Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Penelitian mengenai kekasaran permukaan GIC setelah perendaman di

dalam minuman isotonik telah dilakukan pada 21 Januari 2019 sampai dengan 8

Februari 2019 di Laboratorium Program Studi Kedokteran Gigi Universitas

Sriwijaya dan Laboratorium CNC-CAD/CAM Teknik Mesin Universitas

Sriwijaya. Tiga puluh dua sampel GIC dengan ukuran diameter 10 mm dan tebal 2

mm dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok A direndam di dalam minuman

isotonik merek Pocari Sweat, kelompok B direndam di dalam Iso Plus, kelompok

C direndam di dalam Mizone dan kelompok D sebagai kontrol (direndam di dalam

Aquadest).

Prosedur pengukuran pH masing-masing minuman yang diuji

menggunakan pH meter digital (HI 98240, Hanna Instrument). Hasil pengukuran

pH dari masing-masing minuman yang diuji dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai pH masing-masing minuman yang diuji


Kelompok Nilai pH

A (Pocari Sweat) 3,6

B (Iso Plus) 3,4

C (Mizone) 3,8

D (kelompok kontrol) 7,2


Pengukuran nilai awal kekasaran permukaan GIC sebelum direndam

dalam minuman isotonik (pretest) dan setelah direndam dalam minuman isotonik

selama 24 jam (post test) dilakukan di Laboratorium CNC-CAD/CAM Teknik

Mesin Universitas Sriwijaya dengan menggunakan Profilometer merek Handysurf

E-MC-S24B Japan. Nilai rata-rata kekasaran permukaan GIC sebelum dan setelah

perendaman disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Hasil rata-rata dan simpang baku kekasaran permukaan GIC pada setiap
kelompok sebelum dan sesudah perlakuan (µm)

X
Kelompok N
Sebelum Sesudah
A (Pocari Sweat) 8 0,4562±0,06301 1,3450±0,14132
B (Iso Plus) 8 0,4688±0,08340 1,7213±0,06875
C (Mizone) 8 0,4050±0,05782 1,1325±0,02605
D (Aquadest) 8 0,4288±0,09523 0,5188±0,06198

Keterangan :
N : Jumlah sampel
X : Rata-rata kekasaran permukaan GIC (µm)

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa nilai rata-rata kekasaran permukaan

GIC setelah perendaman dalam semua merek minuman isotonik mengalami

peningkatan kekasaran permukaan dibandingkan sebelum perendaman. Nilai rata-

rata kekasaran permukaan tiap kelompok sampel pada pretest tidak jauh berbeda,

sedangkan pada posttest nilai rata-rata kekasaran GIC bervariasi dengan nilai

teringgi terdapat pada kelompok B diikuti dengan kelompok A, kelompok C dan

kelompok D.

Analisis data dimulai dengan uji normalitas (Saphiro wilk), dimana pada

masing-masing kelompok nilai terdistribusi normal, karena nilai probabilitas lebih

dari 0,05 (p>0,05). Kemudian dilanjukan uji homogenitas (Levene’s Test of


Varians), didapatkan nilai homogenitas sebesar 0,13 yang menunjukkan bahwa

nilai pada masing-masing kelompok tidak homogen, karena nilai probabilitas

kurang dari 0,05 (p<0,05). Data yang tidak homogen pada penelitian ini tidak

mempengaruhi uji parametrik yang akan dilakukan. Distribusi data pada

penelitian ini normal sehingga dilanjutkan dengan uji parametrik yaitu uji Paired

T-test untuk mengetahui perbedaan rata-rata nilai kekasaran permukaan GIC yang

bermakna sebelum dilakukan perendaman dalam berbagai merek minuman

isotonik (pretest) dan setelah dilakukan perendaman dalam berbagai minuman

isotonik (Tabel 4).

Tabel 4. Uji Paired T-test

Kelompok N Sig

A (Pocari Sweat) 8 0,000

B (Iso Plus) 8 0,000

C (Mizone) 8 0,000

D (Aquadest) 8 0,27

Keterangan :
N : Jumlah sampel
Sig: Significance (p< 0,05)

Hasil uji Paired T-test pada kelompok kontrol di Tabel 4 menunjukkan

angka probabilitas sebesar 0,27 (p>0,05), yang menunjukkan bahwa tidak ada

perbedaan kekasaran permukaan GIC yang bermakna sebelum dilakukan

perendaman dan setelah dilakukan perendaman dalam aquadest (kelompok

kontrol). Selanjutnya, hasil uji Paired T-test pada kelompok A, B dan C

menunjukkan angka probabilitas sebesar 0,000 (p<0,05) untuk semua merek

minuman isotonik, yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kekasaran


permukaan GIC yang bermakna sebelum dilakukan perendaman dan setelah

dilakukan perendaman dalam minuman isotonik. Kemudian dilanjutkan uji One

Way Anova untuk melihat signifikansi nilai rata- rata kekasaran permukaan antar

kelompok setelah perendaman, didapatkan angka probabilitas sebesar 0,00

(p<0,05) yang menunjukkan antar kelompok terdapat perbedaan rata-rata

kekasaran permukaan yang bermakna setelah dilakukan perendaman. Berdasarkan

hasil yang didapat pada uji Paired T-test dan One Way Anova maka hipotesis

pada penelitian ini dapat diterima.

IV.2 Pembahasan

Kekasaran permukaan pada bahan restorasi akan menyediakan tempat

untuk adhesi bakteri pada permukaan bahan restorasi. Keadaan tersebut dapat

meningkatkan kemungkinan kolonisasi bakteri dan maturasi plak yang dapat

memperbesar kemungkinan terjadinya karies sekunder dan inflamasi pada

jaringan periodontal.9 Pada penelitian ini sampel yang digunakan yaitu lempeng

dari bahan GIC sebanyak 32 sampel dengan diameter 10 mm dan tebal 2 mm.

Seluruh sampel dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, yaitu kelompok A sampel

direndam di dalam Pocari Sweat, kelompok B sampel direndam di dalam Iso

Plus, kelompok C sampel direndam di dalam Mizone dan kelompok D sampel

direndam di dalam aquadest (kelompok kontrol). Sebelum dilakukan perendaman,

masing-masing kelompok dihitung nilai kekasaran permukaannya (pretest)

menggunakan Profilometer. Perendaman dilakukan selama 24 jam dan setelah 24

jam masing-masing kelompok dihitung kembali nilai kekasaran permukaannya

(posttest).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kekasaran permukaan GIC

meningkat setelah dilakukan perendaman di dalam minuman isotonik. Kelompok

B (Iso Plus) memiliki nilai rata-rata kekasaran permukaan yang paling tinggi

diantara semua kelompok perlakuan. Hal ini dapat dihubungkan dengan derajat

keasaman dari kelompok B (Iso Plus) yang lebih rendah dibandingkan Pocari

Sweat dan Mizone. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Poonam Jaim et al yang menyatakan bahwa semakin rendah pH suatu minuman,

maka akan semakin meningkatkan potensial erosif pada permukaan enamel gigi

dan bahan restorasi gigi.30

Pada penelitian ini, ketiga merek minuman isotonik yang digunakan

mengandung asam sitrat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meurman et

al yang membandingkan komposisi minuman olahraga yang mengandung asam

sitrat atau asam maleat, minuman yang mengandung asam sitrat memiliki

potensial erosif yang lebih tinggi daripada yang mengandung asam maleat. 21

Adanya sifat erosif yang tinggi dari asam sitrat yang terdapat di dalam minuman

isotonik diduga menyebabkan kelarutan ion-ion pada GIC sehingga terjadi

kekasaran permukaan. Dengan adanya penambahan asam sitrat di dalam minuman

menyebabkan pH minuman menjadi semakin rendah.31

Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim Hamouda et al mengamati

pengaruh beberapa jenis minuman isotonik terhadap kekasaran permukaan GIC,

hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekasaran permukaan GIC

setelah direndam secara thermocycling dalam minuman isotonik akibat dari

terlepasnya kation-kation dari GIC tersebut.15 GIC terdiri dari kaca aluminosilikat
dan asam poliakrilat. Awalnya, saat ion hidrogen (H+) yang berasal dari minuman

isotonik masuk, maka ion H+ tersebut akan menyerang permukaan terluar partikel

kaca yang masih halus. Hal ini menyebabkan kation-kation pada permukaan kaca

seperti Ca2+, Na+ dan Al3+ yang sebelumnya berikatan dengan asam poliakrilat

akan terlepas dan keluar dari GIC sehingga terbentuk pori-pori kecil pada

permukaan kaca.7 Semakin lama direndam, maka akan semakin banyak ion H+

yang masuk ke dalam partikel kaca dan semakin banyak pula kation-kation yang

terlepas sehingga pori-pori akan semakin membesar dan kekasaran permukaan

akan semakin meningkat yang dapat menyebabkan terjadinya karies sekunder dan

inflamasi pada jaringan periodontal. 9

Kekurangan dari penelitian ini yaitu teknik pengadukan dilakukan secara

manual untuk seluruh sampel. Teknik pengadukan yang dilakukan secara manual

dapat membuat sampel menjadi tidak homogen, sehingga menjadi salah satu

faktor penyebab kelarutan tinggi pada GIC yang dapat mempengaruhi kekasaran

permukaan GIC.7
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

terjadi peningkatan kekasaran permukaan GIC setelah perendaman di dalam

minuman isotonik selama 24 jam.

V.2. Saran

Sebaiknya perlu dilakukan pengadukan GIC pada mixing machine

menggunakan produk GIC yang berbentuk kapsul sebagai sampel untuk

mendapatkan keseragaman teknik pengadukan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan


RI. Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) tahun 2013.
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI.RISKESDAS Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013.
3. Profil Kesehatan Kota Palembang tahun 2014.
4. Harsty,F.J dan Ogston R..1995. Kamus Kedokteran Gigi (terj.). EGC: Jakarta,
h.313.
5. Davidson L.C. Advances in glass-ionomer cements. Journal of Minimum
Intervention In Dentistry 2009;2(1):3-15.
6. Anusavice, K.J. 2003. Philips Science of Dental Materials 11nd ed. Saunders
Elsevier : Afrika.
7. Noort, R.V. 2003. Introduction to Dental Material 4nd ed. CV Mosby Company :
London.
8. Victoria, L.A et al. Changes in Water Sorption and Solubility of Dental
Adhesive Systems After Cigarette Smoke.Journal Hindawi Publication
Corporation 2013 : 1-5
9. Beresescu G and Breszeanu L.C. Effect of Atificial Saliva on the Surface
Roughness of Glass Ionomer Cement. Scientific Bulletin 2011;8(2):134-136
10. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Available from :
http://www.kemenperin.go.id/artikel/2907/Bisnis-Minuman-Isotonik-Capai-Rp-
4,2-Triliun
11. Safriani Fadhillah. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Konsumsi Minuman Ringan (soft drink) pada Siswa SMA di Bogor. Skripsi
Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor.
12. Cochrane N, Yuan Y, Walker G, Shen P, Chang CH, Reynolds C, et. al. Erosive
potential of sport beverages. Australian Dental Journal 2012;57:1-6.
13. Coombes JS. Sport drinks and dental. American Journal of Dentistry
2005;18:101-104.
14. Gafar PA, Heryani S. Pengembangan proses pengelolaan minuman nira aren
dengan tehnik ultrafiltrasi dan deodorisasi. Jurnal Hasil Penelitian Industri
2012;25:1-10.
15. Hamouda Ibrahim. Influence of Sport Beverages on the Properties of Dental
Restorative Glass Ionomers. 2016. College of Dentistry, Umm Al-Qura
University, Saudi Arabia. p. 2-5
16. Schmalz G, Binslev DA. 2009. Biocompatibility of Dental Materials. Springer :
Germany.
17. Craig RG, Powers JM. 2002. Restorative Materials 11thed. A Harcourt Health
Sciences Company : London
18. Shiji D. Sorption and Solubility Characteristics of Compomer, Conventional and
Resin Modified Glass-Ionomer Immersed In Various Media. IOSR Journal of
Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS). Vol 13, no 3 Ver. I. (Mar. 2014), PP
41-45
19. Koswara S. 2009. Minuman Isotonik. Ebook Pangan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
20. Penniston KL, SY Nakada, Holmes RP, DG Assimos. 2008. Quantitative
assessment of citrid acid in lemon juice, lime juice and commercially-available
fruit juice products. J Endo; vol 22, no 3, p.567-570
21. Erdemir Y, et al.Effects of energy and sports drinks on tooth structures and
restorative materials. World J Stomatol 2016 February 20; 5(1): 1-7
22. Irna W, Guntarti A. Penetapan Kadar Asam Benzoat Dalam Beberapa Merk
Dagang Minuman Ringan Secara Spektrofotometri Ultraviolet. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian, Vol. 2, No. 2, 2012 : 111 - 118
23. Thermo Scientific. 2014. pH Measurement Handbook. Thermo Scientific : US
24. Cristiane R, Cilense AC. Surface Roughness of Glass Ionomer Cements Indicated
for Atraumatic Restorative Treatment (ART). Braz Dent J (2006) 17(2): 106-109
25. Samadani KH. Influence of Energy Beverages on the Surface Texture of Glass
Ionomer Restorative Materials. The Journal of Contemporary Dental Practice,
October 2017;18(10):937-942
26. Lameshow S, Horner D.W, Klar J. 1990. Adequency of sample size in health
studies. Courier International Ltd, England. p. 39.
27. Diansari V, Setya DN, Moulinda C. Evaluasi Kekasaran Permukaan Glass
Ionomer Cement Konvensional Setelah Perendaman Dalam Minuman
Berkarbonasi. Cakradonya Dent J 2016; 8(2):111-116
28. Lolita P. 2011. Deteksi Perubahan Warna Resin Komposit Hybrid Setelah
Direndam Khlorheksidin Glukonat 0,2% Menggunakan Sensor Fotodioda. Skripsi
Ilmu Material Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
29. Jain P, Agustin M. 2012. A comparison of sports and energy drink-
Physiochemical properties and enamel dissolution. J Academy of General
Dentistry; 1-14
30. Jain Poonam, Agustin Ma. A comparison of Sports and energy
drinksphysiochemical properties and enamel dissolution. Academy of General
Dentistry. 2014;10.
31. Brown CJ, Smith G, Shaw L, Parry J, Smith AJ. The erosive potential of
flavoured sparkling water drinks. Int J Paediatr Dent. 2007; 17(2):86-91.

Anda mungkin juga menyukai