I. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
KELUHANUTAMA
1. Pemeriksaan Klinis
Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan terdapat diastema pada midline gigi anterior
atas yaitu gigi 11 dan 21. Pemeriksaan periodontal menunjukkan terdapat poket yang
dalam serta mobilitas derajat 3 pada gigi 11 dan 21. Pembesaran gingiva disertai resesi
gingiva pada seluruh regio di rongga mulut. Kemudian dilakukan pemeriksaan oklusi
menggunakan articulating paper, dimana pasien diinstruksikan melakukan oklusi
sentrik, dengan menggigit sekuatnya sambil menelan ludah; kemudian melakukan
oklusi eksentrik, dengan menggerakkan rahang bawah ke kanan dan ke kiri; serta
melakukan oklusi protrusif, dengan menggerakkan rahang bawah maju ke depan.
Daerah yang mengalami prematur kontak ditandai dari ketebalan warna kertas atau
teraan berlebih yang melekat pada permukaan gigi. Berdasarkan hasil pemeriksaan,
terdapat teraan tebal pada permukaan gigi 11/31 dan 21/41.
2. Pemeriksaan Radiografi
a. Definisi
Trauma oklusi adalah kelainan patologis atau perubahan adaptif dari jaringan
periodontal oleh karena daya berlebihan yang dihasilkan oleh otot kunyah dan interveren
dari segala arah saat oklusi. Gigi sangat bergantung pada jaringan periodontal untuk tetap
berada pada rahang. Kekuatan oklusal tidak meningkat menjadi traumatis jika
periodonsium dapat menahan tekanan tersebut. Trauma oklusi digambarkan terbagi atas
(komplikasi) faktor primer atau sekunder dalam etiologi kerusakan jaringan periodontal.
Trauma oklusi mengacu pada cedera jaringan periodontal, Inflamasi periodontal dan
trauma oklusi sering terjadi bersama-sama sehingga sulit untuk menentukan mana yang
lebih dahulu terjadi.
Berdasarkan penyebabnya :
Trauma oklusi primer : terjadi jika trauma oklusi dianggap sebagai faktor
etiologi utama dalam kerusakan periodontal dan jika satu-satunya perubahan
lokal pada gigi adalah akibat dari oklusi.
Trauma oklusi sekunder : terjadi ketika kapasitas adaptif jaringan untuk
menahan kekuatan oklusal terganggu oleh kehilangan tulang yang diakibatkan
oleh inflamasi marginal. Periodonsium menjadi lebih rentan terhadap cedera,
dan kekuatan oklusal yang sebelumnya ditoleransi dengan baik menjadi
traumatis.
c. Gejala klinis dan gambaran radiografi
Klinis : nyeri gigi yang berlebihan, sakit saat perkusi, peningkatan mobility gigi
(hipermobiliti). Pada kasus yang parah, dapat terbentuk abses periodontal dan
cemental tears. Selain itu juga terdapat poket infraboni, keterlibatan furkasi, atrisi,
dan migrasi patologis.
Test Fremitus positif
Perubahan radiografi :
i. Peningkatan lebar ruang ligament periodontal dengan penebalan lamina dura
di sepanjang tepi lateral akar, area apikal, dan bifurkasi.
ii. Kerusakan tulang vertikal lebih sering terjadi dibanding horizontal di daerah
septa interdental.
iii. Radiolusensi dan kondensasi tulang alveolar
iv. Resorpsi akar
OCCLUSAL ADJUSTMENT / PENYELARASAN OKLUSAL
a. Definisi
Occlusal adjustment adalah pembentukan hubungan fungsional yang baik untuk
jaringan periodonsium dengan berbagai macam prosedur sebagai berikut: membentuk
kembali gigi dengan grinding, spheroiding dan pointing, restorasi gigi dan menggerakkan
gigi. Tindakan penyesuaian oklusal merupakan suatu prosedur menghilangkan struktur
gigi yang menyebabkan interference (sangkutan atau gangguan) pada daerah oklusal gigi.
Tindaan ini bersifat irreversible. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan occlusal adjustment
harus benar-benar ada komitmen yang besar baik dari pihak pasien maupun pihak dokter.
b. Indikasi dan Kontraindikasi :
Indikasi :
1. Trauma oklusi
2. Pergerakan terbatas pada mandibular
3. Kelainan pada system mastikasi
4. Setelah perawatan orthodontic
5. Setelah perawatan periodontal
6. Migrasi patologis dan mobilitas gigi karena penyakit periodontal ataupun gigi hilang
yang tidak diganti.
7. Kelainan TMJ
8. Kontak prematur baik karena restorasi maupun protesa
Kontraindikasi :
1. Tidak ada tanda-tanda trauma oklusal.
2. Sebagai perawatan primer dari inflamasi mikrobial penyakit periodontal.
3. Melakukan tindakan tanpa pengetahuan pra perawatan yang teliti, dokumentasi, dan
mengedukasi pasien.
4. Perawatan pasien dengan riwayat bruxism tanpa bukti kerusakan, pathosis/ nyeri.
5. Pasien yang tidak kooperatif sehingga mempengaruhi prognosis.
c. Beberapa cara untuk mendapatkan oklusi gigi yang baik adalah sebagai berikut :
5. Mengubah relasi gigi geligi dan rahang dengan jalan bedah orthodontik.
1) Posisi pasien
Pasien duduk dalam posisi tegak lurus dan sandaran disesuaikan
dengan senyaman mungkin. Operator pertama kali memperlihatkan cara
meretruksi dagunya sendiri kemudian meninstruksikan pasien untuk
melakukan gerakan dari posisi retrude contact position (RCP) ke posisi
intercuspal position (ICP) pada rahangnya yang dilakukan secara berulang
kali hingga terbiasa. Posisi RCP merupakan posisi dimana hubungan oklusal
rahang atas dan rahang bawah lebih retrusif ke posterior dari ICP. Posisi RCP
dapat didapat secara aktif oleh pasien (teknik Schuyler dimana pasien
memposisikan ujung lidah mencapai posterior palatum dan selanjutnya pasien
menutup mulut) atau bisa juga dicapai dengan bantuan operator (teknik chin
point guidance dimana operator berada di depan pasien kemudian ibu jari
operator diletakkan pada dagu pasien dan mendorong mandibula ke posterior.
Intercuspal Position (ICP) adalah posisi gigi rahang atas dan rahang bawah
berkontak secara maksimal. Posisi kedua yakni pasien lebih rebahan dan
rahang bawah pasien sejajar siku operator untuk pengecekan oklusi.
Gambar 4. A) Gambaran posisi terapi gerinda pada kontak deflektif. B) kontak defleksi di
antara cusp pendukung mandibula dan lereng gigi antagonis. C) remodelling dari cusp pendukung
mandibula. D) Relokasi dari fossa gigi antagonis untuk medapatkan hubungan cusp dengan fossa
yang baik