Anda di halaman 1dari 39

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

EKOLOGI PERAIRAN TERAPAN


KODE MATA KULIAH (PMP61202)

Asisten Praktikum :
Tanaya Citra Damayanti

Disusun Oleh :

Nama : Maya anindya M.L

NIM : 235080100111015

Kelas : M01

Kelompok : 1

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
KARTU KENDALI PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN TERAPAN

Identitas Mahasiswa / Praktikan

Nama : Maya Anindya Maheswari Ladina

NIM : 235080100111015

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Kelompok :1

Kelas : M01

No Tanggal Asisten Keterangan TTD

3
RENCANA PRAKTIKUM

1. Nama mata kuliah : Ekologi Perairan Terapan

2. Kode/SKS : PMP61202 / 3 SKS

3. Dosen Pengampu : 1) Ir. Mulyanto, M.Si

2) Prof. Dr. Ir. Muhammad Musa, MS

3) Dr. Ir. Umi Zakiyah, M.Si

4) Andi Kurniawan, S.Pi, M.Eng, D.Sc

5) Dr. Ir. Supriatna, M.Si.

6) Nanik Retno Buwono , S.Pi., M.P.

7) Pratama Diffi Samuel, S.Pi., M Ling

8) Alfi Nur Rusydi, S.Si., M.Sc

9) Attabik Mukhammad Amrillah, S.Pi, M.Si

10) Lutfi Ni'matus Salamah, S.Pi, M.Eng

11) Abd. Aziz Amin, S.Pi, M.Sc

4. Semester : Ganjil

5. Status Mata Kuliah : Wajib

6. Tempat Pelaksanaan : Sumber Mata Air Cinde

7. Waktu Pelaksanaan : 14 September – 3 Oktober 2023

A. Latar Belakang

Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara makhluk

hidup dengan makhluk hidup lainnya, maupun dengan lingkungannya. Menurut

Odum (1996) adalah kajian tentang rumah tangga bumi termasuk flora, fauna,

mikroorganisme dan manusia yang hidup bersama saling tergantung satu sama

lain. Menurut Chiras (1985) adalah studi tentang organisme hidup dan hubungan

antara satu dengan lainnya dan dengan lingkungannya.


Ekologi perairan membahas hubungan timbal balik antara organisme

perairan dengan organisme lain serta dengan lingkungannya. Pokok bahasan

pertama adalah dinamika ekosistem, yang membahas masalah ekologi secara

umum, dimaksudkan sebagai dasar pengetahuan tentang ekologi. Bahasan

selanjutnya didasarkan pada habitat yang ada di perairan, dengan karakteristik

yang masing – masing berbeda. Salah satu bahasan yang juga dijadikan obyek

praktikum adalah ekosistem sungai. Ekosistem tersebut merupakan perairan unik

karena interaksi antara faktor abiotik dan abiotik, serta abiotik dan biotik tidak

hanya dipengaruhi oleh dinamika ekosisstem itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi

fenomena yang terjadi di Daerah Aliran Sungai. Perubahan yang terjadi mulai

zona rithron (kawasan hulu) yang berarus deras sampai zona potamon (kawasan

hilir) yang berarus lambat, sangat nyata perbedaannya. Perubahan tersebut

dikenal dengan istilah River Continuum Concept, dimana kuantitas dan kualitas

komponen abiotik serta komposisi komponen biotik berubah secara gradien dan

kontinyu. Ekosistem tersebut juga mempunyai kekuatan yang disebut self

purification, dimana dinamika kecepatan arus dan perbedaan profil dasar

perairan akan menciptakan turbulensi, yang mempengaruhi kemampuan

recovery dari ekosistem.

Praktikum ekologi perairan, tepatnya di ekosistem sungai, untuk

mahasiswa diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang dinamika suatu

perairan, ketrampilan lapang berkaitan dengan pengambilan sampel kualitas air

dan organisme perairan, ketrampilan laboratorium berkaitan dengan pengukuran

kualitas air dan identifikasi organisme, kemampuan analisis dengan cara

membandingkan teori yang didapat dengan kenyataan yang terjadi di lapang.


B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melatih dan meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam:

1. Ketrampilan Kognitif

a. Penerapan teori di lapangan.

b. Pengintegrasian pemahaman berbagai teori yang telah diperoleh.

c. Korelasi antara teori dengan kenyataan di lapangan.

2. Ketrampilan Afektif

a. Perencanaan kegiatan mandiri dan kelompok.

b. Kemampuan bekerjasama.

c. Kemampuan mengkomunikasikan hasil belajar.

3. Ketrampilan Psikomotorik

a. Penguasaan pengunaan peralatan lapang dan laboratorium.

b. Penguasaan pembuatan bahan (kimia) untuk analisis di laboratorium.

C. Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum ekologi perairan dilaksanakan di Sumber Mata Air Cinde untuk

pengambilan sampel dan analisis parameter fisika juga dilaksanakan di

Laboratorium Hidrobiologi Gedung C Lantai 1 untuk analisis parameter kimia dan

biologi. Praktikum ekologi perairan dilaksanakan pada tanggal 14 September – 3

Oktober 2023.

D. Rencana Kegiatan Praktikum

Praktikum ekologi perairan dilakukan secara bertahap. Masing – masing

kelompok praktikan dengan dibimbing oleh asisten akan melakukan praktikum di

secara luring. Adapun kegiatan praktikum sebagai berikut:

1) Praktikum
2) Analisis data

3) Pembuatan laporan

4) Konsultasi laporan

5) Ujian praktikum
E. Data Hasil Praktikum

a. Data Parameter Abiotik

Post
No Parameter
1 2 3 4 5

1. Suhu (˚C) 19 19 21,5 22 22

Kec. Arus 0,5


2. 0,58 0,45 0,41 0,26
(m/s)

3. pH 8 8 7 7 7

4. DO (ppm) 7,43 9,23 16,43 7,9 7,91

5. BOD (ppm) 0,95 1,91 5,6 3,46 0,18

6. CO2 (ppm) 19,97 1,57 19,97 28 27,96

7. TOM (ppm) 36,65 10,11 10,11 1,26 8,84

Amonia 0,02
8. 0,04 0,02 0,04 0,03
(ppm)

Nitrat 3,4
9. 4,1 3,7 4,0 3,4
(ppm)

Orthofosfat 4,2
10. 2,6 4,1 4,4 4,1
(ppm)

11. Sifat dasar Berbatu Berbatu Berbatu Berbatu Berbatu

12. Tipe Arus Arus Arus Arus Arus


habitat deras deras deras deras deras

Tabel 1. Data hasil pengukuran kualitas air abiotik di Sumber Mata Air Cinde

b. Data Parameter Biotik


Jenis

Benthos Hydropsyche

Perifiton Spirogyra

Tabel 2. Data hasil pengukuran kualitas air biotik di Sumber Mata Air Cinde
F. Lembar Kerja Praktikum I

1. Analisis hubungan Suhu air dan CO₂

a. Data Teori

Suhu air (ᵒC) 10 15 20 25 30

Kelarutan CO₂ (ppm) 0.76 0.65 0.56 0.48 0.42

Tabel 3. Kelarutan karbondioksida dalam air murni pada suhu yang berbeda

(Hutchinson, 1957 dalam Boyd, 1982).

b. Data Aktual

Suhu air (ᵒC) 19 19 21,5 22 22

Kelarutan CO₂ (ppm) 19,97 1,57 19,97 28 27,96

Tabel 4. Suhu dan kelarutan CO₂ di Sumber Mata Air Cinde

Grafik:

Hubungan Suhu dan


28 CO2
30
28
25
20
CO2 (ppm)

20 20
Teori
15
Aktual
10
1.6
5 0.65
0.76 0.56 0.48 0.42
0
5 10 15 20 25 30 35
SUHU (oC)

Grafik 1. Hubungan suhu dan CO2

Analisis:
Suhu mempengaruhi reaksi kimia dan proses biologis, salinitas

mempengaruhi distribusi organisme air, dan oksigen terlarut sangat penting

untuk respirasi dan dekomposisi biota air. Kedalaman topografi dasar perairan

merupakan faktor internal yang mempengaruhi suhu, salinitas, dan oksigen

terlarut didistribusikan. Suhu air merupakan faktor yang pengendali untuk semua

kehidupan akuatik. Semua proses biologis dan kimia dalam operasi akuakultur

dipengaruhi oleh suhu. Suhu berperan dalam reaksi kimia dan proses biologi.

Pola distribusi salinitas, suhu, dan oksigen terlarut juga akan berbeda di setiap

perairan karena kedalaman dan bentuk dasar perairan yang berbeda

(Sidabutar et al.,2019).

Kisaran suhu air pada saat pengamatan kadamya berkisar antara 28-34

°C. Suhu air merupakan faktor abiotik yang mempunyai peranan penting bagi

hidup dan kehidupan organisme perairan (Rosmeliyana, 2021). Perubahan suhu

sangat dipengaruhi oleh parameter lainnya, antara suhu dan oksigen berbanding

terbalik, jika suhu tinggi maka oksigen rendah dan dapat menaikkan

karbondioksida. Suhu air juga dipengaruhi oleh musim, cuaca, waktu

pengukuran, kedalaman air serta kecerahan suatu perairan. Hubungan antara

suhu air dan karbon dioksida di Sumber Mata Air Cinde memiliki temperatur air

yang akan mempengaruhi kelarutan pada karbon dioksida konsentrasi semakin

tinggi maka semakin meningkatnya suhu pada air atau juga dari suhu air

sekitarnya, Selain itu dapat dipengaruhi oleh iklim (Rovia, 2020). Terdapat jenis

sumber air saat terjadinya peningkatan suhu pada siang hari secara tidak

langsung dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari masuk kedalam air dan

terjadinya penyerapan sehingga menghasilkan panas.

Data hasil praktikum kami lakukan di Sumber Mata Air Cinde.

Berdasarkan data yang kami terima setelah selesai magang, suhu tertinggi

terdapat di stasiun 3 dan 4 dengan suhu 22℃ Suhu tertinggi di Cinde Springs
terdapat pada stasiun 1 dan 2 yaitu 19℃. Nilai tertinggi untuk larutan CO2

terdapat pada stasiun 4 dengan nilai 28 ppm. Nilai larutan CO 2 terendah terdapat

pada stasiun 2 dengan nilai 1,57. Secara teori, hasil analisis hubungan suhu air

dengan kelarutan karbon dioksida adalah dengan meningkatnya suhu maka

kelarutan karbon dioksida dalam air menurun.

Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu perairan, saat perairairan

yang dipengaruhi oleh suhu adalah musim, intensitas cahaya matahari, letak

geografis, kedalaman, dan pergerakan arus. Kisaran suhu pada perairan

Indonesia antara 23-32°C. CO₂ adalah senyawa yang terbentuk dari 1 atom

karbon dan 2 atom oksigen (CO₂) mudah larut didalam air yang tidak berbau dan

berwarna. Kandungan CO₂ dalam perairan bisa terjadi naik atau turun, yaitu

mengalami kenaikan jika suhu juga naik dan organisme perairan lebih tinggi

sehingga terjadi respirasi. CO₂ bisa juga mengalami penurunan meskipun dalam

keadaan suhu naik. Hal ini disebabkan karena fitoplankton yang lebih banyak

sehingga CO₂ banyak diserap untuk melakukan fotosintesis.

2. Analisis hubungan Suhu air dan O2

a. Data Teori

Suhu air (ᵒC) 16 17 18 19 20

Kelarutan O₂ (ppm) 9,56 9,37 9,18 9,01 8,84

Tabel 5. Kelarutan oksigen dalam air murni pada suhu yang berbeda (pada

tekanan atmosfer 760 mmHg) (Boyd, 1982)

b. Data Aktual

Suhu air (ᵒC) 19 19 21,5 22 22

Kelarutan O₂ (ppm) 7,43 9,23 16,43 7,9 7,91


Tabel 6. Suhu dan kelarutan O₂ di Sumber Mata Air Cinde

Grafik:

Hubungan Suhu dengan DO


18
16 16.4
14
12 9.18 8.84
9.56
DO (ppm)

10 Teori
7.9
8 9.37 Ak-
9.2 7.9 tual
6
4 7.4 9.01
2
0
15 16 17 18 19 20 21 22 23
SUHU (oC)

Grafik 2. Hubungan Suhu dan DO

Analisis:

Suhu air dan DO akan mempengaruhi aktivitas ikan. Menurut Awall

(2015), suhu air sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dan

laju konsumsi oksigen hewan air. Oksigen di perairan diperoleh dari hasil

fotosintesis tumbuhan air, pergerakan air, dan difusi langsung dari udara.

oksigen dalam air dihasilkan melalui proses difusi. Menurut Pebriani, et al.

(2016)Sumber oksigen lainnya adalah fitoplankton. Jasad hidup ini melalui

proses fotosintesis dapat menghasilkan oksigen. Aliran air juga dapat menambah

suplai oksigen. Pengurangan oksigen dalam air yang paling banyak adalah

karena proses pernapasan biota budidaya, fitoplankton, dan zooplankton,

termasuk lumut, bakteri, dan detritus.


Peningkatan suhu akan penyebab konsentrasi oksigen akan menurun

dan sebalikanya yang rendah akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut.

Menurut Simamora (2020), oksigen yang terlalut didalam air bersumber terutama

dari adanya kontak antara permukaan air dengan udara dan dari proses

fotosintesis. Tingginya angka dari oksigen terlarut dalam perairan menyebabkan

aktifitas dari fotosintesis fitoplanton yang tidak maksimal. Kekeruhan yang tinggi

sehingga kegiatan fotosintesis terganggu, mengingat pengambilan data pada

saat pasang dengan kondisi perairan keruh selain itu suhu air yang tinggi dapat

meningkatkan kecepatan metabolisme hewan air dengan meningkatkan respirasi

sehingga dapat menurunkan jumlah dari oksigen terlarut

Hasil pengukuran pada praktikum di Sumber Mata Air Cinde. Pada

parameter suhu kami mendapatkan nilai tertinggi pada post 4 dan 5 dengan

angka 22℃ . Hasil pengukuran suhu terendah berada pada post 1 dan 2 dengan

nilai 19℃ . Hasil pengujian O₂ pada Sumber Mata Air Cinde, nilai terendah

kelarutan Oksigennya mencapai 3,46 ppm pada suhu 22°C dan untuk nilai

kelarutan Oksigen tertinggi mencapai 16,43 ppm pada suhu 21,5°C. Berdasarkan

analisis hasil grafik hubungan suhu dengan kelarutan Oksigen menunjukkan

bahwa perbandingan antara data teori sama dengan data aktual, karena pada

data teori menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dalam perairan, maka nilai

kelarutan oksigen dalam perairan tersebut akan semakin rendah dan begitu pun

sebaliknya data aktual juga menunjukkan data yang sama dengan data teori.

Suhu optimal suatu perairan yaitu 28-32ᵒC, faktor yang mempengaruhi

suhu terdapat pada musim, intensitas cahaya matahari, letak geografis,

kedalaman, pergerakan arus. Kegiatan pada hewan air dikontol oleh suhu yaitu

dengan migrasi, pemangsaan, kecepatan berenang, perkembangan embrio.

Hubungan suhu air dengan kadar oksigen pada organisme hewani suhu

meningkat maka proses respirasi meningkat dan kadar oksigennya menurun


sedangkan pada disisi lain suhu meningkat dan kadar oksigen juga meningkat.

Suhu dapat membuat keadaan ekosistem air dapat berfungsi dengan optimal.

Perubahan suhu yang ekstrim dapat menggangu bahkan merugikan ekosistem

perairan. Suhu optimal pada perairan bisa membuat organisme perairan

berkembang biak.

3. Analisis Kecepatan arus, sifat dasar, dengan tipe habitat

Kecepatan arus
Sifat dasar Tipe habitat
(cm/detik)

˃1,21 Batu besar Sangat deras

˃ 0,91 Batu besar Sangat deras

˃ 0,60 Batu kecil Tidak ada endapan lumpur

Kerikil Sebagian ada endapan


˃ 0,30
lumpur

Pasir Sebagian ada endapan


˃ 0,20
lumpur

˃ 0,12 Lumpur (silt) Endapan lumpur

< 0,12 Lumpur (mud) Seperti kolam

Tabel 7. Hubungan kecepatan arus, sifat dasar dan tipe habitat perairan (sungai)

(Butcher, 1933 dalam Hynes, 1963)

Kecepatan arus
Post Sifat dasar Tipe habitat
(cm/detik)
1 58 Berbatu Arus deras

2 45 Berbatu Arus deras

3 41,6 Berbatu Arus deras

4 26,3 Berbatu Arus deras

5 50 Berbatu Arus deras

Tabel 8. Kecepatan arus, sifat dasar, dan tipe habitat Sumber Mata Air Cinde

Analisis:

Mempunyai Substrat terdiri dari 2 tipe berpasir dan pasir berlumpur. Tipe

substrat ini sangat mendukung untuk tumbuhnya jenis lamun. Menurut Syuhada,

et al.(2017), bahwa hampir semua tipe substrat atau dasar perairan dapat

ditumbuhi lamun dari substrat berlumpur sampai berbatu, namun padang lamun

yang luas lebih sering ditemukan di substrat lumpur berpasir, atau pasir

berlumpur yang tebal antara hutan mangrove dan terumbu karang. Organisme di

perairan dipengaruhi oleh sifat fisika yang terderiri dari kecepatan arus ,suhu,

kecerahan dan kedalaman. Arus pada suatu ekosistem perairan dapat berfluktasi

dari waktu kewaktu tergantung dari fluktasi debit air.

Substrat dasar pada perairan berhubungan dengan kecerahan perairan.

Pulau sebelah barat dan selatan terdapat substrat yang relatif sama, seperti

rumput laut banyak ditemukan hidup pada substrat karang mati dan pecahan

karang. Menurut Hamuna, et.al (2018), klasifikasi tekstur substrat dasar perairan

dilakukan di laboratorium dengan menggunakan metode ayakan bertingkat

(shieve shaker), sedangkan klasifikasi campuran substrat dasar perairan


dilakukan berdasarkan komposisi partikel di dalam substrat tersebut dengan

menggunakan diagram segitiga sedimen.

Hasil data yang diperoleh yaitu , kecepatan perairan, ciri-ciri dasar dan

tipe habitat pada saat pelatihan di Sumber Mata Air Cindehasil yang diperoleh

yaitu pada rentang 0,26 m/s - 0,58 m/s dan arus stasiun 1 sebesar 0,58 m/s,

kecepatan arus stasiun 2 sebesar 0,45 m/s, kecepatan arus stasiun 3 sebesar

0,41. m/s, kecepatan stasiun saat ini 4 memiliki kecepatan sekarang 0,26 m/s,

dan stasiun 5 mempunyai kecepatan arus 0,5 m/s. Hasil kecepatan saat ini

diperoleh yang terbesar pada sungai terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 0,58

m/s dan kecepatan arus tertinggi. ditemukan di pos 4 dan harga 0,26 m/s.

Semua ini memiliki satu ciri utama, yaitu batu. Selain itu Oleh karena itu, atribut

alamat semua postingan juga memiliki tipe alamat yang sama, yaitu deras

sekarang.

Kecepatan arus adalah pergerakan massa air secara vertical dan

horizontal, pada peranan arus dapat membantu difusi oksigen serta membantu

distribusi bahan organik dan nutrient. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi

kecepatan arus dalam suatu perairan yaitu angin, kelandaian, keadaan substrat,

topografi, dan identitas,selanjutnya terdapat pada perairan dapat dibedakan

kecepatan arus menjadi 2 yaitu perairan lentik yang arusnya dipengaruhi oleh

kekuatan pada angin, yang dapat menyebabkan arus air semakin kuat jika tiupan

angina juga kuat. Perairan lotik yang kecepatan arus airnya bersifat trubulen atau

bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribustri ke seluruh bagian

perairan.
G. Lembar Kerja Tugas II

1. Analisis Hubungan DO dan BOD

Grafik

Grafik 3. Hubungan DO dan BOD

Berdasarkan grafik diatas menunjukkan hubungan DO dan BOD yang

nyaris berbanding lurus. Terlihat pada post 1 dan 2 ketika DO mengalami


peningkatan, BOD juga mengalami peningkatan. DO pada post 1 semula 7,43

ppm dan megalami kenaikan menjadi 9,23 ppm pada post 2 begitu pun BOD

yang semula -0,95 ppm pada post 1 didapatkannya hasil negative karena

mengalami human error dimana hal itu terjadi karena botol yang digunakan

berbeda yang menyebabkan data yang dihasilkan minus, dan mengalami

peningkatan pada post 2 yaitu 1,91 ppm. Pada post 2 menuju post 3 mengalami

peningkatan DO dan BOD dimana DO yang semula 9,23 ppm meningkat lagi di

angka 16,43 ppm dan BOD yang semula berada di angka 1,91 ppm menjadi 5,6

ppm. Pada post 3 ke post 4 mengalami penurunan kadar DO dan BOD yaitu post

3 ke post 4 memiliki angka 16,43 ppm ke 7,9 ppm serta BOD pos 3 ke pos 4

adalah 5,6 ppm ke 3,46 ppm. Lalu pada post 4 ke post 5 DO dari angka 7,9 ppm

menjadi 7,91 ppm dan BOD post 4 ke post 5 yaitu 3,46 ppm menjadi -0,18 ppm,

didapatkannya hasil negative karena mengalami human error dimana hal itu

terjadi karena botol yang digunakan berbeda yang menyebabkan data yang

dihasilkan minus.

Kualitas air dapat ditentukan oleh parameter Biochemical Oxygen

Demand (BOD). Hal ini dapat dilakukan dengan menampilkan jumlah oksigen

terlarut yang dibutuhkan organisme hidup untuk menguraikan polutan yang ada

di air . Nilai BOD digunakan untuk mengukur jumlah relatif oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi atau menguraikan polutan dalam air. Apabila

kandungan oksigen semakin tinggi ditandai dengan semakin kecilnya jumlah

oksigen terlarut (DO) yang tersisa, maka kandungan kontaminan pada perairan

juga memerlukan oksigen dalam jumlah besar. Nilai BOD yang tinggi dapat

menyebabkan permasalahan kualitas air, tidak hanya kualitas air tetapi juga

masalah termasuk timbulnya bau yang sangat menyengat. Kandungan BOD

yang tinggi akan mengancam kehidupan organisme perairan akibat

berkurangnya kadar oksigen dalam perairan dan menjadi vektor penularan


penyakit. Secara umum parameter BOD banyak digunakan untuk mengetahui

tingkat pencemaran air limbah. Penentuan kadar BOD suatu badan air penting

untuk memantau aliran pencemaran dari hulu ke hilir. BOD menunjukkan jumlah

oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerob untuk mengoksidasi bahan

organik menjadi karbon dioksida dan air (Tamyiz, 2015).

Menurut Darioni, et al. (2020), kandungan DO memiliki pengaruh yang

nyata terhadap nilai BOD di perairan. Seharusnya nilai korelasi menunjukkan

nilai sempurna namun berbanding terbalik yang artinya semakin tinggi

kandungan DO maka akan semakin menurunkan nilai BOD di perairan. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Pour, et al. (2014), yang menyatakan bahwa semakin

rendah kandungan oksigen terlarut akan menyebabkan semakin tingginya nilai

BOD di perairan. Nilai BOD yang tinggi menandakan rendahnya kandungan

oksigen terlarut di perairan sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan

akibat kekurangan oksigen atau anoxia. Kandungan BOD yang tinggi dapat

menurangi populasi ikan. Berdasarkan literatur dari Tamamu dan Apri (2020), DO

memliki pengaruh yang nyata terhadap BOD. Hubungan DO dan BOD memiliki

perbandingan yang terbalik. Semakin meningkat kadar DO maka akan semakin

menurun kadar BOD di perairan tersebut. Begitupun sebaliknya, semakin

menurun kadar DO maka akan semakin meningkat kadar BOD di perairan

tersebut. Jika dilihat dari grafik, hal ini sangat bertentangan dimana pada grafik

menunjukkan perbandingan yang lurus. Pada grafik menunjukkan bahwa

semakin meningkat kadar DO maka akan semakin meningkat juga kadar BOD,

begitu pun sebaliknya.

Berdasarkan literatur, DO memiliki pengaruh yang nyata terhadap BOD.

Hubungan antara DO dan BOD memiliki perbandingan yang terbalik. Semakin

tinggi kadar DO maka akan semakin menurun kadar BOD di perairan. Begitu

pula sebaliknya, semakin rendah kadar DO maka akan semakin tinggi kadar
BOD di perairan tersebut. Jika dilihat dari grafik, hal ini dinyatakan bertentangan

karena pada grafik menunjukkan perbandingan yang lurus. Pada grafik

menunjukkan bahwa semakin meningkat kadar DO maka kadar BOD juga akan

meningkat pula, begitu pun sebaliknya.

DO (Dissolved Oxygen) merupakan jumlah oksigen yang terlarut dalam

perairan yang dapat dimanfaatkan organisme perairan untuk zat anorganik oleh

mikroorganisme. Sumber DO berasal dari difusi udara dan fotosintesis. Pada DO

nilai optimalnya di suatu perairan yaitu 8 mg/L kelebihan pada kadar DO

menyebabkan bubble disease sedangkan kekurangan pada kadar DO akan

menghambat pada pertumbuhan. Adapun faktor pada kadar DO yaitu arus, suhu,

dan organisme.BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme dalam air untuk memecah atau mendegradasi bahan buangan

organic yang ada dalam perairan.sumber munculnya BOD karena pembusukan

pada tanaman dan kotoran hewan dan kegiatan manusia,nilai optimal pada BOD

disuatu perairan adalah <1 mg/L dan jika kadar pada BOD adalah > 4ppm,maka

perairan tersebut dikatakan tercemar jadi hubungan antara DO dan BOD adalah

semakin tinggi BOD kadar DO akan semakin rendah. Begitupun sebaliknya jika

kadar BOD semakin rendah maka kadar pada DO akan semakin tinggi.

2. Analisis Hubungan antara TOM, amonia, nitrat dan orthofosfat.

a. Analisis hubungan TOM dan orthofosfat

Grafik
Grafik 4. Hubungan TOM dan Orthofosfat

Grafik diatas merupakan hasil analisis hubungan TOM dengan

Orthofosfat pada praktikum Ekologi Perairan Terapan yang dilaksanakan di

Sumber Mata Air Cinde. TOM dengan nilai tertinggi berada pada post 1 dengan

nilai 36,65 ppm dan TOM dengan nilai terendah berada pada post 4 dengan nilai

1,26 ppm. Nilai orthofosfat tertinggi berada pada post 3 dengan nilai 4,4 ppm dan

nilai Orthofosfat terendah berada pada post 1 yakni dengan nilai 2,6 ppm.

Perbedaan jumlah Orthofosfat yang cukup signifikan berada di post 1 dimana

selisih jumlah post tersebut dengan post yang lain cukup besar. Hal ini

dipengaruhi oleh aktivitas di sekitar post tersebut, baik aktivitas organisme

perairannya maupun aktivitas manusia atau masyarakat di sekitar Sumber Mata

Air Cinde.

Kandungan bahan organik (TOM) yang tinggi akan mempengaruhi tingkat

keseimbangan perairan. Kandungan bahan organik dalam perairan akan

mengalami peningkatan yang disebabkan dari beberapa hal seperti limbah

buangan dari rumah tangga, pertanian, industri, hujan, dan aliran air permukaan.

Pada musim kemarau kandungan bahan organik akan meningkat sehingga akan

meningkatkan pula kandungan unsur hara perairan dan sebaliknya pada musim

hujan akan terjadi penurunan karena adanya proses pengenceran (Ardhitya,

2015). Orthofosfat merupakan bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan secara

langsung oleh tumbuhan akuatik. Orthofosfat merupakan produk ionisasi dari

asam orthofosfat, yaitu bentuk fosfat yang paling sederhana di perairan (Aziz,

2014). Pembentukan orthofosfat di perairan dipengaruhi oleh beberapa

parameter fisika dan juga kimia seperti suhu, pH, salinitas, TDS, dan jumlah

oksigen terlarut. Pola persebaran konsentrasi ortofosfat semakin kearah laut


(menjauhi sumbernya, pembuangan limbah dan sungai), konsentrasi orthofosfat

yang dikandung badan air semakin rendah. Semakin ke arah pantai (mendekati

sumbernya, pembuangan limbah dan sungai) konsentrasi orthofosfat yang

dikandung badan air semakin tinggi. Secara horizontal, kadar fosfat semakin

tinggi pada daerah pantai.

Berdasarkan literatur, dapat disimpulkan bahwa perairan pada Sumber

Mata Air Cinde memiliki kadar TOM yang optimum dan baik bagi organisme yang

ada pada perairan tersebut. Tinggi atau rendahnya kadar TOM dan othofosfat

saling berpengaruh, dimana jika kadar TOM di perairan bisa dipengaruhi oleh

orthofosfat di perairan tersebut. Jika kadar ortofosfat tinggi maka akan tinggi

juga kadar TOM di perairan. Jumlah fosfat yang tinggi akan menghasilkan

pertumbuhan alga yang sangat besar sehingga bisa mengakibatkan kurangnya

sinar matahari di perairan yang masuk sehingga mengakibatkan berkurangnya

kadar oksigen yang dapat menyebabkan kematian pada organisme perairan.

Ketika kadar TOM pada suatu perairan tinggi hingga melebihi nilai optimum maka

akan terjadi eutrofikasi yang dapat menyebabkan penurunan oksigen telarut,

blooming algae, bahkan kematian pada organisme perairan.

TOM (Total Organic Matter) adalah kandungan bahan organik kompleks

dalam air, meliputi zat organik terlarut, tersuspensi, dan koloidal yang belum atau

sedang dalam proses penguraian. TOM berasal dari pecahan batuan, pecahan

kulit dan tulang organisme akuatik. Tergantung pada sumbernya, TOM dibagi

menjadi autochthonous (dari dalam air itu sendiri) dan allotochnus (dari luar air).

TOM dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk arus, suhu, pH, nutrisi yang

tersedia dalam air, oksigen, dan faktor lainnya. Jika kadar TOM terlalu tinggi

dapat menyebabkan eutrofikasi dan berdampak negatif terhadap ekosistem

perairan. Selain itu ada Orthophosphate, bentuk fosfat paling sederhana yang

terdapat di air dan dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman air. Ortofosfat
berasal dari pelapukan batuan, penguraian bahan organik dan limbah.

Kandungan ortofosfat dalam air menunjukkan kesuburan air, namun jika

berlebihan dapat menimbulkan akibat negatif. Kadar fosfat yang tinggi akan

menyebabkan alga tumbuh terlalu tinggi sehingga sinar matahari tidak mampu

menembus perairan.

b. Hubungan antara amonia dan nitrat.

Grafik

Grafik
Grafik 5.
5. Hubungan
Hubungan Amonia
Amonia dan
dan Nitrat
Nitrat

Berdasarkan praktikum Ekologi Perairan Terapan pada Sumber Mata Air

Cinde didapatkan hasil data yang menunjukkan bahwa perairan pada Sumber
Mata Air Cinde bersifat toksik.Pada penelitian Sumber Mata Air Cinde terdapat 5

post yang di teliti baik itu amonia maupun nitrat. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan kadar amonia tertinggi berada pada post 1 dan post 3 dengan nilai

yang sama sebesar 0,04 ppm dan untuk kadar amonia terendah berada pada

post 2 dan post 5 dengan nilai 0,02. Kadar nitrat tertinggi terdapat pada post 1

dengan nilai 4,1 dan kadar nitrat terendah berada pada post 4 dan post 5 dengan

nilai 3,4. Perbedaan ini disebabkan karena semakin meningkat kadar nitrat yang

ada pada di suatu perairan maka kadar amonia perairan tersebut juga akan

semakin meningkat.

Amonia pada perairan berasal dari air seni, tinja, maupun oksidasi

senyawa organik oleh mikroba (Putri, et al., 2019). Pada suatu perairan jika

terdapat konsentrasi amonia yang tinggi dapat menyebabkan kematian pada

biota air. Amonia adalah senyawa yang berasal dari nitrogen yang kemudian

menjadi NH4 pada pH yang rendah. Meningkatnya konsentrasi amonia di suatu

perairan akan menyebabkan penurunan DO yang dapat mengganggu fungsi

fisiologi dan metabolisme biota atau organisme air tersebut. Nitrat merupakan

makronutrien yang dapat mengontrol produktivitas primer di daerah eufotik dalam

perairan. Meningkatnya kadar nitrat dapat disebabkan oleh masuknya limbah

domestik dan aktivitas pertanian melalui pemupukan yang mengandung nitrat.

Hasil analisis hubungan amonia dengan nitrat di perairan saling berkaitan.

Amonia dan nitrat berperan penting dalam proses nitrifikasi yang terjadi pada

suatu perairan. Apabila kadar amonia 1 ppm maka akan bersifat toksik bagi

fauna perairan. Praktikum Ekoper di perairan Sumber Mata Air Cinde

menunjukkan bahwa perairan tersebut bersifat toksik bagi fauna perairan dan

kurang subur. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal disekitar

Sumber Mata Air Cinde telah melakukan beberapa aktivitas yang dapat
menyebabkan atau mengakibatkan konsentrasi nitrat pada perairan tersebut

meningkat. Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat ialah aktivitas pertanian

yang berada di sekitar daerah perairan Sumber Mata Air Cinde tersebut yang

biasanya merupakan kegiatan pemupukan dan pemberian pestisida.

Amonia adalah hasil katabolisme protein yang diekskresikan oleh

organisme dan merupakan salah satu hasil dari penguraian zat organik oleh

bakteri. Bentuk ammonia dalam perairan dalam bentuk tak terionisasi (NH 3),

dalam bentuk terionisasi (NH4). Adapun faktor yang mempengaruhi ammonia

dalam perairan yaitu suhu, pH, dan DO. Peranan ammonia dalam perairan untuk

bahan energi bagi bakteri dalam proses nitrifikasi. Nitrat adalah bentuk utama

dari nitrogen yang ada di perairan dan merupakan nutrien utama bagi

pertumbuhan tanaman dari alga. Sumber utama nitrat di perairan yairu limbah

dan dekomposisi bahan organik. Adapun faktor yang mempengaruhi nitrat di

perairan ammonia dan oksigen. Nilai optimal nitrat di perairan berkisar 0,9-3,5

mg/l. Peranan nitrat pada perairan sebagai nutrien utama bagi pertumbuhan alga

dan tanaman. Kadar nitrat tinggi menyebabkan pencemaran perairan dan

eutrofikasi, sedangkan kadar nitrat rendah meyebabkan kurangnya nutrien bagi

pertumbuhan alga.
2. Benthos

Gambar 1. Hydropsyche (Kulu, 2021)


Klasifikasi:

Menurut GBIF (2023), klasifikasi spesies Hydropsyche yaitu :

Kingdom : Animal

Phylum : Arthopoda

Class : Insecta

Ordo : Trichoptera

Familiy : Hydropsychidae

Sub famliy : Hydropsychidae

Genus : Hydropsyche

Interpertasi hasil:

Pengambilan sampel untuk parameter bentik diawali dengan pengambilan

sampel menggunakan jaring kicking di aliran sungai Cinde. Di laboratorium,

pengamatan terhadap hewan bentik dilanjutkan dan diperoleh hasil bahwa

organisme bentik pada posisi pertama tergolong hidropsikia. Langkah

selanjutnya adalah mengidentifikasi Hydropsyche di bawah mikroskop untuk

menentukan bentuknya kemudian membandingkan hasil identifikasi dengan buku

akuarium. Hasil deteksi bentik dikelompokkan dalam Kingdom Animalia,

Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Trichoptera, Family Hydropsychidae, Family

Hydropsyche dan termasuk dalam genus Hydropsyche. Hydropsyche

mempunyai bentuk tubuh tersegmentasi, simetri bilateral dan panjang 10 mm.

Benthos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di

permukaan sedimen dasar perairan. Faktor yang mendasari penggunaan hewan

benthos khususnya makroozobenthos sebagai organisme indikator suatu

perairan adalah karena benthos memiliki sifat yang relatif pasif atau memiliki

mobilitas yang rendah (Meisaroh et al., 2018). Bentos memiliki sifat kepekaan

terhadap beberapa bahan pencemar, mobilitas yang rendah, mudah ditangkap


dan memiliki kelangsungan hidup yang panjang (Noris, 2021). Peran bentos

dalam keseimbangan suatu ekosistem perairan dapat menjadi indikator kondisi

ekologi terkini pada kawasan tertentu, faktor utama yang mempengaruhi jumlah

bentos, keragaman jenis dan dominasi, antara lain adanya kerusakan habitat

alami, pencemaran kimiawi, dan perubahan iklim (Ningsih et al., 2020).

Makrozoobenthos merupakan salah satu organisme yang mempunyai ukuran

lebih besar dari 1,0 mm (Aryanti et al., 2021). Organisme ini hidup secara sesil,

merayap dan menggali lubang. Berdasarkan tempat hidupnya zoobentos dibagi

menjadi 2 yaitu infauna dan epifauna. Infauna adalah bentos yang hidup di dalam

subtrat perairan, sedangkan epifauna adalah bentos yang hidup diatas subtrat

perairan (Riniatsih et al., 2021). Makrozoobenthos merupakan salah satu

kelompok terpenting dalam suatu ekosistem. Makrozoobentos dapat mengubah

bahan organik yang berukuran besar menjadi lebih kecil, sehingga mikroba

mudah menguraikannya (Winarti dan Harahap, 2021). Selain itu, menurut

Izimiarti (2021) makrozoobentos berperan dalam proses menetralisasikan

lingkungan perairan dengan cara merubah balik limbah organik menjadi sumber

makanannya sehingga kondisi perairan menjadi stabil. (Ananta dan Harahap,

2022).

Pada praktikum yang sudah dilakukan pada perairan di Sumber Mata Air

Cinde yang dibagi menjadi lima pos praktikum. Data hasil pengukuran kualitas air

biotik didapatkan organisme Benthos pada pos 1 dengan genus Hydropsyche sp.

memiliki dinding sel yang tersusun dari pektin dan tirenoid. Terdapat 2-10

kloroplas yang berbentuk sprial dan berbentuk pita. Habitatnya kebanyakan

berada pada perairan tawar. Dapat disimpulkan bahwa Benthos mencakup

berbagai jenis makhluk hidup, seperti mikroorganisme, moluska, krustasea, dan

ikan, yang beradaptasi untuk hidup di lingkungan dasar perairan. Organisme

benthik dapat ditemukan di berbagai habitat, termasuk zona intertidal, zona


subtidal, dan zona abisal laut. Mereka memainkan peran penting dalam

ekosistem perairan, termasuk dalam siklus makanan dan dekomposisi material

organik.

Benthos merupakan organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik

yang sesil ataupun vagil. Habitat benthos terdapat di pasir, lumpur, Batuan,

patahan karang (karang mati). Kadar optimum dari benthos di perairan tidak

tercemar jika indikator makrozoobenthos terdiri dari tricoptera (Sericosmotidae,

lepimostidae, dan Glossmotidae). Substrat perairan dan kedalaman

mempengaruhi pola penyebaran maupun morfologi fungsional serta tingkah laku

hewan bentik. Hal tersebut berkaitan dengan ciri (karakteristik) dan juga jenis

makanan pada benthos.

3. Perifithon

Gambar 2. Spirogyra (Almeida et al., 2023)


Klasifikasi:

Menurut GBIF (2023), klasifikasi spesies Spirogyra yaitu:

Kingdom : Viridiplantae

Phylum : Charophyta

Class : Zygnematophyceae

Order : Zygnematales

Family : Zygnemataceae

Genus : Sprogyra

Interpertasi hasil:

Spirogyra adalah spesies ex situ yang ditemukan di Mata Air Cinde

selama aplikasi bidang ekologi perairan. Kondisi perairan tempat ditemukannya

sampel berupa air berarus deras dan substrat berbatu. Spirogya mempunyai

kloroplas berbentuk spiral, mempunyai pirenoid dan nukleus, sel Spirogyra

berbentuk silindris dan terhubung ujung ke ujung, membentuk struktur

bercabang panjang menyerupai filamen. Sel Spirogyra memiliki nukleus yang

terletak di tengah, sitoplasma dikelilingi oleh dinding sel, dan vakuola yang besar.

Lapisan tipis gelatin melindungi semua sel, memberikan sifat khusus pada

spirochetes. Pada siang hari, fotosintesis terjadi dengan cepat dan oksigen yang

dihasilkan disimpan di antara serat-serat. Pada titik ini Spirogyra akan

mengapung ke permukaan. Pada malam hari, oksigen larut dalam air. Spirogyra

berkembang biak dengan konjugasi dan fragmentasi (pecahnya thallus).

Menurut Hendrayana, et al. (2022), perifiton merupakan kumpulan

organisme diatom yang menempel pada suatu organisme tertentu. Keberadaan

organisme perifiton pada lamun dapat ditemukan dalam permukaan daun

maupun akar lamun.Perifiton biasanya dicirikan dengan sekumpulan organisme

yang berwarna coklat dan terlihat mengkilap sehingga organisme ini sering
dikategorikan organisme biofilm .Perifiton umumnya merupakan produsen primer

sehingga keberadaan organisme ini berperan penting pada struktur tropik level

ekosistem lamun.Fungsi penting ini menjadikan perifiton sebagai salah satu

bioindikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan perairan dan indikator

pencemaran perairan .Kelimpahan perifiton tinggi akan mendukung produktifitas

perairan di ekosistem lamun. Kolonisasi perifiton yang melimpah di permukaan

daun lamun akan mendorong percepatan pembusukan daun lamun. kondisi

lamun dapat terganggu akibat kelimpahan perifiton yang terlalu tinggi. Proses

kolonisasi perifiton dipengaruhi oleh kondisi arus di sekitar lamun. Kecepatan

arus akan semakin rendah ketika berada pada lamun dengan kerapatan tinggi

sehingga proses penempelan perifiton pada lamun akan semakin meningkat.

Kerapatan lamun di suatu perairan akan menentukan tingkat kelimpahan

perifiton.

Pengamatan lapang di Sumber Mata Air Cinde didapati perfiton spirogyra

yang mana perairan tersebut bertipe arus deras serta substrat berbatu. Beberapa

perifithon diantaranya ada yang berbentuk koloni, yang memiliki kemampuan

melekat pada permukaan substrat lebih baik daripada mikroalga lainnya.

Perifithon yang didapatkan dari pos satu adalah Spirogyra. spirogyra ini memiliki

ciri-ciri kloroplasnya berbentuk spiral/ jala, koloninya berbentuk benang/ filamen,

Tubuh tidak bercabang, berwarna hijau dengan sel-sel silinder ditempatkan ujung

ke ujung, hidup di air tawar, reproduksinya secara vegetatif dengan konjugasi.

Perifiton adalah sekelompok organisme berbeda yang tumbuh dan hidup

di air yang menempel pada substrat. Contohnya dapat ditemukan pada

tumbuhan, kayu, batu, dan lain-lain. Suhu optimum bagi perifiton adalah 30-35°C

dan salinitas air laut yang optimum adalah sekitar 30% agar perifiton dapat

tumbuh dengan baik. Di perairan lotik, perifiton lebih berperan sebagai produsen

dibandingkan fitoplankton. Hal ini dikarenakan fitoplankton selalu terbawa arus,


sedangkan alga perifiton relatif tetap pada habitatnya. Perifiton bersifat relatif

stasioner, sehingga kelimpahan dan komposisi perifiton di suatu perairan

dipengaruhi oleh kualitas perairan tempat ia hidup. Pengumpulan spesimen

perifitik sangat sederhana, tidak memakan banyak tempat dan sangat

sederhana. Caranya, alasnya diberi tanda 3x3, lalu dikikis dengan pisau dan

jangan lupa dimasukkan ke dalam botol foil lalu ditambahkan cairan Lugol.
DAFTAR PUSTAKA

Alabaster, J.S. 1977. Biological Monitoring of Inland Fisheries. Applied Science


Pub.London.

Almeida, Â., Cotas, J., Pereira, L., & Carvalho, P. (2023). Potential Role of
Spirogyra sp. and Chlorella sp. in Bioremediation of Mine Drainage: A
Review. Phycology, 3(1), 186-201.

Ananta, S., & Harahap, A. (2022). Distribusi dan Keanekaragaman


Makrozoobentos. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan Biologi dan
Sains, 5(1), 286-294.

Awal, J.,Tantu, H., & Tenriawaru, E. P. (2015). Identifikasi alga (algae) sebagai
bioindikator tingkat pencemaran di Sungai Lamasi Kabupaten Luwu.
Dinamika, 5(2).

Aziz, A., Wulandari, S. Y., & Maslukah, L. (2014). Sebaran Konsentrasi Ortofosfat
di Lapisan Permukaan Perairan Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pengambengan dan Estuari Perancak, Bali. Journal of Oceanography,
3(4), 713-721.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier
Scientific Pub.Co. New York.

Chiras, D.D. 1985. Environmentasl Science. A Framework for Decision Making.


The Benjamin Cummings Publishing Company, Inc. Ontario.

Daroini, T. A., & Arisandi, A. (2020). Analisis BOD (Biological Oxygen Demand)
di Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan. Juvenil: Jurnal
Ilmiah Kelautan dan Perikanan, 1(4), 558-566.

GBIF. Spirogyra ozygospora. 2023. Diambil dari


https://www.gbif.org/species/201976948. Diakses pada tanggal 20
November 2023 jam 10.56 WIB.

GBIF. Hydropsyche. 2023. Diambil dari https://www.gbif.org/species/155467145.


Diakses pada tanggal 20 November 2023 jam 14.22 WIB.

Hamuna, B., Pujiyat, S., Natih, N. M. N., & Dimara, L. (2018). Analisis hambur
balik
akustik untuk klasifikasi dan pemetaan substrat dasar perairan di Teluk Yos
Sudarso, Kota Jayapura. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 10(2),
291-300.

Hellawell, J.M. 1986. Biological Indicators of Freshwater Pollution and


Environmental Management. Elsevier Applied cience Pub. London.

Hendrayana, H., Ambariyanto, A., Pringgenies, D., & Mujiyanto, M.(2022)


Kontribusi Lamun Enhalus acoroides Terhadap Kelimpahan Perifiton Di
Perairan Legon Boyo, Karimunjawa. Buletin Oseanografi Marina, 9(2), 150-
156.

Hutomo, M. and S. Martosewojo. 1977. The Fishes of Seagrass Community on


The West of Burung Island (Pari Islands, Seribu Islands and Their Variation
in Abundance). Marine Research in Indonesia. 17 : 147-172.

Hynes, G.B.N. 1963. The Biology of Polluted Waters. Liverpool University Press.
Liverpool.

Kulu, K. M. D. A. T. (2021). Kubuk, Madobak, Siberut Selatan, Mentawai. Jurnal


Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol, 2(1).

Moss, B. 1986. Ecological of Freshwaters. Blackwell Scientific Pub. Oxford.

Ningsih, S. W., Setyati, W. A., & Taufiq, N. (2020). Tingkat Kelimpahan


Makrozoobenthos di Padang Lamun Perairan Telaga dan Pulau
Bengkoang, Karimunjawa. Journal of Marine Research, 9(3), 223–229.
https://doi.org/10.14710/jmr.v9i3.27418

Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Terjermahan :


H.M. Eidman, dkk. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Odum, E.P. 1996. Dasar – Dasar Ekologi. ed.3. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 697 hal.

Pebriani, D. A. A., & Dewi, A. P. W. K. (2016). Analisis daya dukung perairan


berdasarkan kualitas air terhadap peluang budidaya abalon (Haliotis sp) di
Perairan Kutuh, Bali. Samakia J Ilmu Perik, 7, 66-71.

Putri, W. A. E., Purwiyanto, A. I. S., Agustriani, F., & Suteja, Y. (2019). Kondisi
nitrat, nitrit, amonia, fosfat dan BOD di muara Sungai Banyuasin, Sumatera
Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 11(1), 65-74.

Prescott, G.W., (1954). How to know the fresh water Algae. W.M.L Brown
Coming. Iowa. Pb. 260-281

Revia, L. E. (2020). Analisis Spasial Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Dusun Capit
Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Rosmeillyana, R. (2021). TA: Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian


Pencemaran Sungai Cisangkan, Kota Cimahi (Doctoral dissertation, Institut
Teknologi Nasional Bandung).

Sidabutar, E A., Sartimbul, A., & Handayani, M. (2019). Disribusi Suhu,


Salinitas dan Oksigen Terlarut Terhadap Kedalaman di Perairan Teluk Prigi
Kabupaten Trenggalek.

Simamora, Y. L. (2020). Analisis kesesuaian ekosistem mangrove sebagai


kawasan ekowisata di Pulau Kelapan Kabupaten Bangka Selatan. Jurnal
Enggano Vol, 5(2), 132-142.
Syuhada, N. I., Suwondo, S., & Fauziah, Y. (2017). Analisis Kualitas Perairan
Sungai Subayang Berdasarkan Indeks Biotilik Sebagai Pengayaan Modul
Mata Kuliah Ekologi Perairan.

Tamyiz, M. (2015). Perbandingan rasio BOD/COD pada area tambak di hulu dan
hilir terhadap biodegradabilitas bahan organik. Journal of Research and
Technology, 1(1), 9-15.

Welcomme, R.L. 1985. River Fisheries. FAO Fisheries Technical Paper 262.
Rome.
LAMPIRAN

Gambar 3. Pengukuran suhu

Gambar 4. Pengukuran Kecepatan Arus

Gambar 5. Pengukuran PH
Gambar 6. Pengukuran DO

Gambar 7. Pengukuran BOD

Gambar 8. Pengukuran CO2


Gambar 9. Pengukuran TOM

Gambar 10. Pengukuran Amonia

Gambar 11. Pengukuran Nitrat

Gambar 12. Pengukuran Orthofosfat

Anda mungkin juga menyukai