Disusun Oleh :
Muhammad Ghathfan Kinandityo
215080107111005
Kelompok 8
4. Semester : Ganjil
masing
A. Latar Belakang
Odum (1996) adalah kajian tentang rumah tangga bumi termasuk flora, fauna,
mikroorganisme dan manusia yang hidup bersama saling tergantung satu sama
lain. Menurut Chiras (1985) adalah studi tentang organisme hidup dan hubungan
yang masing – masing berbeda. Salah satu bahasan yang juga dijadikan obyek
karena interaksi antara faktor abiotik dan abiotik, serta abiotik dan biotik tidak
hanya dipengaruhi oleh dinamika ekosisstem itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi
fenomena yang terjadi di Daerah Aliran Sungai. Perubahan yang terjadi mulai
zona rithron (kawasan hulu) yang berarus deras sampai zona potamon (kawasan
dikenal dengan istilah River Continuum Concept, dimana kuantitas dan kualitas
komponen abiotik serta komposisi komponen biotik berubah secara gradien dan
B. Tujuan Praktikum
1. Ketrampilan Kognitif
2. Ketrampilan Afektif
b. Kemampuan bekerjasama.
c. Kemampuan mengkomunikasikan hasil belajar.
3. Ketrampilan Psikomotorik
1) Praktikum
2) Analisis data
3) Pembuatan laporan
4) Konsultasi laporan
5) Ujian praktikum
E. Data Hasil Praktikum
Post
No Parameter
1 2 3 4 5
1. Suhu (˚C) 24 23 25 23 24
Kec. Arus
2. 0.27 0.38 0.5 0.27 0.25
(m/s)
3. pH 7 6 6 6 6
Amonia
8. 0.16 0.32 0.46 0.66 0.09
(ppm)
Orthofosfat
10. 0.08 0.06 0.16 0.08 0.09
(ppm)
n a a a a a
a. Data Teori
Tabel 3. Kelarutan karbondioksida dalam air murni pada suhu yang berbeda
b. Data Aktual
Grafik:
20 Data Teori
Data Aktual
15
10
5
0
5 10 15 20 25 30 35
Suhu (ᵒC)
Menurut Raharjo, et al. (2016) suhu adalah salah satu faktor untuk
melakukan suatu budidaya. Suhu adalah salah satu aspek penting bagi
kehidupan ikan dan organisme di perairan oleh karena itu suhu sangat
perairan. Suhu yang ideal untuk melakukan suatu budidaya berkisar antara 25-
31°C. Karbon dioksida dihasilkan dalam bentuk CO2 bebas dalam air melalui
proses respirasi organisme hidup dan dekomposisi zat - zat organik. kadar CO2
di perairan umumnya dapat melebihi 15 ppm dan hal itu dapat merugikan suatu
perairan.
Grafik di atas menunjukkan hasil data teori dan data aktual, dan terdapat
perbedaan yang besar. Secara teoritis, hubungan antara suhu dan CO2
menunjukkan grafik yang tidak stabil. Di sisi lain, hubungan antara suhu dan CO2
justru menunjukkan grafik yang meningkat. Saat suhu naik, begitu juga CO2,
tetapi ada data yang menunjukkan bahwa suhu naik dan CO2 turun. Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang saling berpengaruh antara suhu dan
CO2. Hasil data aktual menunjukkan bahwa suhu maksimum titik ke - 3 adalah
25°C dan suhu minimum titik ke 2 dan 4 adalah 23°C. Kelarutan CO2 tertinggi
adalah titik ke-5 dengan kelarutan 35.9ppm dan kelarutan CO2 terendah adalah
titik ke-1 dengan nilai 11.9ppm. Secara umum, toleransi CO2 di perairan dapat
melebihi 15 ppm dan dapat merugikan. Suhu adalah derajat panas dan dingin
dalam badan air. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suhu air adalah
musim, insolasi, letak geografis, kedalaman, arus, dan medan. Selama aktivitas
dibagi menjadi tiga yaitu suhu epilimnion atau bagian atas air pada suhu 28°-
32°C, dan suhu lapisan air di bawah epilimnion atau epilimnion adalah 28°C.
Kisaran suhu 31°C, dan hypolimnion atau logam yang mendasarinya adalah 21°-
20°C.
yang dapat mempengaruhi suhu air adalah musim, intensitas cahaya, letak
geografis, kedalaman, arus, dan topografi. aktivitas hewan air yang terpengaruh
reproduksi. Semakin tinggi suhu dapat diartikan intensitas cahaya matahari yang
semakin tinggi juga. Dalam hal ini, hubungan antara CO2 dan suhu dibagi
menjadi 2 sebab yaitu: proses respirasi dan proses fotosintesis. Pada proses
fotosintesis, jika suhu naik, maka CO2 turun dikarenakan terjadi proses
fotosintesis dan pH juga naik dikarenakan kandungan CO2 yang bersifat asam
menurun. Pada proses respirasi, jika suhu naik, CO2 naik dikarenakan hasil
a. Data Teori
Tabel 5. Kelarutan oksigen dalam air murni pada suhu yang berbeda (pada
b. Data Aktual
Grafik:
8 Data Teori
Data Aktual
6
4
2
0
14 16 18 20 22 24 26
Suhu (ᵒC)
distribusi parameter, seperti reaksi kimia dan proses biologis. Reaksi kimia dan
proses biologis tersebut merupakan fungsi dari suhu yang merupakan variabel
keberadaan organisme dalam air. Dalam hubungan antara makhluk hidup dan
serangkaian nilai harian, mingguan, atau musiman, dengan hasil yang bervariasi
di semua perairan.
Grafik di atas menunjukkan hasil data teori dan data aktual, dan terdapat
menunjukkan grafik yang tidak stabil. Di sisi lain, hubungan antara suhu dan DO
justru menunjukkan grafik yang berlawanan. Saat suhu naik, DO turun, tetapi ada
data yang menunjukkan bahwa suhu naik dan DO naik dan turun. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang saling berpengaruh antara suhu
dan DO. Hasil data aktual menunjukkan bahwa suhu maksimum titik ke - 3
adalah 25°C dan suhu minimum titik ke 2 dan 4 adalah 23°C. DO tertinggi adalah
titik ke-4 dengan kelarutan 13.9 ppm dan DO terendah adalah titik ke-3 dengan
nilai 7.8ppm. Fungsi dari suhu adalah sebagai aspek distribusi parameter seperti
reaksi kimia dan proses biologi. suhu ini menjadi suatu variabel yang
biasanya diukur dalam satuan ppm (part per million) atau ppb (part per billion).
Difusi udara dan proses fotosintesis fitoplankton merupakan sumber utama
dan oksidasi unsur kimia. DO adalah salah satu fondasi terpenting kehidupan di
Tabel 7. Hubungan kecepatan arus, sifat dasar dan tipe habitat perairan (sungai)
(m/s)
Tabel 8. Kecepatan arus, sifat dasar, dan tipe habitat Sungai Bedengan
Analisis:
dipengaruhi oleh arus secara signifikan. Pada kecepatan arus tinggi, akan lebih
cepat mengendapkan material yang lebih kasar material yang berukuran halus.
Semakin besar ukuran sedimen yang terangkut, maka kecepatan arus yang
dibutuhkan juga akan semakin besar untuk mengangkut sedimen tersebut. Hal ini
berlaku untuk sebaliknya, semakin kecil ukuran sedimen yang akan terangkut,
maka kecepatan arus yang dibutuhkan juga akan semakin kecil untuk
mengangkut sedimen tersebut. Hal ini disebabkan oleh sifat arus yang dapat
Bedengan, diperoleh data analisis . Kriteria kecepatan arus ter-cepat adalah 0,5
m/s yang terdapat pada post 3. Pada kecepatan arus ter-cepat ini memiliki sifat
dasar berbatu dan memiliki tipe habitat arus deras. Sedangkan kriteria kecepatan
arus ter-lambat adalah 0,25 m/s yang terdapat pada post 5. pada kecepatan arus
ter-lambat ini memiliki sifat dasar berbatu dan memiliki tipe habitat arus deras.
Jadi, kesimpulannya adalah pada setiap post yang ada dalam data aktual
memiliki kecepatan arus yang berbeda-beda tetapi sifat dasar dan tipe habitat
Arus air adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal. Pada
kekuatan angin, semakin kuat kekuatan angin maka semakin kuat kecepatan
arus dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan lotik
perubahan debit dan aliran air dan kondisi substrat yang ada. Arus air pada
perairan mengalir bergerak ke segala arah sehingga air akan beredar ke seluruh
bagian dari perairan. Peran arus air dalam perairan adalah untuk membantu
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Turbellaria
Ordo : Tricladida
Famili : Paludicola
Genus : Euplanaria
Interpertasi hasil:
n = 4 ind
A = 0,6×5 m
Rumus:
N =
N = =1 ind/ m2
m2 .
berkisar 4 - 12 individu per liter substrat dasar air atau setara dengan 80 - 240
ind/ m2 luas dasar sungai. Kondisi komunitas benthos dipengaruhi oleh kondisi
benthos tidak hanya ditentukan oleh perubahan fisik perairan dan kualitas air
sungai lainnya. Jika badan air sungai terintroduksi dengan bahan pencemar
pada Sungai Bedengan sebanyak 1,33 ind/ m2 . Kekayaan spesies ini tergolong
rendah hingga sedang untuk perairan yang mengalir. Kondisi ini cukup baik
datang. Kekayaan spesies rendah disebabkan oleh derasnya aliran air sungai,
akan menjadi cukup rentan. Artinya, mudah rusak oleh kerusakan fisik dan kimia
hidup di substrat dasar air, dan infauna, organisme benthos yang hidup tertanam
dan merobenthos, yaitu kelompok benthos yang hanya bersifat benthos pada
sebagai salah satu dari mata rantai dalam aliran dan sirkulasi energi dari alga
Klasifikasi:
Filum : Cyanobacteria
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Oscillatoriales
Famili : Oscillatoriaceae
Genus : Oscillatoria
Species : Oscillatoria sp
Interpertasi hasil:
n = 2 ind
A = 3cm x 3cm
N = n x At x Vt / Ac x Vs x As
= 46,64 ind/cm2
bagi invertebrata dan beberapa ikan. Perifiton juga dapat menjadi sumber
autotrof yang mampu mengubah zat anorganik menjadi senyawa organik dan
air. Kualitas air inilah yang memberikan pengaruh besar bagi kelangsungan
pada Sungai Bedengan sebanyak 46,64 ind/ cm2 . Kekayaan spesies ini
keadaan perifiton di Sungai Bedengan adalah kondisi fisik, kondisi kimia, dan
kondisi biologis di Sungai Bedengan. Hal ini menunjukkan bahwa perairan pada
Sungai Bedengan termasuk perairan yang baik. Kelimpahan yang dimiliki Sungai
Bedengan yang cukup banyak, sehingga dapat menjadi sumber makanan bagi
Perifiton hidup menempel pada substrat dalam air seperti bongkahan batu,
benthos, akan tetapi, perifiton tidak memiliki ciri khas komunitas benthos dalam
hal tertentu. Perifiton adalah organisme yang hidup di bawah permukaan air,
bergerak sedikit sedikit kemudian melekat pada batu, ranting, tanah atau substrat
(lotik), perifiton yang merupakan alga lebih berperan sebagai produsen daripada
fitoplankton. Hal ini dikarenakan fitoplankton akan selalu terbawa arus Sungai
hidupnya di dalam air. Perifiton yang merupakan alga berperan penting sebagai
perifiton di perairan relatif menetap pada substrat dan tidak bergerak, maka dari
itu kelimpahan dan komposisi perifiton di sungai dipengaruhi oleh kualitas air
12
10 10.5
8.6 8.9 DO
8 8.2 7.8 BOD
6 5.9 5.8
4 3.7 4
2
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Post
pengukuran DO dan BOD sebagaimana yang ada pada grafik di atas. Nilai DO
terendah ditemukan pada post 3 dengan nilai 7.8 ppm dan untuk nilai DO yang
tertinggi ditemukan pada post 4 dengan nilai 13.9 ppm. Untuk nilai BOD terendah
ditemukan pada post 1 dengan nilai 3.7 ppm dan untuk nilai BOD yang tertinggi
ditemukan pada post 4 dengan nilai 8.9 ppm. Dapat disimpulkan nilai DO di
Sungai Bedengan lebih tinggi dibandingkan nilai BOD. Perbedaan nilai BOD
diakibatkan oleh zat pencemar yang terdapat di perairan. Nilai DO yang tinggi
sempurna melalui proses biologi dan kimia yang terjadi di perairan. BOD
oksigen terlarut. Analisis BOD pada perairan dapat meminimalkan jumlah toksik
yang terendah pada post 3 dan tertinggi pada post 4. Tingginya nilai DO tersebut
disebabkan oleh pengaruh suhu, organisme, dan juga arus. Nilai BOD yang
terendah ditemukan pada post 1 dan tertinggi pada post 4. Disebutkan bahwa
semakin tinggi kandungan BOD pada suatu perairan, maka semakin sedikit
kandungan DO pada suatu perairan dan juga sebaliknya. Hal ini membuat
kondisi yang baik karena nilai BOD yang terdapat pada perairan tersebut masih
oleh mikroorganisme. Sumber utama oksigen dalam perairan adalah difusi udara
untuk respirasi, dekomposisi dan oksidasi unsur kimia. Oksigen terlarut adalah
kesuburan air. Biological Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen yang
perairan. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD adalah hasil dari aktivitas
biologis, dan reaksi yang terjadi dipengaruhi oleh ukuran populasi dan suhu. Zat
organik dari karbohidrat (selulosa, pati, gula), protein, minyak hidrokarbon, dan
zat organik lainnya masuk ke dalam air dari alam atau dari pencemar. Sumber
bahan organik alami di air permukaan berasal dari pembusukan tanaman dan
kotoran hewan, dan sumber BOD berasal dari aktivitas manusia seperti feses,
urin, dan berbagai macam limbah rumah tangga. Parameter BOD umumnya
64.4
60
54.3
50
46.7
40 TOM
30 32.3 Orthofosfat
20
10 10.1
0.08 0.06 0.16 0.08 0.09
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Titik Sampling
pengukuran TOM dan Orthofosfat sebagaimana yang ada pada grafik di atas.
Bedengan ditemukan pada post 4 dengan nilai 10.1 ppm dan nilai konsentrasi
TOM tertinggi ditemukan pada post 1 dengan nilai 64,4 ppm. Nilai kosentrasi
Orthofosfat terendah ditemukan di post 2 dengan nilai 0.06 ppm dan tertinggi
pada post 3 dengan nilai 0.16 ppm. Berdasarkan data yang telah dimuat pada
nilai optimal.
yang menjadi kajian utama dari beberapa variabel perairan yang diukur dalam
dan klorofil, karena fitoplankton merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan
yang dihasilkan dalam air tanah. Hal ini juga disebabkan oleh bagian sungai,
hubungan yang berbanding lurus. Nilai kosentrasi TOM terendah dan tertinggi di
Sungai Bedengan ditemukan pada post 4 dengan nilai 10.1 ppm dan post 1
dengan nilai 64,4 ppm. Nilai kosentrasi Orthofosfat terendah dan tertinggi
ditemukan di post 2 dengan nilai 0.06 ppm dan post 3 dengan nilai 0.16 ppm.
Jika kosentrasi TOM menunjukan nilai yang naik, maka kosentrasi orthofosfat
juga akan ikut naik, begitu juga sebaliknya. Dari data tersebut juga ditemukan
TOM (Total Organic Matter) adalah kumpulan zat organik kompleks yang
sedang dalam proses dekomposisi, terdiri dari zat organik terlarut, tersuspensi
(partikel) dan koloid dalam suatu perairan. Kandungan bahan organik pada
sedimen perairan diperoleh dari serpihan batuan dan serpihan kulit (shell), sisa
fosil fosil organisme perairan, atau detritus organik di tanah yang terbawa oleh
sumbernya, TOM dibedakan menjadi menjadi autochnus (dari air itu sendiri) dan
allotochnus (dari perairan terbuka). Saat ini, ortofosfat merupakan salah satu
jenis fosfat yang dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman air. Polifosfat, di
sisi lain, harus dihidrolisis untuk membentuk ortofosfat sebelum dapat digunakan
sebagai sumber fosfor. Ortofosfat merupakan unsur hara yang paling penting
0.5 0.5
pengukuran Amonia dan Nitrat sebagaimana yang ada pada grafik di atas. Nilai
kadar nitrat terendah ditemukan pada post 4 dengan nilai 0.3 ppm dan kadar
nitrat tertinggi pada post 3 dengan 0.6 ppm. Nilai kadar amonia terendah
ditemukan pada pada post 5 dengan nilai 0.09 ppm dan nilai kadar amonia
tertinggi ditemukan pada post 4 dengan nilai 0.66 ppm. Pada setiap post,
menjadi nitrat oleh mikroorganisme dan amonia diubah menjadi nitrit. Dalam
bergabung dengan air untuk membentuk amonium. Nitrat (NO3) adalah bentuk
pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan sifatnya
stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi lengkap senyawa nitrogen
dalam air. Nitrifikasi adalah proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat,
nitrifikasi juga merupakan proses penting dari siklus nitrogen dan berlangsung
dalam kondisi aerob. Oksidasi amonia menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri
bakteri yang mendapatkan energi dari proses kimia. Masuknya Nitrat kedalam
suatu perairan disebabkan manusia yang membuang kotoran dalam air sungai
perairan juga disebabkan oleh pembusukan sisa tanaman dan hewan, limbah
perairan Sungai Bedengan masih lebih tinggi dibandingkan kadar nitrat. Hal ini
menyebabkan Sungai Bedengan memiliki kualitas air yang masih tergolong baik.
Kadar nitrat yang lebih rendah menunjukkan Sungai Bedengan masih sedikit
dipengaruhi zat pencemar. Jika suatu perairan memiliki kadar nitrat yang tinggi,
maka perairan tersebut akan memiliki kualitas air yang buruk, memiliki oksigen
kandungan oksigen terlarut yang kecil, memiliki populasi ikan yang sedikit, dan
memiliki bau tidak sedap. Oleh karena itu Sungai Bedengan dapat dikatakan
memiliki kualitas air yang yang cukup bagus karena kandungan nitrat yang lebih
organisme dan merupakan salah satu hasil dari dekomposisi zat organik oleh
bakteri. Amonia dalam air terdapat dalam bentuk ion yang tidak terionisasi (NH3)
atau bebas, dan terionisasi (NH4) atau amonium. Sumber amonia dalam air
berasal dari sisa metabolisme dan dekomposisi nitrogen organik. Nitrat (NO3)
adalah bentuk utama nitrogen di suatu perairan dan merupakan nutrisi utama
bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat mudah larut dalam air dan stabil.
senyawa penting seperti DNA dan RNA. Kandungan nitrat yang tinggi
Agustini, M. S., Maria, I., Madyowati, M. K., & Oetami, I. S. (2017). Biodiversitas
Plankton pada Budidaya Polikultur di Desa Sawohan Kecamatan Sedati
Kabupaten Sidoarjo. Halaman 53.
Alabaster, J.S. 1977. Biological Monitoring of Inland Fisheries. Applied Science
Pub.London.
Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier
Scientific Pub.Co. New York.
Chiras, D.D. 1985. Environmentasl Science. A Framework for Decision Making.
The Benjamin Cummings Publishing Company, Inc. Ontario.
Daroini, T. A., & Arisandi, A. (2020). Analisis BOD (Biological Oxygen Demand)
di Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan. Juvenil: Jurnal
Ilmiah Kelautan dan Perikanan, 1(4), 558-566. Halaman 558-559
Hellawell, J.M. 1986. Biological Indicators of Freshwater Pollution and
Environmental Management. Elsevier Applied cience Pub. London.
Hutomo, M. and S. Martosewojo. 1977. The Fishes of Seagrass Community on
The West of Burung Island (Pari Islands, Seribu Islands and Their Variation
in Abundance). Marine Research in Indonesia. 17 : 147-172.
Hynes, G.B.N. 1963. The Biology of Polluted Waters. Liverpool University Press.
Liverpool.
Hynes, G.B.N. 1970. The Ecology of Running Waters. Liverpool University Press.
Liverpool.
Angel, A., Vila, I., & Herrera, V. (2016). Extremophiles: photosynthetic systems in
a high-altitude saline basin (Altiplano, Chile). International Aquatic
Research, 8(2), 91-108. Halaman 103.
Maya, S., & Nurhidayah, N. (2020). ZOOLOGI INVERTEBRATA. Kabupaten
Bandung: WIDINA BHAKTI PERSADA BANDUNG. Halaman 67.
Moss, B. 1986. Ecological of Freshwaters. Blackwell Scientific Pub. Oxford.
Nengsi, A.S., Dahril, Tengku., Siagian, Madju. (2018). Jenis Dan Kelimpahan
Perifiton Pada Substrat Alami (Batu) Di Sungai Tapung Sekitar Desa Bencah
Kelubi Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Halaman 4.
Nursiani, T., Putra, Y. S., & Muhardi, M. Studi Ukuran Diameter Butir Sedimen
Dasar terhadap Kecepatan Arus di Sungai Pawan Kabupaten
Ketapang. PRISMA FISIKA, 8(1), 17-20. Halaman 17.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Terjermahan :
H.M. Eidman, dkk. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Odum, E.P. 1996. Dasar – Dasar Ekologi. ed.3. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 697 hal.
Palupi, E. S., Sari, I. A. A. R. P., & Wibowo, E. S. (2016). Tahapan
Perkembangan Organ Reproduksi Seksual Planaria dari Perairan Lereng
Gunung Slamet, Baturraden, Banyumas. Sains & Matematika, 3(2). Halaman
41.
Patty, S. I. (2013). Distribusi suhu, salinitas dan oksigen terlarut di Perairan
Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 1(3). Halaman 149.
Putri, G. A., Zainuri, M., & Priyono, B. (2016). Sebaran ortofosfat dan klorofil-a di
perairan Selat Karimata. Buletin Oseanografi Marina, 5(1), 44-51. Halaman
44 - 46
Rachmi, E., Nugrahalia, M., & Karim, A. (2016). PEMERIKSAAN KUALITAS AIR
SUNGAI SEI KERA MEDAN DENGAN METODE
SPEKTROPHOTOMETRI. BIOLINK (Jurnal Biologi Lingkungan Industri
Kesehatan), 3(1), 44-55. Halaman 51 dan 54
Raharjo, E. I. (2016). Analisis Kesesuaian Perairan di Sungai Sambas
Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas untuk Usaha Budidaya
Perikanan. Jurnal Ruaya: Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmu Perikanan dan
Kelautan, 4(2). Halaman 24 dan 26.
Sagala, E. P. (2012). Komposisi dan Keanekaragaman Benthos dalam menilai
Kualitas Air Sungai Lematang, di Desa Tanjung Muning, Kecamatan Gunung
Megang Kabupaten Muara Enim. Jurnal Penelitian Sains, 15(2). Halaman
85.
Welcomme, R.L. 1985. River Fisheries. FAO Fisheries Technical Paper 262.
Rome.
KETENTUAN :
kata.
- Tahun jurnal minimal 10 tahun terakhir untuk jurnal nasional dan jurnal
berbeda.
- Literatur (jurnal dan buku) dalam satu kelompok boleh sama maksimal 3
orang.
list jurnal dan buku yang dipakai pada spreadsheet yang telah disediakan
masing-masing asisten.
- Spasi 2.
- Margin 4,3,3,3.