A. Definisi
Kista periodontal lateral didefinisikan sebagai kista developmental non -
keratin yang terjadi di tulang alveolar sepanjang aspek lateral gigi vital. Kista
lateral periodontal merupakan kista yang jarang terjadi dengan pertumbuhan
yang lambat, kista odontogenik developmental non-ekspansil yang berasal dari
satu atau lebih sisa lamina gigi, mengandung lapisan embrionik dari 1-3 sel
skuamosa/ sel kuboid.1 Kondisi ini biasanya unicystic, tetapi dapat juga
berkelompok dimana kondisi ini biasanya disebut sebagai botryoid odontogenic
cyst.2
B. Epidemiologi
Prevalensi kista lateral periodontal yaitu sebanyak 24 kasus kista lateral
periodontal telah terdaftar di Universitas Witwatersrand pada tahun 1958-2004,
mewakili 0,7% dari 3496 kista rahang yang terlihat selama periode tersebut. 3
Predileksi kelainan ini tidak memiliki kecenderungan terhadap ras atau jenis
kelamin, dan distribusi usia meluas dari dekade kedua hingga kesembilan (usia
rata-rata yaitu sekitar 50 tahun). 2
C. Etiopatogenesis
Berbagai teori tentang etiologi dan patogenesis lesi ini telah ditinjau oleh
standish dan shafer.4 Etiologi dari kista ini belum diketahui secara pasti.
Dikatakan bahwa kista lateral periodontal merupakan bagian infraboni dari kista
gingiva pada orang dewasa.2 Mengingat bahwa kista periodontal lateral
merupakan bagian yang berbeda dari pathogenesis perkembangan odontogenik,
terdapat beberapa kemungkinan mengenai pathogenesis kista lateral periodontal,
seperti: berasal dari kista dentigerous yang berkembang disepanjang permukaan
lateral mahkota ketika gigi erupsi, berasal dari kista primordial dari gigi
supernumerary, proliferasi rest of Malassez, dan sisa-sisa lamina dental. 4
D. Gambaran Klinis
Gejala klinis dari kista lateral periodontal biasanya asimptomatik atau
tanpa gejala. Akan tetapi beberapa pasien terkadang mengeluhkan adanya
pembengkakan yang dapat disertai rasa sakit.3
Pada pemeriksaan klinis ekstraoral tidak terdapat adanya gejala pada
pasien.5 Pada pemeriksaan klinis intraoral, lesi biasanya ditemukan di daerah
anterior rahang atas dan rahang bawah, dimana umumnya mukosa diatasnya
berwarna normal. Pada beberapa kasus, terdapat pembengkakan tanpa rasa sakit
pada jaringan lunak atau hanya pada anterior papilla interdental, dimana lesi
terlihat sebagai pembengkakan fluktuatif. Pada temuan intraoral lainnya
dilaporkan bahwa terdapat rasa sakit/nyeri saat dilakukan palpasi. Gigi yang
terlibat biasanya gigi vital.5,6
E. Gambaran Radiologis
Lokasi2
i. Epicenter (titik pusat lesi) biasanya berada di korpus mandibula di
atas kanalis mandibularis di bagian lateral akar gigi. Kondisi ini
paling sering terjadi pada mandibula dibanding maksila, dengan
gigi yang sering terlibat antara lain gigi insisivus kedua, gigi
kaninus, dan gigi premolar kedua, sedangkan pada maksila yaitu
gigi insisivus kedua dan gigi kaninus.2
ii. Lesi ini dapat membesar hingga ke sinus maksilaris.7
iii. Lesi ini biasanya terlokalisir dengan melibatkan satu sisi rahang
(unilateral).2
iv. Lesi ini umumnya berjumlah single, tapi pada beberapa kasus
dapat juga berjumlah multiple.8
v. Ukuran lesi biasanya kurang dari 1cm.2
Batas Tepi dan Bentuk
i. Lesi lateral periodontal kista memiliki batas tepi yang well-defined
terkortikasi (gambaran berupa garis tipis radiopak dengan tebal
garis yang sama atau homogen) atau sklerotik (batas lesi yang
dibatasi oleh garis radiopak dengan ketebalan garis yang tidak
sama atau homogen) .
ii. Bentuk lesi ditemukan bervariasi berupa bulat atau teardrop, kista
yang lebih besar memiliki bentuk yang irregular.2,6,8
Struktur Internal
Struktur internal kista lateral periodontal umumnya terlihat sebagai
unilokular radiolusen, akan tetapi pada variasi botryoid terlihat
multilokuler (gambaran berupa lesi mix radiolusen-radiopak dengan
struktur internal berupa septa-septa atau terbagi menjadi setidaknya 2
kompartemen).2
Efek Terhadap Jaringan Sekitar
i. Efek kista lateral periodontal terhadap gigi yang terlibat antara lain
dapat menyebabkan terjadinya resorpsi akar eksternal pada gigi, dan
terlihat adanya pelebaran ruang ligament periodontal.1 Pada kista
dengan ukuran kecil dapat menyebabkan hilangnya lamina dura pada
akar yang berdekatan. Pada kista dengan ukuran besar dapat
menyebabkan displacement gigi.2
ii. Efek kista lateral periodontal terhadap tulang yaitu kadang-kadang
kista yang besar cenderung tumbuh di sepanjang aspek internal
rahang, yang menyebabkan ekspansi tulang kortikal minimal.2
(A) (B)
F. Diagnosis Banding
Beberapa gambaran lesi radiolusen yang mungkin mirip dan dapat menjadi
diagnosa banding kista lateral periodontal adalah, Small Odontogenic Keratocyst
(KOTs), kista radicular, dan foramen mental.
1. Small Odontogenic Keratocyst (KOTs)2,6
Persamaan :
1. Memiliki persamaan batas tepi yang well defined terkortikasi dan bentuk
yang bulat
2. Memiliki persamaan dalam hal struktur internal yaitu radiolusen
unilokular
3. Memiliki persamaan dalam hal efek terhadap gigi yaitu menyebabkan
displacement gigi dan resorpsi akar eksternal pada gigi.
Perbedaan :
1. Epicenter (titik pusat lesi) pada KOT biasanya berada di badan
mandibula bagian posterior dari gigi kaninus (90%), sedangkan pada kista
lateral periodontal berada di korpus mandibula di bagian lateral akar gigi
insisivus, kaninus, dan premolar.
2. Pada KOT efek terhadap jaringan sekitar menyebabkan ekspansi tulang
kortikal, sedangkan pada kista lateral periodontal jarang ditemukan.
2. Kista Radikular2,6
Persamaan:
1. Memiliki persamaan batas tepi yang well defined terkortikasi
2. Memiliki persamaan dalam hal struktur internal yaitu radiolusen
unilokular
3. Memiliki persamaan dalam hal efek terhadap gigi yaitu menyebabkan
displacement gigi dan resorpsi akar eksternal pada gigi.
Perbedaan ;
1. Epicenter (titik pusat lesi) pada kista radikular biasanya berada di maksila
di bagian apeks gigi insisivus lateral, dan gigi kaninus, sedangkan pada
kista lateral periodontal berada di mandibular di bagian lateral akar gigi
insisivus, kaninus, dan premolar.
2. Kista radikular biasanya terjadi pada gigi dengan karies luas, restorasi luas
atau trauma, sedangkan pada kista lateral periodontal dapat terjadi pada
gigi dengan atau tanpa karies, restorasi atau trauma.
3. Foramen mental2,9,10
Persamaan :
1. Memiliki persamaan batas tepi yang well defined terkortikasi atau
sklerotik dan berbentuk bulat
2. Memiliki persamaan struktur internal yaitu radiolusen unilokuler.
Perbedaan :
1. Epicenter pada foramen mental berada di pertengahan antara batas bawah
mandibula dan puncak tulang alveolar, biasanya di regio apeks premolar
kedua mandibula, sedangkan pada kista lateral periodontal berada di
lateral akar.
Gambar 4. Foramen mental.2
G. Gambaran Histopatologis
Kista periodontal lateral secara mikroskopis memiliki rongga kistik kecil,
yang didukung oleh dinding jaringan ikat tipis yang tidak mengalami inflamasi. 6
Rongga dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis non-keratin dengan ketebalan 2
sampai 3 lapisan sel.6,11 Lapisan sel epitel tampak pipih dan seringkali
menyerupai sel epitel enamel tereduksi (seluruh lapisan papiler teredusi
ketebalannya, di kombinasi dengan ameloblast tereduksi).3,4,6 Fokal area dari
penebalan lapisan epitel (plak) serta beberapa lipatan papiler pada dinding
biasanya terlihat pada kista.6 Epitel kistik mengandung sekelompok sel bening
yang kaya akan glikogen, dengan sitoplasma yang tervakuolasi (sel-sel ini
menyerupai sel-sel lamina gigi).3,6 Sel epitel kadang-kadang dipisahkan oleh
cairan antar sel dan sel-sel ini memiliki inti pyknotic (inti kecil yang
terkondensasi dari sel apoptosis).3,6
TERJEMAHANAN JURNAL 1
Kista Lateral Periodotal – Diagnostik Pilihan: Laporan Kasus Langka
Dengan CBCT dan Temuan Histologis
Abstrak
Gambar 2. Pemeriksaan histopatologi dari lesi yang dieksisi menunjukkan lumen kistik
dilapisi oleh 2-3 lapis sel kuboid non-keratinisasi menyerupai REE yang hiperplastik di
beberapa tempat. Lapisan epitel juga menunjukkan sel-sel yang jelas, penebalan/plak lokal
dan tonjolan mural. Stroma ikat yang mendasarinya adalah kolagen padat yang terdiri dari
kumpulan serat kolagen, fibroblas, pembuluh darah dan infiltrasi padat infiltrasi sel
inflamasi kronis. Epitel di atasnya adalah skuamosa berlapis parakeratinized dan dipisahkan
dari jaringan lesi oleh zona stroma jaringan ikat normal.
Laporan Kasus
Seorang pasien wanita berusia 49 tahun dilaporkan datang ke praktek
swasta di Trivandrum, dengan keluhan terdapat pembengkakan tanpa rasa sakit
pada aspek lingual di kaninus mandibula kiri [# 33] dan daerah premolar pertama
[# 34] dengan durasi tiga bulan. Pasien melakukan perawatan endodontik # 34
untuk karies pada tiga tahun sebelumnya dan pemasangan mahkota. Pasien
melaporkan tidak ada komorbiditas sistemik, kondisi kesehatan umum baik.
Gambar 3. A] Pada eksisi lesi, terlihat destruksi tulang yang luas dan perluasan tulang
kortikal. B] 4 minggu pasca operasi IOPA xray menunjukkan pengisian lesi tulang. C] 4
minggu foto klinis pasca operasi menunjukkan penyembuhan lesi (gambar bayangan) D] 8
minggu foto klinis pasca operasi menunjukkan penyembuhan yang memuaskan (gambar
bayangan).
Pada 1 bulan setelah kunjungan pertama, terlihat pola tulang trabekula pada
daerah gigi 33 dan 34 sudah mulai terbentuk, tapi radiodensitasnya lebih
radiolusen dibanding tulang sekitarnya, selain itu ruang ligament periodontal
dan lamina dura pada 1/3 tengah akar gigi 33 sisi distal dan gigi 34 sisi
mesial sudah terbentuk.
Laporan Kasus
Seorang pasien pria Saudi berusia 43 tahun dilaporkan ke klinik rawat
jalan bedah mulut di Fakultas Kedokteran Gigi dan Rumah Sakit Universitas Gigi,
Universitas King Saud, dengan keluhan pembengkakan tanpa rasa sakit di daerah
premolar mandibula kiri. Meskipun riwayat menunjukkan adanya pembengkakan
selama lebih dari satu tahun tanpa gejala yang terkait, pasien lebih memilih untuk
mendapatkan konsultasi klinis karena ia khawatir tentang pembengkakan. Pasien
tidak memiliki riwayat perawatan gigi sebelumnya kecuali profilaksis oral
periodik dan tidak melaporkan komorbiditas sistemik.
Pemeriksaan Klinis dan Radiografi. Setelah pemeriksaan klinis,
pembengkakan yang dibatasi dengan baik dan fluktuatif, berdiameter sekitar 9-
12mm, diamati di persimpangan margin gingiva yang terikat bukal dan bebas di
antara kaninus mandibula kiri (33) dan gigi premolar (34) (Gambar 1).
Pembengkakan itu tidak ada keluhan, dan tidak ada fokus infeksi gigi atau
peradangan pada gigi yang terkait. Demikian pula, tidak ada kelainan yang
terdeteksi secara klinis pada aspek lingual gigi kaninus mandibula kiri dan gigi
premolar. Kedua gigi 33 dan 34 sangat penting pada pengujian dengan stimulus
dingin dan pada pengujian pulpa listrik. Pemeriksaan ekstra oral menunjukkan
tidak ada asimetri klinis, pembengkakan, atau limfadenopati. Aspirasi
pembengkakan dengan jarum bur besar menghasilkan cairan bening yang
mengindikasikan lesi kistik dan menyingkirkan abses atau lesi vaskular.
Pemeriksaan radiografi (ortopantomogram (OPG)) dari daerah tubuh
mandibula kiri menunjukkan radiolusensi yang dibatasi dengan baik, dengan batas
sklerotik di antara akar gigi 33 dan 34. Radiolusen diukur sekitar 1,5 cm superior-
inferior dan 1,2 cm mesiodistally. Meskipun akar gigi yang terkait (33 dan 34)
telah dipindahkan, tidak ada kehilangan yang jelas dari lamina dura di dalamnya.
Sinar kerucut dihitung tomografi (CBCT) dari daerah yang menarik
mengungkapkan lesi kistik antara akar kaninus mandibula kiri dan premolar,
bersama dengan resorpsi baik plat kortikal bukal dan lingual (Gambar 1).
Gambar 2: Foto-foto klinis intraoperatif menunjukkan (a) peningkatan flap mucoperiosteal dan
visualisasi kista di antara akar gigi 33 dan 34; (B) identifikasi dan enukleasi dari lapisan kistik; (C)
mencangkok rongga kista dengan tulang xenograft dan penempatan membran kolagen resorbable;
dan (d) aproksimasi kembali flap mukoperiosteal dan penutupan dengan jahitan resorbable.
Gambar 3: Foto klinis dan radiografi pasca operasi pada follow-up satu tahun menunjukkan (a)
gingiva dan periodonsium normal di antara gigi 33 dan 34; (B) radiografi periapikal dan (c)
ortopantomograf tidak menunjukkan bukti kista rekuren dan mengisi tulang lengkap antara
akar gigi 33 dan 34.
Gambaran panoramik pada satu tahun setelah kunjungan pertama, terlihat pola
tulang trabekula pada daerah gigi 33 dan 34 sudah mulai terbentuk, tapi
radiodensitasnya lebih radiopak dibanding tulang sekitarnya
Gambaran periapikal pada satu tahun setelah kunjungan pertama, terlihat pola
tulang trabekula pada daerah gigi 33 dan 34 sudah mulai terbentuk, tapi
radiodensitasnya lebih radiopak dibanding tulang sekitarnya
Diskusi
Dalam laporan ini, kasus LPC telah disajikan bersama dengan temuan
klinis, radiografi, dan histopatologis yang sesuai, di samping manajemen
utamanya dengan GBR. Laporan LPC yang terdokumentasi pertama dalam
literatur adalah sebagai sedini tahun 1958 oleh Standish dan Shafer, yang
melaporkan serangkaian lima kasus LPC yang muncul di daerah kaninus-premolar
mandibula. LPC adalah kista odontogenik perkembangan yang tidak biasa yang
terjadi dalam hubungan dengan gigi vital dan biasanya dilaporkan sebagai temuan
kebetulan selama radiografi rutin. Karena noninflamasinya bersifat asimptomatik
sampai dan kecuali lesi kistik terinfeksi sekunder. Dalam laporan kasus ini, pasien
tidak mengeluh gejala apa pun selain pembengkakan tanpa rasa sakit di daerah
kaninus-premolar mandibula kiri (gigi 33 dan 34), dan gigi yang terkait sangat
penting. Terlepas dari pembengkakan klinis, lesi itu koheren dengan presentasi
klinis klasik LPC, yaitu, pembengkakan tanpa gejala yang terkait dengan gigi vital
di daerah premolar pada pasien setengah baya (Gambar 1). Secara radiografis, lesi
tampak sebagai gambaran yang terbatas radiolusen dikelilingi oleh perbatasan
sklerotik dan tidak melanggar batas ruang ligamen periodontal dari gigi yang
berdekatan (Gambar 1). Temuan di atas sejalan dengan presentasi radiografi LPC
seperti yang dilaporkan dalam literatur Berdasarkan temuan klinis dan radiografi,
diagnosis LPC sementara dipertimbangkan dan pengobatan direncanakan sesuai.
Terlepas dari presentasi radiografi dan klinis yang membedakan, dianggap
cukup bijaksana untuk mengkonfirmasi diagnosis LPC melalui HPE. Gambaran
histopatologis yang khas dari LPC meliputi lapisan epitel non-keratin, ketebalan
1-3 sel, menyerupai epitel odontogenik, bersama dengan plak epitel dan sel-sel
bening yang kaya glikogen. Meskipun dinding jaringan ikat yang kaya kolagen
menampilkan area hialinisasi, tidak ada bukti sel inflamasi. LPC awalnya diyakini
muncul dari epitel bersandar di ruang ligamen periodontal, dengan tidak adanya
terkait stimulus inflamasi. Saat ini, dilaporkan muncul dari berkurangnya epitel
enamel, sisa-sisa lamina gigi atau sisa sel Malassez. Telah dihipotesiskan bahwa
asal LPC dapat dikorelasikan dengan jenis asal sel, berdasarkan temuan
histopatologis. Sementara kehadiran epitel non-keratin menunjuk ke asal dari
berkurangnya epitel enamel, bukti sel-sel bening yang kaya glikogen
menunjukkan hubungan dengan sisa-sisa lamina gigi. Di sisi lain, lokasi LPC
yang dilaporkan dominan dekat dengan root permukaan menyiratkan
kemungkinan asal dari sel sel Malassez. Namun demikian, tidak ada konsensus
mengenai jenis asal sel tertentu, karena semua fitur tersebut telah dijelaskan oleh
sebagian besar kasus. dilaporkan dalam literatur. Dalam kasus ini, HPE
mengungkapkan adanya lapisan tipis epitel odontogenik non-keratin, bersama
dengan sel-sel bening dan plak epitel di lapisan kistik.
Namun harus dicatat bahwa temuan HPE yang mirip dengan LPC juga
dilaporkan dalam botryoid odontogenic cyst (BOC). Berbeda dengan LPC yang
hadir sebagai radiolusen terbatas atau berbentuk air mata di antara akar gigi, BOC
muncul sebagai radiolusen multilokular dan muncul sebagai lesi multikistik pada
level makroskopik dan mikroskopis. Ini berasal namanya dari kata Yunani
"botryoid," yang berarti seperti anggur, dan dianggap sebagai varian
histopatologis LPC dengan kecenderungan yang lebih besar untuk kambuh setelah
perawatan. Meski jarang dentitas, BOC juga telah dilaporkan berkembang dari
lapisan kistik LPC yang sudah ada sebelumnya terkait dengan ekspansi intrabony
agresif. Meskipun diyakini bahwa Dewan Komisaris muncul sebagai akibat dari
perubahan LPC, juga telah dilaporkan bahwa BOC memiliki asal multisentris, di
mana beberapa LPC berkembang dalam jarak yang sangat dekat. Namun
demikian, telah ada kesepakatan dengan suara bulat tentang odontogenik umum
asal untuk LPC dan BOC. Berdasarkan hipotesis bahwa semua LPC mampu
berkembang menjadi lesi multikistik, Altini dan Shear mengusulkan klasifikasi
LPC sebagai varian unicystic, multicystic, atau botryoid, tetapi semuanya dengan
presentasi histopatologis yang serupa. Menariknya, BOC juga telah
diklasifikasikan sebagai "kista odontogenik polimorf" bersama dengan kista sialo-
odontogenik, kelenjar, dan median-mandibula karena tingkat kekambuhan mereka
yang tinggi. Oleh karena itu harus ditegaskan kembali bahwa HPE untuk
mengidentifikasi setiap mikrokista yang berkembang dalam lapisan LPC dan
dinding diperlukan untuk membedakan lesi dari varian multikistik atau botryoid
yang agresif. Dalam kasus ini, tidak ada bukti histopatologis dari pembentukan
mikrokista intraepitel, dengan demikian mengkonfirmasikan diagnosis varian LPC
unicystic (Gambar 4).
Gambar 4: Pemeriksaan histopatologis dari (a) lesi kistik yang dieksisi menunjukkan dan (b) lesi
kistik yang terdiri dari berkurangnya lapisan seperti epitel enamel yang terdiri dari satu atau dua
lapisan sel skuamosa atau kuboid pipih dan area yang agak tebal dengan daerah yang lebih padat
dengan lebih padat. sel (panah). Dinding kista tidak terinflamasi sepanjang tetapi menunjukkan
berbagai tingkat kolagenisasi dan seluler. Sel-sel dengan sitoplasma bening tersebar di seluruh
lapisan (a). (C) Bagian terfragmentasi dari lapisan menunjukkan plak seluler menebal dengan bukti
pengaturan whorled (berputar-putar) (panah biru). Sel-sel dengan sitoplasma bening juga terlihat
tersebar di plak ini. (D) Plak epitel menebal terfragmentasi lain dengan daerah yang menunjukkan
orientasi duktus (panah merah). Skala bar: 100 μm (a, c) dan 200 μm (b, d).
Kesimpulan
Meskipun LPC adalah kista odontogenik perkembangan yang tidak biasa,
harus dipertimbangkan diagnosis banding jika lesi kistik lateral ke permukaan gigi
dan tanpa proses atau gejala inflamasi yang terkait. LPC Unicystic secara klinis
dan radiografi didiagnosis berdasarkan fitur karakteristik yang disebutkan
sebelumnya dapat dikelola dengan enukleasi bedah konservatif dan GBR. Namun,
studi klinis jangka panjang lebih lanjut dalam ukuran sampel yang lebih besar
harus dimandatkan untuk memastikan kemanjuran modalitas pengobatan ini.
Meski demikian, peran HPE setelah operasi enukleasi tidak boleh diabaikan dan
konfirmasi diagnosis histopatologis berfungsi sebagai tolak ukur pada follow up
sehingga terbebas dengan rekurensi.
Pembahasan
Kedua jurnal ini membahas tentang kista lateral periodontal, kasus 1 pada
pasien perempuan berusia 49 tahun, dan kasus 2 pada pasien laki-laki berusia 43
tahun. Secara umum, kista lateral periodontal terjadi pada usia dekade kedua
hingga kesembilan (rata-rata sekitar 50 tahun) dan tidak memiliki kecendrungan
ras atau jenis kelamin yang jelas, hal ini sesuai dengan usia, dan jenis kelamin
pada kedua kasus, namun tidak dijelaskan mengenai ras pasien.
Keluhan pada kedua kasus ini yaitu pembengkakan tanpa rasa sakit pada
rahang bawah kiri di daerah gigi geraham kecil sejak 3 bulan yang lalu pada kasus
1 dan lebih dari satu tahun yang lalu pada kasus 2, keduanya tidak terdapat
riwayat penyakit sistemik, namun pada kasus 1 pernah dirawat endodontik dan
pemasangan mahkota pada gigi 34 tiga tahun yang lalu. Kista lateral periodontal
biasanya tanpa gejala, tapi terkadang mengeluhkan pembengkakan yang dapat
disertai rasa sakit, dan adanya keluhan pembengkakan pada kedua kasus
merupakan hal yang jarang ditemukan. Pemeriksaan ekstraoral pada kedua kasus
menunjukkan tidak terdapat asimetri, pembengkakan, atau limfadenopati.
Umumnya pada kista lateral periodontal tidak terdapat kelainan pada gambaran
klinis ekstraoral, dan hal ini sesuai dengan kasus. Pemeriksaan intraoral pada
kedua kasus terdapat pembengkakan tanpa rasa sakit, berbatas jelas dan fluktuatif,
yang terlihat di bukal attached junction dan margin free gingiva diantara gigi 33
dan 34 dengan gigi 33 vital. Pada kasus 1 berdiameter 10 mm dan tidak terdapat
kegoyangan, pada kasus 2 berdiameter 9-12 mm dengan gigi 34 vital dan tidak
terdapat kelainan. Umumnya temuan intraoral kista lateral periodontal terlihat
mukosa normal dan gigi yang terkait vital, namun pada kedua kasus terdapat
pembengkakan yang kemungkinan terjadi karena lesi yang besar.
Gambaran radiografi pada kedua kasus berupa radiolusen unilokuler
dengan epicenter lesi berada di lateral akar diantara kaninus dan premolar rahang
bawah, berbatas jelas sklerotik, sehingga radiodiagnosisnya adalah kista lateral
periodontal. Kista lateral periodontal umumnya berukuran kurang dari 1 cm,
namun pada kasus 2 berukuran lebih dari 1 cm dan menyebabkan pergeseran akar
gigi yang mana hal ini tidak umum terjadi. Pada kedua kasus dilakukan
pemeriksaan CBCT karena dapat menghasilkan gambaran 3 dimensi dengan lapis
perlapis secara detail dan akurat yang bertujuan untuk melihat perluasan lesi ke
tulang kortikal bukal dan lingual, mendeteksi kedekatan lesi terhadap gigi, dan
melihat perforasi lesi ke tulang kortikal bukal dan lingual, sehingga dapat
membantu merencanakan perawatan yang akan dilakukan. Hasil pemeriksaan
CBCT pada kasus 1 menunjukkan adanya resorpsi tulang yang luas pada tulang
kortikal bagian lingual sekitar 7,5 mm dari cemento enamel junction, dan terdapat
gambaran berupa bayangan jaringan lunak dari pertumbuhan sesil pembesaran
gingiva yang berbatas jelas pada aspek lingual di 1/3 servikal hingga tengah gigi
34, pada kasus 2 menunjukkan adanya lesi kistik di antara akar gigi 33 dan 34
disertai resorpsi tulang kortikal bukal dan lingual.
Diagnosis banding untuk kedua kasus ini adalah Small Odontogenic
Keratocyst (KOTs) karena menunjukkan gambaran radiolusen unilokular,
memiliki batas tepi well defined terkortikasi, berbentuk bulat, menyebabkan
displacement gigi, resorpsi akar eksternal, dan ekspansi tulang kortikal . Small
Odontogenic Keratocyst (KOTs) biasanya berada di badan mandibula bagian
posterior dari gigi kaninus (90%), sedangkan pada kedua kasus ini berada di
lateral akar gigi antara akar gigi kaninus dan premolar sehingga tidak didiagnosis
sebagai Small Odontogenic Keratocyst (KOTs).
Pemeriksaan penunjang pada kedua kasus ini berupa pemeriksaan
histopatologi melalui biopsi eksisi pada kista, yang bertujuan untuk menegakkan
diagnosis yang tepat. Hasil pemeriksaan pada kasus 1 menunjukkan lumen kistik
dilapisi 2-3 lapis sel kuboid non-keratin yang menyerupai epitel enamel tereduksi,
lapisan epitel menunjukkan sel-sel yang jelas, penebalan/plak yang terlokalisir
menonjol ke dalam rongga kistik, pada kasus 2 menunjukkan lesi kistik yang
dilapisi epitel tipis yang terdiri dari 1-2 lapis sel kuboid, fokal area penebalan
epitel, dengan beberapa ruang seperti saluran yang dikelilingi oleh sel kuboid dan
orientasi sel. Gambaran histopatologis kista lateral periodontal umumnya
menunjukkan rongga kistik kecil yang didukung oleh dinding jaringan ikat tipis
yang tidak mengalami inflamasi, dilapisi epitel squamosa berlapis non-keratin 2-3
lapis sel epitel pipih dan menyerupai sel epitel enamel tereduksi, fokal area dari
plak serta beberapa lipatan papiler pada dinding biasanya terlihat, sama seperti
hasil pemeriksaan pada kedua kasus, sehingga diagnosis dari kedua kasus yaitu
kista lateral periodontal.
Perawatan kista lateral periodontal bertujuan untuk menghilangkan faktor
penyebab, pada kasus 1 dilakukan eksisi pada lesi dan dilanjutkan dengan
prosedur gingivektomi di area tersebut untuk menghilangkan enlargement dan
juga dilakukan kuretase, kemudian suturing dan dressing periodontal, serta
pemberian antibiotik dan analgesik pasca bedah. Pada kasus 2 dilakukan prosedur
bedah berupa enukleasi dan kuretase, selanjutnya rongga kistik diirigasi dengan
normal saline, kemudian kerusakan tulang yang disebabkan lesi kistik tersebut
dilakukan bonegraft berupa xenograft, serta pemberian antibiotik dan analgesic
pasca bedah
Follow up bertujuan mengevaluasi penyembuhan tulang dan melihat
apakah terjadi rekurensi pada lesi tersebut. Pemeriksaan radiografi follow-up
kedua kasus dilakukan setelah 1 bulan dan 1 tahun. Gambaran radiografi follow-
up kedua kasus sama-sama menunjukkan adanya pola tulang trabekula yang sudah
mulai terbentuk. Pada kasus 1 terlihat pola tulang trabekula pada daerah gigi 33
dan 34 sudah mulai terbentuk, tapi radiodensitasnya lebih radiolusen dibanding
tulang sekitarnya, selain itu ruang ligament periodontal dan lamina dura pada 1/3
tengah akar gigi 33 sisi distal dan gigi 34 sisi mesial sudah terbentuk. Pada kasus
2 terlihat pola tulang trabekula pada daerah gigi 33 dan 34 sudah mulai terbentuk,
tapi radiodensitasnya lebih radiopak dibanding tulang sekitarnya.
Kesimpulan
Radiodiagnosis kedua kasus adalah kista lateral periodontal berdasarkan
temuan radiografis yaitu gambaran radiolusen unilokular, berbatas jelas sklerotik
pada lateral akar gigi. Pada kedua kasus ditemukan gambaran radiolusen berbatas
tepi sklerotik di lateral akar antara akar gigi 33 dan 34 unilokular radiolusen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ravikiran O, Praveen BN. Textbook of Oral Medicine, Oral Diagnosis and
Oral Radiology - E-Book.2th.ed. 2013
2. Stuart CW, Michael JP. Oral Radiology Principles and Interpretation.
7th.ed. 2014
3. Mervyn S, Paul MS. Cysts of the Oral and Maxillofacial Regions. 4 th.ed.
2006
4. Rajendran R, Sivapathasundharam B. Shafer'S Textbook Of Oral
Pathology.6th.ed.2009
5. Leslie D, Nancy WB. General and Oral Pathology for the Dental
Hygienist. Second Edition. 2013
6. Swapan KP. Essentials of Oral Pathology. Jaypee brothers medical
publishers (P) LTD. 3th.ed.2011
7. Orrett EO, Richard HH. Oral and Maxillofacial Surgery Clinics. 2012.
24(2).
8. Koenig. Diagnostic Imaging Oral and Maxillofacial. 2th ed. 2017
9. Anil GG, Savita AG. Textbook of Oral Radiology. 2th ed.2016
10. Freny RK. Essentials of Oral and Maxillofacial. 1th ed. 2014
11. E.W.Odell. Cawson’s Essentials of Oral Pathology nd Oral Medicine. 9 th
ed. 2017
12. Regezi. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlations. 7th ed. 2017
13. Nevill dkk. Oral and Maxillofacial Pathology. 4th.ed. 2016.
14. James RH, Edward EL, Myron RT. Cntemporary Oral and Maxillofacial
Surgery. 7th,ed. 2019.
15. Paul WF dkk. Cumming Otolaryngology Head and Neck Surgery. 7 th.ed.
2015.
16. Buchholzer S dkk. Atypical presentation of lateral periodontal cyst
associated with impacted teeth: two case reports. BMC Oral Health.
(2021) 21:178.