Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih perlu mendapatkan

perhatian dari tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi. Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 melaporkan bahwa prevalensi rata-

rata penduduk Indonesia bermasalah gigi dan mulut sebesar 25,9%.1 Prevalensi

kesehatan gigi dan mulut di kota Palembang sendiri sebesar 30,7% yang

merupakan prevalensi permasalahan kesehatan gigi dan mulut tertinggi dari

kabupaten atau kota yang berada di Sumatera Selatan.2 Penyakit rongga mulut

yang banyak diderita masyarakat Palembang adalah karies gigi. Berdasarkan data

profil kesehatan Kota Palembang tahun 2014, sebanyak 10.875 orang didata telah

melakukan tindakan restorasi gigi dan sebanyak 14.008 orang didata telah

melakukan tindakan pencabutan gigi.3 Salah satu penatalaksanaan karies gigi

yaitu dengan melakukan tindakan restorasi gigi untuk mengembalikan bentuk,

fungsi, dan penampilan gigi.4

Bahan restorasi yang didasarkan pada estetika dan sifat

biokompatibilitasnya yaitu bahan restorasi glass ionomer cement (GIC).Salah satu

faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan untuk restorasi gigi

yaitu seberapa luas jaringan karies yang terjadi.5 Karies yang terjadi di proksimal

gigi anterior dan servikal gigi biasanya menggunakan GIC sebagai

1
2

bahan restorasi. GIC digunakan karena memiliki beberapa keunggulan antara lain

ikatan dengan jaringan gigi yang baik, dapat melepas fluor, estetik baik,

biokompatibel, translusen, dan bersifat antibakteri.Kemasan GIC terdiri dari

bubuk dan cairan. BubukGIC adalah kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut

dalam cairan asam poliakrilat.6

Kelarutan yang tinggi merupakan salah satu sifat dari semen-semen gigi

tidak terkecuali GIC, yang dapat berakibat hilangnya bahan tersebut di dalam

mulut. Faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain komposisi semen,

teknik yang dilakukan di dalam klinik, dan kondisi lingkungan mulut. 7

Kemampuan material dalam menyerap air dan larut dalam air dapat

mempengaruhi kelenturan, kekuatan tekan, dan kekasaran permukaan bahan

restorasi.8Kekasaran permukaan pada bahan restorasi menyediakan tempat untuk

bakteri mengalami adhesi. Keadaan tersebut dapat meningkatkan kemungkinan

kolonisasi bakteri dan maturasi plak yang dapat memperbesar kemungkinan

terjadinya karies sekunder dan inflamasi pada jaringan periodontal.9

Salah satu jenis minuman yang bersifat asam dan banyak dikonsumsi saat

ini yaitu minuman isotonik.Berdasarkan data Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia tahun 2012, penjualan produk minuman isotonik meningkat 20% tiap

tahunnya. Kenaikan tersebut terjadi seiring meningkatnya permintaan masyarakat

akan produk minuman isotonik.10Frekuensi konsumsi minuman isotonik

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa IPB menempati posisi

kedua terbanyak dikonsumsi dibandingkan minuman ringan lainnya.11Minuman

istonik mengandung karbohidrat danelektrolit yang dikonsumsi untuk


3

meningkatkan stamina tubuh, mencegah dehidrasi dan meningkatkan elektrolit

yang hilang saat berkeringat.12,13Minuman isotonik memiliki kandungan asam

yang tinggi yang berfungsi untuk meningkatkan rasa dan ketahanan produk.

Badan Standarisasi Nasional (BSN) menyatakan bahwa tingkat keasaman dalam

minuman isotonik berada pada level pH maksimal 4.14

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim Hamouda et al.

menyebutkan bahwa minuman isotonik dengan merek dagang Pocari Sweatdan

Gatorade Perform dapat mempengaruhi sifat mekanik GIC seperti kekuatan GIC,

pelepasan fluoride dan kekasaran permukaan GIC.15 Kondisi yang asam pada

minuman isotonik dikhawatirkan dapat meningkatkan kekasaran permukaan pada

GIC, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat kekasaran

permukaan GIC setelah perendaman di dalam minuman isotonik yang beredar di

pasaran Indonesia .

I.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan kekasaran permukaan GIC setelah perendaman

di dalam minuman isotonik?

I.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui perbedaan kekasaran permukaan GIC setelah perendaman di

dalam minuman isotonik.

I.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :

1. Informasi di bidang kedokteran gigi mengenai perbedaan kekasaran

permukaan GIC setelah perendaman di dalam minuman isotonik.


4

2. Informasi kepada pemakai tumpatan GICyang memiliki kebiasaan

mengonsumsi minuman isotonik terhadap kekasaran permukaan GIC.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Telaah Pustaka

II.1.1 Glass Ionomer Cement (GIC)

GIC pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1972.

Saat ini, GIC digunakan sebagai material pengisi untuk basis kavitas serta untuk

pengisian saluran akar dan sebagai luting agent untuk restorasi tidak langsung

seperti inlays, mahkota, dan jembatan. GIC juga dapat digunakan sebagai bahan

pit dan fissure sealant.16

GIC memiliki beberapa keunggulan antara lain ikatan dengan jaringan gigi

yang baik, dapat melepas fluoride, estetik baik, biokompatibel, translusen dan

bersifat antibakteri.6 Adhesi pada enamel dan dentin membuat GIC dianggap

menarik untuk diaplikasikan dalam bidang kedokteran gigi.16

II.1.1.1 Komposisi GIC

GIC terdiri dari bubukdan cairan.Bubuk GIC sendiri mengandung kalsium

fluoroaluminosilikat (SiO2, Al2O3, CaF2, Na3AlF6, AlF3, AlPO4). Cairan GIC

biasanya terdiri dari asam poliakrilat (47,5%) dengan berat molekul sekitar 10.000

D (atau lebih tinggi) dan tambahan asam polikarboksilat seperti asam maleat,

asam tartarat, dan asam itakonik.16,17

5
6

Ukuran dan distribusi partikel kaca sangat menentukan sifat mekanik dan

optik dari semen. Bahan dengan tekstur partikel yang halus digunakan sebagai

luting agent, sedangkan semen dengan partikel yang lebih besar digunakan

sebagai bahan restorasi karies, seperti restorasi karies di bagian servikal. Partikel

padat yang dikemas menghasilkan bahan dengan mekanis yang meningkatkan

karakteristik. Disarankan untuk melakukan pra perawatan pada kavitas secara

singkat (15-20 detik) dengan asam poliakrilat secara berurutan untuk

menghilangkan lapisan smear, meningkatkan kelembaban dentin, dan

meningkatkan adhesi antara dentin dan GIC.16

II.1.1.2 Reaksi Pengerasan GIC

Reaksi pengerasan pada GIC terjadi ketika polyacid menyerang kaca

untuk melepaskan kation dan ion fluor. Ion-ion tersebut berupa metal fluor

kompleks, bereaksi dengan polianion untuk membentuk matriks gel garam. Ion

Al3+ tampaknya menjadi terikat, menghasilkan matriks yang tahan terhadap aliran,

tidak seperti matriks zinc polyacrylate.17

Selama awal reaksi pengerasan di 3 jam pertama, ion kalsium bereaksi

dengan rantai polikarboksilat. Selanjutnya, ion aluminium trivalent bereaksi

setidaknya selama 48 jam.Antara 20% dan 30% kaca didekomposisi oleh

serangan proton. Ion fluor dan fosfat membentuk garam kompleks yang tidak

larut.17

II.1.1.3 Manipulasi GIC

GIC dicampur dengan lebih Cbanyak cairan asam karboksilat untuk

mendapatkan konsistensi yang kental dengan rasio bubuk/cairan 1,3: 1 hingga


7

1,35: 1, sedangkan pencampuran untuk mendapatkan konsistensi seperti air

memiliki rasio bubuk/cairan 3,3:1 hingga 3,4: 1. Bubuk dan cairan diletakkan di

atas kertas atau lempengan kaca. Bubuk tersebut dibagi menjadi dua bagian yang

sama. Bagian pertama diaduk ke dalam cairandengan spatula semen sebelum

bagian kedua ditambahkan.16 Waktu pencampuran yaitu 30 hingga 60 detik.17

Produk GIC yang berbentuk kapsul biasanya dicampur selama 10

detik secara pencampuran mekanis dan diaplikasikan langsung ke gigi dan

restorasi. Semen harus segera diaplikasikan karena waktu kerja setelah

pencampuran sekitar 2 menit pada suhu kamar (230C). GIC sangat sensitif

jika berkontak dengan air selama proses pengerasan. Area tesebut harus

diisolasi sepenuhnya. Setelah semen mencapai proses pengerasanawal

(sekitar 7 menit), margin semen dilapisi dengan agen pelapis yang telah

disediakan.17

II.1.1.4 Sifat-sifat GIC

II.1.1.4.1ANSI/ADA Specification No. 96 (IS0 9917)


Tabel 1.Persyaratan spesifikasi untuk GIC yang digunakan sebagai semen,
basis, dan bahan restorasi17
Kadar Kadar
Ketebalan Erosi
Waktu Kekuatan Kelarutan Kelarutan
Film, Asam
Semen Pengerasan Tekan Opasitas Asam Asam
Masimum Maksimum
(menit) (MPa) C0.70 Arsenik Timbal
(µm) (mm/jam)
(mg/kg) (mg/kg)
Glass ionomer
25 2,5-8,0 70 0,05 - 2 100
(luting)
Zinc phosphate
25 2,5-8,0 70 0,1 - 2 100
(luting)
Zinc polycarboxylate
25 2,5-8,0 70 2,0 - 2 100
(luting)
Glass ionomer
- 2,5-6,0 70 0,05 - 2 100
(base/liner)
Zinc phosphate
- 2,5-6,0 70 0,1 - 2 100
(base/liner)
Zinc polycarboxylate - 2,5-6,0 70 2,0 - 2 100
8

(base/liner)
Glass ionomer
- 2,5-6,0 130 0,05 0,35-0,90 2 100
(restorative)

II.1.1.4.2 Waktu Pengerasan

Waktu pengerasan GIC diperkirakan antara 6 sampai 8 menit dari awal

pencampuran. Pengaturan bisa diperlambat ketika semen diaduk diatas lempeng

dingin, tetapi teknik ini memiliki efek buruk pada kekuatan GIC.17

Perpanjangan waktu kerja menjadi 9 menit dapat dicapai dengan

pencampuran pada lempengan dingin (30C).Teknik ini tidak dianjurkan karena

dapat menyebabkan penurunan kekuatan tekan dan modulus elastisitas pada

GIC.17

II.1.1.4.3 Kekuatan

Kekuatan tekan setelah 24 jam dari GIC berkisar antara 90 hingga 230

MPa dan lebih besar dari seng semen fosfat. Nilai kekuatan tarik mirip dengan

semen seng fosfat. Tidak seperti semen seng poliakrilat, GIC memperlihatkan

kerapuhan di dalam diametral uji kompresi.17

Modulus elastisitas GIC kurang dari semen seng fosfat, tetapi lebih dari

semen seng poliakrilat. Kekuatan GIC meningkat lebih cepat ketika semen

diisolasi dari kelembaban selama pengaplikasian.17

II.1.1.4.4 Kekuatan ikat

GIC berikatan dengan dentin dengan nilai-nilai kekuatan ikatan tarik

dilaporkan antara 1-3 MPa. Kekuatan ikat GIC ke dentin sedikit lebih rendah

daripada semen seng poliakrilat, hal ini disebabkan karena sensitivitas GIC

terhadap kelembaban selamaproses pengerasan.17


9

Kekuatan ikat telah diperbaiki dengan melindungi dentin menggunakan

asam kondisioner yang diikuti oleh pengaplikasian larutan encer FeCl3. GIC

berikatan baik dengan enamel, stainless steel, timah yang beroksidasi dengan

lapisan platinum, dan paduan emas.17

II.1.1.4.5 Penyerapan dan kelarutan di dalam air

Ketika bahan-bahan restorasi terpapar atau direndam di dalam air, dua

mekanisme yang berbeda akan terjadi. Pertama akan terjadi penyerapan air yang

menghasilkan peningkatan berat (penyerapan) dan penghancuran atau pemutusan

komponen dari bahan ke dalam mulut (kelarutan) menyebabkan penurunan berat.

GIC memiliki kelemahan utama yaitu sensitif terhadap kelembaban sampai pada

akhir reaksi pengerasannya. Hal ini dapat dikaitkan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dr. Shiji Dinakaran dari tinggi nya nilai penyerapan air dan

kelarutan GIC dalam kelima media pencelupan.Hal ini terjadi ketika air yang

terserap yang disebabkan olehelusi pada pembentukan kation semen.Tetapi

dengan semakin berkembangnya struktur semen, terjadi penurunan penetrasi air.

Metode pengadukan dapat menghasilkan rongga udara, yang dapat mempercepat

penyerapan air dan kelarutan dari semen ini.18

Nilai kelarutan GIC yang diukur dalam air secara substansial lebih tinggi

dari semen lainnya.Namun, saat ini GIC diuji dalam asam (0,001 N asam laktat),

nilainya sangat rendah dibandingkan dengan nilai untuk semen seng fosfat dan

seng poliakrilat.Urutannya ditentukan oleh tes kelarutan dalam asam yang

berkorelasi baik dengan evaluasi klinis.Spesifikasi ANSVADA No. 96

menspesifikasikan tingkat erosi asam maksimum yaitu sebesar 0,0j mm / jam. 17


10

II.1.2 Minuman Isotonik

Menurut BSN (1998), minuman isotonik merupakan salah satu

produk minuman ringankarbonasi atau nonkarbonasi untuk meningkatkan

kebugaran, yang mengandung gula, asam sitrat, dan mineral. Istilah

isotonik seringkali digunakan untuk larutan minuman yang memiliki nilai

osmolalitas yang mirip dengan cairan tubuh (darah), sekitar 280 mosm/kg

H2O. Minuman isotonik juga dikenal dengan sport drinkyaitu minuman

yang berfungsi untuk mempertahankan cairan dan garam tubuh serta

memberikan energi karbohidrat ketika melakukan aktivitas.19

Minuman isotonik didefinisikan juga sebagai minuman yang mengandung

karbohidrat (monosakarida, disakarida dan terkadang maltodekstrin) dengan

konsentrasi 6-9% (berat/volume) dan mengandung sejumlah kecil mineral

(eklektrolit), seperti natrium, kalium, klorida, posfat serta perisa buah. Komponen

utama dari minuman isotonik ini adalah air sebagai pengganti cairan tubuh,

karbohidrat sebagai penyuplai energi “siap saji” dan mineral sebagai pengganti

elektrolit tubuh yang hilang. Tambahan perasa sangat penting dalam

meningkatkan konsumsi minuman isotonik pada konsumen.19

II.1.2.1 Komposisi Minuman Isotonik

II.1.2.1.1 Karbohidrat

Kandungan karbohidrat di dalam minuman isotonik antara 6

sampai 8% dengan tambahan sedikit variasi sumber karbohidrat lain yang

digunakan oleh para produsen. Karbohidrat utama yang digunakan dalam


11

minuman isotonik adalah glukosa, fruktosa, sukrosa, dan polimer sintetis

maltodekstrins, juga dikenal sebagai polimer glukosa.13

Penggunaan polimer glukosa dalam minuman isotonik telah

meningkat dalam beberapa tahun terakhir.Hal ini disebabkan karena lebih

banyak tersedianya karbohidrat tanpa peningkatan yang dihasilkan dalam

osmolalitas. Saat penambahan komposisi minuman isotonik, produsen

menyeimbangkan efektivitas kombinasi karbohidrat dengan palatabilitas.13

II.1.2.1.2 Elektrolit

Sejumlah kecil elektrolit, umumnya natrium, kalium dan klorida

ditambahkan ke dalam minuman isotonik untuk meningkatkan palatabilitas dan

secara teoritis membantu mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit.

Penambahan elektrolit mempengaruhi osmolalitas minuman dimana

mempengaruhi tingkat penyerapan cairan dan kandungannya.13

II.1.2.1.3 Asam Sitrat

Asam sitrat merupakan asam organik.Asam sitrat merupakan pengawet

alami dan juga digunakan untuk menambah rasa untuk makanan dan minuman

ringan.Asam sitrat terdapat dalam berbagai buah dan sayuran, terutama buah

jeruk.20

Asam sitrat adalah salah satu asam yang paling kuat karena sifat kekuatan

chelating nya, yang menyebabkan kelarutan pada kalsium dari saliva dan

gigi.Sitrat anion memiliki kemampuan untuk melarutkan kalsium dengan efek

potensial aditif erosif dari ion proton yang dilepaskannya.Telah banyak penelitian
12

yang menyatakan bahwa minuman yang mengandung asam sitrat dan memiliki

pH rendah diperkirakan memiliki efek paling erosi.Begitu juga, penelitian yang

dilakukan oleh Meurman et al. yang membandingkan komposisi minuman

olahraga yang mengandung asam sitrat atau asam maleat. Dapat Minuman yang

mengandung asam sitrat dipastikan memiliki potensi erosif yang lebih tinggi

daripada yang mengandung asam maleat.21

II.1.2.1.3Natrium Benzoat

Salah satu bahan pengawet yang banyak digunakan adalah asam

benzoat.Asam benzoat lebih banyak digunakan dalam bentuk garamnya karena

kelarutannya lebih baik daripada bentuk asamnya.Bentuk garam dari asam

benzoat yang banyak digunakan adalah natrium benzoat.Benzoat dan turunannya

dapat menghancurkan sel-sel mikroba terutama kapang. Natrium benzoat bekerja

efektif pada pH 2,5-4 sehingga banyak digunakan pada makanan atau minuman

yang bersifat asam.22

Asam benzoat merupakan salah satu pengawet yang diizinkan oleh

Departemen Kesehatan untuk digunakan pada makanan. Menurut Permenkes RI

No.722/Menkes/Per/IX/88, batas penggunaan asam benzoat pada minuman ringan

dan kecap adalah 600 mg/kg, sedangkan pada sari buah, saus, jeli, manisan dan

agar adalah 1000 mg/kg.22

II.1.3 pH (Derajat Keasaman)

Istilah pH berasal dari kombinasi "p" untuk kata power dan "H" untuk

simbol dari elemen Hidrogen.Jika kedua istilah tersebut digabung maka pH adalah
13

kekuatan hidrogen.pH berfungsi sebagai cara yang nyaman dan mudah untuk

membandingkan keasaman atau alkalinitas dari suatu larutan pada suhu tertentu.23

Sebuah pH 7 menggambarkan kondisi netral karena aktivitas ion

hidrogen dan hidroksida sama. Saat pH di bawah 7, kondisinya

digambarkan sebagai asam karena aktivitas ion hidrogen lebih besar dari

ion hidroksida.Larutan lebih asam karena aktivitas ion hidrogen meningkat

dan nilai pH menurun. Sebaliknya, ketika pH di atas 7, kondisinya

digambarkan sebagai basa (atau alkalin) karena aktivitas ion hidroksida

lebih besar dari ion hidrogen.23

II.1.4 Kekasaran Permukaan Bahan Restorasi GIC

Kekasaran permukaan bahan restorasi memiliki beberapa implikasi klinis

dan perubahan di permukaan topografi dan kekasaran permukaan sering

digunakan untuk menentukan keausan material.Peningkatan kekasaran mungkin

menjadi faktor predisposisi untuk kolonisasi mikroba, yang berpotensi

meningkatkan resiko penyakit mulut.Selain itu, peningkatan kekasaran permukaan

mungkin menunjukkan kerusakan material.Kekasaran permukaan GIC dapat

dikaitkan dengan berbagai faktor termasuk karakteristik matriks, rasio dan ukuran

partikel kacaanorganik, eksposisi partikel anorganik dan pembentukan gelembung

udara selama preparasi material.24

GIC biasanya tidak stabil secara hidrolisis yaitu pada tahap awal

pengerasan saat terpapar udara.GIC dapat menyerap air bila terpapar kelembaban,

yang dapat menyebabkan hilangnya komponen-komponen pada GIC.


14

Memburuknya sifat mekanik dapat menjadi konsekuensi dari proses keduanya

yaitu kehilangan air dan atau penyerapan pada tahap awal reaksi pengerasan.24

GIC sensitif terhadap air dan mampu menyerap cairan asam bersama

dengan pigmen-pigmennya, sehingga menghasilkan degradasi permukaan.Air

berperan sebagai media untuk mempermudah penetrasi asam, sehingga

menyebabkan degradasi material dan perubahan dimensi.Larutan asam dan

komponen cairan lainnya, seperti penetrasipigmen dapat meningkatkan kekasaran

permukaan (Ra). Tingkat keasaman yang tinggi pada larutan yang mengandung

asam sitrat / karboksilat, mampu menyebakan chelating ion pada komponen GIC,

seperti kalsium (Ca) dan membentuk kompleks kelarutan yang cukup di dalam

air.25

Bollen et al. menyebutkan bahwa kekasaran permukaan kritis (Ra) pada

beberapa bahan material gigi yaitu sebesar 0,2 μm yang dapat meningkatkan

kolonisasi bakteri. Kekasaran permukaan yang lebih tinggi dari 0,2 μm secara

signifikan cenderung meningkatkan adhesi bakteri, pematangan dan keasaman

plak gigi, yang dapat mempengaruhi permukaan material, sehingga meningkatkan

resiko karies.24

Peningkatan kekasaran permukaan juga dapat mempengaruhi perubahan

dalam refleksi cahaya yang dapat menyebabkan keburaman permukaan material.

Telah terbukti bahwa permukaan dianggap reflektif ketika kecacatan jauh di

bawah 1 μm.24
15

II.2 Kerangka Teori

GIC Tipe II Berkontak Kandungan


Minuman pH
isotonik minuman asam tinggi
(Fuji IX)
rendah

Kelarutan ion-ion GIC

Permukaan GIC porus

Kekasaran permukaan GIC

II.3 Hipotesis

Kekasaran permukaan GIC meningkat setelah perendaman di dalam

minuman isotonik selama 24jam.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental semudengan desain

penelitian pretest-posttest control group design.

III.2 Waktu dan Tempat Penelitian

III.2.1 Waktu

Penelitian ini dilakukan setelah proposal disetujui.

III.2.2Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Program Studi Kedokteran Gigi

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya untuk pembuatan sampel GIC dan

Laboratorium Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya untuk

pengukuran kekasaran permukaan GIC.

III.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah GIC Tipe II (Fuji IX)berbentuk cakram

dengan ukuran diameter 10 mm dan tebal 2 mm.15 Subjek yang diuji tidak porus,

permukaannya halus, tidak ada perubahan bentuk dan ukuran.

17
III.4 Jumlah Sampel

Jumlah sampel pada tiap kelompok akan dihitung berdasarkan rumus

Lameshow et al. yaitu26 :

n = 2σ2 (Z1-α/2+ Z1-β)2


(µ1-µ2 )2

Keterangan :
n : jumlah sampel
Ϭ : simpang baku sampel
Z : nilai pada tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi
Z1-α /2 : α : 0,05 : 1,96
Z1-β : β : 1,28 dengan power 90%
µ1 : rata-rata perlakuan I
µ2 : rata-rata perlakuan II

n = 2(0,2)2 (1,96+1,28)2

(0,7-1,02)2

n = 2(0,04) (10,49)

(0,40)

n = 0,83

(0,10)

n =8

Berdasarkan perhitungan di atas, didapat jumlah sampel sebanyak 8 sampel

tiap kelompok perlakuan.Total keseluruhan sampel sebanyak 32 sampel pada

penelitian ini.
Pembagian kelompok sampel adalah sebagai berikut :

a. Kelompok A : Sampel direndam dalam minuman isotonik merek Pocari

Sweatselama 24 jam

b. Kelompok B : Sampel direndam dalam minuman isotonik merek Iso Plus

selama 24 jam

c. Kelompok C : Sampel direndam dalam minuman isotonik merek Mizone

selama 24 jam

d. Kelompok D : Sampel direndam dalam aquadest selama 24 jam

III.5 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : minuman isotonik dengan pH antara 3-4

2. Variabel terikat : kekasaran permukaan GIC

III.6 Definisi Operasional

1. Minuman isotonik dengan pH antara 3-4 pada penelitian ini menggunakan

minuman isotonik yang sudah beredar di pasaran Indonesia. Pengukuran

pH minuman isotonik dilakukan menggunakan pH meter.

2. Kekasaran permukaan GIC merupakan kondisi permukaan GIC sebelum

dan sesudah dilakukan perendaman di dalam minuman isotonik.

Pengukuran kekasaran permukaan dilakukan menggunakan Profilometer

dalam satuan (µm).

III.7 Kerangka Konsep

Minuman isotonik
Kekasaran permukaan GIC
dengan pH antara 3-4
III.8 Alat dan Bahan

III.8.1 Alat Penelitian

1. Cetakan sampel yang terbuat dari kaca akrilik berbentuk cakram dengan

diameter 10 mm dan tebal 2 mm

2. Profilometer kontak (Handysurf E-MC-S24B Japan) sebagai alat untuk

mengukur kekasaran permukaan

3. Milar strip

4. pH meter

5. Gelasbeker

6. Scalpel

7. Benang jahit

8. Kawat

9. Stopwatch

10. Plastic filling instrument

11. Mixing slab

12. Spatula plastik

13. Anak timbangan 1kg

14. Amalgamator

(a) (b) (c)


Gambar 1.(a)cetakan sampel (b)Roughness tester HandySurf (c) anak
timbangan 1kg.
III.8.2 Bahan Yang Digunakan Untuk Penelitian

1. GIC Tipe II (Fuji IX); GC Gold Label; shadeA3; produksi GC

Corporation, Tokyo, Japan.

2. Minuman isotonikmerek Pocari Sweat; produksi PT. Amerta Indah

Osaka, Sukabumi-Indonessia.

3. Minuman isotonik merek Iso Plusproduksi PT. Tirta Alam Segar, Bekasi-

Indonessia.

3. Minuman isotonik merek Mizoneproduksi PT. Tirta Investama ,Bogor-

Indonessia.

4. Aquadest

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2. (a) GIC Tipe II (Fuji IX) (b)Pocari Sweat(c)Vitazone (d) Mizone

III.9 Prosedur Penelitian

III.9.1 Pengukuran pH Minuman Isotonik

Minuman isotonik yang digunakan dalam penelitian dimasukkan ke dalam

masing-masing gelas beker dan dilakukan pengukuran pH menggunakan pH

meter.
III.9.2 Pembuatan Sampel

Pembuatan sampel dilakukan dengan cara bubuk dan cairan GIC dicampur

di atas mixing slab (rasio 1:1 sesuai dengan instruksi pabrik).Sebelum diaduk,

bubuk dibagi menjadi 2 bagian.Bagian pertama diaduk dengan cairan sampai

homogen menggunakan spatula plastik.Kemudian ditambahkan sisa bubuk,

diaduk dengan gerak melipat (rolling) sampai konsistensi seperti dempul (waktu

pengadukan sekitar 30-40 detik).Kemudian ditumpatkan ke dalam cetakan

menggunakan plastic filling instrument sampai cetakan penuh. Bagian atas

cetakan diletakkan milar strip.27

Cetakan diberikan beban seberat 1 kg selama 20 detik agar seluruh

permukaan rata dan halus, kemudian beban diangkat dan sampel dibiarkan sampai

mengeras kurang lebih 3-4 menit. Setelah mengeras, sampel dilepaskan dari

cetakan lalu kelebihan semen dipotong menggunakan scalpel.Sampel dimasukkan

kedalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam.27

III.9.3 Cara Perendaman Sampel GIC

Gelas beker, kawat, benang dan sampel dibersihkan dengan tisu.Gelas

beker yang digunakan sebanyak 4 buah, kemudian diisi dengan ketiga merk

minuman isotonik dan aquadest masing-masing sebanyak 150 mL.Benang

dikaitkan pada pinggiran sampel GIC kemudian benang diikat pada kawat dan

diletakkan di atas gelas beker dengan posisi benang digantung vertikal dengan

tinggi yang berbeda agar sampel tidak saling kontak. Semua bagian sampel harus

tercelup pada minuman isotonik.28


Sampel direndam selama 24 jam di dalam minuman isotonik dan

aquadest, kemudian dilakukan pengukuran kekasaran perrmukaan GIC setelah 24

jam perendamsan. Pemilihan lama waktu perendaman ditentukan dengan

perhitungan khusus.Durasi minuman isotonik per satu kali konsumsi dari hasil

pengamatan peneliti adalah kurang lebih 1 menit. Melihat efek erosi pada

konsumen yang rutin mengkonsumsi minuman isotonik diasumsikan sebanyak 4

kali sehari,29 didapat perhitungan sebagai berikut :

1 menit x 4 x 365 hari = 1460 menit/tahun

= ±24 jam/hari

III.9.4 Uji Kekasaran Permukaan GIC

Sampel direndam dalam minuman isotonik, terlebih dahulu dilakukan

pengukuran awal kekasaran permukaan GIC, yaitu selama kurang lebih 24 jam

setelah proses pengerasan GIC. Pengukuran awal kekasaran permukaan (pre test)

dilakukan sebanyak 3 kali di permukaan yang sama tetapi di lokasi yang berbeda

menggunakan Profilometer pada permukaan sampel. Permukaan yang akan

dilakukan pengukuran kekasaran terlebih dahulu ditandai dengan titik

menggunakan tipex.

Sampel direndam dalam minuman isotonik selama 24 jam, sampel

dikeluarkan lalu dibersihkan dengan air dan dikeringkan menggunakan tisu.

Dilakukan pengukuran kekasaran permukaan setelah perendaman di dalam

minuman isotonik (post test) sebanyak 3 kali pada setiap sampel di permukaan

yang sama dengan permukaan saat pengukuran awal (pre test). Cara pengukuran

yaitu dengan meletakkan sampel di atas bidang datar, kemudian detektor


Profilometer diaktifkan dan diletakkan tegak lurus terhadap permukaan

sampel.Pengukuran dilakukan dengan menggerakkan jarum peraba (stylus) mulai

dari ujung sampel yang telah ditandai. Panjang tracing sebesar 2 mm, kecepatan

jarum 0,25 mm/detik, dan kedalaman jarum 0,3 mm. 26 Setelah dilakukan

pengukuran, pada layar LCD alat akan tertera angka kekasaran permukaan sampel

dalam satuan mikrometer (μm). Nilai yang didapat dirata-ratakan sebagai nilai

kekasaran permukaan.

Gambar 3.. Ilustrasitracingyang akan dilakukan pada permukaan sampel

III.10 Analisa Data

Uji normalitas dan homogenitas dilakukan terlebih dahulu untuk

mengetahui normal atau tidaknya distribusi data serta tingkat homogenitas data

tersebut. Uji normalitas dilakukan dengan uji Saphiro Wilk untuk sampel <50

(p>0,05), dan uji homogenitas dilakukan dengan Levene’s Test of Varians

(p>0,05). Dilakukan analisis data menggunakan paired t-testapabila data

berdistribusi normal dan homogen, uji paired t-test digunakan untuk mengetahui

perbedaan kekasaran permukaan antara sebelum dan sesudah perendaman dalam

minuman isotonik.
3.11 Alur Penelitian

GIC Tipe II (Fuji IX)

Pembuatan sampel (n=32)

Proses pengerasan GIC 3-4 menit

Sampel dilepaskan dari cetakan

Inkubasi selama 24 jam dalam suhu 370C

Uji kekasaran permukaan (pre test) dengan Profilometer

Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D


Perendaman di Perendaman di Perendaman di Perendaman
dalam dalam dalam di dalam
minuman minuman minuman aquadest
isotonik merek isotonikmerek isotonikmerek
Pocari Sweat Vitazone Mizone n=8

n=8 n=8 n=8

Direndam selama 24 jam

Uji kekasaran permukaan (post test) dengan Profilometer

Pengumpulan data

Analisis data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian


Penelitian mengenai kekasaran permukaan GIC setelah perendaman di

dalam minuman isotonik telah dilakukan pada 21 Januari 2019 sampai dengan 8

Februari 2019 di Laboratorium Program Studi Kedokteran Gigi Universitas

Sriwijaya dan Laboratorium CNC-CAD/CAM Teknik Mesin Universitas

Sriwijaya. Tiga puluh dua sampel GIC dengan ukuran diameter 10 mm dan tebal 2

mm dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok A direndam di dalam minuman

isotonik merek Pocari Sweat, kelompok B direndam di dalam Iso Plus, kelompok

C direndam di dalam Mizone dan kelompok D sebagai kontrol (direndam di dalam

Aquadest).

Prosedur pengukuran pH masing-masing minuman yang diuji

menggunakan pH meter digital (HI 98240, Hanna Instrument). Hasil

pengukuran pH dari masing-masing minuman yang diuji dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2. Nilai pH masing-masing minuman yang diuji


Kelompok Jenis minuman Nilai pH
Kelompok A Pocari Sweat 3,6
Kelompok B Iso Plus 3,4
Kelompok C Mizone 3,8
Kelompok D (kelompok kontrol) Aquadest 7,2
Pengukuran nilai awal kekasaran permukaan GIC sebelum direndam

dalam miuman isotonik (pretest) dan setelah direndam dalam minuman isotonik

selama 24 jam (post test) dilakukan di Laboratorium CNC-CAD/CAM Teknik

Mesin Universitas Sriwijaya dengan menggunakan Profilometer merek Handysurf

E-MC-S24B Japan. Nilai rata-rata kekasaran permukaan GIC sebelum dan setelah

perendaman disajikan dalam tabel 3.

Tabel 3. Hasil rata-rata dan simpang baku kekasaran permukaan GIC pada setiap
kelompok sebelum dan sesudah perlakuan (µm).

X SB
Kelompok Jenis minuman N
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
A Pocari Sweat 8 0,4562 1,3450 0,06301 0,14132
B Iso Plus 8 0,4688 1,7213 0,08340 0,06875
C Mizone 8 0,4050 1,1325 0,05782 0,02605
D Aquadest 8 0,4288 0,5188 0,09523 0,06198

Keterangan :

N : Jumlah sampel

X : Rata-rata kekasaran permukaan GIC

SB : Simpang baku sampel

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa nilai rata-rata kekasaran

permukaan GIC setelah perendaman dalam semua merek minuman

isotonik mengalami peningkatan kekasaran permukaan dibandingkan

sebelum perendaman. Nilai rata-rata kekasaran permukaan tiap kelompok

sampel pada pretest tidak jauh berbeda, sedangkan pada posttest nilai rata-

rata kekasaran GIC bervariasi dengan nilai terendah terdapat pada

kelompok D sebesar 0,5188 µm, diikuti dengan kelompok C sebesar

1,1325µm, kelompok A sebesar 1,3450µm dan kelompok B sebesar


1,7213 µm. Analisis data dimulai dengan uji normalitas (Saphiro wilk)

yang dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Uji normalitas data setiap kelompok


Saphiro wilk
Kelompok Perlakuan Kelompok Sig.
Kelompok A (Pocari - Pretest 0,119
Sweat) - Posttest 0,296
Kelompok B (Iso Plus) - Pretest 0,599
- Posttest 0,612
Kelompok C (Mizone) - Pretest 0,356
- Posttest 0,178
Kelompok D (kelompok - Pretest 0,189
kontrol) - Posttest 0,466
Keterangan

Sig: Significance

Tabel 4 menunjukkan bahwa data pada masing-masing kelompok

terdistribusi normal, karena nilai probabilitas lebih dari 0.05 (p>0.05).

Distribusi data pada penelitian ini normal sehingga dilanjutkan dengan uji

parametrik yaitu uji paired t-test untuk mengetahui perbedaan rata-rata

nilai kekasaran permukaan GIC yang bermakna sebelum dilakukan

perendaman dalam berbagai merek minuman isotonik (pretest) dan setelah

dilakukan perendaman dalam berbagai minuman isotonik (Tabel 5).

Tabel 5. Uji paired t-test

Jenis
Kelompok N Sig
minuman
A Pocari Sweat 8 0,000
B Iso Plus 8 0,000
C Mizone 8 0,000
D Aquadest 8 0,27

Keterangan :
N : Jumlah sampel
Sig: Significance
Hasil uji paired t-test pada kelompok kontrol di tabel 5 menunjukkan

angka probabilitas sebesar 0,27 (p>0,05), yang menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan kekasaran permukaan GIC yang bermakna sebelum dilakukan

perendaman dan setelah dilakukan perendaman dalam aquadest (kelompok

kontrol). Selanjutnya, hasil uji paired t-test pada kelompok A,B dan C

menunjukkan angka probabilitas sebesar 0,000 (p<0,05) untuk semua merek

minuman isotonik, yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kekasaran

permukaan GIC yang bermakna sebelum dilakukan perendaman dan setelah

dilakukan perendaman dalam minuman isotonik. Berdasarkan hasil yang didapat

pada uji paired t-test, maka hipotesis penelitian ini dapat diterima.

IV.2 Pembahasan
Kekasaran permukaan pada bahan restorasi menyediakan tempat

untuk bakteri mengalami adhesi. Keadaan tersebut dapat meningkatkan

kemungkinan kolonisasi bakteri dan maturasi plak yang dapat

memperbesar kemungkinan terjadinya karies sekunder dan inflamasi pada

jaringan periodontal.9 Pada penelitian ini sampel yang digunakan yaitu

bahan restorasi GIC sebanyak 32 sampel dengan diameter 10mm dan tebal

2mm. Seluruh sampel dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu


kelompok A sampel direndam di dalam minuman isotonik merek Pocari

Sweat, kelompok B sampel sampel direndam di dalam minuman isotonik

merek Iso Plus, kelompok C sampel sampel direndam di dalam minuman

isotonik merek Mizone dan kelompok D sampel direndam di dalam

aquadest (kelompok kontrol). Sebelum dilakukan perendaman, masing-

masing kelompok dihitung nilai kekasaran permukaannya (pretest)

menggunakan Profilometer. Perendaman dilakukan selama 24 jam, dan

setelah 24 jam masing-masing kelompok dihitung kembali nilai kekasaran

permukaannya (posttest).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kekasaran permukaan GIC

meningkat setelah dilakukan perendaman di dalam minuman isotonik. Kelompok

B (Iso Plus) memiliki nilai kekasaran permukaan yang paling tinggi diantara

semua kelompok penelitian. Hal ini dikarenakan minuman isotonik merek Iso

Plus memiliki nilai pH yang paling rendah dibandingkan minuman isotonik merek

Pocari Sweat dan Mizone. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Beresescu G et al dimana GIC yang belum terpapar saliva buatan dengan pH

3 memiliki nilai kekasaran permukaan yang lebih rendah dibandingkan setelah

perendaman.9

Terpaparnya GIC dengan larutan asam diduga menyebabkan terlarutnya

ion-ion dari GIC yang akan membentuk porus sehingga meningkatkan kekasaran

permukaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Wongkhantee et al yang menyatakan

bahwa minuman asam dengan pH≤5,5 (pH kritis) dapat menyebabkan erosi pada
gigi maupun material kedokteran gigi sehingga menimbulkan kekasaran

permukaan.30

Selain itu, penelitian Ibrahim Hamouda et al menyatakan bahwa

minuman isotonik bersifat erosif terhadap bahan restorasi GIC.15 Daya

erosif asam bergantung pada jenis asam yang terkandung di dalam

minuman. Minuman isotonik mengandung asam sitrat dengan derajat

keasaman yang cukup rendah yaitu antara 3-4. Asam sitrat memiliki daya

erosif yangs angat tinggi.31 Adanya sifat erosif yang sangat tinggi dari

asam sitrat yang terdapat di dalam minuman isotonik diduga menyebabkan

kelarutan ion-ion pada GIC sehingga terjadi kekasaran permukaan.

Dengan adanya penambahan asam sitrat ke dalam minuman menyebabkan

pH menjadi semakin rendah dan lebih meningkatkan daya erosifnya.31 Hal

ini sesuai penelitian Ibrahim Hamouda et al menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan kekasaran permukaan GIC setelah direndam secara siklus

dalam minuman isotonik akibat dari terlepasnya kation-kation dari GIC

tersebut.15

Glass Ionomer Cement (GIC) terdiri dari kaca aluminosilikat dan asam

poliakrislat. Awalnya, saat ion hidrogen (H+) yang berasal dari minuman

berkarbonasi masuk, maka ion H+ tersebut akan menyerang permukaan terluar

partikel kaca yang masih halus. Hal ini menyebabkan kation-kation pada

permukaan kaca seperti Ca2+, Na+ dan Al3+ yang sebelumnya berikatan dengan

asam poliakrilat akan terlepas dan keluar dari GIC sehingga terbentuk pori-pori

kecil pada permukaan kaca.7 Semakin lama direndam, maka akan semakin banyak
ion H+ yang masuk ke dalam partikel kaca dan semakin banyak pula kation-kation

yang terlepas sehingga pori-pori akan semakin membesar dan kekasaran

permukaan akan semakin meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI. Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) tahun 2013.
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI.RISKESDAS Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013.
3. Profil Kesehatan Kota Palembang tahun 2014.
4. Harsty,F.J dan Ogston R..1995. Kamus Kedokteran Gigi (terj.). EGC: Jakarta,
h.313.
5. Davidson L.C. Advances in glass-ionomer cements. Journal of Minimum
Intervention In Dentistry 2009;2(1):3-15.
6. Anusavice, K.J. 2003. Philips Science of Dental Materials 11nd ed. Saunders
Elsevier : Afrika.
7. Noort, R.V. 2003. Introduction to Dental Material 4nd ed. CV Mosby Company :
London.
8. Victoria, L.A et al. Changes in Water Sorption and Solubility of Dental
Adhesive Systems After Cigarette Smoke.Journal Hindawi Publication
Corporation 2013 : 1-5
9. Beresescu G and Breszeanu L.C. Effect of Atificial Saliva on the Surface
Roughness of Glass Ionomer Cement. Scientific Bulletin 2011;8(2):134-136
10. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Available from :
http://www.kemenperin.go.id/artikel/2907/Bisnis-Minuman-Isotonik-Capai-Rp-
4,2-Triliun
11. Safriani Fadhillah. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Konsumsi Minuman Ringan (soft drink) pada Siswa SMA di Bogor. Skripsi
Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor.
12. Cochrane N, Yuan Y, Walker G, Shen P, Chang CH, Reynolds C, et. al. Erosive
potential of sport beverages. Australian Dental Journal 2012;57:1-6.
13. Coombes JS. Sport drinks and dental. American Journal of Dentistry
2005;18:101-104.
14. Gafar PA, Heryani S. Pengembangan proses pengelolaan minuman nira aren
dengan tehnik ultrafiltrasi dan deodorisasi. Jurnal Hasil Penelitian Industri
2012;25:1-10.
15. Hamouda Ibrahim. Influence of Sport Beverages on the Properties of Dental
Restorative Glass Ionomers. 2016. College of Dentistry, Umm Al-Qura
University, Saudi Arabia. p. 2-5
16. Schmalz G, Binslev DA. 2009. Biocompatibility of Dental Materials. Springer :
Germany.
17. Craig RG, Powers JM. 2002. Restorative Materials 11thed. A Harcourt Health
Sciences Company : London
18. Shiji D. Sorption and Solubility Characteristics of Compomer, Conventional and
Resin Modified Glass-Ionomer Immersed In Various Media. IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS). Vol 13, no 3 Ver. I. (Mar. 2014), PP
41-45
19. Koswara S. 2009. Minuman Isotonik. Ebook Pangan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
20. Penniston KL, SY Nakada, Holmes RP, DG Assimos. 2008. Quantitative
assessment of citrid acid in lemon juice, lime juice and commercially-available
fruit juice products. J Endo; vol 22, no 3, p.567-570
21. Erdemir Y, et al.Effects of energy and sports drinks on tooth structures and
restorative materials. World J Stomatol 2016 February 20; 5(1): 1-7
22. Irna W, Guntarti A. Penetapan Kadar Asam Benzoat Dalam Beberapa Merk
Dagang Minuman Ringan Secara Spektrofotometri Ultraviolet. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian, Vol. 2, No. 2, 2012 : 111 - 118
23. Thermo Scientific. 2014. pH Measurement Handbook. Thermo Scientific : US
24. Cristiane R, Cilense AC. Surface Roughness of Glass Ionomer Cements Indicated
for Atraumatic Restorative Treatment (ART). Braz Dent J (2006) 17(2): 106-109
25. Samadani KH. Influence of Energy Beverages on the Surface Texture of Glass
Ionomer Restorative Materials. The Journal of Contemporary Dental Practice,
October 2017;18(10):937-942
26. Lameshow S, Horner D.W, Klar J. 1990. Adequency of sample size in health
studies. Courier International Ltd, England. p. 39.
27. Diansari V, Setya DN, Moulinda C. Evaluasi Kekasaran Permukaan Glass
Ionomer Cement Konvensional Setelah Perendaman Dalam Minuman
Berkarbonasi. Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116
28. Lolita P. 2011. Deteksi Perubahan Warna Resin Komposit Hybrid Setelah
Direndam Khlorheksidin Glukonat 0,2% Menggunakan Sensor Fotodioda. Skripsi
Ilmu Material Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
29. Jain P, Agustin M. 2012. A comparison of sports and energy drink-
Physiochemical properties and enamel dissolution. J Academy of General
Dentistry; 1-14
30. Wongkhantee S, Patanapiradej V, Maneenut D, Tantbiroj D. Effect of Acidic
Food and Drinks on Surface Hardness of Enamel, Dentine and Tooth- Coloured
Filling Materials. Journal of Dentistry. 2005: 1-7.
31. Brown CJ, Smith G, Shaw L, Parry J, Smith AJ. The erosive potential of
flavoured sparkling water drinks. Int J Paediatr Dent. 2007; 17(2):86-91.

Anda mungkin juga menyukai