Anda di halaman 1dari 32

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kista periodontal lateral didefinisikan sebagai kista developmental non -
keratin yang terjadi di tulang alveolar sepanjang aspek lateral gigi vital. Kista
lateral periodontal merupakan kista yang jarang terjadi dengan pertumbuhan
yang lambat, kista odontogenik developmental non-ekspansil yang berasal dari
satu atau lebih sisa lamina gigi, mengandung lapisan embrionik dari 1-3 sel
skuamosa/ sel kuboid.1 Kondisi ini biasanya unicystic, tetapi dapat juga
berkelompok dimana kondisi ini biasanya disebut sebagai botryoid odontogenic
cyst.2
B. Epidemiologi
Prevalensi kista lateral periodontal yaitu sebanyak 24 kasus kista lateral
periodontal telah terdaftar di Universitas Witwatersrand pada tahun 1958-2004,
mewakili 0,7% dari 3496 kista rahang yang terlihat selama periode tersebut. 3
Predileksi kelainan ini tidak memiliki kecenderungan terhadap ras atau jenis
kelamin, dan distribusi usia meluas dari dekade kedua hingga kesembilan (usia
rata-rata yaitu sekitar 50 tahun). 2
C. Etiopatogenesis
Berbagai teori tentang etiologi dan patogenesis lesi ini telah ditinjau oleh
standish dan shafer.4 Etiologi dari kista ini belum diketahui secara pasti.
Dikatakan bahwa kista lateral periodontal merupakan bagian infraboni dari kista
gingiva pada orang dewasa.2 Mengingat bahwa kista periodontal lateral
merupakan bagian yang berbeda dari pathogenesis perkembangan odontogenik,
terdapat beberapa kemungkinan mengenai pathogenesis kista lateral periodontal,
seperti: berasal dari kista dentigerous yang berkembang disepanjang permukaan
lateral mahkota ketika gigi erupsi, berasal dari kista primordial dari gigi
supernumerary, proliferasi rest of Malassez, dan sisa-sisa lamina dental. 4

D. Gambaran Klinis
Gejala klinis dari kista lateral periodontal biasanya asimptomatik atau
tanpa gejala. Akan tetapi beberapa pasien terkadang mengeluhkan adanya
pembengkakan yang dapat disertai rasa sakit.3
Pada pemeriksaan klinis ekstraoral tidak terdapat adanya gejala pada
pasien.5 Pada pemeriksaan klinis intraoral, lesi biasanya ditemukan di daerah
anterior rahang atas dan rahang bawah, dimana umumnya mukosa diatasnya
berwarna normal. Pada beberapa kasus, terdapat pembengkakan tanpa rasa sakit
pada jaringan lunak atau hanya pada anterior papilla interdental, dimana lesi
terlihat sebagai pembengkakan fluktuatif. Pada temuan intraoral lainnya
dilaporkan bahwa terdapat rasa sakit/nyeri saat dilakukan palpasi. Gigi yang
terlibat biasanya gigi vital.5,6
E. Gambaran Radiologis
 Lokasi2
i. Epicenter (titik pusat lesi) biasanya berada di korpus mandibula di
atas kanalis mandibularis di bagian lateral akar gigi. Kondisi ini
paling sering terjadi pada mandibula dibanding maksila, dengan
gigi yang sering terlibat antara lain gigi insisivus kedua, gigi
kaninus, dan gigi premolar kedua, sedangkan pada maksila yaitu
gigi insisivus kedua dan gigi kaninus.2
ii. Lesi ini dapat membesar hingga ke sinus maksilaris.7
iii. Lesi ini biasanya terlokalisir dengan melibatkan satu sisi rahang
(unilateral).2
iv. Lesi ini umumnya berjumlah single, tapi pada beberapa kasus
dapat juga berjumlah multiple.8
v. Ukuran lesi biasanya kurang dari 1cm.2
 Batas Tepi dan Bentuk
i. Lesi lateral periodontal kista memiliki batas tepi yang well-defined
terkortikasi (gambaran berupa garis tipis radiopak dengan tebal
garis yang sama atau homogen) atau sklerotik (batas lesi yang
dibatasi oleh garis radiopak dengan ketebalan garis yang tidak
sama atau homogen) .
ii. Bentuk lesi ditemukan bervariasi berupa bulat atau teardrop, kista
yang lebih besar memiliki bentuk yang irregular.2,6,8
 Struktur Internal
Struktur internal kista lateral periodontal umumnya terlihat sebagai
unilokular radiolusen, akan tetapi pada variasi botryoid terlihat
multilokuler (gambaran berupa lesi mix radiolusen-radiopak dengan
struktur internal berupa septa-septa atau terbagi menjadi setidaknya 2
kompartemen).2
 Efek Terhadap Jaringan Sekitar
i. Efek kista lateral periodontal terhadap gigi yang terlibat antara lain
dapat menyebabkan terjadinya resorpsi akar eksternal pada gigi, dan
terlihat adanya pelebaran ruang ligament periodontal.1 Pada kista
dengan ukuran kecil dapat menyebabkan hilangnya lamina dura pada
akar yang berdekatan. Pada kista dengan ukuran besar dapat
menyebabkan displacement gigi.2
ii. Efek kista lateral periodontal terhadap tulang yaitu kadang-kadang
kista yang besar cenderung tumbuh di sepanjang aspek internal
rahang, yang menyebabkan ekspansi tulang kortikal minimal.2

(A) (B)

Gambar 1. A : kista lateral periodontal pada premolar mandibular yang berbatas


jelas kortikal. B: kista lateral periodontal menyebabkan adanya ekspansi minimal
pada rahang atas maksila.2

F. Diagnosis Banding
Beberapa gambaran lesi radiolusen yang mungkin mirip dan dapat menjadi
diagnosa banding kista lateral periodontal adalah, Small Odontogenic Keratocyst
(KOTs), kista radicular, dan foramen mental.
1. Small Odontogenic Keratocyst (KOTs)2,6
Persamaan :
1. Memiliki persamaan batas tepi yang well defined terkortikasi dan bentuk
yang bulat
2. Memiliki persamaan dalam hal struktur internal yaitu radiolusen
unilokular
3. Memiliki persamaan dalam hal efek terhadap gigi yaitu menyebabkan
displacement gigi dan resorpsi akar eksternal pada gigi.
Perbedaan :
1. Epicenter (titik pusat lesi) pada KOT biasanya berada di badan
mandibula bagian posterior dari gigi kaninus (90%), sedangkan pada kista
lateral periodontal berada di korpus mandibula di bagian lateral akar gigi
insisivus, kaninus, dan premolar.
2. Pada KOT efek terhadap jaringan sekitar menyebabkan ekspansi tulang
kortikal, sedangkan pada kista lateral periodontal jarang ditemukan.

Gambar 2. Radiografi Small Odontogenic Keratocyst.2

2. Kista Radikular2,6
Persamaan:
1. Memiliki persamaan batas tepi yang well defined terkortikasi
2. Memiliki persamaan dalam hal struktur internal yaitu radiolusen
unilokular
3. Memiliki persamaan dalam hal efek terhadap gigi yaitu menyebabkan
displacement gigi dan resorpsi akar eksternal pada gigi.
Perbedaan ;
1. Epicenter (titik pusat lesi) pada kista radikular biasanya berada di maksila
di bagian apeks gigi insisivus lateral, dan gigi kaninus, sedangkan pada
kista lateral periodontal berada di mandibular di bagian lateral akar gigi
insisivus, kaninus, dan premolar.
2. Kista radikular biasanya terjadi pada gigi dengan karies luas, restorasi luas
atau trauma, sedangkan pada kista lateral periodontal dapat terjadi pada
gigi dengan atau tanpa karies, restorasi atau trauma.

Gambar 3. Kista radicular.2

3. Foramen mental2,9,10
Persamaan :
1. Memiliki persamaan batas tepi yang well defined terkortikasi atau
sklerotik dan berbentuk bulat
2. Memiliki persamaan struktur internal yaitu radiolusen unilokuler.
Perbedaan :
1. Epicenter pada foramen mental berada di pertengahan antara batas bawah
mandibula dan puncak tulang alveolar, biasanya di regio apeks premolar
kedua mandibula, sedangkan pada kista lateral periodontal berada di
lateral akar.
Gambar 4. Foramen mental.2
G. Gambaran Histopatologis
Kista periodontal lateral secara mikroskopis memiliki rongga kistik kecil,
yang didukung oleh dinding jaringan ikat tipis yang tidak mengalami inflamasi. 6
Rongga dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis non-keratin dengan ketebalan 2
sampai 3 lapisan sel.6,11 Lapisan sel epitel tampak pipih dan seringkali
menyerupai sel epitel enamel tereduksi (seluruh lapisan papiler teredusi
ketebalannya, di kombinasi dengan ameloblast tereduksi).3,4,6 Fokal area dari
penebalan lapisan epitel (plak) serta beberapa lipatan papiler pada dinding
biasanya terlihat pada kista.6 Epitel kistik mengandung sekelompok sel bening
yang kaya akan glikogen, dengan sitoplasma yang tervakuolasi (sel-sel ini
menyerupai sel-sel lamina gigi).3,6 Sel epitel kadang-kadang dipisahkan oleh
cairan antar sel dan sel-sel ini memiliki inti pyknotic (inti kecil yang
terkondensasi dari sel apoptosis).3,6

Gambar 5. Histopatologis kista lateral periodontal12


H. Perawatan/Manajemen
Secara umum, enukleasi merupakan perawatan pilihan pada kista lateral
periodontal. Biasanya, hal ini dapat dilakukan tanpa merusak gigi sebelahnya.
Enukleasi adalah proses pengambilan seluruh jaringan lesi, tanpa menyebabkan
adanya rupture ataupun pecah pada dinding lesi tersebut. Pada beberapa kasus
perlu dilakukan kuretase apabila, yang pertama: persentase rekurensi dari lesi
tersebut tinggi, yang kedua: apabila lesinya bersifat aggressive, biasanya lesi ini
memiliki batas tepi yang tidak jelas dan berbentuk irregular, lebih sering terjadi
pada maksila, dan apabila efek dari lesi ini menyebabkan perforasi tulang kortikal
sehingga menginvasi jaringan tulang disekitarnya, yang ketiga: apabila lokasi dari
lesi tersebut sulit untuk dijangkau, dan yang terakhir yaitu apabila lesi berdekatan
dengan struktur vital (gigi, pembuluh darah dan sinus maksilaris). Pada variasi
lain seperti botryoid odontogenik kista, perlu dilakukan kuretase karena secara
radiografi multilokular dan memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami
rekurensi. Kuretase dilakukan menggunakan bur untuk menghilangkan 1-2 mm
tulang di sekitar tepi dinding lesi, yang bertujuan untuk menghilangkan sel epitel
yang mungkin tersisa pada tepi dinding atau tulang, agar tidak terjadi rekurensi.
Tingkat rekurensi pada kista lateral periodontal diperkirakan 3 hingga 4% dan
biasanya terjadi beberapa tahun kemudian.
Dilakukan follow up untuk evaluasi penyembuhan tulang dengan melihat
apakah pola trabekulanya sudah kembali normal dan radiodensitasnya sama
dengan tulang disekitarnya. Follow up dilakukan sekali dalam 2 tahun selama 10
tahun, untuk melihat apakah terjadi rekurensi pada lesi tersebut.

TERJEMAHANAN JURNAL 1
Kista Lateral Periodotal – Diagnostik Pilihan: Laporan Kasus Langka
Dengan CBCT dan Temuan Histologis

Abstrak

Pendahuluan : Kista lateral periodontal (LPC) dianggap sebagai kista


odontogenik developmental yang langka. Hal ini sering didiagnosis sebagai
temuan radiografi incidental yang terlihat sebagai daerah radiolusen bulat berbatas
berada di antara akar gigi vital. LPC biasanya tidak menunjukkan gambaran klinis
apapun. Membedakan asal lesi dari perspektif endodontik atau periodontal
merupakan tantangan secara klinis.
Presentasi Kasus : Seorang pasien wanita mengalami pembengkakan
gingiva asimptomatik pad aspek lingual di region anterior mandibular. Gigi terkait
(#34) dirawat secara endodontic 3 tahun yang lalu. Radiografi periapikal
menunjukkan terdapat radiolusen berbentuk bulat berbatas jelas pada gigi. Cone
beam com-puted tomography (CBCT) menunjukkan kerusakan tulang yang luas.
Lesi dieksisi dengan pembedahan dan pemeriksaan histologis menunjukkan
diagnosis LPC. Daerah tersebut sembuh dengan baik setelah pembedahan.
Dilakukan follow up selama setahun dan tidak terlihat adanya rekurensi.
Pembahasan : LPC merupakan suatu entitas klinis yang langka,
diagnosisnya memerlukan pengambilan riwayat kasus yang rinci, pemeriksaan
klinis dan radiografi sangat penting untuk mendapatkan penilaian patologi yang
tepat, dikatakan berasal dari sisa-sisa lamina gigi, berkurangnya enamel epitel dan
rest of Malassez. LPC terlihat dengan gambaran histologis yang khas untuk
memudahkan dalam mengkonfirmasi diagnosisnya. Enukleasi bedah dengan
kuretase menyeluruh merupakan perawatan pilihan.
Kesimpulan : Dengan melaporkan kasus yang jarang terjadi ini, kami ingin
menekankan kepada klinisi bahwa terdapat berbagai macam kista dan struktur
anatomi yang terdapat di regio kaninus-premolar mandibula dimana LPC
merupakan kemungkinan yang langka.
Kata kunci : Kista lateral periodontal, kista developmental, gigi yang dirawat
endodontic, gingivektomi, CBCT, laporan kasus.
Pendahuluan
Kista lateral periodontal (LPC) adalah kista intra-osseous non-inflamasi
yang muncul di dekat akar gigi vital. Ini adalah lesi odontogenik yang relatif
jarang, terhitung hanya 0,4% dari semua kista odontogenik. LPC diklasifikasikan
sebagai kista anodontogenik yang berasal dari kista developmental menurut
klasifikasi tumor dan kista odontogenik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
(Edisi ke-4, 2017). LPC biasanya tanpa gejala dan ditemukan saat melakukan
rontgen radiografi dan paling sering terjadi di tulang alveolar kaninus mandibula
dan regio premolar, diikuti pada area anterior prosesus alveolar rahang atas. Pada
beberapa pasien, LPC secara klinis dapat muncul sebagai pembengkakan gingiva
asimtomatik pada aspek fasial atau lingual diantar dua gigi. Gigi yang terlibat
biasanya vital, kecuali jika terdapat periodontitis atau karies gigi.
Jarang dilaporkan dalam literatur yaitu nyeri, nyeri tekan dan ekspansi
kortikal. Gambaran radiografi khas dari LPC adalah area radiolusen berbentuk
bulat ovoid atau berbatas tegas dengan margin sklerotik, biasanya berdiameter
kurang dari 1 cm. Biasanya mempengaruhi individu antara dekade kelima dan
ketujuh kehidupan. Tidak ada predileksi ras atau distribusi jenis kelamin yang
dilaporkan dalam literature. Laporan dari literatur menunjukkan kemungkinan
LPC berasal baik dari sisa lamina gigi, berkurangnya epitel enamel atau sisa
Malassez.
Dari sudut pandang klinis, penting untuk mendiagnosis LPC dengan benar
dari sejumlah lesi lain yang menunjukkan gambaran klinis atau radiografi yang
serupa. Seperti, kista gingiva, odontogenik keratokist, kista lateral radikuler, kista
odontogenik glandular, lesi yang berasal dari endodontik dan periodontal.
Diagnosis yang benar hanya mungkin dilakukan dengan pemeriksaan
histopatologis (HPE) yang akan menentukan jalur pengobatan yang akan
dilakukan. Gambar HPE dari LPC adalah unik dengan jenis kista perkembangan
yang berbeda yang memiliki ciri jaringan epitel dan ikat yang khas. Perawatan
biasanya dengan enukleasi bedah konservatif lesi.
Gambar 1. Gambar bayangan pembengkakan gingiva terlihat pada aspek lingual gigi
kaninus mandibular (#33) dan di area premolar pertama (#34). B] Sinar X IOPA
menunjukkan radiolusen ovoid pada aspek mesial #34. C] Gambar CBCT menunjukkan
bayangan jaringan lunak dari enlargement gingiva pada aspek lingual dari #34 serta
resorbsi tulang yang luas pada tulang kortikal bagian lingual.

Terdapat gambaran radiolusen unilokuler dengan epicenter lesi berada di lateral


akar gigi antara akar gigi 33 dan 34, localized unilateral, single, berukuran ±
6mm x 3mm, berbatas jelas sklerotik, berbentuk oval, menyebabkan hilangnya
ruang ligamen periodontal dan terputusnya lamina dura pada 1/3 tengah akar
gigi 33 sisi distal dan 34 sisi mesial.

Gambar 2. Pemeriksaan histopatologi dari lesi yang dieksisi menunjukkan lumen kistik
dilapisi oleh 2-3 lapis sel kuboid non-keratinisasi menyerupai REE yang hiperplastik di
beberapa tempat. Lapisan epitel juga menunjukkan sel-sel yang jelas, penebalan/plak lokal
dan tonjolan mural. Stroma ikat yang mendasarinya adalah kolagen padat yang terdiri dari
kumpulan serat kolagen, fibroblas, pembuluh darah dan infiltrasi padat infiltrasi sel
inflamasi kronis. Epitel di atasnya adalah skuamosa berlapis parakeratinized dan dipisahkan
dari jaringan lesi oleh zona stroma jaringan ikat normal.
Laporan Kasus
Seorang pasien wanita berusia 49 tahun dilaporkan datang ke praktek
swasta di Trivandrum, dengan keluhan terdapat pembengkakan tanpa rasa sakit
pada aspek lingual di kaninus mandibula kiri [# 33] dan daerah premolar pertama
[# 34] dengan durasi tiga bulan. Pasien melakukan perawatan endodontik # 34
untuk karies pada tiga tahun sebelumnya dan pemasangan mahkota. Pasien
melaporkan tidak ada komorbiditas sistemik, kondisi kesehatan umum baik.

Gambar 3. A] Pada eksisi lesi, terlihat destruksi tulang yang luas dan perluasan tulang
kortikal. B] 4 minggu pasca operasi IOPA xray menunjukkan pengisian lesi tulang. C] 4
minggu foto klinis pasca operasi menunjukkan penyembuhan lesi (gambar bayangan) D] 8
minggu foto klinis pasca operasi menunjukkan penyembuhan yang memuaskan (gambar
bayangan).

Pada 1 bulan setelah kunjungan pertama, terlihat pola tulang trabekula pada
daerah gigi 33 dan 34 sudah mulai terbentuk, tapi radiodensitasnya lebih
radiolusen dibanding tulang sekitarnya, selain itu ruang ligament periodontal
dan lamina dura pada 1/3 tengah akar gigi 33 sisi distal dan gigi 34 sisi
mesial sudah terbentuk.

Setelah dilakukan pemeriksaan klinis, terdapat pembengkakan berbatas


jelas dan berfluktuasi, berukuran diameter sekitar 10 mm, terlihat pada attach
bukal junction dan free gingiva margin di antara gigi # 33 dan # 34 (Gbr. 1A).
Pembengkakannya tidak lunak dan # 33 dilakukan test pulpa elektrik. Keduanya
tidak bisa bergerak. Pada Aspirasi menggunakan jarum kecil terlihat cairan
berwarna kuning. Pemeriksaan ekstra oral tidak menunjukkan adanya asimetri,
pembengkakan, atau limfadenopati yang terlihat secara klinis. Radiografi
periapikal intra-oral (IOPA) pada daerah menunjukkan radiolusen berbentuk oval
diantara akar gigi 33 dan 34 (Gbr. 1B). Gambar CBCT menunjukkan bayangan
jaringan lunak dari pertumbuhan sesil yang berbatas jelas pada aspek lingual di
servikal dan sepertiga tengah dari gigi 34. Terdapat kehilangan plat kortikal
lingual sekitar 7,5 mm yang diukur dari semento-enamel junction (Gbr. 1C) .
Setelah mendapatkan informed consent dari pasien, dilakukan scaling dan
rootplaning. Berdasarkan temuan klinis dan radiografi, diagnosis sementaranya
yaitu LPC. Dilakukan prosedur gingivektomi di region tersebut. Enlargment
dihilangkan dan dilakukan kuretase pada region tersebut. Defek tulang
menunjukkan ekspansi plat kortikal lingual dengan gambaran tulang yang kecil
(Gbr. 3A). Dilakukan suturing dan dressing periodontal. Diresepkan antibiotik dan
analgesik pasca bedah. Penyembuhan klinis pasca bedah berjalan lancar (Gbr. 3C
& D).
Spesimen jaringan lunak yang dieksisi dikirim untuk pemeriksaan
histopatologi (HPE). HPE dari spesimen yang dieksisi menunjukkan lumen kistik
yang dilapisi oleh 2-3 lapis sel kuboid non-keratin yang menyerupai epitel enamel
reduced yang merupakan tempat hiperplastik. Lapisan epitel juga menunjukkan
sel-sel yang jelas, penebalan/plak yang terlokalisir dan tonjolan mural yang
menonjol ke dalam rongga kistik. Stroma ikat yang melapisinya adalah kolagen
padat yang terdiri dari kumpulan serat kolagen, fibroblas, pembuluh darah, dan
infiltrasi padat infiltrasi sel inflamasi kronis. Epitel di atasnya adalah
parakeratinized stratified squamous di alam dan dipisahkan dari jaringan lesi oleh
zona stroma jaringan ikat normal (Gbr. 2A-D). Berdasarkan HPE dan korelasi
kliniko-radiologi, Ditegakkan diagnosis kista periodontal lateral yang terinfeksi.
Pemeriksaan tindak lanjut tidak mengungkapkan bukti klinis atau radiografik
rekurensi lesi. Regenerasi tulang di daerah defek secara lateral diamati pada
radiografi periapikal pada minggu ke-8 (Gbr. 3B).
Diskusi
Tahun 1958, Standish dan Shafer pertama kali melaporkan LPC dalam
literatur dengan lima kasus yang muncul di mandibula. LPC adalah kista
odontogenik developmental yang jarang terjadi yang berhubungan dengan gigi
vital dan biasanya tanpa gejala kecuali jika kista tersebut mengalami infeksi
sekunder. Hal ini sering dilaporkan sebagai temuan selama evaluasi radiografi
rutin. Pembengkakan kecil pada gingiva atau mukosa alveolar telah dilaporkan
kadang-kadang. Di antara semua kista odontogenik, LPC menyumbang sekitar
0,8% -2% dari semua kista. Literatur menunjukkan bahwa LPC lebih banyak
terjadi pada orang dewasa pada kelompok usia dekade 5-7, tanpa ada referensi
khusus untuk ras atau jenis kelamin. Lokasi paling umum terjadinya LPC yang
dilaporkan yaitu regio kaninus premolar mandibula atau regio maksila-anterior.
Dalam kasus kami juga, lesi terlihat pada pasien wanita berusia 49 tahun dan
lokasinya berada di regio kaninus-premolar mandibula dan tampak sebagai
pembengkakan asimptomatik pada gingiva lingual.
Dalam etiopatogenesis LPC, terdapat tiga pandangan berbeda yang
berkaitan dengan jenis asal sel. Altini M dan Shear M menghubungkan asal dari
Reduce Enamel Epithel (REE), karena fakta bahwa kista sering dilapisi oleh epitel
nonkeratinized mirip dengn REE seperti yang telah ditunjukkan oleh
imunohistokimia ekspression PCNA. Cohen D A et al, menunjukkan sisa-sisa
lamina gigi sebagai asal sel karena LPC secara histologis menunjukkan adanya sel
glikogen-rich yang juga terlihat di lamina gigi. Shear M menujukkan sisa-sisa sel
epitel Malassez yang ada pada permukaan yang berperan dalam pathogenesis
LPC.
LPC memiliki gambaran radiologis yang khas sebagai radiolusensi yang
berbatas tegas berbentuk bulat atau oval dengan batas sklerotik yang terletak di
antara puncak tulang alveolar dan apeks. Ini tidak melibatkan ruang ligamen
periodontal atau menyebabkan resorpsi akar gigi yang berdekatan. Gambaran
radiografi yang sama dapat terlihat pada radiolusensi interradikular anatomi
seperti foramen mental, kanal nutrient dan sinus maksilaris atau pada patologi
seperti kista asal pulpa, odontoma, tumor dan kista rahang lainnya. Pada tahun
2006, Mendes RA dan van der Waal berpendapat bahwa diagnosis histologis LPC
lebih penting daripada diagnosis radiografi. Dalam kasus kami, gigi (#34) dirawat
secara endodontik, dengan proper apical seal. Tidak ada kanal lateral atau aksesori
yang terlihat pada radiografi. Radiografi IOPA menunjukkan presentasi khas LPC
dan gambar CBCT menunjukkan kerusakan tulang lingual yang luas.
Perkembangan LPC pada gigi non-vital belum sering dilaporkan.
Berdasarkan temuan klinis dan radiografi, diagnosis sementara LPC
dipertimbangkan dan HPE dilakukan untuk mengkonfirmasi hal ini. LPC
menyajikan beberapa gambaran histopatologis karakteristik yang mencakup satu
sampai tiga lapisan sel tebal lapisan epitel non-keratin yang sering menyerupai
epitel odontogenik atau REE, yang mungkin menunjukkan pola palisading.
Lapisan epitel menunjukkan area penebalan yang disebut sebagai plak epitel yang
terdiri dari sel fusiform jernih yang kaya glikogen. Jaringan ikat kaya akan
kolagen, yang dapat menunjukkan area hialinisasi dengan infiltrat sel inflamasi
yang minimal. Dalam kasus ini, HPE menunjukkan temuan serupa dengan lumen
kistik yang dilapisi oleh sel kuboid non-keratin yang menyerupai REE, adanya sel
bening, penebalan / plak lokal dan tonjolan mural yang menonjol ke dalam rongga
kistik. Stroma ikat yang melapisinya adalah kolagenous padat dan menunjukkan
infiltrasi padat selinfiltrat inflamasi kronis. Temuan ini menghasilkan diagnosis
LPC yang terinfeksi.
Botryoid odontogenic cyst (BOC) juga melaporkan temuan HPE yang
serupa dengan LPC. Fitur yang membedakan adalah bahwa BOC terlihat sebagai
radiolusensi multilokular. Beberapa penulis menganggap BOC sebagai varian
histopatologi dari LPC, yang memiliki kecenderungan lebih besar untuk rekurensi
setelah perawatan. Altini dan Shear pada tahun 1992 mengusulkan klasifikasi baru
LPC menjadi varian unikistik, polikistik atau botryoid, yang semuanya memiliki
presentasi histopatologi yang serupa. Klasifikasi ini didasarkan pada hipotesis
bahwa semua LPC dapat berkembang menjadi lesi multikistik. Vidakovic dkk.
pada tahun 2016 melaporkan bahwa BOC berkembang dari lapisan kistik dari
LPC yang sudah ada sebelumnya dan muncul dengan ekspansi intrabony yang
agresif. Diagnosis banding juga harus mencakup keratokista odontogenik, kista
semu, kista gingiva, kista radikular lateral dan tumor odontogenik radiolusen
lainnya. Diagnosis yang cermat harus dilakukan dengan bantuan pemeriksaan
histologis karena beberapa dari kondisi ini bersifat agresif, memiliki tingkat
rekurrensi yang tinggi dan memiliki pilihan perawatan yang bervariasi.
Literatur menunjukkan bahwa pada sebagian besar kasus LPC, gigi yang
terkait sangat penting sehingga ekstraksi atau perawatan endodontik diperlukan.
Perawatan LPC adalah enukleasi bedah konservatif dan kuretase menyeluruh dari
lapisan kistik untuk menghilangkan sisa-sisa. Regenerasi tulang terpandu dari
rongga kistik menggunakan xenograft (Bio-Oss) dan membran kolagen resorbable
(Bio-Gide) telah berhasil dicoba pada pasien dengan LPC . Dalam kasus kami,
kami telah melakukan prosedur gingivektomi untuk benar-benar menghilangkan
pembesaran gin-gival dan menyembuhkan daerah tersebut secara menyeluruh.
Formosa Senande dkk. telah melaporkan bahwa setelah pengangkatan lesi, rongga
tulang cenderung terisi secara spontan. Penyembuhan terlihat memuaskan pada
daerah tersebut baik secara klinis dan radiografi selama evaluasi pasca bedah.
Pasien disarankan untuk meninjau secara berkala untuk evaluasi penyembuhan
dan untuk menghindari terjadinya rekurensi lesi.
Kesimpulan
LPC adalah kista odontogenik perkembangan langka yang harus
dipertimbangkan dalam diagnosis banding jika pada radiografi lesi kistik terlihat
pada permukaan lateral gigi terutama di kaninus-premolar rahang bawah dan regio
rahang atas anterior. Ini mungkin muncul sebagai pembengkakan gingiva tanpa
gejala yang perlu diperiksa secara menyeluruh baik secara klinis maupun
radiologis. Evaluasi histologis diperlukan untuk memastikan diagnosis. Perawatan
pilihan adalah bedah pengangkatan dan rekurrensi jarang terjadi.
TERJEMAHAN JURNAL II
Perawatan lateral periodontal kista dengan enukleasi dan regenerasi tulang :
laporan kasus dan tinjauan literature terkait
Kista periodontal lateral (LPC) adalah kista odontogenik developmental
yang muncul pada permukaan lateral akar gigi. Biasa dilaporkan pada daerah
kaninus-premolar rahang bawah atau rahang atas, terdapat radiolusen yang
dibatasi dengan baik atau robek dengan batas sklerotik. Gigi yang berhubungan
asimptomatik dan vital, dan akar dapat dipindahkan tanpa resorpsi. Secara
histopatologis, lapisan kistik menyerupai epitel enamel tereduksi bersama dengan
sel bening yang kaya glikogen dan plak epitel. Varian unilateral LPC memiliki
kekambuhan rendah dan dikelola oleh enukleasi. Seorang pasien pria berusia 43
tahun dilaporkan mengalami pembengkakan tanpa gejala pada kaninus mandibula
kiri dan daerah premolar pertama. Kedua gigi itu vital, dan radiograf
menunjukkan radiolusen yang dibatasi dengan baik di antara akar. Setelah
persetujuan, enukleasi bedah dan regenerasi tulang terpandu (GBR) dengan
membran kolagen xenograft dan resorbable dilakukan dengan anestesi lokal.
Periode pasca operasi langsung tidak lancar, dan pengisian tulang lengkap dari
rongga kistik dan penyembuhan jaringan periodontal diamati setelah satu tahun
follow-up. Pemeriksaan histopatologi mengkonfirmasi diagnosis. LPC harus
menjadi diagnosis banding pada lesi kistik lateral ke permukaan gigi dan tanpa
peradangan terkait. Berdasarkan laporan kasus ini, LPC unicystic dapat berhasil
dikelola melalui operasi enukleasi dengan GBR untuk penyembuhan periodontal
yang lebih baik.
Pendahuluan
Kista periodontal lateral (LPC) adalah patologi odontogenik yang relatif
jarang, mewakili sekitar 0,4% dari semua kista odontogenik. Telah dilaporkan
terutama sebagai temuan insidental dan merupakan entitas yang tidak berbahaya
yang ditandai oleh intraoseus, kista odontogenik nonkeratin, noninflamasi, dan
perkembangan yang berasal dari epitel. LPC biasanya tanpa gejala dan ditemukan
selama pemeriksaan radiografi rutin dan paling sering terjadi pada proses alveolar
kaninus mandibula dan regio premolar, diikuti oleh maksila anterior. Meskipun
umumnya dilaporkan antara dekade keempat hingga ketujuh kehidupan, kasus
juga telah dilaporkan pada orang yang lebih muda dan tidak memiliki
kecenderungan jenis kelamin tertentu. Menariknya, sel epitel asal LPC telah
diperdebatkan. Laporan dari literatur menunjukkan kemungkinan asal dari sisa
lamina gigi, berkurangnya epitel enamel, atau sisanya dari Malassez.
Menurut klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk tumor dan
kista odontogenik (Edisi ke-4, 2017), LPC diklasifikasikan sebagai kista
odontogenik yang berasal dari perkembangan (Tabel 1). Secara klinis, LPC
muncul sebagai pembengkakan gingiva asimptomatik yang terjadi pada aspek
wajah di antara dua gigi, dan harus dibedakan dari jaringan lunaknya, kista
gingiva orang dewasa (GCA), yang muncul sebagai pembengkakan yang
fluktuatif biru. Secara radiologis, mereka hadir sebagai radiolusen unilocular yang
dibatasi dengan baik dengan margin sclerotic, dalam proses alveolar, di antara
akar gigi vital. Sementara kebanyakan LPC berdiameter kurang dari 1cm, varian
botryoid yang tidak biasa dapat hadir sebagai radiolusen yang lebih besar dan
multilokular, memanjang hingga daerah periapikal. Digambarkan untuk pertama
kalinya pada tahun 1973, botryoid odontogenic cyst (BOC) dikaitkan dengan
risiko kekambuhan yang lebih besar (30,1%), dibandingkan dengan LPC.
Berdasarkan laporan yang tersedia dalam literatur, BOC diketahui mempengaruhi
pasien pada dekade kelima, dengan sedikit dominan pada wanita (53,5%) dan
lebih sering pada mandibula (83,3%). Menariknya, LPC, BOC, dan GCA
memiliki asal histogenetik yang sama dan diklasifikasikan sebagai kista
odontogenik perkembangan sesuai dengan klasifikasi WHO. Dilaporkan bahwa
BOC muncul dari beberapa fokus dari istirahat epitel yang terletak dekat,
menghasilkan lesi multikistik. Namun demikian, beberapa, LPC terpisah yang
terjadi dalam jarak dekat juga telah dilaporkan oleh Siponen et al.
Meskipun kista odontogenik yang tidak diobati dapat menyebabkan
resorpsi akar pada gigi yang berdekatan, itu belum dilaporkan terkait dengan LPC.
Selain itu, gigi terkait biasanya vital kecuali jika telah dipengaruhi oleh karies gigi
atau periodontitis. Nyeri dan nyeri, dengan atau tanpa ekspansi kortikal pada
kasus LPC, juga jarang dilaporkan dalam literatur. LPC umumnya didiagnosis
secara berbeda sebagai kista gingiva, keratokista odontogenik, atau kista residual
karena kesamaan klinis dan radiografinya. Namun, LPC adalah unik secara
histologis dan paling sering dilapisi oleh lapisan tipis, epitel skuamosa atau
kuboidal yang nonkeratinisasi, biasanya berkisar dari 1 hingga 3 lapisan sel
dengan ketebalan dan menyerupai epitel enamel tereduksi. Sel-sel epitel dalam
LPC hadir dengan nuklei kecil, kroknotik dan kadang-kadang dipisahkan oleh
cairan antar sel. Selain itu, plak fokal penebalan epitel dalam pola fusiform atau
berbentuk spindle, bersama dengan sel-sel bening yang kaya glikogen, juga telah
dilaporkan dalam lapisan kistik.
Pengobatan LPC, yang menyatakan bahwa lesi unilocular pada
pemeriksaan radiologis, adalah dengan enukleasi bedah konservatif dan menindak
lanjuti pasien selama enam bulan hingga satu tahun, untuk memantau
kekambuhan. Namun demikian, enukleasi bedah sederhana dikaitkan dengan
cacat tulang residual yang berpotensi mempengaruhi kesehatan periodontal gigi
terkait. Dengan munculnya teknik regenerasi jaringan dalam kedokteran gigi,
beberapa teknik termasuk regenerasi jaringan terpandu (GTR) dan regenerasi
tulang panduan (GBR) telah dilaporkan untuk pengobatan cacat tulang, setelah
enukleasi LPC. Teknik GBR, yang telah dilaporkan dengan keberhasilan klinis
yang cukup besar, melibatkan penempatan perancah osteokonduktif dalam cacat
tulang dan menutupinya dengan membran penghalang resorbable atau
nonresorbable.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menyajikan kasus LPC diobati
dengan enukleasi bedah dan perbaikan cacat tulang primer menggunakan GBR
dengan xenograft dan membran kolagen resorbable, bersama dengan periode
tindak lanjut bebas kekambuhan satu tahun. Selain itu, kasus ini sedang
dilaporkan untuk kesamaan dalam presentasi klinis dan radiografi antara LPC dan
lesi odontogenik lainnya dan modalitas yang diusulkan menuju pengobatan
definitif.
Gambar 1: Foto klinis pra-operasi dan radiografi menunjukkan (a) pembengkakan terbatas pada
gingiva di antara kaninus mandibula kiri (33) dan premolar (34); (B) tiga-dimensi yang
direkonstruksi balok gambar tomografi dihitung mandibula kiri menunjukkan lesi kistik antara
akar gigi 33 dan 34, bersama dengan hilangnya korteks bukal dan lingual; dan (c) ortopantomograf
menunjukkan radiolusen dengan batas yang baik dengan batas sklerotik di antara akar gigi 33 dan
34, bersamaan dengan perpindahan akar.

Terdapat gambaran radiolusen unilokuler, dengan epicenter lesi berada di lateral


akar gigi antara akar gigi 33 dan 34, localized unilateral, single, berukuran ±
1,9cm x 1,3cm, berbatas jelas sklerotik, berbentuk oval, menyebabkan
bergesernya akar gigi 33 ke arah mesial dan akar gigi 34 ke arah distal, dan
menyebabkan hilangnya ruang ligament periodontal dan terputusnya lamina dura
pada akar gigi 33 sisi distal dan akar gigi 34 sisi mesial.

Laporan Kasus
Seorang pasien pria Saudi berusia 43 tahun dilaporkan ke klinik rawat
jalan bedah mulut di Fakultas Kedokteran Gigi dan Rumah Sakit Universitas Gigi,
Universitas King Saud, dengan keluhan pembengkakan tanpa rasa sakit di daerah
premolar mandibula kiri. Meskipun riwayat menunjukkan adanya pembengkakan
selama lebih dari satu tahun tanpa gejala yang terkait, pasien lebih memilih untuk
mendapatkan konsultasi klinis karena ia khawatir tentang pembengkakan. Pasien
tidak memiliki riwayat perawatan gigi sebelumnya kecuali profilaksis oral
periodik dan tidak melaporkan komorbiditas sistemik.
Pemeriksaan Klinis dan Radiografi. Setelah pemeriksaan klinis,
pembengkakan yang dibatasi dengan baik dan fluktuatif, berdiameter sekitar 9-
12mm, diamati di persimpangan margin gingiva yang terikat bukal dan bebas di
antara kaninus mandibula kiri (33) dan gigi premolar (34) (Gambar 1).
Pembengkakan itu tidak ada keluhan, dan tidak ada fokus infeksi gigi atau
peradangan pada gigi yang terkait. Demikian pula, tidak ada kelainan yang
terdeteksi secara klinis pada aspek lingual gigi kaninus mandibula kiri dan gigi
premolar. Kedua gigi 33 dan 34 sangat penting pada pengujian dengan stimulus
dingin dan pada pengujian pulpa listrik. Pemeriksaan ekstra oral menunjukkan
tidak ada asimetri klinis, pembengkakan, atau limfadenopati. Aspirasi
pembengkakan dengan jarum bur besar menghasilkan cairan bening yang
mengindikasikan lesi kistik dan menyingkirkan abses atau lesi vaskular.
Pemeriksaan radiografi (ortopantomogram (OPG)) dari daerah tubuh
mandibula kiri menunjukkan radiolusensi yang dibatasi dengan baik, dengan batas
sklerotik di antara akar gigi 33 dan 34. Radiolusen diukur sekitar 1,5 cm superior-
inferior dan 1,2 cm mesiodistally. Meskipun akar gigi yang terkait (33 dan 34)
telah dipindahkan, tidak ada kehilangan yang jelas dari lamina dura di dalamnya.
Sinar kerucut dihitung tomografi (CBCT) dari daerah yang menarik
mengungkapkan lesi kistik antara akar kaninus mandibula kiri dan premolar,
bersama dengan resorpsi baik plat kortikal bukal dan lingual (Gambar 1).
Gambar 2: Foto-foto klinis intraoperatif menunjukkan (a) peningkatan flap mucoperiosteal dan
visualisasi kista di antara akar gigi 33 dan 34; (B) identifikasi dan enukleasi dari lapisan kistik; (C)
mencangkok rongga kista dengan tulang xenograft dan penempatan membran kolagen resorbable;
dan (d) aproksimasi kembali flap mukoperiosteal dan penutupan dengan jahitan resorbable.

Prosedur Bedah dan follow-up, Bdiagnosis klinis dan radiografi kista


periodontal lateral, pasien setuju untuk enukleasi dan kuretase lesi kistik dan
rekonstruksi primer dari lokasi defek menggunakan regenerasi tulang terpandu.
Setelah persetujuan berdasarkan informasi, dengan anestesi lokal, lesi tersebut
pembedahan didekati melalui sayatan crevicular gingiva yang memanjang dari
gigi 32 ke gigi 35. Setelah peningkatan flap mucoperiosteal, sayatan pelepas
vertikal anterior disediakan untuk visualisasi optimal dan diseksi tajam.
menggunakan gunting dilakukan dangkal ke dinding kistik untuk memisahkan
flap mucoperiosteal tanpa mengurangi integritasnya. Sementara lesi kistik
diidentifikasi dan enukleasi total, adhesi ringan pada mucoperiosteum lingual
dilepaskan melalui diseksi tumpul menggunakan kuret bedah (Gambar 2).
Setelah enukleasi dan kuretase, rongga kistik diirigasi sepenuhnya dengan
salin normal steril. Pemeriksaan klinis menunjukkan dinding tulang dengan
mucoperiosteum yang utuh pada aspek lingual, dan tidak ada resorpsi akar mesial
gigi dan distal ke lesi. Cacat residu yang ditinggalkan oleh lesi kistik kemudian
diisi dengan tulang xenograft (Bio-Oss, Geistlich Pharma, Princeton, NJ, USA)
direndam dalam larutan garam normal steril dan ditutupi oleh membran kolagen
resorbable (RCM) (Bio-Gide, Geistlich Farmasi, Princeton, NJ, AS). Flap
mucoperiosteal diaproksimasi ulang dan ditutup dengan Vicryl 4-0 jahitan
terputus (Polyglactin 910, ETHICON, Somerville, NJ, USA) (Gambar 2).
Radiografi pasca operasi mengungkapkan pengisian lengkap dari kerusakan
tulang dengan bahan graft, dan pasien dipulangkan dengan instruksi pasca operasi
spesifik dan obat antibiotik dan analgesik. Periode pasca operasi langsung tidak
lancar, dan luka operasi sembuh sangat baik. Pemeriksaan tindak lanjut pada enam
bulan dan satu tahun setelah enukleasi kista dan regenerasi tulang terpandu
menunjukkan tidak ada bukti klinis atau radiografi dari rekurensi lesi. Selain itu,
gigi 33 dan 34 masih vital selama follow-up (Gambar 3).
Pemeriksaan histopatologi. Spesimen jaringan lunak yang dieksisi segera
diperbaiki dalam formalin buffered netral 10% dan dikirim untuk pemeriksaan
histopatologi (HPE). HPE dari spesimen yang dieksisi menunjukkan lesi kistik
dilapisi di sebagian besar wilayah oleh lapisan epitel tipis yang terdiri dari satu
atau dua baris sel epitel kuboidal atau rata. Area fokus dari penebalan epitel,
dengan beberapa ruang seperti saluran yang dikelilingi oleh sel-sel kuboid dan
area-area dari orientasi sel yang berputar, juga dicatat. Sesekali jelas sel-sel dalam
lapisan bersama dengan epitel odontogenik di dinding kista juga terlihat.
Berdasarkan korelasi HPE dan klinoradiologis, diagnosis kista periodontal lateral
ditegakkan. Mempertimbangkan risiko kambuh yang rendah terkait dengan lesi,
diputuskan untuk menindak lanjuti pasien dengan seksama (Gambar 4).

Gambar 3: Foto klinis dan radiografi pasca operasi pada follow-up satu tahun menunjukkan (a)
gingiva dan periodonsium normal di antara gigi 33 dan 34; (B) radiografi periapikal dan (c)
ortopantomograf tidak menunjukkan bukti kista rekuren dan mengisi tulang lengkap antara
akar gigi 33 dan 34.

Gambaran panoramik pada satu tahun setelah kunjungan pertama, terlihat pola
tulang trabekula pada daerah gigi 33 dan 34 sudah mulai terbentuk, tapi
radiodensitasnya lebih radiopak dibanding tulang sekitarnya

Gambaran periapikal pada satu tahun setelah kunjungan pertama, terlihat pola
tulang trabekula pada daerah gigi 33 dan 34 sudah mulai terbentuk, tapi
radiodensitasnya lebih radiopak dibanding tulang sekitarnya
Diskusi
Dalam laporan ini, kasus LPC telah disajikan bersama dengan temuan
klinis, radiografi, dan histopatologis yang sesuai, di samping manajemen
utamanya dengan GBR. Laporan LPC yang terdokumentasi pertama dalam
literatur adalah sebagai sedini tahun 1958 oleh Standish dan Shafer, yang
melaporkan serangkaian lima kasus LPC yang muncul di daerah kaninus-premolar
mandibula. LPC adalah kista odontogenik perkembangan yang tidak biasa yang
terjadi dalam hubungan dengan gigi vital dan biasanya dilaporkan sebagai temuan
kebetulan selama radiografi rutin. Karena noninflamasinya bersifat asimptomatik
sampai dan kecuali lesi kistik terinfeksi sekunder. Dalam laporan kasus ini, pasien
tidak mengeluh gejala apa pun selain pembengkakan tanpa rasa sakit di daerah
kaninus-premolar mandibula kiri (gigi 33 dan 34), dan gigi yang terkait sangat
penting. Terlepas dari pembengkakan klinis, lesi itu koheren dengan presentasi
klinis klasik LPC, yaitu, pembengkakan tanpa gejala yang terkait dengan gigi vital
di daerah premolar pada pasien setengah baya (Gambar 1). Secara radiografis, lesi
tampak sebagai gambaran yang terbatas radiolusen dikelilingi oleh perbatasan
sklerotik dan tidak melanggar batas ruang ligamen periodontal dari gigi yang
berdekatan (Gambar 1). Temuan di atas sejalan dengan presentasi radiografi LPC
seperti yang dilaporkan dalam literatur Berdasarkan temuan klinis dan radiografi,
diagnosis LPC sementara dipertimbangkan dan pengobatan direncanakan sesuai.
Terlepas dari presentasi radiografi dan klinis yang membedakan, dianggap
cukup bijaksana untuk mengkonfirmasi diagnosis LPC melalui HPE. Gambaran
histopatologis yang khas dari LPC meliputi lapisan epitel non-keratin, ketebalan
1-3 sel, menyerupai epitel odontogenik, bersama dengan plak epitel dan sel-sel
bening yang kaya glikogen. Meskipun dinding jaringan ikat yang kaya kolagen
menampilkan area hialinisasi, tidak ada bukti sel inflamasi. LPC awalnya diyakini
muncul dari epitel bersandar di ruang ligamen periodontal, dengan tidak adanya
terkait stimulus inflamasi. Saat ini, dilaporkan muncul dari berkurangnya epitel
enamel, sisa-sisa lamina gigi atau sisa sel Malassez. Telah dihipotesiskan bahwa
asal LPC dapat dikorelasikan dengan jenis asal sel, berdasarkan temuan
histopatologis. Sementara kehadiran epitel non-keratin menunjuk ke asal dari
berkurangnya epitel enamel, bukti sel-sel bening yang kaya glikogen
menunjukkan hubungan dengan sisa-sisa lamina gigi. Di sisi lain, lokasi LPC
yang dilaporkan dominan dekat dengan root permukaan menyiratkan
kemungkinan asal dari sel sel Malassez. Namun demikian, tidak ada konsensus
mengenai jenis asal sel tertentu, karena semua fitur tersebut telah dijelaskan oleh
sebagian besar kasus. dilaporkan dalam literatur. Dalam kasus ini, HPE
mengungkapkan adanya lapisan tipis epitel odontogenik non-keratin, bersama
dengan sel-sel bening dan plak epitel di lapisan kistik.
Namun harus dicatat bahwa temuan HPE yang mirip dengan LPC juga
dilaporkan dalam botryoid odontogenic cyst (BOC). Berbeda dengan LPC yang
hadir sebagai radiolusen terbatas atau berbentuk air mata di antara akar gigi, BOC
muncul sebagai radiolusen multilokular dan muncul sebagai lesi multikistik pada
level makroskopik dan mikroskopis. Ini berasal namanya dari kata Yunani
"botryoid," yang berarti seperti anggur, dan dianggap sebagai varian
histopatologis LPC dengan kecenderungan yang lebih besar untuk kambuh setelah
perawatan. Meski jarang dentitas, BOC juga telah dilaporkan berkembang dari
lapisan kistik LPC yang sudah ada sebelumnya terkait dengan ekspansi intrabony
agresif. Meskipun diyakini bahwa Dewan Komisaris muncul sebagai akibat dari
perubahan LPC, juga telah dilaporkan bahwa BOC memiliki asal multisentris, di
mana beberapa LPC berkembang dalam jarak yang sangat dekat. Namun
demikian, telah ada kesepakatan dengan suara bulat tentang odontogenik umum
asal untuk LPC dan BOC. Berdasarkan hipotesis bahwa semua LPC mampu
berkembang menjadi lesi multikistik, Altini dan Shear mengusulkan klasifikasi
LPC sebagai varian unicystic, multicystic, atau botryoid, tetapi semuanya dengan
presentasi histopatologis yang serupa. Menariknya, BOC juga telah
diklasifikasikan sebagai "kista odontogenik polimorf" bersama dengan kista sialo-
odontogenik, kelenjar, dan median-mandibula karena tingkat kekambuhan mereka
yang tinggi. Oleh karena itu harus ditegaskan kembali bahwa HPE untuk
mengidentifikasi setiap mikrokista yang berkembang dalam lapisan LPC dan
dinding diperlukan untuk membedakan lesi dari varian multikistik atau botryoid
yang agresif. Dalam kasus ini, tidak ada bukti histopatologis dari pembentukan
mikrokista intraepitel, dengan demikian mengkonfirmasikan diagnosis varian LPC
unicystic (Gambar 4).

Gambar 4: Pemeriksaan histopatologis dari (a) lesi kistik yang dieksisi menunjukkan dan (b) lesi
kistik yang terdiri dari berkurangnya lapisan seperti epitel enamel yang terdiri dari satu atau dua
lapisan sel skuamosa atau kuboid pipih dan area yang agak tebal dengan daerah yang lebih padat
dengan lebih padat. sel (panah). Dinding kista tidak terinflamasi sepanjang tetapi menunjukkan
berbagai tingkat kolagenisasi dan seluler. Sel-sel dengan sitoplasma bening tersebar di seluruh
lapisan (a). (C) Bagian terfragmentasi dari lapisan menunjukkan plak seluler menebal dengan bukti
pengaturan whorled (berputar-putar) (panah biru). Sel-sel dengan sitoplasma bening juga terlihat
tersebar di plak ini. (D) Plak epitel menebal terfragmentasi lain dengan daerah yang menunjukkan
orientasi duktus (panah merah). Skala bar: 100 μm (a, c) dan 200 μm (b, d).

Pengobatan LPC unicystic biasanya melibatkan enukleasi bedah


konservatif kista dan kuretase rongga kistik untuk menghilangkan sisa-sisa. Pada
sebagian besar kasus, gigi yang terkait tetap vital dan tidak diekstraksi atau
dirawat secara endodontik. Dalam kasus ini juga, perawatan bedah serupa
dilakukan. Kedua gigi terkait (33 dan 34) secara klinis vital pada awal perawatan
dan tetap vital dan berfungsi setelah satu tahun masa tindak lanjut. Namun,
rekonstruksi primer dari rongga kistik dilakukan dengan menggunakan regenerasi
tulang dipandu (Gambar 2). Mirip dengan kasus kami, dalam beberapa kasus LPC
yang dilaporkan dalam literatur, enukleasi dan kuretase dilakukan berdasarkan
diagnosis klinis dan radiografi dan konfirmasi melalui HPE hanya dilakukan
pasca operasi. Namun demikian, sangat penting untuk mengidentifikasi dan
menyingkirkan diagnosis banding lesi odontogenik lainnya sebelum perawatan
definitif. Kista odontogenik termasuk odontogenik keratokista (OKC), kista
dentigerous, dan kista odontogenik kelenjar (GOC) telah meniru LPC dalam
presentasi mereka. Namun, odontogenik tersebut di atas kista secara klinis dan
radiografi hadir dalam hubungan dengan gigi yang impaksi dan lebih dominan di
daerah mandibula posterior. Sebaliknya, LPC yang dikonfirmasi secara
histopatologis dominan disajikan dalam ruang ligamen periodontal antara
permukaan lateral gigi, baik di daerah kaninus-premolar mandibula atau di daerah
anterior rahang atas. Mengingat tingginya tingkat kekambuhan yang terkait
dengan lesi seperti OKC dan GOC, maka dibenarkan untuk melakukan biopsi
insisional lesi kistik yang meniru LPC pada mandibular daerah posterior.
Meskipun dikelola secara konservatif, enukleasi LPC meninggalkan rongga tulang
yang signifikan dan ruang mati, yang dalam jangka panjang dapat mempengaruhi
kesehatan periodontal gigi terkait. Beberapa modalitas teknik regeneratif jaringan
telah dilaporkan untuk mencapai kesehatan periodontal pasca operasi yang
optimal setelah perawatan bedah LPC. GBR secara rutin digunakan untuk
perawatan defek tulang periodontal dan augmentasi ridge alveolar sebelum
penempatan implan, di mana regenerasi cacat osseous dicapai dalam waktu 6-10
bulan dengan penempatan bahan pengganti tulang osteokonduktif dalam cacat dan
menutupinya dengan membran penghalang. Sementara beberapa bahan
osteokonduktif termasuk hidroksiapatit, tri-kalsium fosfat, dan allograft dan
xenograft yang dideproteinisasi dilaporkan digunakan dalam GBR, lebih disukai
membran penghalang kolagen resorbable (RCM) yang disukai. Tambahan untuk
mencegah invasi jaringan fibrosa ke dalam cacat osseus, RCM memungkinkan
hemostasis dan neovaskularisasi dan mendorong perlekatan osteoblas. Dalam
kasus ini, tulang xenograft deproteinisasi turunan sapi digunakan sebagai
perancah osteokonduktif bersama dengan RCM dan pada satu tahun tindak lanjut,
pengisian tulang lengkap dari situs cacat dibuktikan secara radiografi (Gambar 3).
Selain itu, penyembuhan jaringan periodontal tanpa komplikasi juga terlihat
secara klinis, di antara gigi yang terkena.

Kesimpulan
Meskipun LPC adalah kista odontogenik perkembangan yang tidak biasa,
harus dipertimbangkan diagnosis banding jika lesi kistik lateral ke permukaan gigi
dan tanpa proses atau gejala inflamasi yang terkait. LPC Unicystic secara klinis
dan radiografi didiagnosis berdasarkan fitur karakteristik yang disebutkan
sebelumnya dapat dikelola dengan enukleasi bedah konservatif dan GBR. Namun,
studi klinis jangka panjang lebih lanjut dalam ukuran sampel yang lebih besar
harus dimandatkan untuk memastikan kemanjuran modalitas pengobatan ini.
Meski demikian, peran HPE setelah operasi enukleasi tidak boleh diabaikan dan
konfirmasi diagnosis histopatologis berfungsi sebagai tolak ukur pada follow up
sehingga terbebas dengan rekurensi.
Pembahasan
Kedua jurnal ini membahas tentang kista lateral periodontal, kasus 1 pada
pasien perempuan berusia 49 tahun, dan kasus 2 pada pasien laki-laki berusia 43
tahun. Secara umum, kista lateral periodontal terjadi pada usia dekade kedua
hingga kesembilan (rata-rata sekitar 50 tahun) dan tidak memiliki kecendrungan
ras atau jenis kelamin yang jelas, hal ini sesuai dengan usia, dan jenis kelamin
pada kedua kasus, namun tidak dijelaskan mengenai ras pasien.
Keluhan pada kedua kasus ini yaitu pembengkakan tanpa rasa sakit pada
rahang bawah kiri di daerah gigi geraham kecil sejak 3 bulan yang lalu pada kasus
1 dan lebih dari satu tahun yang lalu pada kasus 2, keduanya tidak terdapat
riwayat penyakit sistemik, namun pada kasus 1 pernah dirawat endodontik dan
pemasangan mahkota pada gigi 34 tiga tahun yang lalu. Kista lateral periodontal
biasanya tanpa gejala, tapi terkadang mengeluhkan pembengkakan yang dapat
disertai rasa sakit, dan adanya keluhan pembengkakan pada kedua kasus
merupakan hal yang jarang ditemukan. Pemeriksaan ekstraoral pada kedua kasus
menunjukkan tidak terdapat asimetri, pembengkakan, atau limfadenopati.
Umumnya pada kista lateral periodontal tidak terdapat kelainan pada gambaran
klinis ekstraoral, dan hal ini sesuai dengan kasus. Pemeriksaan intraoral pada
kedua kasus terdapat pembengkakan tanpa rasa sakit, berbatas jelas dan fluktuatif,
yang terlihat di bukal attached junction dan margin free gingiva diantara gigi 33
dan 34 dengan gigi 33 vital. Pada kasus 1 berdiameter 10 mm dan tidak terdapat
kegoyangan, pada kasus 2 berdiameter 9-12 mm dengan gigi 34 vital dan tidak
terdapat kelainan. Umumnya temuan intraoral kista lateral periodontal terlihat
mukosa normal dan gigi yang terkait vital, namun pada kedua kasus terdapat
pembengkakan yang kemungkinan terjadi karena lesi yang besar.
Gambaran radiografi pada kedua kasus berupa radiolusen unilokuler
dengan epicenter lesi berada di lateral akar diantara kaninus dan premolar rahang
bawah, berbatas jelas sklerotik, sehingga radiodiagnosisnya adalah kista lateral
periodontal. Kista lateral periodontal umumnya berukuran kurang dari 1 cm,
namun pada kasus 2 berukuran lebih dari 1 cm dan menyebabkan pergeseran akar
gigi yang mana hal ini tidak umum terjadi. Pada kedua kasus dilakukan
pemeriksaan CBCT karena dapat menghasilkan gambaran 3 dimensi dengan lapis
perlapis secara detail dan akurat yang bertujuan untuk melihat perluasan lesi ke
tulang kortikal bukal dan lingual, mendeteksi kedekatan lesi terhadap gigi, dan
melihat perforasi lesi ke tulang kortikal bukal dan lingual, sehingga dapat
membantu merencanakan perawatan yang akan dilakukan. Hasil pemeriksaan
CBCT pada kasus 1 menunjukkan adanya resorpsi tulang yang luas pada tulang
kortikal bagian lingual sekitar 7,5 mm dari cemento enamel junction, dan terdapat
gambaran berupa bayangan jaringan lunak dari pertumbuhan sesil pembesaran
gingiva yang berbatas jelas pada aspek lingual di 1/3 servikal hingga tengah gigi
34, pada kasus 2 menunjukkan adanya lesi kistik di antara akar gigi 33 dan 34
disertai resorpsi tulang kortikal bukal dan lingual.
Diagnosis banding untuk kedua kasus ini adalah Small Odontogenic
Keratocyst (KOTs) karena menunjukkan gambaran radiolusen unilokular,
memiliki batas tepi well defined terkortikasi, berbentuk bulat, menyebabkan
displacement gigi, resorpsi akar eksternal, dan ekspansi tulang kortikal . Small
Odontogenic Keratocyst (KOTs) biasanya berada di badan mandibula bagian
posterior dari gigi kaninus (90%), sedangkan pada kedua kasus ini berada di
lateral akar gigi antara akar gigi kaninus dan premolar sehingga tidak didiagnosis
sebagai Small Odontogenic Keratocyst (KOTs).
Pemeriksaan penunjang pada kedua kasus ini berupa pemeriksaan
histopatologi melalui biopsi eksisi pada kista, yang bertujuan untuk menegakkan
diagnosis yang tepat. Hasil pemeriksaan pada kasus 1 menunjukkan lumen kistik
dilapisi 2-3 lapis sel kuboid non-keratin yang menyerupai epitel enamel tereduksi,
lapisan epitel menunjukkan sel-sel yang jelas, penebalan/plak yang terlokalisir
menonjol ke dalam rongga kistik, pada kasus 2 menunjukkan lesi kistik yang
dilapisi epitel tipis yang terdiri dari 1-2 lapis sel kuboid, fokal area penebalan
epitel, dengan beberapa ruang seperti saluran yang dikelilingi oleh sel kuboid dan
orientasi sel. Gambaran histopatologis kista lateral periodontal umumnya
menunjukkan rongga kistik kecil yang didukung oleh dinding jaringan ikat tipis
yang tidak mengalami inflamasi, dilapisi epitel squamosa berlapis non-keratin 2-3
lapis sel epitel pipih dan menyerupai sel epitel enamel tereduksi, fokal area dari
plak serta beberapa lipatan papiler pada dinding biasanya terlihat, sama seperti
hasil pemeriksaan pada kedua kasus, sehingga diagnosis dari kedua kasus yaitu
kista lateral periodontal.
Perawatan kista lateral periodontal bertujuan untuk menghilangkan faktor
penyebab, pada kasus 1 dilakukan eksisi pada lesi dan dilanjutkan dengan
prosedur gingivektomi di area tersebut untuk menghilangkan enlargement dan
juga dilakukan kuretase, kemudian suturing dan dressing periodontal, serta
pemberian antibiotik dan analgesik pasca bedah. Pada kasus 2 dilakukan prosedur
bedah berupa enukleasi dan kuretase, selanjutnya rongga kistik diirigasi dengan
normal saline, kemudian kerusakan tulang yang disebabkan lesi kistik tersebut
dilakukan bonegraft berupa xenograft, serta pemberian antibiotik dan analgesic
pasca bedah
Follow up bertujuan mengevaluasi penyembuhan tulang dan melihat
apakah terjadi rekurensi pada lesi tersebut. Pemeriksaan radiografi follow-up
kedua kasus dilakukan setelah 1 bulan dan 1 tahun. Gambaran radiografi follow-
up kedua kasus sama-sama menunjukkan adanya pola tulang trabekula yang sudah
mulai terbentuk. Pada kasus 1 terlihat pola tulang trabekula pada daerah gigi 33
dan 34 sudah mulai terbentuk, tapi radiodensitasnya lebih radiolusen dibanding
tulang sekitarnya, selain itu ruang ligament periodontal dan lamina dura pada 1/3
tengah akar gigi 33 sisi distal dan gigi 34 sisi mesial sudah terbentuk. Pada kasus
2 terlihat pola tulang trabekula pada daerah gigi 33 dan 34 sudah mulai terbentuk,
tapi radiodensitasnya lebih radiopak dibanding tulang sekitarnya.

Kesimpulan
Radiodiagnosis kedua kasus adalah kista lateral periodontal berdasarkan
temuan radiografis yaitu gambaran radiolusen unilokular, berbatas jelas sklerotik
pada lateral akar gigi. Pada kedua kasus ditemukan gambaran radiolusen berbatas
tepi sklerotik di lateral akar antara akar gigi 33 dan 34 unilokular radiolusen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ravikiran O, Praveen BN. Textbook of Oral Medicine, Oral Diagnosis and
Oral Radiology - E-Book.2th.ed. 2013
2. Stuart CW, Michael JP. Oral Radiology Principles and Interpretation.
7th.ed. 2014
3. Mervyn S, Paul MS. Cysts of the Oral and Maxillofacial Regions. 4 th.ed.
2006
4. Rajendran R, Sivapathasundharam B. Shafer'S Textbook Of Oral
Pathology.6th.ed.2009
5. Leslie D, Nancy WB. General and Oral Pathology for the Dental
Hygienist. Second Edition. 2013
6. Swapan KP. Essentials of Oral Pathology. Jaypee brothers medical
publishers (P) LTD. 3th.ed.2011
7. Orrett EO, Richard HH. Oral and Maxillofacial Surgery Clinics. 2012.
24(2).
8. Koenig. Diagnostic Imaging Oral and Maxillofacial. 2th ed. 2017
9. Anil GG, Savita AG. Textbook of Oral Radiology. 2th ed.2016
10. Freny RK. Essentials of Oral and Maxillofacial. 1th ed. 2014
11. E.W.Odell. Cawson’s Essentials of Oral Pathology nd Oral Medicine. 9 th
ed. 2017
12. Regezi. Oral Pathology Clinical Pathologic Correlations. 7th ed. 2017
13. Nevill dkk. Oral and Maxillofacial Pathology. 4th.ed. 2016.
14. James RH, Edward EL, Myron RT. Cntemporary Oral and Maxillofacial
Surgery. 7th,ed. 2019.
15. Paul WF dkk. Cumming Otolaryngology Head and Neck Surgery. 7 th.ed.
2015.
16. Buchholzer S dkk. Atypical presentation of lateral periodontal cyst
associated with impacted teeth: two case reports. BMC Oral Health.
(2021) 21:178.

Anda mungkin juga menyukai