Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH DISKUSI KASUS BEDAH MULUT

EKSTRAKSI OPEN METHOD SISA AKAR GIGI 46

Oleh :
Yosua Halim 150070400011072

Pembimbing :
drg. Zefry Z. Sp.BM

DEPARTEMEN BEDAH MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
TINJAUAN PUSTAKA

1. Ekstraksi Sederhana
1.1. Definisi
Definisi menurut Pedlar dkk (2001), pencabutan gigi merupakan suatu prosedur
bedah yang dapat dilakukan dengan tang, elevator. Pencabutan gigi yang ideal adalah
pencabutan sebuah gigi atau akar yang utuh tanpa menimbulakan rasa sakit, dengan
trauma yang sekecil mungkin pada jaringan penyangganya sehingga luka bekas
pencabutan akan sembuh secara normal dan tidak menimbulkan problema problema
pasca-bedah.
Ekstraksi gigi atau pencabutan gigi adalah proses pengeluaran gigi dari alveolus,
dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi
juga merupakan tindakan bedah minor pada bidang kedokteran gigi yang melibatkan
jaringan keras dan lunak pada rongga mulut (Gordon PW, 2013). 
1.2. Macam-macam Teknik Ekstraksi Gigi
Close method atau simple technique, yaitu teknik pencabutan gigi tanpa
pembedahan, hanya menggunakan prosedur pencabutan dengan menggunakan tang,
elevator maupun kombinasi dari keduanya.
Open method adalah suatu teknik pencabutan gigi dengan menggunakan prosedur
bedah (surgical extraction) yang biasa disebut dengan istilah pencabutan trans-alveolar,
yang biasanya didahului dengan pembuatan flap maupun alveolectomi. (Bakar, Abu, 2015)
1.3. Komplikasi
Komplikasi ekstraksi menurut Pedlar (1996):
Lokal Regional
Immediate Fraktur mahkota, akar, Injuri pada inferior
alveolus, tuberositas dental atau lingual
mandibular, gigi nerve, lacerated tongue
disebelahnya, mukosa or palate
alveolar
Delayed Dry socket, infeksi lokal, Myofacial paint
delayed or secondary dysfunction, injection
haemorrahage track haematoma
Late Atropi alveolar Osteomyelitis

Komplikasi ekstraksi menurut Bakar (2015):


2. Ekstraksi Open Method
2.1. Definisi
Ekstraksi open method, atau dikenal juga dengan ekstraksi transalveolar, adalah
suatu metode ekstraksi yang digunakan untuk pengambilan akar yang patah selama
tindakan ekstraksi biasa atau untuk kondisi gigi yang tidak bisa dicabut dengan ekstraksi
close method karena berbagai alasan (Peterson, 2003).
Eksodonsia sendiri terbagi menjadi dua macam yakni Intra-alveolar extraction dan
Extra-alveolar extraction. Intra-alveolar extraction juga dikenal dengan ekstraksi closed
method yaitu pencabutan gigi sederhana dengan menggunakan forcep/ elevator/
keduanya. Sedangkan open method extraction atau disebut juga transalveolar extraction
adalah metode yang membutuhkan pembuatan flap mukoperiosteal, pengurangan tulang
dan terkadang separasi akar untuk pencabutan gigi (Chandra HM, 2014).
2.2. Indikasi
Indikasi dari ekstraksi open method, di antaranya adalah kegagalan dalam
pengambilan gigi karena close method, bentuk akar yang unfavourable, fraktur akar atau
karies yang meluas hingga akar, kondisi gigi hipersementosis dan ankilosis, gigi yang
impaksi serta tulang sclerosis (Malik dkk, 2012).
Indikasi ekstraksi open method menurut Howe (1993) dan Peterson (2003) adalah:
a. Adanya gigi yang menahan usaha pencabutan intra-alveolar bila diaplikasikan
tekanan yang sedang besarnya.
b. Sisa akar yang tidak bisa dipegang dengan tang atau dikeluarkan dengan elevator,
khususnya yang berdekatan dengan sinus maksilaris.
c. Adanya riwayat kesulitan atau kegagalan pencabutan gigi sebelumnya.
d. Gigi dengan restorasi yang luas, khususnya bila saluran akar telah dirawat atau
pulpa telah nonvital.
e. Gigi hipersementosis dan ankilosis.
f. Gigi dilaserasi atau geminasi.
g. Gigi dengan gambaran radiografi bentuk akar yang rumit, atau akar yang kurang
menguntungkan atau berlawanan dengan arah pencabutan.
h. Bila ingin dipasangkan geligi tiruan imediat atau beberapa saat setelah pencabutan.
Metode ini memungkinkan dilakukannya penghalusan tulang alveolar agar protesa
dapat dipasang.
2.3. Kontraindikasi
Kontraindikasi dilakukan metode ini adalah diabetes parah dan tidak terkontrol,
daerah yang akan diekstraksi mengalami infeksi, pasien dengan penyakit gingiva parah,
pasien hipertensi, kehamilan trimester pertama dan ketiga, serta pasien
immunocompromised (Malik, 2012).

2.4. Jenis Flap


A. Incisi Linear
Biasanya digunakan pada insisi biopsy, insisi pada ekstirpasi mukokel, insisi pada
enukleasi kista, operasi sinus, dsb. Kedalaman insisi berkaitan dengan batas dasar tempat
operasi, tergantung pada operasi yang akan dikerjakan. Batas dasar pada insisi di jaringan
lunak adalah daerahyang normal di dasar lesi patologis, sementara pada bentukan kista,
batas dasar insisinya adalah lokasi dimana kista tersebut melekat.

B. Insisi Elips
Insisi ini biasanya digunakan pada saat hendak melakukan open biopsy atau
pengambilan tumor epithelial seperti fibroma, papiloma, lipoma, dsb.

C. Insisi Sirkuler
Insisi ini digunakan pada saat melakukan operasi marsupialisasi mandibula

D. Insisi Marginal
Insisi flap paling sederhana yang sering digunakan dalam ilmu bedah mulut.
Bentuknya berupa garis lurus yang ditarik pada sepanjang gingival margin bagian
bukal/labial atau lingual/palatal. Memotong serabut periodontal dan papilla interdental.
Syarat utama untuk jenis insisi marginal ini adalah gingival dan periodontal dalam keadaan
sehat.

E. Insisi Angular
Insisi angular atau sayatan bersudut adalah insisi marginal yang dikombinasikan
dengan insisi oblique/sayatan miring. Sayatan miring dapat dibuat di sisi mesial atau distal
sesuai keperluan, yang dimulai dari ujung insisi marginal menuju kea rah forniks
(mukobukal/labial fold), membentuk sudut ±120° dengan insisi marginal. Flap angular
sering digunakan untuk odontektomi gigi molar bungsu rahang bawah. Flap angular hanya
dilakukan pada bagian bukal atau labial. Flap ini kontraindikasi dilakukan pada bagian
lingual atau palatal, karena resiko terpotongnya arteri, vena, dan syaraf penting lainnya.

F. Insisi Trapezoid
Insisi trapezoid adalah insisi marginal yang dikombinasikan dengan dua insisi oblique
pada kedua ujungnya. Insisi ini sering digunakan pada bagian anterior maksila dan
mandibula, seperti pada ekstirpasi kista, apikoektomi, apeksreseksi, odontektomi gigi
premolar, caninus, insisivus dan gigi supernumerary.
G. Insisi U Shape
Insisi ini tidak melibatkan gingival margin sehingga tidak mengganggu jaringan
periodontal di sekitar margin gingiva. Insisi dilakukan berbentuk huruf “U” pada jarak yang
cukup dari gingival margin dengan maksud agar tidak merusak suplay darah gingival dan
membrane periodontal. Flap “U” juga hanya diindikasikan untuk bagian anterior maksila
dan mandibula. Insisi ini sering digunakan untuk apikoektomi, apeksreseksi dan
pengambilan ujung akar yang patah.

H. Insisi Semilunar
Merupakan insisi berbentuk melengkung setengah lingkaran atau sering disebut insisi
semilunar atau semisirkuler. Insisi semilunar dibuat untuk keperluan bedah yang
membutuhkan lapangan operasi yang tidak terlalu luas dan hanya pada bagian bukal atau
labia;, kadang dilakukan di bagian median palatal. Indikasinya untuk apikoektomi dan
apeksreseksi.
2.5. Komplikasi
Pencabutan gigi dengan keadaan penyulit yang terlalu dipaksakan dan teknik yang
salah sering menimbulkan komplikasi diantaranya fraktur alveolar, fraktur tuber maksila,
perforasi sinus maksilaris, masuknya fragmen akar ke rongga sinus, perdarahan
berlebihan, dan trauma nervus alveolaris, nervus mentalis atau lingualis (Howe, 1993,
Pedersen, 1996, Peterson, 2003).
a. Fraktur tulang alveolar dapat terjadi karena terjepitnya tulang alveolar secara tidak
disengaja di antara ujung tang pencabut gigi atau konfigurasi dari akar gigi itu sendiri,
bentuk dari tulang alveolar, atau adanya perubahan patologis dalam tulang itu sendiri.
Pencabutan gigi kaninus terkadang disertai komplikasi fraktur tulang sebelah labial.
b. Fraktur tuber maksila terjadi biasanya berhubungan dengan dekatnya letak tuberositas
terhadap sinus, yang biasa terjadi bila terdapat gigi molar atas yang terisolasi,
khususnya bila gigi memanjang/ turun. Geminasi patologis antara gigi molar kedua
atas yang telah erupsi dengan gigi molal ketiga atas tidak erupsi bisa menjadi
predisposisi.
c. Masuknya fragmen akar ke dalam sinus. Komplikasi ini bisa terjadi jika ujung akar
dekat dengan sinus atau rongga sinus yang besar, dan ujung akar yang bengkok.
Biasanya terjadi pada akar gigi premolar dan molar atas, dan yang sering akar palatal.
Pada kasus seperti ini pemakaian elevator dengan tenaga yang besar harus dihindari.
d. Perdarahan yang berlebihan terjadi jika pembuluh darah terpotong. Hal ini dapat terjadi
karena trauma yang besar pada saat pencabutan dimana tulang yang terangkat
mengoyak jaringan lunak sekitarnya. Juga dapat terjadi karena penggunaan bur yang
mengenai kanalis mandibularis.
e. Trauma pada Nervus Alveolaris, Nervus Mentalis dan Lingualis. Trauma pada nervus
ini bisa menimbulkan parestesi. Nervus lingualis dapat rusak oleh pencabutan
traumatik gigi molar bawah dimana jaringan lunak lingual terjebak pada ujung tang,
atau terkena bur selama pembuangan tulang. Nervus alveolaris atau mentalis dapat
terkena trauma pada saat pembuatan flap atau pemakaian bur yang terlalu dalam dan
tidak terkontrol, atau ujung akar bengkok mengenai kanalis mandibularis.

Anda mungkin juga menyukai