PENDAHULUAN
perhatian dari tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi. Riset
rata penduduk Indonesia bermasalah gigi dan mulut sebesar 25,9%.1 Prevalensi
kesehatan gigi dan mulut di kota Palembang sendiri sebesar 30,7% yang
kabupaten atau kota yang berada di Sumatera Selatan.2 Penyakit rongga mulut
yang banyak diderita masyarakat Palembang adalah karies gigi. Berdasarkan data
profil kesehatan Kota Palembang tahun 2014, sebanyak 10.875 orang didata telah
melakukan tindakan restorasi gigi dan sebanyak 14.008 orang didata telah
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan untuk restorasi gigi
yaitu seberapa luas jaringan karies yang terjadi.5 Karies yang terjadi di proksimal
1
2
bahan restorasi. GIC digunakan karena memiliki beberapa keunggulan antara lain
ikatan dengan jaringan gigi yang baik, dapat melepas fluor, estetik baik,
bubuk dan cairan. BubukGIC adalah kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut
Kelarutan yang tinggi merupakan salah satu sifat dari semen-semen gigi
tidak terkecuali GIC, yang dapat berakibat hilangnya bahan tersebut di dalam
mulut. Faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain komposisi semen,
Kemampuan material dalam menyerap air dan larut dalam air dapat
Salah satu jenis minuman yang bersifat asam dan banyak dikonsumsi saat
Indonesia tahun 2012, penjualan produk minuman isotonik meningkat 20% tiap
yang tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan rasa dan ketahanan produk.
Gatorade Perform dapat mempengaruhi sifat mekanik GIC seperti kekuatan GIC,
pelepasan fluoride dan kekasaran permukaan GIC.15 Kondisi yang asam pada
pasaran Indonesia .
TINJAUAN PUSTAKA
GIC pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1972.
Saat ini, GIC digunakan sebagai material pengisi untuk basis kavitas serta untuk
pengisian saluran akar dan sebagai luting agent untuk restorasi tidak langsung
seperti inlays, mahkota, dan jembatan. GIC juga dapat digunakan sebagai bahan
GIC memiliki beberapa keunggulan antara lain ikatan dengan jaringan gigi
yang baik, dapat melepas fluoride, estetik baik, biokompatibel, translusen dan
bersifat antibakteri.6 Adhesi pada enamel dan dentin membuat GIC dianggap
biasanya terdiri dari asam poliakrilat (47,5%) dengan berat molekul sekitar 10.000
D (atau lebih tinggi) dan tambahan asam polikarboksilat seperti asam maleat,
5
6
Ukuran dan distribusi partikel kaca sangat menentukan sifat mekanik dan
optik dari semen. Bahan dengan tekstur partikel yang halus digunakan sebagai
luting agent, sedangkan semen dengan partikel yang lebih besar digunakan
sebagai bahan restorasi karies, seperti restorasi karies di bagian servikal. Partikel
untuk melepaskan kation dan ion fluor. Ion-ion tersebut berupa metal fluor
kompleks, bereaksi dengan polianion untuk membentuk matriks gel garam. Ion
Al3+ tampaknya menjadi terikat, menghasilkan matriks yang tahan terhadap aliran,
serangan proton. Ion fluor dan fosfat membentuk garam kompleks yang tidak
larut.17
memiliki rasio bubuk/cairan 3,3:1 hingga 3,4: 1. Bubuk dan cairan diletakkan di
atas kertas atau lempengan kaca. Bubuk tersebut dibagi menjadi dua bagian yang
pencampuran sekitar 2 menit pada suhu kamar (230C). GIC sangat sensitif
jika berkontak dengan air selama proses pengerasan. Area tesebut harus
(sekitar 7 menit), margin semen dilapisi dengan agen pelapis yang telah
disediakan.17
(base/liner)
Glass ionomer
- 2,5-6,0 130 0,05 0,35-0,90 2 100
(restorative)
dingin, tetapi teknik ini memiliki efek buruk pada kekuatan GIC.17
GIC.17
II.1.1.4.3 Kekuatan
Kekuatan tekan setelah 24 jam dari GIC berkisar antara 90 hingga 230
MPa dan lebih besar dari seng semen fosfat. Nilai kekuatan tarik mirip dengan
semen seng fosfat. Tidak seperti semen seng poliakrilat, GIC memperlihatkan
Modulus elastisitas GIC kurang dari semen seng fosfat, tetapi lebih dari
semen seng poliakrilat. Kekuatan GIC meningkat lebih cepat ketika semen
dilaporkan antara 1-3 MPa. Kekuatan ikat GIC ke dentin sedikit lebih rendah
daripada semen seng poliakrilat, hal ini disebabkan karena sensitivitas GIC
asam kondisioner yang diikuti oleh pengaplikasian larutan encer FeCl3. GIC
berikatan baik dengan enamel, stainless steel, timah yang beroksidasi dengan
mekanisme yang berbeda akan terjadi. Pertama akan terjadi penyerapan air yang
GIC memiliki kelemahan utama yaitu sensitif terhadap kelembaban sampai pada
akhir reaksi pengerasannya. Hal ini dapat dikaitkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dr. Shiji Dinakaran dari tinggi nya nilai penyerapan air dan
kelarutan GIC dalam kelima media pencelupan.Hal ini terjadi ketika air yang
Nilai kelarutan GIC yang diukur dalam air secara substansial lebih tinggi
dari semen lainnya.Namun, saat ini GIC diuji dalam asam (0,001 N asam laktat),
nilainya sangat rendah dibandingkan dengan nilai untuk semen seng fosfat dan
osmolalitas yang mirip dengan cairan tubuh (darah), sekitar 280 mosm/kg
(eklektrolit), seperti natrium, kalium, klorida, posfat serta perisa buah. Komponen
utama dari minuman isotonik ini adalah air sebagai pengganti cairan tubuh,
karbohidrat sebagai penyuplai energi “siap saji” dan mineral sebagai pengganti
II.1.2.1.1 Karbohidrat
II.1.2.1.2 Elektrolit
alami dan juga digunakan untuk menambah rasa untuk makanan dan minuman
ringan.Asam sitrat terdapat dalam berbagai buah dan sayuran, terutama buah
jeruk.20
Asam sitrat adalah salah satu asam yang paling kuat karena sifat kekuatan
chelating nya, yang menyebabkan kelarutan pada kalsium dari saliva dan
potensial aditif erosif dari ion proton yang dilepaskannya.Telah banyak penelitian
12
yang menyatakan bahwa minuman yang mengandung asam sitrat dan memiliki
olahraga yang mengandung asam sitrat atau asam maleat. Dapat Minuman yang
mengandung asam sitrat dipastikan memiliki potensi erosif yang lebih tinggi
II.1.2.1.3Natrium Benzoat
efektif pada pH 2,5-4 sehingga banyak digunakan pada makanan atau minuman
dan kecap adalah 600 mg/kg, sedangkan pada sari buah, saus, jeli, manisan dan
Istilah pH berasal dari kombinasi "p" untuk kata power dan "H" untuk
simbol dari elemen Hidrogen.Jika kedua istilah tersebut digabung maka pH adalah
13
kekuatan hidrogen.pH berfungsi sebagai cara yang nyaman dan mudah untuk
membandingkan keasaman atau alkalinitas dari suatu larutan pada suhu tertentu.23
digambarkan sebagai asam karena aktivitas ion hidrogen lebih besar dari
dikaitkan dengan berbagai faktor termasuk karakteristik matriks, rasio dan ukuran
GIC biasanya tidak stabil secara hidrolisis yaitu pada tahap awal
pengerasan saat terpapar udara.GIC dapat menyerap air bila terpapar kelembaban,
yaitu kehilangan air dan atau penyerapan pada tahap awal reaksi pengerasan.24
GIC sensitif terhadap air dan mampu menyerap cairan asam bersama
permukaan (Ra). Tingkat keasaman yang tinggi pada larutan yang mengandung
asam sitrat / karboksilat, mampu menyebakan chelating ion pada komponen GIC,
seperti kalsium (Ca) dan membentuk kompleks kelarutan yang cukup di dalam
air.25
beberapa bahan material gigi yaitu sebesar 0,2 μm yang dapat meningkatkan
kolonisasi bakteri. Kekasaran permukaan yang lebih tinggi dari 0,2 μm secara
resiko karies.24
bawah 1 μm.24
15
II.3 Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
III.2.1 Waktu
III.2.2Tempat
dengan ukuran diameter 10 mm dan tebal 2 mm.15 Subjek yang diuji tidak porus,
17
III.4 Jumlah Sampel
Keterangan :
n : jumlah sampel
Ϭ : simpang baku sampel
Z : nilai pada tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi
Z1-α /2 : α : 0,05 : 1,96
Z1-β : β : 1,28 dengan power 90%
µ1 : rata-rata perlakuan I
µ2 : rata-rata perlakuan II
n = 2(0,2)2 (1,96+1,28)2
(0,7-1,02)2
n = 2(0,04) (10,49)
(0,40)
n = 0,83
(0,10)
n =8
penelitian ini.
Pembagian kelompok sampel adalah sebagai berikut :
Sweatselama 24 jam
selama 24 jam
selama 24 jam
Minuman isotonik
Kekasaran permukaan GIC
dengan pH antara 3-4
III.8 Alat dan Bahan
1. Cetakan sampel yang terbuat dari kaca akrilik berbentuk cakram dengan
3. Milar strip
4. pH meter
5. Gelasbeker
6. Scalpel
7. Benang jahit
8. Kawat
9. Stopwatch
14. Amalgamator
Osaka, Sukabumi-Indonessia.
3. Minuman isotonik merek Iso Plusproduksi PT. Tirta Alam Segar, Bekasi-
Indonessia.
Indonessia.
4. Aquadest
Gambar 2. (a) GIC Tipe II (Fuji IX) (b)Pocari Sweat(c)Vitazone (d) Mizone
meter.
III.9.2 Pembuatan Sampel
Pembuatan sampel dilakukan dengan cara bubuk dan cairan GIC dicampur
di atas mixing slab (rasio 1:1 sesuai dengan instruksi pabrik).Sebelum diaduk,
diaduk dengan gerak melipat (rolling) sampai konsistensi seperti dempul (waktu
permukaan rata dan halus, kemudian beban diangkat dan sampel dibiarkan sampai
mengeras kurang lebih 3-4 menit. Setelah mengeras, sampel dilepaskan dari
beker yang digunakan sebanyak 4 buah, kemudian diisi dengan ketiga merk
dikaitkan pada pinggiran sampel GIC kemudian benang diikat pada kawat dan
diletakkan di atas gelas beker dengan posisi benang digantung vertikal dengan
tinggi yang berbeda agar sampel tidak saling kontak. Semua bagian sampel harus
perhitungan khusus.Durasi minuman isotonik per satu kali konsumsi dari hasil
pengamatan peneliti adalah kurang lebih 1 menit. Melihat efek erosi pada
= ±24 jam/hari
pengukuran awal kekasaran permukaan GIC, yaitu selama kurang lebih 24 jam
setelah proses pengerasan GIC. Pengukuran awal kekasaran permukaan (pre test)
dilakukan sebanyak 3 kali di permukaan yang sama tetapi di lokasi yang berbeda
menggunakan tipex.
minuman isotonik (post test) sebanyak 3 kali pada setiap sampel di permukaan
yang sama dengan permukaan saat pengukuran awal (pre test). Cara pengukuran
dari ujung sampel yang telah ditandai. Panjang tracing sebesar 2 mm, kecepatan
jarum 0,25 mm/detik, dan kedalaman jarum 0,3 mm. 26 Setelah dilakukan
pengukuran, pada layar LCD alat akan tertera angka kekasaran permukaan sampel
dalam satuan mikrometer (μm). Nilai yang didapat dirata-ratakan sebagai nilai
kekasaran permukaan.
mengetahui normal atau tidaknya distribusi data serta tingkat homogenitas data
tersebut. Uji normalitas dilakukan dengan uji Saphiro Wilk untuk sampel <50
berdistribusi normal dan homogen, uji paired t-test digunakan untuk mengetahui
minuman isotonik.
3.11 Alur Penelitian
Pengumpulan data
Analisis data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
dalam minuman isotonik telah dilakukan pada 21 Januari 2019 sampai dengan 8
Sriwijaya. Tiga puluh dua sampel GIC dengan ukuran diameter 10 mm dan tebal 2
isotonik merek Pocari Sweat, kelompok B direndam di dalam Iso Plus, kelompok
Aquadest).
tabel 2.
dalam miuman isotonik (pretest) dan setelah direndam dalam minuman isotonik
E-MC-S24B Japan. Nilai rata-rata kekasaran permukaan GIC sebelum dan setelah
Tabel 3. Hasil rata-rata dan simpang baku kekasaran permukaan GIC pada setiap
kelompok sebelum dan sesudah perlakuan (µm).
X SB
Kelompok Jenis minuman N
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
A Pocari Sweat 8 0,4562 1,3450 0,06301 0,14132
B Iso Plus 8 0,4688 1,7213 0,08340 0,06875
C Mizone 8 0,4050 1,1325 0,05782 0,02605
D Aquadest 8 0,4288 0,5188 0,09523 0,06198
Keterangan :
N : Jumlah sampel
sampel pada pretest tidak jauh berbeda, sedangkan pada posttest nilai rata-
Sig: Significance
Distribusi data pada penelitian ini normal sehingga dilanjutkan dengan uji
Jenis
Kelompok N Sig
minuman
A Pocari Sweat 8 0,000
B Iso Plus 8 0,000
C Mizone 8 0,000
D Aquadest 8 0,27
Keterangan :
N : Jumlah sampel
Sig: Significance
Hasil uji paired t-test pada kelompok kontrol di tabel 5 menunjukkan
angka probabilitas sebesar 0,27 (p>0,05), yang menunjukkan bahwa tidak ada
kontrol). Selanjutnya, hasil uji paired t-test pada kelompok A,B dan C
pada uji paired t-test, maka hipotesis penelitian ini dapat diterima.
IV.2 Pembahasan
Kekasaran permukaan pada bahan restorasi menyediakan tempat
bahan restorasi GIC sebanyak 32 sampel dengan diameter 10mm dan tebal
permukaannya (posttest).
B (Iso Plus) memiliki nilai kekasaran permukaan yang paling tinggi diantara
semua kelompok penelitian. Hal ini dikarenakan minuman isotonik merek Iso
Plus memiliki nilai pH yang paling rendah dibandingkan minuman isotonik merek
Pocari Sweat dan Mizone. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Beresescu G et al dimana GIC yang belum terpapar saliva buatan dengan pH
perendaman.9
ion-ion dari GIC yang akan membentuk porus sehingga meningkatkan kekasaran
bahwa minuman asam dengan pH≤5,5 (pH kritis) dapat menyebabkan erosi pada
gigi maupun material kedokteran gigi sehingga menimbulkan kekasaran
permukaan.30
keasaman yang cukup rendah yaitu antara 3-4. Asam sitrat memiliki daya
erosif yangs angat tinggi.31 Adanya sifat erosif yang sangat tinggi dari
tersebut.15
Glass Ionomer Cement (GIC) terdiri dari kaca aluminosilikat dan asam
poliakrislat. Awalnya, saat ion hidrogen (H+) yang berasal dari minuman
partikel kaca yang masih halus. Hal ini menyebabkan kation-kation pada
permukaan kaca seperti Ca2+, Na+ dan Al3+ yang sebelumnya berikatan dengan
asam poliakrilat akan terlepas dan keluar dari GIC sehingga terbentuk pori-pori
kecil pada permukaan kaca.7 Semakin lama direndam, maka akan semakin banyak
ion H+ yang masuk ke dalam partikel kaca dan semakin banyak pula kation-kation
DAFTAR PUSTAKA
1. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI. Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) tahun 2013.
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI.RISKESDAS Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013.
3. Profil Kesehatan Kota Palembang tahun 2014.
4. Harsty,F.J dan Ogston R..1995. Kamus Kedokteran Gigi (terj.). EGC: Jakarta,
h.313.
5. Davidson L.C. Advances in glass-ionomer cements. Journal of Minimum
Intervention In Dentistry 2009;2(1):3-15.
6. Anusavice, K.J. 2003. Philips Science of Dental Materials 11nd ed. Saunders
Elsevier : Afrika.
7. Noort, R.V. 2003. Introduction to Dental Material 4nd ed. CV Mosby Company :
London.
8. Victoria, L.A et al. Changes in Water Sorption and Solubility of Dental
Adhesive Systems After Cigarette Smoke.Journal Hindawi Publication
Corporation 2013 : 1-5
9. Beresescu G and Breszeanu L.C. Effect of Atificial Saliva on the Surface
Roughness of Glass Ionomer Cement. Scientific Bulletin 2011;8(2):134-136
10. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Available from :
http://www.kemenperin.go.id/artikel/2907/Bisnis-Minuman-Isotonik-Capai-Rp-
4,2-Triliun
11. Safriani Fadhillah. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Konsumsi Minuman Ringan (soft drink) pada Siswa SMA di Bogor. Skripsi
Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor.
12. Cochrane N, Yuan Y, Walker G, Shen P, Chang CH, Reynolds C, et. al. Erosive
potential of sport beverages. Australian Dental Journal 2012;57:1-6.
13. Coombes JS. Sport drinks and dental. American Journal of Dentistry
2005;18:101-104.
14. Gafar PA, Heryani S. Pengembangan proses pengelolaan minuman nira aren
dengan tehnik ultrafiltrasi dan deodorisasi. Jurnal Hasil Penelitian Industri
2012;25:1-10.
15. Hamouda Ibrahim. Influence of Sport Beverages on the Properties of Dental
Restorative Glass Ionomers. 2016. College of Dentistry, Umm Al-Qura
University, Saudi Arabia. p. 2-5
16. Schmalz G, Binslev DA. 2009. Biocompatibility of Dental Materials. Springer :
Germany.
17. Craig RG, Powers JM. 2002. Restorative Materials 11thed. A Harcourt Health
Sciences Company : London
18. Shiji D. Sorption and Solubility Characteristics of Compomer, Conventional and
Resin Modified Glass-Ionomer Immersed In Various Media. IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS). Vol 13, no 3 Ver. I. (Mar. 2014), PP
41-45
19. Koswara S. 2009. Minuman Isotonik. Ebook Pangan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
20. Penniston KL, SY Nakada, Holmes RP, DG Assimos. 2008. Quantitative
assessment of citrid acid in lemon juice, lime juice and commercially-available
fruit juice products. J Endo; vol 22, no 3, p.567-570
21. Erdemir Y, et al.Effects of energy and sports drinks on tooth structures and
restorative materials. World J Stomatol 2016 February 20; 5(1): 1-7
22. Irna W, Guntarti A. Penetapan Kadar Asam Benzoat Dalam Beberapa Merk
Dagang Minuman Ringan Secara Spektrofotometri Ultraviolet. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian, Vol. 2, No. 2, 2012 : 111 - 118
23. Thermo Scientific. 2014. pH Measurement Handbook. Thermo Scientific : US
24. Cristiane R, Cilense AC. Surface Roughness of Glass Ionomer Cements Indicated
for Atraumatic Restorative Treatment (ART). Braz Dent J (2006) 17(2): 106-109
25. Samadani KH. Influence of Energy Beverages on the Surface Texture of Glass
Ionomer Restorative Materials. The Journal of Contemporary Dental Practice,
October 2017;18(10):937-942
26. Lameshow S, Horner D.W, Klar J. 1990. Adequency of sample size in health
studies. Courier International Ltd, England. p. 39.
27. Diansari V, Setya DN, Moulinda C. Evaluasi Kekasaran Permukaan Glass
Ionomer Cement Konvensional Setelah Perendaman Dalam Minuman
Berkarbonasi. Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116
28. Lolita P. 2011. Deteksi Perubahan Warna Resin Komposit Hybrid Setelah
Direndam Khlorheksidin Glukonat 0,2% Menggunakan Sensor Fotodioda. Skripsi
Ilmu Material Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
29. Jain P, Agustin M. 2012. A comparison of sports and energy drink-
Physiochemical properties and enamel dissolution. J Academy of General
Dentistry; 1-14
30. Wongkhantee S, Patanapiradej V, Maneenut D, Tantbiroj D. Effect of Acidic
Food and Drinks on Surface Hardness of Enamel, Dentine and Tooth- Coloured
Filling Materials. Journal of Dentistry. 2005: 1-7.
31. Brown CJ, Smith G, Shaw L, Parry J, Smith AJ. The erosive potential of
flavoured sparkling water drinks. Int J Paediatr Dent. 2007; 17(2):86-91.