Asisten Praktikum :
Tanaya Citra Damayanti
Disusun Oleh :
NIM : 235080100111015
Kelas : M01
Kelompok : 1
NIM : 235080100111015
Kelompok :1
Kelas : M01
3
RENCANA PRAKTIKUM
4. Semester : Ganjil
A. Latar Belakang
Odum (1996) adalah kajian tentang rumah tangga bumi termasuk flora, fauna,
mikroorganisme dan manusia yang hidup bersama saling tergantung satu sama
lain. Menurut Chiras (1985) adalah studi tentang organisme hidup dan hubungan
yang masing – masing berbeda. Salah satu bahasan yang juga dijadikan obyek
karena interaksi antara faktor abiotik dan abiotik, serta abiotik dan biotik tidak
hanya dipengaruhi oleh dinamika ekosisstem itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi
fenomena yang terjadi di Daerah Aliran Sungai. Perubahan yang terjadi mulai
zona rithron (kawasan hulu) yang berarus deras sampai zona potamon (kawasan
dikenal dengan istilah River Continuum Concept, dimana kuantitas dan kualitas
komponen abiotik serta komposisi komponen biotik berubah secara gradien dan
1. Ketrampilan Kognitif
2. Ketrampilan Afektif
b. Kemampuan bekerjasama.
3. Ketrampilan Psikomotorik
Oktober 2023.
1) Praktikum
2) Analisis data
3) Pembuatan laporan
4) Konsultasi laporan
5) Ujian praktikum
E. Data Hasil Praktikum
Post
No Parameter
1 2 3 4 5
3. pH 8 8 7 7 7
Amonia 0,02
8. 0,04 0,02 0,04 0,03
(ppm)
Nitrat 3,4
9. 4,1 3,7 4,0 3,4
(ppm)
Orthofosfat 4,2
10. 2,6 4,1 4,4 4,1
(ppm)
Tabel 1. Data hasil pengukuran kualitas air abiotik di Sumber Mata Air Cinde
Benthos Hydropsyche
Perifiton Spirogyra
Tabel 2. Data hasil pengukuran kualitas air biotik di Sumber Mata Air Cinde
F. Lembar Kerja Praktikum I
a. Data Teori
Tabel 3. Kelarutan karbondioksida dalam air murni pada suhu yang berbeda
b. Data Aktual
Grafik:
20 20
Teori
15
Aktual
10
1.6
5 0.65
0.76 0.56 0.48 0.42
0
5 10 15 20 25 30 35
SUHU (oC)
Analisis:
Suhu mempengaruhi reaksi kimia dan proses biologis, salinitas
untuk respirasi dan dekomposisi biota air. Kedalaman topografi dasar perairan
terlarut didistribusikan. Suhu air merupakan faktor yang pengendali untuk semua
kehidupan akuatik. Semua proses biologis dan kimia dalam operasi akuakultur
dipengaruhi oleh suhu. Suhu berperan dalam reaksi kimia dan proses biologi.
Pola distribusi salinitas, suhu, dan oksigen terlarut juga akan berbeda di setiap
(Sidabutar et al.,2019).
Kisaran suhu air pada saat pengamatan kadamya berkisar antara 28-34
°C. Suhu air merupakan faktor abiotik yang mempunyai peranan penting bagi
sangat dipengaruhi oleh parameter lainnya, antara suhu dan oksigen berbanding
terbalik, jika suhu tinggi maka oksigen rendah dan dapat menaikkan
suhu air dan karbon dioksida di Sumber Mata Air Cinde memiliki temperatur air
tinggi maka semakin meningkatnya suhu pada air atau juga dari suhu air
sekitarnya, Selain itu dapat dipengaruhi oleh iklim (Rovia, 2020). Terdapat jenis
sumber air saat terjadinya peningkatan suhu pada siang hari secara tidak
langsung dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari masuk kedalam air dan
Berdasarkan data yang kami terima setelah selesai magang, suhu tertinggi
terdapat di stasiun 3 dan 4 dengan suhu 22℃ Suhu tertinggi di Cinde Springs
terdapat pada stasiun 1 dan 2 yaitu 19℃. Nilai tertinggi untuk larutan CO2
terdapat pada stasiun 4 dengan nilai 28 ppm. Nilai larutan CO 2 terendah terdapat
pada stasiun 2 dengan nilai 1,57. Secara teori, hasil analisis hubungan suhu air
yang dipengaruhi oleh suhu adalah musim, intensitas cahaya matahari, letak
Indonesia antara 23-32°C. CO₂ adalah senyawa yang terbentuk dari 1 atom
karbon dan 2 atom oksigen (CO₂) mudah larut didalam air yang tidak berbau dan
berwarna. Kandungan CO₂ dalam perairan bisa terjadi naik atau turun, yaitu
mengalami kenaikan jika suhu juga naik dan organisme perairan lebih tinggi
sehingga terjadi respirasi. CO₂ bisa juga mengalami penurunan meskipun dalam
keadaan suhu naik. Hal ini disebabkan karena fitoplankton yang lebih banyak
a. Data Teori
Tabel 5. Kelarutan oksigen dalam air murni pada suhu yang berbeda (pada
b. Data Aktual
Grafik:
10 Teori
7.9
8 9.37 Ak-
9.2 7.9 tual
6
4 7.4 9.01
2
0
15 16 17 18 19 20 21 22 23
SUHU (oC)
Analisis:
(2015), suhu air sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dan
laju konsumsi oksigen hewan air. Oksigen di perairan diperoleh dari hasil
fotosintesis tumbuhan air, pergerakan air, dan difusi langsung dari udara.
oksigen dalam air dihasilkan melalui proses difusi. Menurut Pebriani, et al.
proses fotosintesis dapat menghasilkan oksigen. Aliran air juga dapat menambah
suplai oksigen. Pengurangan oksigen dalam air yang paling banyak adalah
Menurut Simamora (2020), oksigen yang terlalut didalam air bersumber terutama
dari adanya kontak antara permukaan air dengan udara dan dari proses
aktifitas dari fotosintesis fitoplanton yang tidak maksimal. Kekeruhan yang tinggi
saat pasang dengan kondisi perairan keruh selain itu suhu air yang tinggi dapat
parameter suhu kami mendapatkan nilai tertinggi pada post 4 dan 5 dengan
angka 22℃ . Hasil pengukuran suhu terendah berada pada post 1 dan 2 dengan
nilai 19℃ . Hasil pengujian O₂ pada Sumber Mata Air Cinde, nilai terendah
kelarutan Oksigennya mencapai 3,46 ppm pada suhu 22°C dan untuk nilai
kelarutan Oksigen tertinggi mencapai 16,43 ppm pada suhu 21,5°C. Berdasarkan
bahwa perbandingan antara data teori sama dengan data aktual, karena pada
data teori menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dalam perairan, maka nilai
kelarutan oksigen dalam perairan tersebut akan semakin rendah dan begitu pun
sebaliknya data aktual juga menunjukkan data yang sama dengan data teori.
kedalaman, pergerakan arus. Kegiatan pada hewan air dikontol oleh suhu yaitu
Hubungan suhu air dengan kadar oksigen pada organisme hewani suhu
Suhu dapat membuat keadaan ekosistem air dapat berfungsi dengan optimal.
berkembang biak.
Kecepatan arus
Sifat dasar Tipe habitat
(cm/detik)
Tabel 7. Hubungan kecepatan arus, sifat dasar dan tipe habitat perairan (sungai)
Kecepatan arus
Post Sifat dasar Tipe habitat
(cm/detik)
1 58 Berbatu Arus deras
Tabel 8. Kecepatan arus, sifat dasar, dan tipe habitat Sumber Mata Air Cinde
Analisis:
Mempunyai Substrat terdiri dari 2 tipe berpasir dan pasir berlumpur. Tipe
substrat ini sangat mendukung untuk tumbuhnya jenis lamun. Menurut Syuhada,
et al.(2017), bahwa hampir semua tipe substrat atau dasar perairan dapat
ditumbuhi lamun dari substrat berlumpur sampai berbatu, namun padang lamun
yang luas lebih sering ditemukan di substrat lumpur berpasir, atau pasir
berlumpur yang tebal antara hutan mangrove dan terumbu karang. Organisme di
perairan dipengaruhi oleh sifat fisika yang terderiri dari kecepatan arus ,suhu,
kecerahan dan kedalaman. Arus pada suatu ekosistem perairan dapat berfluktasi
Pulau sebelah barat dan selatan terdapat substrat yang relatif sama, seperti
rumput laut banyak ditemukan hidup pada substrat karang mati dan pecahan
karang. Menurut Hamuna, et.al (2018), klasifikasi tekstur substrat dasar perairan
Hasil data yang diperoleh yaitu , kecepatan perairan, ciri-ciri dasar dan
tipe habitat pada saat pelatihan di Sumber Mata Air Cindehasil yang diperoleh
yaitu pada rentang 0,26 m/s - 0,58 m/s dan arus stasiun 1 sebesar 0,58 m/s,
kecepatan arus stasiun 2 sebesar 0,45 m/s, kecepatan arus stasiun 3 sebesar
0,41. m/s, kecepatan stasiun saat ini 4 memiliki kecepatan sekarang 0,26 m/s,
dan stasiun 5 mempunyai kecepatan arus 0,5 m/s. Hasil kecepatan saat ini
diperoleh yang terbesar pada sungai terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 0,58
m/s dan kecepatan arus tertinggi. ditemukan di pos 4 dan harga 0,26 m/s.
Semua ini memiliki satu ciri utama, yaitu batu. Selain itu Oleh karena itu, atribut
alamat semua postingan juga memiliki tipe alamat yang sama, yaitu deras
sekarang.
horizontal, pada peranan arus dapat membantu difusi oksigen serta membantu
distribusi bahan organik dan nutrient. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi
kecepatan arus dalam suatu perairan yaitu angin, kelandaian, keadaan substrat,
kecepatan arus menjadi 2 yaitu perairan lentik yang arusnya dipengaruhi oleh
kekuatan pada angin, yang dapat menyebabkan arus air semakin kuat jika tiupan
angina juga kuat. Perairan lotik yang kecepatan arus airnya bersifat trubulen atau
perairan.
G. Lembar Kerja Tugas II
Grafik
ppm dan megalami kenaikan menjadi 9,23 ppm pada post 2 begitu pun BOD
yang semula -0,95 ppm pada post 1 didapatkannya hasil negative karena
mengalami human error dimana hal itu terjadi karena botol yang digunakan
peningkatan pada post 2 yaitu 1,91 ppm. Pada post 2 menuju post 3 mengalami
peningkatan DO dan BOD dimana DO yang semula 9,23 ppm meningkat lagi di
angka 16,43 ppm dan BOD yang semula berada di angka 1,91 ppm menjadi 5,6
ppm. Pada post 3 ke post 4 mengalami penurunan kadar DO dan BOD yaitu post
3 ke post 4 memiliki angka 16,43 ppm ke 7,9 ppm serta BOD pos 3 ke pos 4
adalah 5,6 ppm ke 3,46 ppm. Lalu pada post 4 ke post 5 DO dari angka 7,9 ppm
menjadi 7,91 ppm dan BOD post 4 ke post 5 yaitu 3,46 ppm menjadi -0,18 ppm,
didapatkannya hasil negative karena mengalami human error dimana hal itu
terjadi karena botol yang digunakan berbeda yang menyebabkan data yang
dihasilkan minus.
Demand (BOD). Hal ini dapat dilakukan dengan menampilkan jumlah oksigen
terlarut yang dibutuhkan organisme hidup untuk menguraikan polutan yang ada
di air . Nilai BOD digunakan untuk mengukur jumlah relatif oksigen yang
oksigen terlarut (DO) yang tersisa, maka kandungan kontaminan pada perairan
juga memerlukan oksigen dalam jumlah besar. Nilai BOD yang tinggi dapat
menyebabkan permasalahan kualitas air, tidak hanya kualitas air tetapi juga
tingkat pencemaran air limbah. Penentuan kadar BOD suatu badan air penting
untuk memantau aliran pencemaran dari hulu ke hilir. BOD menunjukkan jumlah
kandungan DO maka akan semakin menurunkan nilai BOD di perairan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Pour, et al. (2014), yang menyatakan bahwa semakin
akibat kekurangan oksigen atau anoxia. Kandungan BOD yang tinggi dapat
menurangi populasi ikan. Berdasarkan literatur dari Tamamu dan Apri (2020), DO
memliki pengaruh yang nyata terhadap BOD. Hubungan DO dan BOD memiliki
tersebut. Jika dilihat dari grafik, hal ini sangat bertentangan dimana pada grafik
semakin meningkat kadar DO maka akan semakin meningkat juga kadar BOD,
tinggi kadar DO maka akan semakin menurun kadar BOD di perairan. Begitu
pula sebaliknya, semakin rendah kadar DO maka akan semakin tinggi kadar
BOD di perairan tersebut. Jika dilihat dari grafik, hal ini dinyatakan bertentangan
menunjukkan bahwa semakin meningkat kadar DO maka kadar BOD juga akan
perairan yang dapat dimanfaatkan organisme perairan untuk zat anorganik oleh
menghambat pada pertumbuhan. Adapun faktor pada kadar DO yaitu arus, suhu,
pada tanaman dan kotoran hewan dan kegiatan manusia,nilai optimal pada BOD
disuatu perairan adalah <1 mg/L dan jika kadar pada BOD adalah > 4ppm,maka
perairan tersebut dikatakan tercemar jadi hubungan antara DO dan BOD adalah
semakin tinggi BOD kadar DO akan semakin rendah. Begitupun sebaliknya jika
kadar BOD semakin rendah maka kadar pada DO akan semakin tinggi.
Grafik
Grafik 4. Hubungan TOM dan Orthofosfat
Sumber Mata Air Cinde. TOM dengan nilai tertinggi berada pada post 1 dengan
nilai 36,65 ppm dan TOM dengan nilai terendah berada pada post 4 dengan nilai
1,26 ppm. Nilai orthofosfat tertinggi berada pada post 3 dengan nilai 4,4 ppm dan
nilai Orthofosfat terendah berada pada post 1 yakni dengan nilai 2,6 ppm.
selisih jumlah post tersebut dengan post yang lain cukup besar. Hal ini
Air Cinde.
buangan dari rumah tangga, pertanian, industri, hujan, dan aliran air permukaan.
Pada musim kemarau kandungan bahan organik akan meningkat sehingga akan
meningkatkan pula kandungan unsur hara perairan dan sebaliknya pada musim
asam orthofosfat, yaitu bentuk fosfat yang paling sederhana di perairan (Aziz,
parameter fisika dan juga kimia seperti suhu, pH, salinitas, TDS, dan jumlah
yang dikandung badan air semakin rendah. Semakin ke arah pantai (mendekati
dikandung badan air semakin tinggi. Secara horizontal, kadar fosfat semakin
Mata Air Cinde memiliki kadar TOM yang optimum dan baik bagi organisme yang
ada pada perairan tersebut. Tinggi atau rendahnya kadar TOM dan othofosfat
saling berpengaruh, dimana jika kadar TOM di perairan bisa dipengaruhi oleh
orthofosfat di perairan tersebut. Jika kadar ortofosfat tinggi maka akan tinggi
juga kadar TOM di perairan. Jumlah fosfat yang tinggi akan menghasilkan
Ketika kadar TOM pada suatu perairan tinggi hingga melebihi nilai optimum maka
dalam air, meliputi zat organik terlarut, tersuspensi, dan koloidal yang belum atau
sedang dalam proses penguraian. TOM berasal dari pecahan batuan, pecahan
kulit dan tulang organisme akuatik. Tergantung pada sumbernya, TOM dibagi
menjadi autochthonous (dari dalam air itu sendiri) dan allotochnus (dari luar air).
TOM dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk arus, suhu, pH, nutrisi yang
tersedia dalam air, oksigen, dan faktor lainnya. Jika kadar TOM terlalu tinggi
perairan. Selain itu ada Orthophosphate, bentuk fosfat paling sederhana yang
terdapat di air dan dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman air. Ortofosfat
berasal dari pelapukan batuan, penguraian bahan organik dan limbah.
berlebihan dapat menimbulkan akibat negatif. Kadar fosfat yang tinggi akan
menyebabkan alga tumbuh terlalu tinggi sehingga sinar matahari tidak mampu
menembus perairan.
Grafik
Grafik
Grafik 5.
5. Hubungan
Hubungan Amonia
Amonia dan
dan Nitrat
Nitrat
Cinde didapatkan hasil data yang menunjukkan bahwa perairan pada Sumber
Mata Air Cinde bersifat toksik.Pada penelitian Sumber Mata Air Cinde terdapat 5
post yang di teliti baik itu amonia maupun nitrat. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan kadar amonia tertinggi berada pada post 1 dan post 3 dengan nilai
yang sama sebesar 0,04 ppm dan untuk kadar amonia terendah berada pada
post 2 dan post 5 dengan nilai 0,02. Kadar nitrat tertinggi terdapat pada post 1
dengan nilai 4,1 dan kadar nitrat terendah berada pada post 4 dan post 5 dengan
nilai 3,4. Perbedaan ini disebabkan karena semakin meningkat kadar nitrat yang
ada pada di suatu perairan maka kadar amonia perairan tersebut juga akan
semakin meningkat.
Amonia pada perairan berasal dari air seni, tinja, maupun oksidasi
senyawa organik oleh mikroba (Putri, et al., 2019). Pada suatu perairan jika
biota air. Amonia adalah senyawa yang berasal dari nitrogen yang kemudian
fisiologi dan metabolisme biota atau organisme air tersebut. Nitrat merupakan
Amonia dan nitrat berperan penting dalam proses nitrifikasi yang terjadi pada
suatu perairan. Apabila kadar amonia 1 ppm maka akan bersifat toksik bagi
menunjukkan bahwa perairan tersebut bersifat toksik bagi fauna perairan dan
kurang subur. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal disekitar
Sumber Mata Air Cinde telah melakukan beberapa aktivitas yang dapat
menyebabkan atau mengakibatkan konsentrasi nitrat pada perairan tersebut
yang berada di sekitar daerah perairan Sumber Mata Air Cinde tersebut yang
organisme dan merupakan salah satu hasil dari penguraian zat organik oleh
bakteri. Bentuk ammonia dalam perairan dalam bentuk tak terionisasi (NH 3),
dalam perairan yaitu suhu, pH, dan DO. Peranan ammonia dalam perairan untuk
bahan energi bagi bakteri dalam proses nitrifikasi. Nitrat adalah bentuk utama
dari nitrogen yang ada di perairan dan merupakan nutrien utama bagi
pertumbuhan tanaman dari alga. Sumber utama nitrat di perairan yairu limbah
perairan ammonia dan oksigen. Nilai optimal nitrat di perairan berkisar 0,9-3,5
mg/l. Peranan nitrat pada perairan sebagai nutrien utama bagi pertumbuhan alga
pertumbuhan alga.
2. Benthos
Kingdom : Animal
Phylum : Arthopoda
Class : Insecta
Ordo : Trichoptera
Familiy : Hydropsychidae
Genus : Hydropsyche
Interpertasi hasil:
perairan adalah karena benthos memiliki sifat yang relatif pasif atau memiliki
mobilitas yang rendah (Meisaroh et al., 2018). Bentos memiliki sifat kepekaan
ekologi terkini pada kawasan tertentu, faktor utama yang mempengaruhi jumlah
bentos, keragaman jenis dan dominasi, antara lain adanya kerusakan habitat
lebih besar dari 1,0 mm (Aryanti et al., 2021). Organisme ini hidup secara sesil,
menjadi 2 yaitu infauna dan epifauna. Infauna adalah bentos yang hidup di dalam
subtrat perairan, sedangkan epifauna adalah bentos yang hidup diatas subtrat
bahan organik yang berukuran besar menjadi lebih kecil, sehingga mikroba
lingkungan perairan dengan cara merubah balik limbah organik menjadi sumber
2022).
Pada praktikum yang sudah dilakukan pada perairan di Sumber Mata Air
Cinde yang dibagi menjadi lima pos praktikum. Data hasil pengukuran kualitas air
biotik didapatkan organisme Benthos pada pos 1 dengan genus Hydropsyche sp.
memiliki dinding sel yang tersusun dari pektin dan tirenoid. Terdapat 2-10
organik.
yang sesil ataupun vagil. Habitat benthos terdapat di pasir, lumpur, Batuan,
patahan karang (karang mati). Kadar optimum dari benthos di perairan tidak
hewan bentik. Hal tersebut berkaitan dengan ciri (karakteristik) dan juga jenis
3. Perifithon
Kingdom : Viridiplantae
Phylum : Charophyta
Class : Zygnematophyceae
Order : Zygnematales
Family : Zygnemataceae
Genus : Sprogyra
Interpertasi hasil:
sampel berupa air berarus deras dan substrat berbatu. Spirogya mempunyai
terletak di tengah, sitoplasma dikelilingi oleh dinding sel, dan vakuola yang besar.
Lapisan tipis gelatin melindungi semua sel, memberikan sifat khusus pada
spirochetes. Pada siang hari, fotosintesis terjadi dengan cepat dan oksigen yang
mengapung ke permukaan. Pada malam hari, oksigen larut dalam air. Spirogyra
yang berwarna coklat dan terlihat mengkilap sehingga organisme ini sering
dikategorikan organisme biofilm .Perifiton umumnya merupakan produsen primer
sehingga keberadaan organisme ini berperan penting pada struktur tropik level
lamun dapat terganggu akibat kelimpahan perifiton yang terlalu tinggi. Proses
arus akan semakin rendah ketika berada pada lamun dengan kerapatan tinggi
perifiton.
yang mana perairan tersebut bertipe arus deras serta substrat berbatu. Beberapa
Perifithon yang didapatkan dari pos satu adalah Spirogyra. spirogyra ini memiliki
Tubuh tidak bercabang, berwarna hijau dengan sel-sel silinder ditempatkan ujung
tumbuhan, kayu, batu, dan lain-lain. Suhu optimum bagi perifiton adalah 30-35°C
dan salinitas air laut yang optimum adalah sekitar 30% agar perifiton dapat
tumbuh dengan baik. Di perairan lotik, perifiton lebih berperan sebagai produsen
sederhana. Caranya, alasnya diberi tanda 3x3, lalu dikikis dengan pisau dan
jangan lupa dimasukkan ke dalam botol foil lalu ditambahkan cairan Lugol.
DAFTAR PUSTAKA
Almeida, Â., Cotas, J., Pereira, L., & Carvalho, P. (2023). Potential Role of
Spirogyra sp. and Chlorella sp. in Bioremediation of Mine Drainage: A
Review. Phycology, 3(1), 186-201.
Awal, J.,Tantu, H., & Tenriawaru, E. P. (2015). Identifikasi alga (algae) sebagai
bioindikator tingkat pencemaran di Sungai Lamasi Kabupaten Luwu.
Dinamika, 5(2).
Aziz, A., Wulandari, S. Y., & Maslukah, L. (2014). Sebaran Konsentrasi Ortofosfat
di Lapisan Permukaan Perairan Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pengambengan dan Estuari Perancak, Bali. Journal of Oceanography,
3(4), 713-721.
Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier
Scientific Pub.Co. New York.
Daroini, T. A., & Arisandi, A. (2020). Analisis BOD (Biological Oxygen Demand)
di Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan. Juvenil: Jurnal
Ilmiah Kelautan dan Perikanan, 1(4), 558-566.
Hamuna, B., Pujiyat, S., Natih, N. M. N., & Dimara, L. (2018). Analisis hambur
balik
akustik untuk klasifikasi dan pemetaan substrat dasar perairan di Teluk Yos
Sudarso, Kota Jayapura. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 10(2),
291-300.
Hynes, G.B.N. 1963. The Biology of Polluted Waters. Liverpool University Press.
Liverpool.
Odum, E.P. 1996. Dasar – Dasar Ekologi. ed.3. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 697 hal.
Putri, W. A. E., Purwiyanto, A. I. S., Agustriani, F., & Suteja, Y. (2019). Kondisi
nitrat, nitrit, amonia, fosfat dan BOD di muara Sungai Banyuasin, Sumatera
Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 11(1), 65-74.
Prescott, G.W., (1954). How to know the fresh water Algae. W.M.L Brown
Coming. Iowa. Pb. 260-281
Revia, L. E. (2020). Analisis Spasial Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Dusun Capit
Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Tamyiz, M. (2015). Perbandingan rasio BOD/COD pada area tambak di hulu dan
hilir terhadap biodegradabilitas bahan organik. Journal of Research and
Technology, 1(1), 9-15.
Welcomme, R.L. 1985. River Fisheries. FAO Fisheries Technical Paper 262.
Rome.
LAMPIRAN
Gambar 5. Pengukuran PH
Gambar 6. Pengukuran DO