 Pemeriksaan Jaringan Lunak

2,4 : Terdapat bekas gigitan setinggi oklusal gigi 38,48, sewarna dengan mukosa

bukal D/ cheek bitting

17,18 : terdapat pembesaran gingiva padaregio gigi 37,33,32,31,41,42 dan 43 D/

Gingivitis marginalis lokalisats

30,31: terdapat lesi putih berbentuk irreguler dibagian lateral D/ Crenated tongue
 Pemeriksaan OHI

 Pemeriksaan Gigi Geligi

Elemen Ringkasan Hasil Diagnosis / Rencana

Pemeriksaan Differential Diagnosis Perawatan

Terdapat kavitas pada pit D/ Karies Email TP/ Restorasi


17
fissur bagian bukal dan garis (k02.0) Resin Komposit

kecoklatan pada bagian Kelas I GV Black


oklusal gigi 37 dengan

kedalaman email

Terdapat sisa akar D/ Radices TP/ Ekstraksi


16
Perkusi : -

Palpasi : -

Terdapat kavitas pada D/ Karies Email TP/ Restorasi


12
bagian mesial kedalaman (k02.0) Resin Komposit

email Kelas III GV

Black

Terdapat kabitas pada D/ Karies Dentin TP/ Restorasi


11
bagian mesial dengan (k02.1) Resin Komposit

kedalaman dentin Kelas III GV

Perkusi :- Black

Palpasi :-

Sondasi :-

CE : +

Terdapat kavitas pada D/ Karies Dentin TP/ Restorasi


21
bagian mesial dengan (k02.1) Resin Komposit

kedalaman dentin Kelas III GV

Perkusi :- Black

Palpasi :-

Sondasi :-

CE :-

Terdapat kavitas pada D/ Karies Email TP/ Restorasi


22
bagian mesial kedalaman (k02.0) Resin Komposit
email Kelas I GV Black

Terdapat titik kehitaman D/ Karies Email TP/ Restorasi


26
pada bagian oklusal dan (k02.0) Resin Komposit

kavitas pada bagian palatal Kelas I GV Black

dan bukal dengan

kedalaman email

Terdapat titik kehitaman D/ Karies Email TP/ Restorasi


37
pada bagian oklusal dan (k02.0) Resin Komposit

kavitas pada bagian palatal Kelas I GV Black

dan bukal dengan

kedalaman email

Terdapat kavitas pada D/ Karies Email TP/ Restorasi


36
bagian pit fissur bukal dan (k02.0) Resin Komposit

oklusal dengan kedalaman Kelas I GV Black

email

Terdapat kavitas pada D/ Karies Email TP/ Restorasi


46
bagian pit fissur bukal dan (k02.0) Resin Komposit

oklusal dengan kedalaman Kelas I GV Black

email

Terdapat kavitas pada D/ Karies Email TP/ Restorasi


47
bagian pit fissur bukal dan (k02.0) Resin Komposit

oklusal dengan kedalaman klas I GV Black

email
C. Pemeriksaan Penunjang :

- Radiografi Periapikal

D. Diagnosis

D/ 16 Radices

E. Rencana Perawatan

TP/ 1. Komunikasi dan Informasi

2. Ekstraksi

3. KIE + Medikasi

4. Kontrol

Foto seebelum Perawatan

Foto Rongent
C. TAHAPAN PERAWATAN
Tahapan Perawatan

I. Alat dan Bahan

Alat:

1. Diagnostic set

2. Bengkok

3. Tang radix anterior rahang atas permanen dan desidui

4. Bein lurus

5. Spuit injeksi

6. Tampon

Bahan:

1. Cotton pelet

2. Larutan anastesi pehacain

3. Topikal anastesi benzocaine

4. Povidone Iodine

5. Saline

II. Prosedur Perawatan

1. Prosedur Tindakan Pencabutan

- Memberikan informasi kepada pasien, persetujuan pasien dan

penandatanganan informed consent

- Posisi pasien duduk di atas kursi gigi, kepala pasien diatur agar bila pasien

membuka mulut maka korpus mandibula sejajar dengan lantai

- Posisi operator berdiri di samping kanan pasien

- Melakukan asepsis pada area penyuntikan


- Mengaplikasikan povidone iodine dengan cotton pellet pada area penyuntikan

- Mengaplikasikan topikal anastesi benzocaine dengan cotton pellet pada area

penyuntikan

- Melakukan penyuntikan pada lipatan mukobukal gigi molar pertama kanan

rahang atas bagian distal dari akar M1. Sebelum bahan anastetikum

dideponirkan dilakukan aspirasi terlebih dahulu, apabila tidak terdapat darah

yang masuk ke dalam spuit injeksi selanjutnya bahan anastesi dideponirkan

secara perlahan sebanyak 1cc. Hal ini akan menganastesi gigi molar satu kanan

rahang atas, gingiva dan membran mukosa yang berkaitan dengan gigi

tersebut.

- Melakukan penyuntikan pada bagian palatal gigi molar satu kanan rahang atas.

Titik penyuntikan terletak pada bagian yang sudah ditentukan pada apeks gigi.

Bahan anastetikum dideponirkan sedikit di atas apeks akar gigi dan selanjutnya

dideponirkan secara perlahan sebanyak 0,5 cc. Hal ini akan menganastesi gigi

dan permukaan palatal gigi olar satu kanan rahang atas serta membran mukoa

disekitar gigi tersebut .

- Melakukan evaluasi dari efek anastesi dengan pemeriksaan subjektif, apakah

pasien sudah merasa tebal pada bagian palatum dan mukosa labial gigi yang

dianastesi tersebut dan dengan pemeriksaan objektif (area yang teranastesi

berwarna lebih pucat) dan lakukan tes menggunkan ekskavator dengan cara
menggoreskan pada gingiva disekitar akar molar satu kanan rahang atas.

- Apabila sudah teranastesi lakukan separasi untuk memisahkan jaringan keras

dan lunak menggunakan ekskavator.

- Melakukan luksasi menggunakan ekskavator juga dari sisi mesial dan distal

gigi untuk memisahkan akar gigi dengan jaringan periodontal.

- Jika dirasa sudah cukup / akar gigi telah luksasi dan rongga yang terbuka bisa

dijadikan pegangan forcep, maka dilanjutkan pencabutan menggunakan tang

radix rahang atas yaitu dengan memegang tang dengan pinch graps dan

tekanan lateral (fasial/palatal) serta rotasional. tekanan lateral lebih

ditingkatkan ke arah fasial sedangkan tekanan rotasional lebih ditingkatkan ke

arah mesial.

- Mengecek kembali soket untuk memastikan tidak ada sisa akar/ tulang yang

tertinggal dengan menggunakan ekskavator.

- Setelah sisa akar tercabut dari soketnya, melakukan reposisi soket gigi dengan

ibu jari dan telunjuk

- Melakukan irigasi menggunkanan saline untuk membersihkan are soket

- Menginstruksikan pasien untuk mengigit tampon yang telah diberi povidone

iodine

- Memberikan intruksi pasca pencabutan kepada pasien

- Pemberian medikasi / peresepan obat


Medikasi : R/ Amoxicillin mg 500 Tab No XV

∫ 3 dd tab 1 p.c

R/ Paracetamol mg 500 Tab No X

∫ p.r.n tab 1 p.c

2. Intruksi Pasca Ekstraksi

- Menggigit tampon selama ½ sampai 1 jam

- Menghimbau untuk tidak berkumur terlalu keras

- Tidak merokok minimal sehari setelah pencabutan

- Menghindari area bekas pencabutan dengan tidak memainkan bekas luka

dengan jari atau lidah

- Menghimbau untuk tidak makan dan minum yang panas

- Melakukan aktivitas (makan) pada sisi yang berlawanan

- Menghimbau untuk tidak menghisap-hisap daerah pencabutan

- Minum obat yang telah diresepkan sesuai anjuran.

III. Evaluasi (Kontrol)

1. Pemeriksaan Subjektif

Pasien datang untuk kontrol setelah 7 hari dilakukan pencabutan pada gigi

M1 kanan atas. Pasien tidak memiliki keluhan setelah dilakukan pencabutan.

Pasien menyadari perdarahan berhenti 2 jam pasca ppencabutan. Pasien

mengeluhkan rasa perih setelah efek anastesinya hilang kemudian pasien

mengkonsumsi obat anti nyeri. Obat antibiotik diminum secara teratur hingga

habis. Pasien menggaku tidak ada reaksi alergi terhadap obat yang diberikan.

2. Pemeriksaan Objektif

Inspeksi : Soket setelah pencabutan sudah mulai menutup dan terbentuk jendalan
berwarna putih. Gingiva masih sedikit kemerahan

Palpasi -

BAB III

HASIL PERAWATAN

A. HASIL PERAWATAN

Sebelum Ekstraksi Setelah Ekstraksi

B. PEMBAHASAN

Sisa akar gigi (radix) adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam gingiva

dan melekat pada jaringan periodontal, biasanya ditemukan dalam keadaan sudah

mati, dan tentu saja sudah tidak bermanfaat lagi. Sisa akar gigi dapat diakibatkan

adanya karies gigi, trauma (patah atau terbentur) atau tindakan pencabutan gigi yang

tidak sempurna. Rencana perawatan pada kasus radix gigi 16 yaitu dengan ekstraksi

menggunakan anastesi infiltrasi.

Ekstraksi dengan anastesi infiltrasi dipilih karena sisa akar yang kecil dan sisa

akar sudah tidak didukung oleh tulang alveolar. Penggunaan larutan anastesi pada

kasus ini dipilih dengan mengunakan larutan anastesi pehacain karena memiliki onset

yang cepat dan durasi yang lama, penambahan vasokonstriktor pada pehacain juga
mampu mengurangi terjadinya perdarahan pasca pencabutan. Anastesi dilakukan

sebanyak 1 cc pada lipatan mukolabial dan 0,5 cc pada bagian palatal setinggi apeks

gigi 16.

Medikasi yang diberikan kepada pasien adalah (Amoxicillin 500 mg 3 kali

sehari selama 5 hari diminum setelah makan dan Paracetamol yang diminum 1 tablet

bila terasa sakit dan diminum setelah makan) untuk membantu mengurangi rasa sakit

dan mengurangi kemungkinan adanya infeksi selama fase penyembuhan luka.

Proses penyembuhan luka setelah dilakukan pencabutan terdapat dalam

beberapa fase. Fase tersebut terdiri dari fase hemostasis yaitu penutupan luka pada

saat mulai terbentuk pembekuan darah, fase peradangan yaitu terbentuknya benang

fibrin yang mengawali proses penutupan luka, fase proliferasi yaitu sudah terjadi

penutupan luka seluruhnya pada bekas pencabutan, fase maturasi yaitu proses

penyembuha secara sempurna yang melibatkan regenarasi jaringan parut (Khan dkk,

2015).

Pada saat kontrol pasien datang 7 hari setelah dilakukan pencabutan. Pasien

tidak mengeluhkan adanya rasa sakit, tidak mengeluhkan adanya perdarahan, tidak

mengeluhkan adanya pembengkakan dan pasien merasa cukup nyaman dengan

kondisi saat kontrol. Pemeriksaan objektif menunjukkan soket setelah pencabutan

pada gigi 16 sudah mulai terjadi penutupan luka.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Ekstraksi radix pada gigi 16 telah dilakukan tanpa komplikasi pasca

pencabutan. Medikasi dengan antibiotik diberikan agar tidak terjadi infeksi.

Ekstraksi gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh atau akar

gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas

pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di

masa mendatang.

B. SARAN

Tidakan ekstraksi haruslah dilakukan dengan memperhatikan prinsip asepsis

baik alat maupun operator sehingga tidak terjadi infeksi silang pada pasien ke dokter

dan sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA

Geoffrey,H., 1993, The extraction of teeth, Jakarta, EGC.


Mitchell, L., Mitchell, D., 215, Kedokteran Gigi Klinik, Edisi 5, EGC.
Nanang, K., 2015, Ilmu Bedah Mulut, Edisi 2, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Pederson, G., 2002, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, Jakarta, EGC.
Juwono, Lilian. 1993. Petunjuk Praktis Anastesi Lokal. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai