Oleh :
Ridha Aldina (04074881921012)
Pembimbing:
Pencabutan gigi adalah proses pengeluaran gigi dari tulang alveolar, dimana pada gigi tersebut
gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi dengan pembedahan
merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengeluarkan gigi dari soketnya. Jumlah dan
bentuk akar yang abnormal, hipersementosis akar, ankilosis, sclerosis tulang, mahkota gigi yang
rapuh terutama pasca perawatan endodontik merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kesulitan dalam pencabutan gigi. Untuk mengatasi kasus-kasus faktor penyulit tersebut dapat
peralatan penunjang yang lebih lengkap sesuai dengan standard operasional bedah minor.
Pemeriksaan Radiografi merupakan hal yang penting untuk merencanakan tindakan dan penjelasan
kepada pasien khususnya keadaan lokal yang menyulitkan tindakan pencabutan gigi, seperti bentuk
dan jumlah akar gigi yang abnormal, hipersementosis akar, ankilosis, sklerosis tulang, dan gigi yang
dirawat endodontik. Pencabutan gigi dengan penyulit ini jika dipaksakan dan menggunakan alat
serta teknik yang tidak tepat sering kali menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi yang biasa
menyertai tindakan ini diantaranya trauma jaringan sekitar yang luas, fraktur alveolar, perforasi
sinus maksilaris, perdarahan hebat dan parestesi karena terkenanya kanalis mandibularis. Untuk
dapat memperkirakan tingkat kesulitan pencabutan gigi maka perlu melakukan anamnesa yang
cermat, pemeriksan klinis yang teliti serta pemeriksaan radiografi. Riwayat kesulitan pencabutan
gigi sebelumnya dari pasien dapat dijadikan bahan penilaian kemungkinan timbulnya kesulitan
TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan metode pencabutan gigi dari soketnya, setelah membuat flap dan menghilangkan bagian
tulang yang mengelilingi gigi. Teknik ini relatif sederhana dan berada dalam lingkup dokter gigi umum
Indikasi utama untuk melakukan ekstraksi gigi dengan metode terbuka (bedah) adalah:
- Gigi rahang atas atau rahang bawah yang mempunyai morfologi akar yang tidak biasa.
- Gigi dengan hipersementosis pada akar dan ujung akar, memperlihatkan akar bulat besar.
- Gigi impaksi dan sebagian impaksi. Pencabutan gigi-gigi ini dilakukan dengan teknik
- Gigi yang menyatu dengan gigi tetangganya atau gigi menyatu dengan gigi tetangga pada
daerah apikal.
- Ujung akar patah yang masih tertinggal di tulang alveolar dan menyebabkan lesi osteolitik,
atau berada dalam posisi sedemikian rupa sehingga, dalam kasus penempatan gigi tiruan, dapat
- Gigi posterior rahang atas, yang akarnya ,masuk kedalam sinus maksilaris.
- Akar dengan lesi periapikal, yang seluruh pencabutannya melalui soket gigi tidak dapat
- Fraktur diujung akar tanpa gejala, pulpanya masih vital, terletak jauh di dalam soket. Ekstraksi
ujung akar tersebut tidak boleh dipertimbangkan, terutama pada pasien usia lanjut, ketika:
– Terdapat risiko komplikasi lokal yang serius, seperti tercabutnya ujung akar gigi ke dalam sinus
maksilaris atau cedera pada saraf alveolar inferior, saraf mental, atau saraf lingual.
– Memiliki masalah kesehatan yang serius. Apabila pasien yang mempunyai gangguan kesehatan
memerlukan tindakan pencabutan secara bedah, maka harus dilakukan dengan kerjasama dokter
yang merawat dan hanya jika keadaan umum pasien sudah membaik; tindakan pencegahan yang
1. Aseptik bagian yang akan dilakukan insisi menggunakan tampon yang diberi povidone
iodine.
2. Anestesi lokal dengan teknik blok mandibula dan infiltrasi pada mukosa bukal gigi molar
mandibula.
3. Setelah anestesi sudah berjalan, operator melakukan open flap dengan envelope flap pada satu
4. bLakukan pembuangan sebagian tulang bukal dengan menggunakan bur bulat, hingga
bifurkasi akar terlihat.
5. Lakukan separasi pada akar dengan menggunakan bur fissure ke arah bukolingual
6. Kemudian luksasi dan ungkit akar gigi yang sudah terbelah dengan menggunakan bein.
7. Pastikan semua akar gigi keluar dari soket dan tidak ada bagian tulang yang tajam.
8. Flap dikembalikan ke posisi semula dan lakukan penjahitan dengan teknik simple interrupted
- Insisi flap harus dilakukan secara continuous (bersambung) dan jangan terputus-putus. Prinsip
ini dilakukan dengan cara menggunakan scalpel yang konsisten menyentuh tulang
dibawahnya.
- Desain insisi diusahakan menghindari struktur anatomi yang penting seperti nervus.
- Insisi vertical diawali dari daerah vestibulum bukalis dan diakhiri pada bagian interdental dari
gingiva.
- Perluasan flap harus mempunyai lapangan pandang yang sesuai agara mempermudahkan akses
pembedahan atau ukuran harus lebih besar jangan terlalu kecil dan juga tidak boleh
- Insisi harus sejajar dengan pembuluh darah, guna mempertahankan suplai darah.
a. Trapezoid Flap
Bentuk trapesium ini dibentuk oleh insisi horizontal sepanjang tepi gingiva yang mengikuti
alur tepi gingiva, dan ditambah dua insisi vertikal yang menyerong pada bagian bukal.
• Ujung dari insisi vertikal berujung pada interdental gingiva tepi. Agar tidak merusak
• Perluasan pada vertikal flap dipastikan meluas sekitar satu sampai dua gigi dari gigi yang
akan di ekstraksi. Dan dasar flap harus lebih besar agar suplai darah ke ujung gingiva tidak
kurang.
• Flap ini digunakan untuk prosedur pencabutan yang luas, terutama ketika flap triangular
Penutupan kembali lebih mudah ke posisi awal, yang akan membantu penyembuhan yang
cepat
Kerugian jenis trapezoid:
b. Triangular Flap
Dibentuk dengan membuat insisi bentuk L dan insisi horizontal sepanjang gingival
Flap ini mirip dengan jenis trapesium, tetapi perbedaannya terletak pada insisi vertikal pada
bagian bukalnya.
Pada tipe triangular ini insisi vertikalnya hanya membutuhkan satu insisi saja, yaitu bisa
Tipe ini digunakan pada bagian bukal dan labial pada kedua rahang.
Indikasi tipe ini adalah pembedahan pada sisa akar yang terpendam, kista kecil, dan
apikoektomi.
c. Envelope Flap
Flap tipe ini adalah hasil perluasan insisi horizontal sepanjang garis servikal gigi
Insisi pada flap envelope ini dibuat pada bagian sulcus gingiva yang diperluas sepanjang 4
–5 gigi.
Indikasi dari flap jenis ini adalah untuk bedah gigi insisivus, premolar, dan molar, di
permukaan labial atau bukal dan palatal atau lingual, dan juga diindikasikan pada perawatan
Keuntungan
Untuk menghindari pembuatan flap vertikal, dan juga meningkatkan prognosis pada
Memungkinkan untuk terjadinya kerusakan pembuluh darah dan saraf pada bagian palatal
Insisi ini dimulai dari lipatan vestibular dan membentukseperti busur dengan bagian yang
Penjahitan akan lebih baik apabila tepi bawah dari flap iniberada pada 2-3 mm di atas
Akhir dari masing-masing sisi yang diinsisi ini harus meluasminimal satu gigi dari area
• Kemungkinan salah perhitungan lokasi flapnyatinggi, karena flap diawali pada bagian yang
- Digunakan untuk migrasi atau transposisi untuk memperbaiki suatu cacat (contoh : fistula
Prosedur flap ini diindikasikan untukperawatan pembedahan eksositosis yang kecil pada
palatum.
6. Suturing
Tindakan pembedahan mengakibatkan adanya suatu perlukaan, sehingga penutupan luka yang
tepat dari luka biasanya dibutuhkan untuk memepercepat penyembuhan yang optimal. Dasar
penjahitan luka adalah membuat tekanan yang adekuat pada luka agar tertutup tanpa jarak
- Merupakan pembuat batasan ikatan pada jaringan sampai dengan sembuh dan tidak lagi
dibutuhkan.
- Mencegah tulang yang mungkin terekspos pada penyembuhan luka yang lama dan resorpsi
1. Simple Interrupted
Teknik simple interrupted merupakan teknik yang sering dipakai pada bedah dentoalveolar.
Benang mulai masuk dari salah satu lapisan luka terluar masuk ke dalam dan jarum
menembus kulit/mukos dari dalam menuju keluar ke lapisan luka lainnya dari bawah,
kemudian simpul diikat dan sisa benang dipotong. Benang diikat pada sisi kanan dari garis
insisi. Jahitan yang dibuat melintasi garis insisi. Simpul yang dibuat harus pada salah satu
sisi dan tidak pada garis insisi. Titik penusukkan jarum pada lapisan luka biasanya 1 sampai
2. Mattress Interrupted
Suatu modifikasi dari teknik interrupted adalah teknik mattress baik vertikal maupun
horizontal. Teknik mattress menghasilkan eversi dari tepi luka, yang pada kondisi tertentu
diharapkan karena permukaan penyembuhan dapat memiliki kontak yang luas. Teknik ini
digunakan pada luka yang terdapat ketegangan, sehingga ketegangan tersebut dapat
dikurangi.
Indikasi:
d. Pengangkatan fibroma
yang berdampingan, yang terletak pada dataran yang sama dengan simpul tunggal.
Indikasi:
Untuk penutupan luka yang lebih lebar dan membutuhkan tarikan sedikit lebih besar.
Pada teknik mattress vertikal, jahitan yang kecil dan dangkal diikuti dengan jahitan yang
lebih lebar dan dalam yang ditempatkan pada dataran yang sama. Pada teknik ini, terdapat
dua lapisan jahitan, satu jahitan untuk membantu memberikan pendukung yang cukup pada
permukaan luka,sedangkan jahitan yg lainnya untuk membantu merapatkan tepi luka hingga
sejajar.
3. Simple Continous
Teknik ini dimulai seperti halnya pada teknik simple interrupted dan jahitan yang
dibuat diteruskan menggunakan benang yang sama sampai pada simpul terakhir
kemudian diikat. Benang jahit diteruskan ke jaringan sudut kanan lapisan dan bagian
Pada teknik jahitan terkunci/ continous lock stich jahitan yang dibuat sebelumnya akan
tetap kencang, walaupun tidak ditarik. Lock/penguncian dilakukan dengan cara jarum dan
benang melewati tiap lingkaran pola jahitan simple continous sebelum diikatkan.
Teknik ini menghasilkan adaptasi yang baik pada penutupan margin gingiva setelah
alveolektomi dan juga pada pembedahan dengan insisi panjang. Keistimewaan teknik ini
5. Figure Eight
Teknik figure eight digunakan pada penjahitan luka pasca pencabutan gigi untuk
Situasi yang tidak diinginkan sering ditemui dalam praktik perawatan gigi yang
disebabkan oleh kesalahan dokter gigi, kesalahan pasien, atau faktor tidak stabil lainnya.
Komplikasi perioperatif adalah komplikasi yang terjadi pada saat prosedur pembedahan,
- Fraktur mahkota gigi yang berdekatan atau keseleo gigi yang berdekatan
- Fraktur mandibula
- Pendarahan
- Perpindahan gigi, akar, atau ujung akar yang impaksi ke dalam sinus maksilaris
- Oroantral Communication
- Cedera saraf
- Trismus
- Hematoma
- Ekimosis
- Edema
1. Fraktur.
- Fraktur mahkota gigi.
Fraktur mahkota gigi selama pencabutan mungkin sulit dihindarkan pada gigi dengan
karies besar sekali atau restorasi besar. Namun hal ini sering juga disebabkan oleh tidak
tepatnya aplikasi tang pada gigi, bila tang diaplikasikan pada mahkota gigi bukan pada
akar atau masa akar gigi, atau dengan sumbu panjang tang tidak sejajar dengan sumbu
panjang gigi. Juga bisa disebabkan oleh pemilihan tang dengan ujung yang terlalu
lebar dan hanya memberi kontak satu titik sehingga gigi dapat pecah bila ditekan.
Dapat pula disebabkan karena tangkai tang tidak dipegang dengan kuat sehingga
ujung tang mungkin terlepas/bergeser dan mematahkan mahkota gigi. Selain itu juga
fraktur mahkota gigi bisa disebabkan oleh pemberian tekanan yang berlebihan dalam
upaya mengatasi perlawanan dari gigi. Untuk itulah operator harus bekerja sesuai
gigi yang tertinggal kemudian dicari penyebabnya secara klinis dengan melalui bantuan
berguna untuk mengidentifikasi ukuran dan posisi fraktur gigi yang tertinggal.
tersebut. Sedangkan metode yang digunakan bisa dengan cara membelah bifurkasi
(metode tertutup) atau dengan dengan pembedahan melalui pembukaan flap (metode
terbuka).
Fraktur yang menyebabkan fraktur mahkota mungkin juga menyebabkan fraktur akar.
Meskipun idealnya semua fragmen akar harus dikeluarkan, tetapi alangkah bijaksana
dianggap sebagai fragmen akar gigi bila kurang dari 5 mm dalam dimensi terbesarnya.
Pada pasien yang sehat sisa akar dari gigi sehat jarang menimbulkan masalah dan dalam
kebanyakan kasus fragmen akar tersebut boleh ditinggalkan kecuali bila posisinya
memungkinkan untuk terlihat secara jelas. Pencabutan dari 1/3 apikal akar palatal molar
atas bila harus mengikut sertakan pembuangan sejumlah besar tulang alveolar dan
menyebabkan terbentuknya fistula oro antral pada kebanyakan kasus lebih baik
dipertimbangkan untuk ditinggalkan dan tidak diganggu. Dan jika diindikasikan untuk
dikeluarkan sebaiknya didahului dengan pemeriksaan radiografi dan dilakukan oleh
Fraktur tulang alveolar dapat disebabkan oleh terjepitnya tulang alveolar secara tidak
sengaja diantara ujung tang pencabut gigi atau konfigurasi dari akar gigi itu sendiri, bisa
pula bentuk dari tulang alveolar yang tipis atau adanya perubahan patologis dari tulang itu
kehilangan sebagian besar perlekatan periosteal dengan menjepitnya dengan arteri klem dan
melepaskannya dari jaringan lunak. Selanjutnya bagian yang tajam bisa dihaluskan dengan
bone file dan dapat dipertimbangkan apakah diperlukan penjahitan untuk mencegah
perdarahan.
- Fraktur mandibula.
Fraktur mandibula dapat terjadi bila digunakan tekanan yang berlebihan dalam mencabut
gigi. Bila tidak dapat dicabut dengan tekanan sedang maka harus dicari penyebabnya dan
diatasi. Selain itu juga bisa disebabkan oleh adanya hal-hal patologis yang melemahkan
misalnya, adanya osteoporosis senile,atrofi, osteomyelitis, post terapi radiasi atau osteo
distrofi seperti osteitis deforman, fibrous displasia, atau fragile oseum. Fraktur mandibula
pada saat pencabutan gigi bisa pula disebabkan oleh gigi yang tidak erupsi, kista atau
tumor. Pada keadaan tersebut pencabutan gigi hanya boleh dilakukan setelah pemeriksaan
radiografis yang cermat serta dibuat splint sebelum operasi. Pasien harus diberitahu
sebelum operasi tentang kemungkinan fraktur mandibula dan bila komplikasi ini terjadi
penanganannya harus sesegera mungkin. Untuk alasan-alasan tersebut sebagian besar dapat
ditangani dengan baik oleh ahli bedah mulut. Bila fraktur terjadi pada praktek dokter gigi
maka dilakukan fiksasi ekstra oral dan pasien dirujuk secepatnya ke Rumah Sakit terdekat
2. Dislokasi.
Dislokasi dari gigi yang berdekatan. Dislokasi dari gigi yang berdekatan selama pencabutan
ini dapat dihindari dengan menggunakan elevator yang tepat dan sebagian besar tekanan
dititik beratkan pada septum interdental. Selama penggunaan elevator jari harus diletakkan
pada gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan dicabut untuk mendeteksi adanya
kegoyangan pada gigi yang berdekatan dengan gigi yang akan dicabut.
Dapat terjadi pada pasien dengan riwayat dislokasi rekuren tidak boleh dikesampingkan.
Komplikasi ini pada pencabutan dapat dicegah bila pembukaan rahang bawah tidak sampai
maksimal dan bila rahang bawah dipegang (fiksasi) dengan baik oleh operator selama
pencabutan. Dislokasi dapat pula disebabkan oleh penggunaan mouth gags yang ceroboh.
Jika terjadi dislokasi maka mouth gags harus dikurangi regangannya. Cara penanggulangan
dislokasi temporo mandibular joint operator berdiri didepan pasien dan menempatkan ibu
jarinya kedalam mulut pada Krista oblique eksterna, dilateral gigi molar bawah yang ada, dan
jari-jari lainnya berada ditepi bawah mandibula secara ekstra oral, tekan kebawah dari kedua
ibu jari, kemudian dorong ke posterior, kemudian lepaskan sehingga rahang oklusi
selanjutnya dilakukan fiksasi dengan elastic verban (fiksasi ekstra oral). Kemudian pasien
diingatkan agar tidak membuka mulut terlalu lebar atau menguap terlalu sering selama
beberapa hari pasca operasi. Perawatan dislokasi temporo mandibular joint tidak boleh
terlambat karena dapat menyebabkan spasme otot akibatnya mempersulit pengembalian sendi
Berpindahnya akar gigi masuk kedalam jaringan lunak merupakan komplikasi yang biasanya
terjadi karena akar gigi tidak dipegang secara efektif pada keadaan lapang pandang yang
terbatas. Komplikasi ini dapat dihindari bila operator mencoba untuk memegang akar dengan
pandangan langsung
Komplikasi ini biasanya pada pencabutan gigi premolar/molar rahang atas dan yang lebih
sering akar palatal. Adanya sinus yang besar adalah faktor predisposisi tapi insiden ini dapat
gigi terlihat cukup besar baik dalam arah palatal dan bukal, sehingga ujung tang dapat
b. Tinggalkan 1/3 ujung akar palatal molar atas bila tertinggal selama pencabutan dengan
c. Jangan mencoba mencabut akar gigi atas yang patah dengan memasukkan instrument
kedalam soket. Bila di indikasikan untuk pencabutan sebaiknya dibuat flap muko periosteal
yang luas dan buang tulang secukupnya sehingga elevator dapat dimasukkan diatas
permukaan akar yang patah sehingga semua tekanan dapat dialihkan pada akar gigi yang
tertinggal dan cenderung menggerakkannya kebawah jauh dari sinus. Adanya riwayat
perforasi sinus dari riwayat pencabutan sebelumnya tidak boleh diabaikan, karena
kemungkinan pasien memiliki sinus maxillaris yang besar. Bila akar masuk ke sinus
maxillaris maka pasien harus dirujuk ke ahli bedah mulut atau ahli THT dan tindakan
pencabutan gigi serta penutupan fistula oro antral dilakukan dengan anastesi umum.
4. Perdarahan berlebihan.
Perdarahan yang lebih parah dapat diatasi dengan pemberian tampon yang diberi larutan
adrenalin : aqua bidest 1 : 1000 dan dibiarkan selama 2 menit dalam soket. Perdarahan yang
disebabkan pembuluh darah besar jarang terjadi dan bila ini terjadi maka pembuluh darah
tersebut harus ditarik dan dijepit dengan arteri klem kemudian dijahit/cauter. Perdarahan
pasca operasi dapat terjadi karena pasien tidak mematuhi instruksi atau sebab lain yang harus
disarankan untuk melakukan penjahitan pada muko periosteal, jahitan horizontal terputus
paling cocok dan untuk tujuan ini harus diletakkan pada soket sesegera mungkin. Tujuan dari
penjahitan ini adalah bukan untuk menutup soket tetapi untuk mendekatkan jaringan lunak
diatas soket untuk mengencangkan muko perioteal yang menutupi tulang sehingga menjadi
iakemik. Karena pada kebanyakan kasus perdarahan tidak timbul dari soket tetapi berasal
dari jaringan lunak yang berada disekitarnya, selanjutnya pasien diinstruksikan untuk
menggigit tampon selama 5 menit setelah penjahitan. Bila perdarahan belum teratasi maka
kedalam soket gigi dapat dimasukkan preparat foam gelatin atau fibrin (surgicel, kalsium
alginat) setelah itu pasien disuruh menggigit tampon dan kemudian dievaluasi kembali dan
bila tetap tidak dapat diatasi sebaiknya segera dirujuk ke Rumah sakit terdekat untuk
Trismus dapat didefinisikan sebagai ketidak mampuan membuka mulut akibat spasme otot.
Keadaan ini dapat disebabkan edema pasca operasi, pembentukan hematoma atau peradangan
jaringan lunak. Pasien dengan arthritia traumatik sendi temporo mandibular joint juga dapat
dengan normal saline hangat dapat mengurangi rasa sakit pada kasus ringan, tapi pada kasus
lain kadang-kadang diperlukan pemberian antibiotika, anti inflamasi atau analgetika yang
mengandung muscle relaxan, neurotropik vitamin atau dirujuk kepada spesialis bedah mulut
5. Terjadinya fistula oro antral. Bila terjadi komplikasi tersebut maka harus segera dilakukan
PENUTUP
KESIMPULAN
Pencabutan gigi dengan penyulit dapat dilakukan dengan teknik ekstraksi metode terbuka. Teknik ini
jika dilakukan dengan benar dapat merupakan solusi yang baik untuk tindakan pencabutan gigi
dengan kasus-kasus penyulit dan dapat menghindari resiko yang tidak diinginkan baik bagi pasien
maupun dokter giginya. Teknik pencabutan ini membutuhkan peralatan penunjang bedah yang
2. Luke Cascarini et all. 2018. Oxford Handbook of Oral and Maxillofacial Surgery 2th Edition.
Oxford : London.
4. Peterson LJ. 2003. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. St Louis :Mosby