Anda di halaman 1dari 11

PROGRAM STUDI PROFESI

DOKTER GIGI UNIVERSITAS


SRIWIJAYA
DEPARTEMEN PERIODONSIA

Laporan Rencana Perawatan Occlusal Adjustment


Identitas Pasien
Nama : Nur Rosidah
Tempat/TanggalLahir/ Umur : Palembang, 28 Januari 1970/51tahun
JenisKelamin : Perempuan
SukuBangsa : Indonesia
Ras : Mongoloid
Alamat : Jalan Srijaya Negara, Lorong Hasan AS, Bukit Lama
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
StatusPerkawinan : Menikah
Berat/TinggiBadan : 70kg / 166 cm
GolonganDarah :O
No. RM : 11062019
Mahasiswa : Ridha Aldina
NIM : 04074821921012

I. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

KELUHANUTAMA

Pasien perempuan berusia 51 tahun mengeluhkan gusinya terasa bengkak dan


sering berdarah saat menyikat gigi dan flossing serta gigi depan terasa nyeri saat makan.
Pasien menjalani transplantasi ginjal sekitar 16 tahun yang lalu, pasien mengonsumsi obat
imunosupresan harian berupa siklosporin A 50 mg, prednisolon 5 mg dan miofenolat mefetil
250 mg perhari. Pasien merasa tidak nyaman dan ingin giginya dirawat.
II. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Klinis
Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan terdapat diastema pada midline gigi anterior
atas yaitu gigi 11 dan 21. Pemeriksaan periodontal menunjukkan terdapat poket yang
dalam serta mobilitas derajat 3 pada gigi 11 dan 21. Pembesaran gingiva disertai resesi
gingiva pada seluruh regio di rongga mulut. Kemudian dilakukan pemeriksaan oklusi
menggunakan articulating paper, dimana pasien diinstruksikan melakukan oklusi
sentrik, dengan menggigit sekuatnya sambil menelan ludah; kemudian melakukan
oklusi eksentrik, dengan menggerakkan rahang bawah ke kanan dan ke kiri; serta
melakukan oklusi protrusif, dengan menggerakkan rahang bawah maju ke depan.
Daerah yang mengalami prematur kontak ditandai dari ketebalan warna kertas atau
teraan berlebih yang melekat pada permukaan gigi. Berdasarkan hasil pemeriksaan,
terdapat teraan tebal pada permukaan gigi 11/31 dan 21/41.

Gambar 1. Foto intraoral

2. Pemeriksaan Radiografi

Pemeriksaan radiografi periapikal seluruh regio menunjukkan adanya kerusakan


tulang dengan pola horizontal yang umum dengan tulang pendukung kurang dari
setengah atau sepertiga dari panjang akar. Radiolusensi periradikuler dengan defek
tulang angular yang melampaui apeks diamati pada akar mesial gigi 46.
Gambar 2. Foto radiografi intraoral

RENCANA TAHAPAN PERAWATAN PERIODONTAL


a. Fase pendahuluan/ Preliminary phase : -
b. Fase I/ Nonsurgical phase :
- Oral hygiene instruction pada setiap kunjungan, teknik sikat gigi yang tepat
- Kontrol plak
- Scaling dan root planning RA dan RB, evaluasi 2 minggu dan 1 bulan terhadap plak
skor, kalkulus, kedalaman poket dan kondisi gingiva
- Ekstraksi gigi 46
- Occlusal adjustment gigi 11/41 dan 21/31
- Koreksi diastema gigi anterior atas
Evaluasi fase I/ Nonsurgical phase :
- OHI-S
- Home care
- Pemeriksaan kembali plak, kalkulus, tanda-tanda inflamasi gingiva, kedalaman poket
dan mobility
- Pemeriksaan oklusi gigi 11/41 dan 21/31
- Pemeriksaan kembali karies
c. Fase II/ Surgical phase :
- Pro Pocket Reduction Therapy
- Jika setelah scalling dan root planing kedalaman poket dangkal-sedang (3-5 mm)
dilakukan bedah kuretase dan bila lebih dari 5 mm maka dilakukan bedah flap
- Evaluasi respon jaringan terhadap tindakan bedah 2 minggu dan 1 bulan
d. Fase III/ Restorative phase :
- Restorasi klas I gigi 47 dengan resin komposit
- Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan berbahan akrilik pada gigi 26,27,36,37
e. Fase IV/Maintenance phase :
- OHI-S
- Home care
- Kontrol 1 minggu dan kontrol 1 bulan
- Kontrol kunjungan periodontik setiap 3 bulan sekali untuk pemeriksaan kembali: skor
plak/kontrol plak, kalkulus, kondisi gingiva (tanda-tanda inflamasi), oklusi, mobiliti
gigi, perubahan patologis lainnya.

TRAUMA OCCLUSION / TRAUMA OKLUSI

a. Definisi
Trauma oklusi adalah kelainan patologis atau perubahan adaptif dari jaringan
periodontal oleh karena daya berlebihan yang dihasilkan oleh otot kunyah dan interveren
dari segala arah saat oklusi. Gigi sangat bergantung pada jaringan periodontal untuk tetap
berada pada rahang. Kekuatan oklusal tidak meningkat menjadi traumatis jika
periodonsium dapat menahan tekanan tersebut. Trauma oklusi digambarkan terbagi atas
(komplikasi) faktor primer atau sekunder dalam etiologi kerusakan jaringan periodontal.
Trauma oklusi mengacu pada cedera jaringan periodontal, Inflamasi periodontal dan
trauma oklusi sering terjadi bersama-sama sehingga sulit untuk menentukan mana yang
lebih dahulu terjadi.

Gambar 3. Tekanan Oklusal


b. Jenis-jenis trauma oklusi
Berdasarkan onset dan durasi :
 Trauma oklusi akut : sebagai akibat perubahan mendadak dalam tekanan
oklusal seperti yang dihasilkan saat menggigit benda keras atau karena faktor
iatrogenic seperti restorasi atau peralatan prostetik yang mengganggu atau
mengubah arah gaya oklusal pada gigi.
 Trauma oklusi kronik : sebagai akibat dari perubahan oklusi bertahap yang
dihasilkan oleh keausan gigi, gerakan drifting, dan ekstrusi gigi dalam
kombinasi dengan kebiasaan parafungsional (misalnya, bruxism)

Berdasarkan penyebabnya :

 Trauma oklusi primer : terjadi jika trauma oklusi dianggap sebagai faktor
etiologi utama dalam kerusakan periodontal dan jika satu-satunya perubahan
lokal pada gigi adalah akibat dari oklusi.
 Trauma oklusi sekunder : terjadi ketika kapasitas adaptif jaringan untuk
menahan kekuatan oklusal terganggu oleh kehilangan tulang yang diakibatkan
oleh inflamasi marginal. Periodonsium menjadi lebih rentan terhadap cedera,
dan kekuatan oklusal yang sebelumnya ditoleransi dengan baik menjadi
traumatis.
c. Gejala klinis dan gambaran radiografi
 Klinis : nyeri gigi yang berlebihan, sakit saat perkusi, peningkatan mobility gigi
(hipermobiliti). Pada kasus yang parah, dapat terbentuk abses periodontal dan
cemental tears. Selain itu juga terdapat poket infraboni, keterlibatan furkasi, atrisi,
dan migrasi patologis.
 Test Fremitus positif
 Perubahan radiografi :
i. Peningkatan lebar ruang ligament periodontal dengan penebalan lamina dura
di sepanjang tepi lateral akar, area apikal, dan bifurkasi.
ii. Kerusakan tulang vertikal lebih sering terjadi dibanding horizontal di daerah
septa interdental.
iii. Radiolusensi dan kondensasi tulang alveolar
iv. Resorpsi akar
OCCLUSAL ADJUSTMENT / PENYELARASAN OKLUSAL

a. Definisi
Occlusal adjustment adalah pembentukan hubungan fungsional yang baik untuk
jaringan periodonsium dengan berbagai macam prosedur sebagai berikut: membentuk
kembali gigi dengan grinding, spheroiding dan pointing, restorasi gigi dan menggerakkan
gigi. Tindakan penyesuaian oklusal merupakan suatu prosedur menghilangkan struktur
gigi yang menyebabkan interference (sangkutan atau gangguan) pada daerah oklusal gigi.
Tindaan ini bersifat irreversible. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan occlusal adjustment
harus benar-benar ada komitmen yang besar baik dari pihak pasien maupun pihak dokter.
b. Indikasi dan Kontraindikasi :
Indikasi :
1. Trauma oklusi
2. Pergerakan terbatas pada mandibular
3. Kelainan pada system mastikasi
4. Setelah perawatan orthodontic
5. Setelah perawatan periodontal
6. Migrasi patologis dan mobilitas gigi karena penyakit periodontal ataupun gigi hilang
yang tidak diganti.
7. Kelainan TMJ
8. Kontak prematur baik karena restorasi maupun protesa
Kontraindikasi :
1. Tidak ada tanda-tanda trauma oklusal.
2. Sebagai perawatan primer dari inflamasi mikrobial penyakit periodontal.
3. Melakukan tindakan tanpa pengetahuan pra perawatan yang teliti, dokumentasi, dan
mengedukasi pasien.
4. Perawatan pasien dengan riwayat bruxism tanpa bukti kerusakan, pathosis/ nyeri.
5. Pasien yang tidak kooperatif sehingga mempengaruhi prognosis.

c. Beberapa cara untuk mendapatkan oklusi gigi yang baik adalah sebagai berikut :

1. Mengubah bentuk gigi dengan jalan pengasahan gigi.

2. Mengubah bentuk gigi dengan jalan pembuatan restorasi.

3. Pencabutan gigi yang menimbulkan hambatan oklusal.


4. Mengubah posisi gigi dengan jalan menggerakkan gigi secara orthodontic.

5. Mengubah relasi gigi geligi dan rahang dengan jalan bedah orthodontik.

Tahapan Rencana Perawatan Occlusal Adjustment

Persiapan Alat dan Bahan :


a. Instrumen dasar :
Kaca mulut, sonde, pinset, ekskavator, dan probe
b. Instrumen occlusal adjustment :
 Finishing bur/ Dimond bur
 Handpiece
 Articulating paper bentuk U
 Alat poles rubber cup white
 Brush
 Handscoon
 Masker
 Nierbeken
c. Bahan
 Betadine solution 10%
 Alkohol 70%
 Pumice atau pasta polishing
 Tampon, catton roll, dan cotton pellet steril
TAHAPAN PENATALAKSANAAN OCCLUSAL ADJUSTMENT

1) Posisi pasien
Pasien duduk dalam posisi tegak lurus dan sandaran disesuaikan
dengan senyaman mungkin. Operator pertama kali memperlihatkan cara
meretruksi dagunya sendiri kemudian meninstruksikan pasien untuk
melakukan gerakan dari posisi retrude contact position (RCP) ke posisi
intercuspal position (ICP) pada rahangnya yang dilakukan secara berulang
kali hingga terbiasa. Posisi RCP merupakan posisi dimana hubungan oklusal
rahang atas dan rahang bawah lebih retrusif ke posterior dari ICP. Posisi RCP
dapat didapat secara aktif oleh pasien (teknik Schuyler dimana pasien
memposisikan ujung lidah mencapai posterior palatum dan selanjutnya pasien
menutup mulut) atau bisa juga dicapai dengan bantuan operator (teknik chin
point guidance dimana operator berada di depan pasien kemudian ibu jari
operator diletakkan pada dagu pasien dan mendorong mandibula ke posterior.
Intercuspal Position (ICP) adalah posisi gigi rahang atas dan rahang bawah
berkontak secara maksimal. Posisi kedua yakni pasien lebih rebahan dan
rahang bawah pasien sejajar siku operator untuk pengecekan oklusi.

2) Mendeteksi kontak prematur

Permukaan oklusal dan insisal gigi pasien dikeringkan dan dengan


menggunakan alat pendeteksi berupa articulating paper yang diletakan pada
daerah yang hendak diperiksa. Kemudian pasien diinstruksikan untuk
melakukan oklusi sentrik, yaitu menggigit sekuatnya sambil menelan ludah;
melakukan oklusi eksentrik, yaitu menggerakkan rahang bawah ke kanan
dan ke kiri; serta melakukan oklusi protrusif, yaitu menggerakkan rahang
bawah maju ke depan. Daerah yang mengalami kontak prematur akan
ditandai dari ketebalan warna kertas atau teraan yang berlebih yang melekat
pada permukaan gigi. Pada kasus ini berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat
teraan tebal pada permukaan gigi 11/,41, 21/31 dan 25/35.

3) Koreksi kontak prematur


Setelah mendapatkan tanda daerah yang terdapat kontak prematur,
posisi pasien pada saat pengerjaan adalah dengan posisi almost supine dental,
kemudian dilakukan penghilangan daerah kontak prematur tersebut dengan
menggunakan tapered diamond bur yang di tempatkan pada bagian teraan
gigi 11/,41, 21/31 dan 25/35.Pengurangan dilakukan sedikit demi sedikit
untuk menghindari grinding yang berlebih.

Gambar 4. A) Gambaran posisi terapi gerinda pada kontak deflektif. B) kontak defleksi di
antara cusp pendukung mandibula dan lereng gigi antagonis. C) remodelling dari cusp pendukung
mandibula. D) Relokasi dari fossa gigi antagonis untuk medapatkan hubungan cusp dengan fossa
yang baik

4) Pengoreksian kembali menggunakan articulating paper.

Pengasahan terus dilakukan sedikit demi sedikit sampai didapatkan


teraan bilateral dan stabil serta tebal warna yang merata.

5) Pemolesan permukaan gigi

Permukaan gigi yang telah diasah akan menjadi terasa kasar.


Permukaan gigi yang diasah kemudian dihaluskan dan poles dengan
munggunakan rubber cup white, dan pumice atau pasta polishing sampai
tidak ada lagi kontak premature dan permukaan gigi terasa lebih nyaman oleh
pasien.

6) Instruksi pasca perawatan

Pasien diinstruksikan menggunakan pasta gigi berfluoride agar terjadi


remineralisasi pada gigi yang telah dilakukan occlusal adjustment dan
instruksi untuk kontrol 1 minggu kemudian. Dilakukan pengecekkan
menggunakan articulating paper kembali dan foto rontgen untuk melihat
perbaikan ligamen periodontal.
Palembang, 27 September 2021

drg. Mellani Cindera Negara, Sp.Perio

Anda mungkin juga menyukai